Anda di halaman 1dari 18

Eggs In Early Complementary Feeding

And Child Growth: A Randomized


Controlled Trial
Metodelogi Penelitian

Latar Belakang
JOURNAL READING 2
Pembahasan
Kesimpulan

Tujuan
Hasil

Oleh :
Astri Nuur Sa’diyyah

Dokter Pembimbing :
Dr. Primo Parmato, Sp.A
LATAR BELAKANG

STUNTING adalah masalah kesehatan masyarakat yang kompleks yang timbul dari
faktor kemiskinan, lingkungan dan biologis. Stunting dapat meningkatkan motilitas dan
kehilangan potensi perkembangan.

THE WORLD HEALTH ASSEMBLY membuat target global untuk menurunkan angka
stunting pada anak sebanyak 40% pada tahun 2025.

TELUR menyediakan >50% asupan yang cukup untuk nutrisi pada bayi yang menyusui,
memberikan perlindungan kekebalan tubuh, lebih terjangkau daripada sumber
makanan hewani dan relatif mudah disimpan dan dipersiapkan.
LATAR BELAKANG

BUKTI PENELITIAN DI NEGARA BERPENGHASILAN TINGGI


Telur yang diperkenalkan selama masa bayi dapat menurunkan risiko alergi dan
sensitivitas terhadap telur.
TINGKAT KEJADIAN STUNTING YANG MASIH TINGGI (ANAK USIA < 5 TAHUN)

EKUADOR NASIONAL

42.3% 25.2%
TUJUAN DAN HIPOTESIS

TUJUAN
Untuk mengetahui keberhasilan uji nutrisi dengan pemberian 1 buah telur per hari
selama 6 bulan pada anak usia 6 – 9 bulan.

HIPOTESIS
Peningkatan konsumsi telur dapat memperbaiki biomarkers (terutama kolin, betain dan
vitamin B12) dan juga pertumbuhan anak.
METODELOGI PENELITIAN

Jenis dan Desain Penelitian


Uji acak terkendali dengan desain pararel

Tempat dan Waktu Penelitian


5 pedesaan paroki (Patocalle, Taocaso, Guaytacama,
Tanicuchi dan Mulalo) di provinsi Cotopaxi, Quito
selatan, Ekuador. Kriteria Inklusi
• Bayi berumur 6 – 9 bulan
Dari bulan Februari – Juni 2015.
• Anak tunggal
Kriteria Eksklusi • Bayi dengan kondisi sehat
Bayi dengan penyakit jantung bawaan, malnutrusi
akut yang parah, alergi telur.
Populasi dan Sampel Penelitian
• Populasi : Bayi berumur 6 – 9 bulan di pedesaan paroki
(175 responden)
• Sampel : populasi yang memenuhi kriteria inklusi (163
Teknik Pengambilan Data orang)
Data primer dan data sekunder

Penyajian Data
Tabel dan teks
METODELOGI PENELITIAN

PROSEDUR PENELITIAN
1. Intervensi terdiri dari 1 telur berukuran sedang (~ 50 g) per hari, pasokan diberikan
setiap minggu kepada anak-anak kelompok perlakuan selama 6 bulan.
2. Saat kunjungan, ibu atau pengasuh diingatkan untuk memberi 1 telur setiap hari
kepada anak.
3. Tim studi melaporkan informasi tentang pengiriman telur, konsumsi telur oleh anak
pada minggu sebelumnya dan setiap morbiditas yang terjadi (ruam kulit, diare,
demam atau batuk)
4. Keluarga kelompok kontrol juga dipantau setiap minggu.
5. Rujukan ke fasilitas kesehatan dibuat apabila anak sakit parah.
METODELOGI PENELITIAN

HASIL PENELITIAN
Hasil utama penelitian → memperbaiki antropometri pertumbuhan anak

• Pada awal dan akhir penelitian, dikumpulkan informasi :


Variabel sosial ekonomi dan demografi, termasuk praktik dan kondisi air, kebersihan, dan
sanitasi, morbiditas anak, diet anak dan antropometri anak.
• Asupan makanan anak diukur dengan frekuensi setiap 24 jam.
• Morbiditas dinilai setiap 2 minggu, khusus terhadap pada kondisi diare dan pernapasan yang
sangat sering di wilayah tersebut dan gejala lain yang terkait alergi telur.
• Morbiditas lain: demam, ruam kulit, batuk terus menerus, hidung tersumbat atau berair,
terengah-engah, mengi atau kesulitan bernapas dan sakit gigi.
• Pengukuran antropometri di konversi ke z-score (TB/U, BB/U, BB/TB dan IMT)
• Stunting didefinisikan : BB/U, TB/U, BB/TB, IMT < -2SD
HASIL

133 (85%) = Ibu kandung


25 (15%) = pengasuh, diantaranya :
 Nenek (n = 12)
 Bibi (n = 7)
 Ayah (n = 4)
 Saudara perempuan usia 15 dan 19 (n = 2)
HASIL

Tabel 1. Karakteristik Baseline


HASIL
HASIL

Tabel 2. Pengaruh Intervensi untuk Pertumbuhan Anak Pada Uji Terkendali Acak di Ekuador
HASIL

Tabel 2. Pengaruh Intervensi terhadap Morbiditas pada hari ke-7


PEMBAHASAN

• Penelitian ini menghasilkan pengaruh yang signifikan dan secara biologis bermakna untuk
pertumbuhan anak terutama TB/U dan menurunkan angka stunting
• Studi di Australia, meneliti pengaruh asam lemak n-3 yang terdapat di kuning telur, selama masa
makanan tambahan, menemukan bahwa terdapat peningkatan eritrosit docosahexaenoic acid
dan saturasi besi dan transferrin di plasma.
• Hipotesis: telur sebagai makanan yang berkualitas tinggi selama masa pemberian makanan
tambahan mempunyai hasil yang positif untuk pertumbuhan anak.
PEMBAHASAN

• Studi lain menemukan bahwa telur mengandung konsentrasi kolin yang tinggi dibandingkan
makanan lain, dan meningkatkan pertumbuhan pada uji coba hewan.
• Protein diperlukan untuk pertambahan jaringan otot dan dapat meningkatkan penyerapan
mineral dan nutrisi lainnya.
• Senyawa bioaktif lain mungkin berpengaruh besar, seperti insulin-like growth factor 1 (IGF-1).
PEMBAHASAN

• Penelitian ini meneliti reaksi alergi terhadap telur. Alergi telur adalah salah satu alergi makanan
yang dimediasi igE yang paling umum terjadi pada bayi dan anak.

• Didapatkan bahwa intervensi telur tidak berpengaruh dalam menurunkan gejala morbiditas, tapi
terdapat peningkatan prevalensi diare akut pada kelompok telur. Hal ini mungkin disebabkan
oleh cara persiapan telur yang tidak tepat.
PEMBAHASAN

• Penelitian ini mengamati peningkatan frekuensi konsumsi makanan manis dan minuman
bersoda pada kedua kelompok. Kelompok telur menunjukan prevalensi yang rendah
dibandingkan kelompok kontrol.

• Makanan berkualitas tinggi seperti telur dapat berfungsi penting, baik melalui penggantian
kalori atau meningkatkan nafsu makan dalam mengatasi transisi nutrisi.
KESIMPULAN

Pemberian 1 buah telur per hari, dimulai dari awal MPASI dari usia 6 – 9 bulan selama 6
bulan, secara signifikan memperbaiki pertumbuhan linear dan menurunkan kejadian
stunting
ALHAMDULILLAHIRABIL’ALAMIN

Anda mungkin juga menyukai