Oleh:
dr. Taufik Andaru
NIM 2110246819
Pembimbing: dr. Nopian Hidayat, Sp.An
1) Stetoskop Prekordial dan Esofagial 2) Pulse Oksimetri 3)Kapnografi 4)Analisis Gas Anestesi
Monitor Pertukaran Gas Respiratori
STETOSKOP PREKORDIAL & ESOFAGEAL
Indikasi
→ memastikan bahwa paru-paru mendapat
ventilasi jika sirkuit terputus.
→ mengkonfirmasi detak jantung dengan bunyi
jantung yang dapat diauskultasi
Kontraindikasi
Stetoskop esofagus harus dihindari pada pasien
dengan varises atau striktur esofagus
Pertimbangan Klinis
Stetoskop prekordial atau esofageal termasuk
penghubung ventilasi, kualitas suara pernafasan
(misalnya, stridor, wheezing), regularitas denyut
jantung, dan kualitas bunyi jantung (bunyi jantung
yang teredam berkaitan dengan penurunan cardiac
output).
PULSE OKSIMETRI
Pertimbangan Klinis
Selain dari SpO2, pulse oksimeter memberikan
indikasi perfusi jaringan (amplitude nadi) dan
mengukur denyut jantung. Karena SpO2 normalnya
mendekati 100%, hanya kondisi abnormalitas besar
yang dapat dideteksi pada sebagian besar pasien
dengan anestesi.
KAPNOGRAFI
Kapnografi adalah monitor yang berharga pada sistem pernafasan pulmoner, kardiovaskuler,
dan anestetik. Kapnograf secara umum bergantung pada absorpsi cahaya inframerah oleh
CO2.
A.Nondiversi (Flowthrough) B. Diversi (Aspirasi)
Kapnograf nondiversi (arus utama) Kapnograf diversi (arus sisi) secara terus-
mengukur CO2 yang melewati adaptor yang menerus menghisap gas dari sirkuit pernafasan
ditempatkan pada sirkuit pernafasan. ke ruang sampel dalam monitor. Konsentrasi
CO2 ditentukan dengan membandingkan
absorpsi sinar inframerah dalam ruang sampel
dengan kamar yang bebas CO2.
KAPNOGRAFI
Pertimbangan Klinis
Kapnograf mendeteksi intubasi esofageal dengan
Indikasi dan Kontraindikasi cepat– umumnya karena katostrop anestesi –
tetapi tidak dapat diandalkan dalam deteksi
Indikasi : Monitoring fungsi respirasi selama tindakan intubasi bronchial.
operasi. Walaupun mungkin terdapat beberapa CO2 dalam
Penentuan konsentrasi CO2 akhir-tidal (ETCO2) untuk perut karena masuknya udara ekspirasi, hal ini
mengkonfirnasi ventilasi yang adekuat adalah wajib dapat dihilangkan dalam beberapa nafas.
selama semua prosedur anestesi, khususnya untuk Penghentian CO2 yang mendadak selama fase
anestesia general. Penurunan secar cepat ETCO2 adalah ekspiratori dapat mengindikasikan lepasnya
indikator yang sensitif untuk emboli udara, dan sambungan sirkuit.
penurunan cardiac output.
piezoelectric .
kn
Te
n
nis ga
Spirometri,
mb
rti
Pe
I hope and I believe that this Template will your Time, Money and Reputation.
Get a modern PowerPoint Presentation that is beautifully designed.
04
ANALISIS GAS ANESTESI
Analisis Sel
Oksigen Galvanic
Analisis
Paramagnetic
03 Elektroda
Polarografi
Spirometri
Add Text
1)ELEKTROENSEFALOGRAFI (EEG)
elektro → tenaga listrik
ensefalografi → pemotretan atau perekaman otak
→ metode pengamatan elektrofisiologis untuk merekam aktivitas listrik dari otak dan merupakan
pemeriksaan untuk mendeteksi kelainan gelombang otak atau aktivitas elektrik abnormal yang
terjadi di otak ,hal ini biasanya tidak invasif dengan elektroda ditempatkan disepanjang kult
kepala, meskipun invasif elektroda cukup sering digunakan dalam aplikasi tertentu.
Tujuan EEG
• Mendiagnosa Epilepsi
• Mendiagnosa dan lokalisasi tumor otak,
infeksi otak, pendarahan otak,
parkinson
• Mendiagnosa cedera kepala
• Mengetahui kelainan metabolit dan
elektrolit
Monitor Sistem Neurologis
1)ELEKTROENSEFALOGRAFI (EEG)
Gelombang beta : 8–
13 Hz pada individu Untuk melakukan
EEG adalah analisis bispektral, data
pencatatan potensi yang sedang
berkonsentrasi, dan yang diukur dengan
Indikasi : elektrik yang
kadang, pada individu EEG diambil melalui
Pembedahan dihasilkan oleh sel-sel
dengan anstesia. beberapa langkah
serebrovaskuler pada korteks serebral. untuk menghitung satu
→ memastikan
Gelombang delta angka yang
kecukupan Aktifitas EEG :
memiliki frekuensi berhubungan dengan
oksigenasi frekuensi antara 1–
0.5–4 Hz dan dan kedalaman
serebral 30siklus/detik (Hz)
ditemukan pada anestesia/hipnosis
Kontraindikasi : Gelombang cedera otak, tidur
Tidak ada. alfa :frekuensi 8–13 dalam, dan anestesia.
Hz pada dewasa saat
istirahat dengan mata Gelombang theta (4–
tertutup. 7 Hz) :individu yang
tidur dan selama
anestesia.
2) BANGKITAN POTENSIAL
• Indikasi :
• Kateterisasai kandung kemih adalah satu-satunya metode yang
dapat diandalkan untuk monitor output urin. Kateterisasi adalah
rutin pada beberapa prosedur bedah seperti bedah janutng, bedah
vaskuler aortic atau renal, kraniotomi, bedah abdominal mayor,
atau prosedur dimana diharapkan pergeseran cairan yang besar.
• Kadang, kateterisasi kandung kemih postoperatif diindikasikan
pada pasien-pasien yang mengalami kesulitan mengosongkan
kamar pemulihan setelah anestesi general atau regional
• Kontraindikasi :
• Kateterisasi foley perlu dilepas sesegera mungkin untuk
menghindari risiko infeksi saluran kemih terkait kateter.
2) URIN
OUTPUT
Teknik dan Komplikasi
•Teknik :
• Kateter Foley karet yang lunak dimasukkan dalam kandung kemih
secara transurethral dan dihubungkan ke ruang pengumpulan
berkalibrasi sekali pakai.
• Untuk menghindari refluks urin dan meminimalkan resiko infeksi,
ruang tersebut harus tetap berada pada ketinggian di bawah
kandung kemih.
• Komplikasi :
• Komplikasi kateterisasi termasuk trauma uretra dan infeksi saluran
kemih. Dekompresi cepat pada kandung kemih yang terdistensi
dapat menyebabkan hipotensi. Kateterisasi suprapubik pada
kandung kemih dengan tube dimasukkan melalui jarum ukuran
besar adalah alternatif yang tidak umum.
2) URIN
OUTPUT
Pertimbangan Klinis
•Output urin menunjukkan pefusi ginjal dan fungsinya dan indik ator dari
status renal, kardiovaskuler, dan cairan. Monitor noninvasif dari fungsi dan
output jantung (termasuk ekokardiografi) memberikan penilaian yang
lebih andal tentang kecukupan volume intravaskular. Komposisi elektrolit
urin, osmolaritas, dan berat jenis membantu dalam differensial diagnosis
oliguria.
•kandung kemih dapat dimonitor selama keluaran urin tinggi, temperatur
kandung kemih secara akurat mencerminkan temperatur inti. Nilai tambah
dengan penggunaan urometer yang lebih luas adalah kemampuan untuk
memantau dan mencatat keluaran dan suhu urin secara elektronik.
3) STIMULASI NERVUS
PERIFER
Indikasi dan Kontraindikasi
• Indikasi :
•Karena variasi pada sensitifitas pasien terhadap agen blok
neuromuskuler, fungsi neuromuskuler pada semua pasien
yang mendapatkan agen blok neuromuskuler intermediate
atau long-acting perlu dimonitor. Selain itu, stimulasi nervus
perifer membantu dalam menilai paralisis selama induksi
sekuensi-cepat atau selama infuse kontinyu agen short-acting.
•Kontraindikasi :
•Tidak ada kontraindikasi untuk monitoring neuromuskuler,
walaupun tempat tertentu dapat terhalang prosedur bedah.
3) STIMULASI NERVUS
PERIFER
Teknik dan Komplikasi
•Teknik :
•Stimulator saraf perifer memberikan arus (60-80 mA) pada sepasang
bantalan khlorida perak ECG atau jarum subkutaneus yang
ditempatkan pada nervus motor perifer. Bangkitan mekanis atau
respon elektris otot yang dipersarafi teramati. Walaupun
elektromiografi memberikan pengukuran transmisi neuromuskuler
yang cepat, akurat dan kuantitatif, observasi visual atau taktil pada
kontraksi otot biasanya diandalkan pada praktik klinis. Stimulasi nervus
ulnar pada otot adductor pollicis dan stimulasi nervus facial pada
orbicularis oculi adalah yang paling umum dimonitor
•Komplikasi:
• stimulasi nervus terbatas pada iritasi kulit dan abrasi pada tempat
pelekatan elektroda
Pertimbangan Klinis
Modern
Portfolio
Designed
TERIMA KASIH