Gambar 1. Duktus sistikus bermuara kedalam duktus hepatikus komunis dan duktus
koledokus
TRIGONUM HEPATOSISTIKUS CALOT
PATOFISIOLOGI dan PATOGENESA
Point A, rata2 nilai empedu dlm kdg empedu: 77% garam empedu, 18% lesitin,5% kolesterol.
Point B, penderita batu kolesterol : 68% garam empedu, 22% lesitin ,10% kolesterol.
1. Batu Kolesterol
mengandung 70% kristal kolesterol
•Bentuknya lebih bervariasi
dibandingkan bentuk batu pigmen.
•Terbentuknya hampir selalu di dalam
kandung empedu
•Berupa batu soliter atau multiple.
•Permukaan licin atau multifaset,
bulat, berduri, dan ada yang seperti
buah murbei.
2.Batu Bilirubin.
pelebaran
ductus
• Identifikasi lesi
obstruksi letak rendah
• biopsi lesi
PTC Percutaneous Transhepatic
Cholangiography
• Fluroscopic + jarum
kecil langsung ke ducuts
empedu intrahepatik
• Perlu kondisi dilatasi
sistem ductus
intrahepatik
• Identifikasi lesi letak
tinggi
Terap
Kolelitiasis :
• K.
i
olesistektomi 🡪 operatif atau laparoskopik
•
• Litolisis sistemik : asam cenodeoksikolik dan asam ursodeoksicholik.
Mekanisme 🡪 mengurangi penyerapan kolesterol intestinal dan mengurangi
sintesis kolesterol hepatik .
– Syarat : batu tipe kolesterol, embedu berfungsi baik pada kolesistografi oral, batu tidak
besar
• Pemeriksaan laboratorium:
DL, RFT, LFT, FH, UL
• Penderita usia diatas 40 tahun:
GDP, GD2JPP, EKG
• Foto thoraks
• Informed consent
• Antibiotika profilaksis
TEHNIK OPERASI
KOLESISTEKTOMI TERBUKA
• PEMBIUSAN
Pembiusan umum dan pemberian pelemas otot
• POSISI PENDERITA
Penderita terlentang di meja operasi
• PERSIAPAN OPERASI
Desinfeksi povidon iodin 10%
Batas tepi atas setinggi papilla mamma sampai ke
pubis, dipasang kain steril
TEHNIK OPERASI KOLESISTEKTOMI TERBUKA
MACAM INSISI:
1. Median
2. Paramedian kanan
3. Transversal
4. Subkostal kanan
TEHNIK OPERASI KOLESISTEKTOMI TERBUKA
• RETROGRADE
duktus sistikus 🡪 fundus
• ANTEGRADE
fundus 🡪 duktus sistikus
TEHNIK OPERASI KOLESISTEKTOMI TERBUKA
CARA
RETROGRADE
Terdapat tiga tipe utama batu empedu antara lain batu kolesterol,
pigmen hitam dan pigmen coklat. Di negara barat lebih banyak
ditemukan batu kolesterol. Walaupun batu ini predominan terdiri atas
kolesterol (51-99%), diantara semua tipe, memiliki komponen
kompleks dan mengandung proporsi yang bervariasi dari kalsium
karbonat, fosfat, bilirubinate, dan palmitat, fospolifid, glikoprotein
dan mukopolisakarida. Batu pigmen hitam terdiri atas 70% kalsium
bilirubinat dan lebih banyak terjadi pada pasien dengan anemia
hemolitik dan sirosis. Batu pigmen coklat jarang terjadi, dibentuk
dalam saluran empedu intrahepatik dan ekstrahepatik sama halnya
yang terjadi pada kandung empedu. Batu pigmen coklat dibentuk
dari stasis dan infeksi dalam sistem empedu oleh bakteri E. coli dan
Klebsiella spp
Batu Pigmen
Istilah batu pigmen empedu digunakan untuk batu yang mengandung
kolesterol kurang dari 30%. Terdapat dua tipe yaitu batu pigmen hitam
dan coklat.
Sebagian besar (80%) pasien dengan batu empedu tanpa gejala baik
waktu diagnosis maupun selama pemantauan. Studi perjalanan
penyakit dari 1307 pasien dengan batu empedu selama 20 tahun
memperlihatkan bahwa sebanyak 50% pasien tetap asimtomatik, 30%
mengalami kolik bilier dan 20% mendapat komplikasi.
Kolik bilier – kolik bilier timbul secara episodik, nyeri hebat, berlokasi
di epigastrium atau di kuadran kanan atas. Nyeri ini menyebar ke
belakang atau daerah punggung kanan tetapi biasanya tidak fluktuatif,
sebagaimana istilah kolik pada umumnya. Nyeri ini mula-mula timbul
secara tiba-tiba di daerah epigastrium atau kuadran kanan atas dan
menyebar di sekitar punggung tepatnya di interskapula.5 Secara umum,
nyeri timbul secara cepat, kurang dari 30 menit sampai 3 jam, dan
secara berangsur-angsur mereda. Kolik bilier benigna tidak
berhubungan dengan demam, leukositosis atau tanda peritoneal akut.
Adanya gejala ini atau nyeri bilier lebih lama dari 4 sampai 6 jam,
kemungkinan kecurigaan kolekistitis akut.7 Kolik bilier timbul akibat
desakan batu empedu pada duktus kistikus selama kontraksi
kandung empedu, peningkatan tekanan dinding kandung empedu.
Konstraksi kandung empedu ini timbul akibat pelepasan
kolekistokinin yang dirangsang oleh diet lemak.4 Pada
kebanyakan kasus, obstruksi akan kembali ke relaksasi kandung
empedu dan nyeri akan mereda. Nyeri bersifat konstan dan tidak
ditimbulkan oleh muntah, antasid, defekasi atau perubahan posisi.
Gejala komplikasi – kolesistitis akut maupun kronis terjadi bila batu
menyumbat dan terjepit dalam duktus kistikus menyebabkan kandung
empedu menjadi distensi dan inflamasi progresif. Pasien akan
merasakan nyeri kolik biliaris tetapi secara spontan hilang timbul dan
kadang akan memberat. Pertumbuhan koloni bakteri yang banyak pada
kandung empedu sering terjadi, dan pada kasus yang berat, akumulasi
pus dalam kandung empedu yang dikenal dengan empiyema kandung
empedu. Dinding kandung empedu akan menjadi nekrotik kemudian
timbul perforasi dan abses polikistik. Kolekistitik akut merupakan
kedaruratan bedah, walaupun nyeri dan inflamasi dapat ditangani
secara konservatif seperti dengan hidrasi dan antibiotik.
Fistula biliaris interna atau fistula kolekistoenterik merupakan
komplikasi penyerta migrasi batu empedu akut atau biasanya
kronis. Batu kandung empedu dapat lolos ke dalam saluran cerna
melalui terbentuknya fistel kolesitoduodenal. Apabila batu empedu
cukup besar dapat menyumbat pada bagian tersempit saluran cerna
(ileum terminal) dan menimbulkan ileus obstruksi.2
Diagnosis
Anamnesis
Setengah sampai dua pertiga penderita kolelitiasis adalah asimtomatis.
Keluhan yang mungkin timbul adalah dispepsia yang kadang disertai
intoleran terhadap makanan berlemak. Pada yang simtomatis, keluhan
utama berupa nyeri di daerah epigastrium, kuadran kanan atas atau
perikondrium. Rasa nyeri lainnya adalah kolik bilier yang mungkin
berlangsung lebih dari 15 menit dan kadang baru menghilang beberapa
jam kemudian. Timbulnya nyeri kebanyakan perlahan-lahan tetapi pada
30% kasus timbul tiba-tiba.2
Penyebaran nyeri pada punggung bagian tengah, skapula atau ke
puncak bahu, disertai mual dan muntah. Lebih kurang seperempat
penderita melaporkan bahwa nyeri berkurang setelah menggunakan
antasida. Kalau terjadi kolelitiasis, keluhan nyeri menetap dan
bertambah pada waktu menarik nafas dalam.2
Pemeriksaan Fisik
Batu kandung empedu – apabila ditemukan kelainan, biasanya
berhubungan dengan komplikasi, seperti kolesistitis akut dengan
peritonitis lokal atau umum, hidrop kandung empedu, empiyema
kandung empedu, atau pankreatitis. Pada pemeriksaan ditemukan
nyeri tekan dengan punktum maksimum di daerah letak anatomis
kandung empedu. Tanda Murphy positif apabila nyeri tekan
bertambah sewaktu penderita menarik nafas panjang karena
kandung empedu yang meradang tersentuh ujung jari tangan
pemeriksa dan pasien berhenti menarik nafas.2
Batu saluran empedu – batu saluran empedu tidak menimbulkan
gejala dalam fase tenang. Kadang teraba hati dan sklera ikterik. Perlu
diketahui bahwa bila kadar bilirubin darah kurang dari 3 mg/dl, gejala
ikterik tidak jelas. Apabila sumbatan saluran empedu bertambah
berat, akan timbul ikterus klinis.2
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium – batu kandung empedu yang asimtomatik
umumnya tidak menunjukkan kelainan pada pemeriksaan
laboratorium. Apabila terjadi peradangan akut, dapat terjadi
leukositosis. Apabila terjadi sindroma mirizzi, akan ditemukan
kenaikan ringan bilirubin serum akibat penekanan duktus koledukus
oleh batu. Kadar bilirubin serum yang tinggi mungkin disebabkan oleh
batu di dalam duktus koledukus. Kadar fosfatase alkali serum dan
mungkin juga kadar amilase serum biasanya meningkat sedang setiap
setiap kali terjadi serangan akut.2
Pemeriksaan radiologis – foto polos abdomen biasanya tidak
memberikan gambaran yang khas karena hanya sekitar 10-15% batu
kandung empedu yang bersifat radioopak. Kadang kandung empedu
yang mengandung cairan empedu berkadar kalsium tinggi dapat
dilihat dengan foto polos. Pada peradangan akut dengan kandung
empedu yang membesar atau hidrops, kandung empedu kadang
terlihat sebagai massa jaringan lunak di kuadran kanan atas yang
menekan gambaran udara dalam usus besar, di fleksura hepatika.2
Ultrasonografi (USG) – ultrasonografi mempunyai derajat spesifisitas
dan sensitifitas yang tinggi untuk mendeteksi batu kandung empedu
dan pelebaran saluran empedu intrahepatik maupun ekstra hepatik.
Dengan USG juga dapat dilihat dinding kandung empedu yang
menebal karena fibrosis atau udem yang diakibatkan oleh
peradangan maupun sebab lain. Batu yang terdapat pada duktus
koledukus distal kadang sulit dideteksi karena terhalang oleh udara
di dalam usus.
Dengan USG, punktum maksimum rasa nyeri pada batu kandung
empedu yang gangren lebih jelas daripada dengan palpasi biasa.14
Kolesistografi – untuk penderita tertentu, kolesistografi dengan
kontras cukup baik karena relatif murah, sederhana dan cukup akurat
untuk melihat batu radiolusen sehingga dapat dihitung jumlah dan
ukuran batu. Kolesistografi oral akan gagal pada keadaan ileus
paralitik, muntah, kadar bilirubun serum diatas 2 mg/dl, obstruksi
pilorus dan hepatitis karena pada keadaan-keadaan tersebut kontras
tidak dapat mencapai hati. Pemeriksaan kolesistografi oral lebih
bermakna pada penilaian fungsi kandung empedu.2
Penatalaksanaan
Jika tidak ditemukan gejala, maka tidak perlu dilakukan
pengobatan. Nyeri yang hilang-timbul bisa dihindari atau dikurangi
dengan menghindari atau mengurangi makanan berlemak. Pilihan
penatalaksanaan antara lain :
Kolesistektomi terbuka – operasi ini merupakan standar terbaik untuk
penanganan pasien dengan kolelitiasis simtomatik. Komplikasi yang
paling bermakna yang dapat terjadi adalah cedera duktus biliaris
yang terjadi pada 0,2% pasien. Angka mortalitas yang dilaporkan
untuk prosedur ini kurang dari 0,5%. Indikasi yang paling umum
untuk kolesistektomi adalah kolik biliaris rekuren, diikuti oleh
kolesistitis akut.15
Kolesistektomi laparaskopi – indikasi awal hanya pasien dengan
kolelitiasis simtomatik tanpa adanya kolesistitis akut. Karena semakin
bertambahnya pengalaman, banyak ahli bedah mulai melakukan
prosedur ini pada pasien dengan kolesistitis akut dan pasien dengan
batu duktus koledukus. Secara teoritis, keuntungan tindakan ini
dibandingkan prosedur konvensional adalah dapat mengurangi
perawatan di rumah sakit dan biaya yang dikeluarkan, pasien dapat
cepat kembali bekerja, nyeri menurun dan perbaikan kosmetik.
Masalah yang belum terpecahkan adalah keamanan dari prosedur ini,
berhubungan dengan insiden komplikasi seperti cedera duktus
biliaris yang mungkin dapat terjadi lebih sering pada kolesistektomi
laparaskopi.15
Disolusi medis – masalah umum yang mengganggu semua zat yang
pernah digunakan adalah angka kekambuhan yang tinggi dan
biaya yang dikeluarkan. Zat disolusi hanya memperlihatkan
manfaatnya untuk batu empedu jenis kolesterol. Penelitian
prospektif acak dari asam xenodeoksikolat telah mengindikasikan
bahwa disolusi dan hilangnnya batu secara lengkap terjadi sekitar
15%. Jika obat ini dihentikan, kekambuhan batu tejadi pada 50%
pasien.15
Disolusi kontak – meskipun pengalaman masih terbatas, infus pelarut
kolesterol yang poten seperti metil-ter-butil-eter (MTBE) ke dalam
kandung empedu melalui kateter yang diletakkan per kutan telah
terlihat efektif dalam melarutkan batu empedu pada pasien-pasien
tertentu. Prosedur ini invasif dan kerugian utamanya adalah angka
kekambuhan yang tinggi (50% dalam 5 tahun).15
Litotripsi Gelombang Elektrosyok (ESWL) – sangat populer
digunakan beberapa tahun yang lalu, analisis biaya-manfaat pada
saat ini memperlihatkan bahwa prosedur ini hanya terbatas pada
pasien yang telah benar-benar dipertimbangkan untuk menjalani
terapi ini.
Kolesistotomi – dapat dilakukan dengan anestesia lokal bahkan
disamping tempat tidur pasien terus berlanjut sebagai prosedur
yang bermanfaat, terutama untuk pasien yang sakitnya kritis.15
Batu empedu umumnya ditemukan di dalam kandung empedu,
tetapi batu tersebut dapat bermigrasi melalui duktus sistikus ke
dalam saluran empedu menjadi batu saluran empedu dan disebut
sebagai batu saluran empedu sekunder.
prevalensi kolelitiasis paling banyak ditemukan pada
penderita sirosis hepatis (31%) dimana lebih banyak
ditemukan pada perempuan.
• Ada faktor penting yang berperan dalam
tiga
patogenesis batu kolesterol yaitu :
• 1. Hipersaturasi kolesterol dalam
kandung empedu
• 2. Percepatan terjadinya kristalisasi kolesterol
• 3. Gangguan motilitas kandung empedu dan usus
• (Sudoyo, 2006)
Kolangitis
• Pengobatan kolangitis akut akibat sumbatan
batu sal.empedu 🡪 pemberian cairan ,
Antibiotik yang adekuat, drainase empedu
secepatnya ( dengan endoskopi maupun
operatif )
Koledokolithiasis
• Operasi mengeluarkan saluran empedu scr
langsung
• Spingterotomi endoskopik 🡪 ekstraksi batu
dengan alat endoskopi, pd px resiko tinggi
operasi dan usia tua
• Endoprostesis endoskopik 🡪 selang plastik
dari teflon dipasang sementara untuk
drainase empedu yang tersumbat
• CT SCAN : akurat untuk tentukan batu
empedu, pelebaran saluran empedu dan
koledokolitiasis. Jauh lebih mahal
• PTC ( perkutaneus
kolangiografi )dan ERCP transhepatik
( retrograde Cholangiopancreatografi)
Endoscopik:
metode kolangiografi direk 🡪
menentukan
bermanfaat obstruksi bilier dan
penyebabnya koledokolitiasis. ERCP
spt untuk terapi🡪 ekstraksi batu
juga
Kolesistitis kronis :
• Serangan kolik bilier dan kolesistitis
akut berulang.
• Menimbulkan penebalan dan
fibrosis kandung empedu
• Pada 15 % penderita disertai penyulit lain :
koledokolitiasis, pankreatitis dan kolangitis
Kolesistitis akut :
• 90-95 % kolesistitis akut disertai kolelitiasis
• Timbul akibat obstruksi duktus
sistikus🡪 peradangan
• Respon peradangan dicetuskan :
1. inflamasi mekanik ( tekanan intra luminal🡪
distensi 🡪 iskemia mukosa & ddg kandung
empedu )
2. Inflamasi kimia ( pelepasan lesitin dan faktor
jaringan lokal )
3. Inflamasi bakteri
Tabel 1 Faktor predisposisi untuk pembentukan batu kolesterol dan batu empedu
berpigmen
BATU KOLESTEROL DAN CAMPURAN
A Demografi
1 Eropa Utara dan Amerika Utara dan Selatan lebih besar daripada Asia, kemungkinan
familial, aspek herediter
B Obesitas
1 Kumpulan dan sekresi asam empedu yang normal tetapi peningkatan sekresi
kolesterol biliaris
F Pertambahan Usia
1 Peningkatan sekresi kolesterol biliaris, penurunan ukuran kumpulan
asam empedu, penurunan sekresi garam empedu biliaris.
H Terapi klofibrat
1. Peningkatan sekresi kolesterol biliaris
I Macam-macam
1 Diabetes melitus ?
2 Diet tinggi - kalori, tinggi lemak