Anda di halaman 1dari 11

PEDOMAN DAKWAH

ISLAM WASATHIYAH
OLEH
H. AHMAD ZUBAIDI, MA
SEKRETARIS KOMISI DAKWAH MUI PUSAT
TAUJIHAT ISLAM WASATHIYAH

 Sebagai solusi jalan tengah merebaknya dua pemikiran


yang berbanding 180 derajat, yaitu pemikiran yang
cenderung kanan dengan ciri tekstualis dan tidak ada
kompromi, dan pemikiran yang cenderung kiri, dengan
ciri lepas dari teks dan cenderung permisif
 Dikeluarkan pada Musyawarah Nasional (Munas)
Majelis Ulama Indonesia (MUI) ke-IX yang
diselenggarakan pada 08-11 Dzul Qa’dah 1436 H/ 24-27
Agustus 2015.
Karakteristik Islam wasathiyah

 Tawassuth (mengambil jalan tengah),


 Tawazun (berkeseimbangan),
 I’tidal (lurus dan tegas),
 Tasamuh (toleransi),
 Musawah (egaliter non diskriminatif),
 Syura (Musawarah),
 Islah (reformasi),
 Awlawiyah (mendahulukan yang prioritas),
 Tathawwur wa Ibtikar (dinamis, kreatif dan inovatif), dan
 Tahaddhur (berkeadaban).
Pedoman Dakwah Islam Wasathiyah

Dirumuskan dalam Multaqa al-Duat


Nasional di Hotel Santika TMII Jakarta
Timur Tahun 2016
Disahkan oleh Dewan Pimpinan Harian
MUI pada bulan September 2017
Visi dan Misi Dawkah

 Visi dakwah adalah terwujudnya dakwah


Islam yang mencerminkan nilai-nilai Islam
wasathiyah.
 Misi
dakwah adalah mewujudkan
masyarakat Islam yang memahami dan
mengamalkan nilai-nilai Islam wasathiyah.
TUJUAN DAKWAH

 Terbentuknya umat Islam yang berkomitmen kepada akidah,


syariat, dan akhlak Islam dalam koridor manhaj Ahlussunnah wal
Jamaah serta mempunyai ketangguhan dalam menghadapi
rongrongan aqidah, faham, dan pemikiran yang keliru, termasuk
upaya pemurtadan.
 Terbentuknya umat Islam yang menjadi pelopor, pemakmur,
penebar kedamaian dan rahmat bagi semesta alam.
 Terbentuknya umat Islam yang berkomitmen kepada Pancasila dan
Bhineka Tunggal Ika, dalam wadah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
KODE ETIK DAKWAH

 DAI HARUS MENGEDEPAKAN


 mengedepankan karakter lemah lembut (ً‫ )قَ ْو ًال لَ يِّنا‬dan
Perkataan yang baik (ً‫)قَ ْو ًال َّم ْع ُروفا‬, perkataan yang benar (‫قَ ْو ًال‬
َ , perkataan yang mulia (ً‫) قَ ْو ًال َك ِريما‬, perkataan yang
ً‫)س ِديدا‬
pantas (ً‫سورا‬ُ ‫) قَ ْو ًال َّم ْي‬, perkataan yang berbekas pada jiwa(‫قَ ْو ًال‬
ً‫)بَ لِيغ ا‬
 sukarela tanpa paksaan (Tathawwu’iyyan),
 toleran terhadap perbedaan (Tasamuhiyyan),
 dan menyayangi objek dan sesama pelaku dakwah
(Tawaddudiyan wa Tarahumiyan).
LANJUTAN…KODE ETIK DAKWAH

1. Menyatukan antara ucapan dan perbuatan.


2. Tidak melakukan pencampuradukan akidah dan ibadah agama-agama.
3. Tidak menghina sesembahan non muslim.
4. Bersikap adil dan tidak mendiskriminasi sasaran dakwah.
5. Tidak meminta dan menetapkan nilai imbalan.
6. Menghindari pergaulan yang mengundang syubhat dari masyarakat.
7. Tidak menyampaikan hal-hal yang tidak diketahui dan tidak dikuasainya.
8. Menganggap sesama pelaku dakwah sebagai mitra yang saling menguatkan, bukan pesaing
yang saling menjatuhkan.
9. Menyelenggarakan kegiatan dakwah dengan sumber pendanaan yang halal dan tidak
mengikat.
10. Merujuk kepada putusan lembaga keagamaan yang mu’tabarah (ijma’ al-majami’) terutama
fatwa-fatwa MUI dalam isu-isu dakwah dan keummatan.
KODE ETIK DAKWAH TERHADAP SESAMA
MUSLIM

 Setiap muslim memandang sesama muslim sebagai saudara seiman. Karenanya sebagai muslim
harus memperlakukan saudara seimannya denga penuh kasih sayang, dilandasi kejujuran, memiliki
rasa empati dan solidaritas yang tinggi. Bukan dengan rasa benci, antipasti dan cenderung
melukainya.
 Setiap muslim merasa wajib mengembangkan persaudaraan keimanan, ke arah sikap dan
budaya saling membantu dan melindungi.
 Setiap muslim mengutamakan kehidupan berjamaah dan dapat mendayagunakan organisasi
sebagai alat dakwah dan perjuangan. Dalam hal ini, organisasi hanyalah alat, bukan tujuan.
 Setiap organisasi atau lembaga Islam memandang organisasi/lembaga Islam sebagai mitra
perjuangan. Karena itu harus dikembangkan budaya kerjasama dalam rangka fastabiqul
khairat. Bukan budaya pertentangan, permusuhan dan persaingan tidak sehat.
 Dalam kehidupan politik, seperti pada pemilihan untuk jabatan politis, setiap muslim dan
organisasi/lembaga Islam mengedepankan kebersamaan dan kepentingan bersama umat Islam
dan meletakkannya di atas kepentingan kelompok/organisasi.
LANJUTAN…

 Sesama pemimpin muslim dan tokoh Islam wajib menghidupkan silaturahim tanpa
memandang perbedaan suku, etnik, organisasi, kelompok atau aliran politik.
 Setiap pemimpin dan tokoh umat Islam perlu menahan diri untuk tidak mempertajam dan
mempertentangkan masalah-masalah khilafiyah, keragaman ijtihad dan perbedaan madzhab
di dalam forum khutbah, pengajian dan sebagainya, apalagi dengan mengklaim pendapat atau
kelompok tertentu yang paling benar dan menyalahkan pendapat atau kelompok lain.
 Hubungan antara sesama organisasi Islam haruslah dilandasi pandangan positif (husnudzon) dan
selalu mengedepankan sikap saling menghargai peran dan kontribusi masing-masing dalam
pembangunan umat.
 Setiap amal dan prestasi suatu organisasi Islam haruslah dipandang sebagai bagian dari karya dan
prestasi umat Islam secara keseluruhan, dalam arti organisasi Islam yang lain wajib
menghormati, menjaga serta melindunginya.
 Setiap kaum muslimin harus memandang sesama muslim di berbagai negara dan belahan
dunia, sebagai bagian dari dirinya dan berkewajiban untuk membangun solidaritas dan
tolong menolong dalam berbagai bidang kehidupan.
SEKIAN,
TERIMA KASIH ATAS PERHATIAN
ANDA

Anda mungkin juga menyukai