Anda di halaman 1dari 21

Diskusi Topik

Induksi Persalinan
Siti Rahmah Ulfa
41201396100042
Pembimbing : dr. Dwi , Sp.OG(K)

Kepaniteraan Klinik Obstetri-Gonekologi


Rumah Sakit Haji Jakarta
Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Periode 17-21 Mei 2022
Induksi persalinan
upaya stimulasi uterus untuk
mulainya proses persalinan pada janin
menjelang aterm
Keadaan: blm ada tanda2 inpartu
Kemungkinan: janin dapat hidup
diluar kandungan (u >28 w)
Persyaratan induksi
Presentasi kepala
Usia kehamilan mendekati aterm
Kepala janin harus sudah masuk PAP
Kematangan serviks
Paritas multipara lebih mudah
Maturitas janin
Indikasi darurat Faktor
ibu
 Preeklampsia berat (PEB)
 Diduga gawat janin yang akut
Keadaan
 PJT (IUGR) yang berat Faktor kehamilan
 Penyakit ibu yang berbahaya dan tidak respon dengan
pengobatan janin
 Korioamnionitis

Indikasi segera
Indikasi tidak segera (urgent)
(non-urgent)  KPD saat aterm atau dekat aterm
 PJT tanpa bukti adanya hipoksia akut
 DM yang tidak terkontrol
 Kehamilan ‘post-term’  Penyakit iso-imun saat aterm atau dekat aterm
 DM terkontrol baik
 Kematian intrauterin pada kehamilan sebelumnya
 Kematian janin
 Problem logistik (jarak ke RS)
Kontraindikasi
a. Terdapat distosia persalinan
b. Terdapat kedudukan ganda
c. Terdapat overdistensi rahim
d. Pada grandemultipara atau kehamilan > 5 kali
e. Terdapat tanda atau gejala intrauterine fetal distress
Bishop Score
Faktor serviks Skor
0 1 2 3

Dilatasi (cm) 0 1-2 3-4 >5

Pendataran/ eff. (%) 0-30 40-50 60-70 >80

Konsistensi Keras Sedang Lunak -

Posisi Posterior Medial Anterior -

Penurunan -3 -2 -1 0 +1 +2
kepala/station (4/5) (3/5) (2/5) (1/5)
Nilai
skor ≥ 6 • Serviks Matang

Nilai • Serviks Belum Matang


skor ≤ 5
Jika serviks Jika serviks
belum matang sudah matang
● Jika Nilai skor Bishop ≤ 5 lakukan ● Lakukan Amniotomi
pematangan serviks terlebih ● Jika 1 jam his tidak baik, lakukan
dahulu. pemberian oksitoksin drip.
● Pematangan serviks dengan ● Jika ibu mengalami PEB
prostaglandin dan Katater Foley amniotomi bersamaan dengan
oksitoksin drip
Metode-Metode Induksi

Farmakologis Mekanik
Prostaglandin E2 Membrane Stripping / Sweeping
Prostaglandin E1 (PGE1) Teknik Mekanik dengan kateter foley
Oksitosin Amniotomi
Penggunaan prostaglandin E2
• Prostaglandin E2 intravaginal (dinoprostone) menguraikan struktur kolagen pada jaringan serviks
Sediaan : gel 10 mg, intravaginal 1 mg dan 2 mg, intracervical 0,5 gel

• prostaglandin E2 bentuk pessarium 3 mg atau gel 2-3 mg ditempatkan pada forniks posterior vagina

• Pemberian diulang setiap 6 jam jika his masih belum baik

• Pemberian dihentikan jika :


1. Ketuban sudah pecah
2. Serviks sudah matang
3. Pemakaian prostaglandin sudah 24 jam
PENGGUNAAN MISOPROSTOL
• Misoprostol (PGE1)
• Cara pemberian: transvaginal, oral, sublingual / buccal, transrectal

• Hanya pada kasus tertentu e.c efeknya yang sangat kuat (risiko ruptur uteri)

• Misalnya pada kasus : PEB/EKLAMPSI , serviks belum matang, SC tidak bisa dilakukan atau
bayi tertalu prematur untuk bisa hidup

• IUFD yang lebih dari 4 minggu dan sudah ada tanda gangguan pembekuan darah

• Dosis: (rekomendasi WHO)


• Oral misoprostol: 25 μg, setiap 2 jam
• Vaginal low-dose misoprostol: 25 μg, setiap 6 jam
PEMBERIAN OKSTITOKSIN
Yang harus diperhatikan ;
• Observasi: laju aliran infus, kontraaksi uterus, TIU, DJJ, Kemajuan persalinan
• Jangan meninggalkan ibu yang dipasang infus dengan oksitoksin
• Untuk Primigravida harus lebih hati-hati dalam pemberian oksitoksin
• Untuk primigravida, jangan memberikan oksitoksin 10 unit dalam 500 ml
• Jangan memberikan oksitoksin drip pada pasien bekas SC
Cara dan Dosis Oksitoksin
• Oksitoksin di drip dalam NaCL atau RL
• Mulai dengan 2,5UI dalam 500 cc 10 tts/m naikkan tiap 30’ sampai kontraksi baik (3 x/ 10 m/ 40
dtk) dan pertahankan  sampai persalinan
• Jika his belum baik sampai tetesan ke 60 naikan dosis menjadi 5 UI/500 cc
• Mulai dengan tetesan 30 dan tingkatkan 10 tts tiap 30 menit

Jika tetap tidak ada kemajuan his sampai dengan tetesan ke-60, maka :
• Pada multigravida gagal dan lakukan SC
• Pada primigravida naikan dosis menjadi 10 UI/500 cc. Mulai dengan tetesan 30 dan tingkatkan 10
tts tiap 30 menit
• Jika tetap tidak adekuat hisnya setelah tetesan ke-60, lakukan SC
Membrane stripping (sweeping)
• Melepaskan atau memisahkan selaput kantong ketuban dari segmen bawah
uterus

• Dengan jari  masuk kedalam kanalis servikalis selaput ketuban yang


melekat dilepaskan dari dinding uterus sekitar ostium uteri internum.

• Cara ini akan lebih berhasil bila serviks sudah terbuka dan kepala sudah
turun.

• Menyebabkan persalinan normal dalam 48 jam, mengurangi insidensi


persalinan ≥41 minggu. Dapat menyebabkan sedikit perdarahan vagina,
perasaan tidak nyaman saat prosedur, dan kontraksi uterus irregular
kateter foley
• Menekan ostium serviks untuk meregangkan segmen bawah rahim dan melepaskan prostaglandin scr
bersamaan

• Menyebabkan pelunakan dan pendataran serviks

• Tindakan ini tidak boleh digunakan pada ibu yang mengalami servisitis, vaginitis, pecah ketuban
dini, dan terdapat riwayat perdarahan.
Amniotomi
• Amniotomi Pemecahan ketuban buatan memicu pelepasan prostaglandin.
• Amniotomi dapat dilakukan sejak awal sebagai tindakan induksi, dengan atau tanpa oksitosin.
• Amniotomi  berkurangnya aliran darah kedalam rahim (40 mnt setelahnya) oksigenasi otot
Rahim berkurang meningkatkan kepekaan otot Rahim kepala dapat langsung menekan dinding
serviks
Resiko induksi
• Kegagalan untuk mencapai Persalinan
• Hiperstimulasi uterus dengan komplikasi janin
• Ruptur uterus
• Meningkatkan risiko SC
Komplikasi
Terhadap Ibu Terhadap Janin

● Kegagalan induksi ● Trauma pada janin oleh tindakan


● Kelelahan ibu dan krisis emosional ● Prolapsus tali pusat
● Inersia uteri dan partus lama ● Infeksi intrapartal pada janin
● Tetania uteri (tamultous labor) yang dapat
menyebabkan solusio plasenta, ruptur
uteri dan laserasi jalan lahir lainnya,
● Infeksi intrauterin
Terimakasih
CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo,
including icons by Flaticon, and infographics & images by
Freepik
REFERENSI
● Manuaba, Ida Ayu C, dkk. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan Dan KB. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
● Prawihardjo.2011. Ilmu kebidanan Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo
● Cunningham FG, et al. Williams Obstetrics. 25th ed. USA: Mc-Graw Hill Education; 2018.
● WHO recommendations for Induction of labour [Internet]. Apps.who.int. 2011 Accessed from:
http://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/44531/9789241501156_eng.pdf?sequence=1.
● Wulandari I. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Induksi Persalinan Pada Ibu
Bersalin di RS. TNI Al Jala Ammari Makassar Tahun 2017. JURNAL KESEHATAN DELIMA
PELAMONIA. 2017;1(2):141-146.
● Wormer K, Bauer A, Williford A. Bishop Score [Internet]. Ncbi.nlm.nih.gov. 2021. accessed
from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470368/.

Anda mungkin juga menyukai