Anda di halaman 1dari 66

LAPORAN KASUS

CHF NYHA F.CLASS III + OA


GENU BILATERAL
O L E H : D R . D W I AT M A D E D E R A M D A N I

PEMBIMBING: DR. HJ. HERNI WIWIK H

PROGRAM INTERNSHIP DOKTER INDONESIA


A N G K ATA N 4 TA H U N 2 0 2 1
U P T D P U S K E S M A S R AWAT I N A P D A R M A R A J A
K A B U PAT E N S U M E D A N G
Identitas pasien
Nama Pasien : Ny. N
Usia : 70 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku : Sunda
Alamat : Nagrong
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Tanggal Masuk : 29 November 2021
Tanggal Pemeriksaan : 29 November 2021
KELUHAN UTAMA
Bengkak pada kedua kaki
ANAMNESIS
Pasien datang ke Balai Pengobatan Puskesmas Darmaraja dengan keluhan bengkak kedua
kaki sejak 1 tahun yang lalu. Keluhan disertai dengan sesak napas, sesak terjadi sejak 8 bulan
yang lalu dan semakin parah pada 2 minggu yang lalu, sesak dirasakan secara tiba tiba dan terus
menerus. Sesak napas dirasakan sepanjang hari terutama ketika ingin tidur, sesak napas
memburuk ketika pasien terlentang. Sesak napas berkurang ketika pasien memakai 3 bantal
untuk menyangganya. Pasien mengatakan sesak napas sampai mengganggu aktivitas dan
membuat pasien tidak bisa tidur.
ANAMNESIS
Pasien mengatakan keluhan disertai juga dengan cepat lelah sejak 6 bulan yang lalu
walaupun hanya melakukan aktivitas fisik yang ringan. Keluhan disertai dengan berdebar sejak 6
bulan yang lalu, berdebar terjadi secara terus terusan dan semakin lama semakin memburuk.
Keluhan disertai dengan nyeri pada lutut kanan dan kiri sejak kurang lebih 2 bulan yang lalu,
awalnya keluhan muncul secara perlahan, dirasakan tidak begitu nyeri namun seiring dengan
berjalannya waktu nyerinya bertambah hebat. Nyeri yang dirasakan hilang timbul, keluhan hilang
saat istirahat dan muncul saat berjalan. Nyeri tidak menjalar tetapi membuat sulit untuk berjalan.
Pasien juga merasakan ada suara/ bunyi ketika kakinya digerakan.
ANAMNESIS
Pasien menyangkal keluhan disertai dengan demam yang lama, penurunan
berat badan yang drastis, berkeringat pada malam hari. Pasien menyangkal
adanya mengi yang terdengar ataupun memiliki riwayat penyakit asma. Pasien
menyangkal adanya trauma terbentur pada lutut pasien. Pasien menyangkal
adanya lemah, letih dan lesu yang sering. Pasien tidak memiliki riwayat hipertensi
ataupun diabetes mellitus. Pasien memiliki riwayat jantung 1 tahun yang lalu.
Tidak ada anggota keluarga yang memiliki keluhan yang sama.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Sakit sedang

Kesadaran : CM, GCS (15) E4M6V5

Tanda Vital
• Tekanan darah : 100/80 mmHg

• Nadi: 80x/ menit, regular, isi cukup

• Respirasi : 26x/menit

• Suhu : 37,2˚C

BB : 55 kg

TB : 150 cm

BMI : 24,4 (Normoweight)


Kepala :
• Normocephali, tidak ada deformitas, tidak ada benjolan
• Rambut hitam, lurus, cukup tebal, tidak rontok
• Wajah simetris, tidak edema

Mata
• Letak Simetris
• Palpebrae edema (-/-)
• Pupil bulat, isokor, refleks cahaya (+/+)
• Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Telinga
Deformitas (-/-), edema (-/-), sekret (-/-), hiperemis (-/-)

Hidung
Simetris, deviasi septum (-), corpus alienum (-), mucosa hiperemis (-), edema (-), sekret (-), PCH (-)

Mulut
• Bibir : tidak kering
• Mukosa : basah
• Lidah : tidak kotor, tidak tremor , papilla terlihat jelas
• Tonsil : T1-T1 tidak hiperemis
• Faring : tidak hiperemis
Leher
• Simetris, jaringan parut (-)
• Pembesaran KGB (-)
• Deviasi trakea (-)
• Pembesaran tiroid (-)
• JVP 5+5 mmH2o
Thorax (Paru-paru) Perkusi:
Inspeksi • Sonor di kedua lapang paru
• Bentuk normal, pergerakan simetris, deformitas • BPH pada ICS V
(-), retraksi (-), rose spot (-)
• Sela iga terlihat membesar Auskultasi:
• VBS (+/+) Ka=Ki, ronchi (-/-), wheezing
Palpasi : (-/-)
• Pelebaran ICS (-), vocal fremitus ka=ki, chest
• Vocal Resonance: Ka=Ki
expansion simetris ka=ki
• Sudut arcus costarum >90 derajat
Thorax (Jantung)
Inspeksi : ictus cordis terlihat
Palpasi : ictus cordis teraba pada ICS V linea mid axilla sinistra
Perkusi
batas atas : ICS II parasternal sinistra
batas kanan : ICS V linea Parasternal dextra
batas kiri : ICS V linea midaxillary Sinistra
Auskultasi : bunyi jantung S1 dan S2 murni, reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen Palpasi
Inspeksi • hepatomegali (-),
• Cembung, supel splenomegali (-)
• Jaringan parut (-)
Perkusi
Auskultasi • Timpanik seluruh
• Bising usus (+) 18x/menit kuadran
• Pekak samping (-)
• Pekak pindah (-)
Punggung

Inspeksi : Pergerakan simetris, Deformitas (-)

Palpasi : Tactile fremitus Ka=Ki, chest expansion

simetris Ka=Ki

Perkusi : sonor di kedua lapang paru

Auskultasi : VBS (+/+) , ronkhi (-/-), wheezing (-/-),

vocal resonance Ka=Ki


Anogenitalia : tidak dilakukan

Ekstremitas Atas Ekstremitas Bawah


• Akral hangat •Akral hangat
• CRT < 2 detik •CRT < 2 detik
• Edema (-/-) •Edema (+/+)
 Deformitas (-/-) •Deformitas (-/-)

 Motorik 5/5 •Motorik 5/5


•Atropi otot Gastrocnemius
DIAGNOSIS BANDING
1. CHF NYHA Functional Class III + OA Genu Bilateral
2. Asthma + OA Genu Bilateral
3. PPOK/COPD + OA Genu Bilateral
4. CKD + OA Genu Bilateral
USULAN PEMERIKSAAN
- Darah Rutin (hb,ht,trombo,leuko)
- Fungsi ginjal ( Ureum Kreatinin)
- Spirometer
- EKG
- THORAX AP
-
Diagnosis kerja
CHF NYHA Functional Class III + OA Genu Bilateral
TATALAKSANA
Farmakologi :
Furosemid 1mg/kgbb
Bisoprolol 1x5 mg
Ranitidine 3x150 mg
Asam Mefenamat 3x500 mg
Sianokobalamin 1x1
Tatalaksana UKM
1. Promkes
Edukasi:
Kurangi aktifitas berlebih dan jangan membawa barang-barang berat
Menjaga berat badan
2. Kesling
Rumah Sehat (terdapat pegangan, lantai tidak licin, lingkungan bersih, aman tidak terdapat barang mudah jatuh)
3. Gizi
Batasi konsumsi garam
Kurangi makan terlalu banyak dan atur makanan apa saja yang harus di konsumsi seperti menghindari makanan berlemak.
4. P2P
Sarankan Fisioterapi
Menggunakan tongkat apabila bepergian
5. Kesehatan Jiwa
Manajemen stress
Screening Depresi
Click icon to add picture

PEMBAHASAN
HEART FAILURE
Definisi
◦ (Lilly) Ketidakmampuan jantung untuk memompa darah dalam kecepatan yang cukup untuk

memenuhi kebutuhan metabolic tubuh [forward damage], atau kemampuan tersebut hanya dapat
dilakukan jika tekanan pengisian jantung secara abnormal tinggi (backward failure), atau
keduanya.

◦ (Braunwald) Gangguan progresif yang terjadi setelah sebuah “peristiwa indeks” dimana terjadi
kerusakan otot jantung, yang mengakibatkan hilangnya fungsi myosit jantung, ataupun adanya
gangguan myocardium untuk menghasilkan gaya, sehingga jantung tidak dapat berkontraksi
dengan normal.
(Harisson) Sebuah sindrom klinis yang terjadi pada pasien, akibat abnormalitas struktur dan/atau
fungsi jantung baik yang didapat maupun diturunkan, berkembanglah sekumpulan gejala-gejala klinis
(dyspnea dan lelah) dan tanda-tanda (edema dan rales) yang mengakibatkan pasien tersebut sering
berobat ke RS, kualitas hidupnya buruk, dan angka harapan hidupnya memendek

(PERKI) Gagal jantung adalah kumpulan gejala yang kompleks dimana seorang pasien harus
memiliki tampilan berupa: Gejala gagal jantung (nafas pendek yang tipikal saat istrahat atau saat
melakukan aktifitas disertai / tidak kelelahan); tanda retensi cairan (kongesti paru atau edema
pergelangan kaki); adanya bukti objektif dari gangguan struktur atau fungsi jantung saat istrahat.
HEART FAILURE
A. Epidemiologi
HF merupakan masalah di seluruh dunia., dengan lebih dari 20 juta orang mengalami hal ini.
Prevalensi keseluruhannya pada populasi orang dewasa di negara berkembang adalah 2%.

B. Etiologi
Setiap kondisi yang menyebabkan perubahan dalam struktur atau fungsi ventrikel kiri. HF dapat
menjadi manifestasi akhir dan paling parah dari hampir semua penyakit jantung, termasuk
CAD,MI, valvular disease, hipertensi, CHD, dan cardiomyopati.
HEART FAILURE
C. Faktor Resiko
Hipertensi
Obesitas
Merokok
Stress, emosi, dll
E. ETIOLOGI
 Serangan jantung coroner
 Tekanan darah tinggi (hipertensi)
 Penyakit katup jantung
 Penyakit jantung bawaan
 Kardiomiopati
 Miokarditis
 Aritmia
 Hipertiroid
Etiologi
Kelainan Peningkatan beban kontraksi vent.
mekanis (hipertensi pulmonal, stenosis aorta,
stenosis pulmonal)
Peningkatan beban volume (regurgitasi
aorta, mitral, trikuspid, dan shunt:
ASD, VSD, PDA)
Obstruksi terhadap pengisian ventrikel
(stenosis mitralis atau trikuspidalis)
• Iskemik miokardium
Kelainan • Miokarditis
miokardiu • Kardiomiopati
m
• Kelainan metabolik

Berubahnya
irama • Henti jantung
jantung atau • Fibrilasi
urutan • Takikardi atau bradikardi yang berat
konduksi
1. KLASIFIKASI DAN
TERMINOLOGI
Berdasarkan presentasinya gagal jantung dibagi menjadi gagal jantung akut,
kronis/menahun, dan acute on chronic heart failure.
◦ Gagal jantung akut;
timbulnya sesak nafas secara cepat kurang dari 24 jam akibat kelainan fungsi jantung,
gangguan fungsi sistolik atau diastolik atau irama jantung, atau kelebihan beban
awal/preload, beban akhir/afterload, atau kontraktilitas.

◦ Gagal jantung menahun;


sindrom klinis yang kompleks akibat kelainan struktural atau fungsional yang mengganggu
kemampuan pompa jantung atau mengganggu pengisian jantung.
2. Klasifikasi berdasarkan Etiologi
Terminologi lain gagal jantung dapat berdasarkan nilai fraksi ejeksi;
◦ Heart failure-reduced ejection fraction HR-REF;

adanya tanda dan gejala gagal jantung yang disertai penurunan nilai fraksi ejeksi ventrikel kiri.

◦ Heart failure-preserved ejection fraction/HR-PEF;

Adanya tanda dan gejala gagal jantung, namun nilai fraksi ejeksi normal atau menurun sedikit, serta
tidak ada dilatasi ventrikel kiri. Kondisi ini berhubungan dengan kelainana struktural, seperti hipertrofi
ventrikel kiri atau atrium kiri dan/atau disfungsi diastolik.
3. Klasifikasi berdasarkan posisi anatomi
Gagal jantung kirigangguan pemompaan darah pada ventrikel kiritekanan dan
volume akhir diastolik ventrikel meningkat↑tekanan atrium kiri dan menghambat
aliran vena pulmonalbendungan paru

Gagal jantung kanan gangguan vetrikel kanan↑tekanan pada atrium kanan 


menghamat aliran masuk dari vena cava superior dan inferior  bendungan sistemik.

Gagal jantung kiri&kanan: tejadi bersama; atau GJ kanan akibat GJ kiri


KLASIFIKA
SI
Klasifikasi gagal jantung berdasarkan kelainan struktural jantung
atau berdasarkan gejala yang berkaitan dengan kapasitas
fungsional
NYHA.
PATO
PHYSIOLO
GY
MANISFESTASI KLINIK
DIAGNOSIS (KRITERIA
DIAGNOSIS)
Diagnosis
ditegakkan
dari dua
kriteria mayor,
atau satu
kriteria mayor
dan dua
kriteria minor
yang ada pada
saat
bersamaan
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
a) EKG  gambaran sesuai
penyebab

PERKI 2015
b) Foto thorax  pembesaran jantung dan opasifikasi hilus yang bisa mencapai apek paru
serta efusi pleura
c) Ekokardiografi :
- Fraksi ejeksi <35-40%  disfungsi sistolik, kelainan katup/PJK/Shunt
- Fraksi ejeksi >40-50%  LVH  HHD; HCM (Hypertensi cardiomyopathi) /Amiloid
Perikard  Efusi /tamponade; Perikarditis
d) Laboratorium
◦ Hb
◦ Leukosit
◦ Elekrolit, khususnya Natrium-kalium
◦ Ureum-kreatinin
◦ SGOT-SGPT-Bilirubin
e) Peptida Natriuretik
Terdapat bukti - bukti yang mendukung penggunaan kadar plasma peptidanatriuretik untuk
diagnosis, membuat keputusan merawat atau memulangkan pasien, dan mengidentifikasi
pasien pasien yang berisiko mengalami dekompensasi
f) Troponin I atau T
Pemeriksaan troponin dilakukan pada penderita gagal jantung jika gambaran klinisnya disertai
dugaan sindroma koroner akut. Peningkatan ringan kadar troponin kardiak sering pada gagal
jantung berat atau selama episode dekompensasi gagal jantung pada penderita tanpa iskemia
miokard.
I. MANAGEMENT &TREATMENT
Tujuan terapi pada pasien gagal jantung kongestif (CHF) berdasarkan American Heart
Association antara lain sebagai berikut :
a. Mencegah terjadinya CHF pada orang yang telah mempunyai faktor resiko.
b. Deteksi dini asimptomatik disfungsi LV.
c. Meringankan gejala dan memperbaiki kualitas hidup.
d. Progresifitas penyakit berjalan dengan lambat.
Management
Penggolongan obat sangat erat kaitannya dengan algoritma pada terapi gagal jantung kongestif. Berdasarkan Pharmacoterapy
Handbook , penggolongan obat pada terapi gagal jantung kongestif (CHF) adalah sebagai berikut :

1. Angiotensin converting enzyme Inhibitor (ACE I) (co:Captropil)

2. Beta bloker (co: Propanolol)

3. Angiotensin II receptor type 1 Inhibitor (ARB)

4. Diuretik (co:Furosemid)

5. Antagonis aldosterone

6. Antagonis aldosterone

7. Digoksin

8. Nitrat dan hidralazin


Management CHF berdasarkan klasifikasi AHA

Stage A ACE Inhibitor atau ARB


Stage B ACE Inhibitor, Beta Blocker
Stage C ACE Inhibitor, Beta Blocker
 Diuretik, Digoksin
 Alternatif lain : ARB, Spironolakton,
Nitrat+Hidralazin

Stage D Terapi stage A, B, C dengan tambahan


infus iv inotropik (digoksin) untuk terapi
paliatif
TREATMENT
ANGIOTENSIN- Fraksi ejeksi ventrikel kiri ≤ 40 %, dengan atau • Riwayat angioedema
CONVERTING ENZYME tanpa gejala • Stenosis renal bilateral
INHIBITORS (ACEI) • Kadar kalium serum > 5,0 mmol/L
• Serum kreatinin > 2,5 mg/dL
• Stenosis aorta berat

PENYEKAT β • Fraksi ejeksi ventrikel kiri ≤ 40 % • Asma


• Gejala ringan sampai berat (kelas • Blok AV (atrioventrikular) derajat 2
fungsional II - IV NYHA) dan 3, sindroma sinus sakit (tanpa
• ACEI / ARB (dan antagonis aldosteron jika pacu jantung permanen), sinus
indikasi) sudah diberikan bradikardia (nadi < 50 x/menit)
• Pasien stabil secara klinis (tidak ada
perubahan dosis diuretik, tidak ada
kebutuhan inotropik i.v. dan tidak ada
tanda retensi cairan berat)

ANTAGONIS ALDOSTERON • Fraksi ejeksi ventrikel kiri ≤ 40 % • Konsentrasi serum kalium > 5,0
• Gejala sedang sampai berat (kelas mmol/L
fungsional III- IV NYHA) • Serum kreatinin> 2,5 mg/dL
• Dosis optimal penyekat β dan ACEI atau • Bersamaan dengan diuretik hemat
ARB (tetapi tidak ACEI dan ARB) kalium atau suplemen kalium
• Kombinasi ACEI dan ARB
ANGIOTENSIN RECEPTOR Fraksi ejeksi ventrikel kiri ≤ 40 % Sama seperti ACEI, kecuali angioedema
BLOCKERS (ARB)  Sebagai pilihan alternatif pada pasien  Pasien yang diterapi ACEI dan
dengan gejala ringan antagonis aldosteron bersamaan
sampai berat (kelas fungsional II - IV NYHA)  Monitor fungsi ginjal dan serum
yang intoleran ACEI elektrolit serial ketika ARB
 ARB dapat menyebabkan perburukan fungsi digunakan bersama ACEI
ginjal, hiperkalemia,
dan hipotensi simtomatik sama sepert ACEI,
tetapi ARB tidak
menyebabkan batuk
HYDRALAZINE DAN  Pengganti ACEI dan ARB dimana keduanya Hipotensi simtomatik
ISOSORBIDE DINITRATE (H- tidak dapat ditoleransi  Sindroma lupus
ISDN)  Sebagai terapi tambahan ACEI jika ARB atau  Gagal ginjal berat
antagonis
aldosteron tidak dapat ditoleransi
 Jika gejala pasien menetap walaupun sudah
diterapi dengan ACEI,
penyekat β dan ARB atau antagonis
aldosteron
DIGOKSIN Fibrilasi atrial Blok AV derajat 2 dan 3 (tanpa pacu
 dengan irama ventrikular saat istrahat > 80 jantung tetap); hat-hat jika
x/menit atau saat pasien diduga sindroma sinus sakit
aktifitas> 110 - 120 x/menit  Sindroma pre-eksitasi
Irama sinus  Riwayat intoleransi digoksinACEI dan
 Fraksi ejeksi ventrikel kiri ≤ 40 % ARB
 Gejala ringan sampai berat (kelas
fungsional II-IV NYHA)
 Dosis optimalACEI dan/atau ARB, penyekat
β dan antagonis
aldosteron jika ada indikasi.
DIURETIK direkomendasikan pada pasien gagal jantung
dengan tanda klinis
atau gejala kongesti (kelas rekomendasi I,
tingkatan bukit B).Tujuan dari
pemberian diuretik adalah untuk mencapai
status euvolemia (kering dan
hangat) dengan dosis yang serendah
mungkin, yaitu harus diatur sesuai
kebutuhan pasien, untuk menghindari
dehidrasi atau reistensi.
KOMPLIKASI
• Komplikasi terdekat adalah ke paru-paru. Respiratory distress, infeksi, dll.

• Peripheral edema dan edema hepar menjadi salah satu ancaman yang dapat

memperburuk prognosis.

• Infeksi superimposed pada jantung seringkali terjadi.

• Kondisi turunnya CO (lambatnya sirkulasi) sering sekali diikuti dengan terbentuknya

thrombo-emboli yang dapat berbahaya bila menyebar ke otak, paru, dan ginjal.
Osteoarthritis

Definisi: suatu penyakit yang meliputi degenerasi dalam berbagai


struktur sendi, meliputi kartilago, tulang, synovium, otot, dan ligamen
yang hal ini dapat menyebabkan kekakuan, kehilangan mobilitas,
bengkak, dan nyeri.
Definisi: Kelainan kronis sendi sinovial dimana terjadi pelunakan dan
disintegrasi progresif tulang rawan artikular disertai pertumbuhan
tulang rawan yang baru pada batas sendi (osteosit), pembentukan
kista dan sklerosis di tulang subkondral, sinovytis ringan dan fibrosis
kapsul.
Epidemiologi

Prevalensi OA pada wanita meningkat ketika setelah usia


80 tahun dan 50 tahun untuk laki-laki.
OA pada tangan lebih sering terjadi di wanita, sedangkan
pada laki-laki cenderung di bagian pinggul.
Faktor Resiko
Jenis kelamin lebih banyak pada perempuan.
Genetik disposisi
Usia
Trauma atau cedera
Berat badan berlebihan
Stress pada sendi
Riwayat operasi yang melibatkan sendi
Klasifikasi OA

1. Osteoarthritis Primer
Osteoarthritis yang tidak berhubungan dengan penyakit sistemik maupun proses
perubahan lokal pada sendi dan tidak diketahui penyebabnya. Bisa disebut sebagai OA
idiopatik.

2. Osteoartritis sekunder
Merupakan OA yang didasari oleh kelainan endokrin, inflamasi, metabolik, pertumbuhan,
herediter, jejas mikro dan makro, serta imobilisasi yang terlalu lama.
Manifestasi klinis

Nyeri Sendi
Hambatan Gerakan Sendi
Kaku Pagi
Krepitasi
Pembesaran sendi (deformitas)
Perubahan Gaya Berjalan
Diagnosis. 1. Anamnesis.
nyeri hilangnya fungsi gejala lainnya

nyeri saat awal


stiffness krepitasi
bergerak
nyeri selama sensitivitas
terbatasnya ROM
bergerak meningkat trhdp
dingin dan atau
nyeri permanen terbatasnya
basah
atau nocturnal aktivitas sehari-
hari progresifitas
dibutuhkan bertahap
pereda nyeri dibutuhkan alat
bantu orthopedic
2. Pemeriksaan Fisik

Hambatan Gerak
Krepitasi
Pembengkakan sendi yang sering kali asimetris
Tanda-tanda peradangan
Deformitas sendi yang permanen
Perubahan Gaya Berjalan
Radiologis

Digunakan 2 sisi (AP dan lateral)


staging system of Kellgren
Tatalaksana

Non Farmakologi: edukasi atau penerangan, terapi fisik atau


rehabilitasi, penurunan berat badan.
Farmakologi: analgesik oral, analgesik topikal, NSAID,
Chondroprotective, Steroid
Terapi Bedah:
Malalignment, deformitas lutut valgus varus; Arthrostopik
debridement, dan joint lavage; Osteotomi; Atroplasti sendi total.

Anda mungkin juga menyukai