Disusun Oleh :
dr. Kadek Maha Dwivayana
Pembimbing :
Dr. Nora Ismi Afriani
Interpretasi :
Ritme : Sinus takikardi
Frekuensi : 107 x/menit
Axis : Normoaxis
Morfologi gelombang normal, kecuali T inverted di V1-V4.
RESUME
• Tn. RH, 64 tahun, datang ke RSUD dr. H. Bob Bazar dengan keluhan
nyeri dada sebelah kiri sejak 1 hari SMRS. Nyeri dirasakan seperti
dihimpit benda berat dan dirasakan tidak menjalar. Nyeri dada
timbul saat pasien sedang beristirahat. Nyeri dada dirasakan selama
± 2 jam. Keluhan nyeri dada mulai dirasakan sejak 6 bulan SMRS,
seiring berjalannya waktu keluhan nyeri dada dirasakan semakin
sering dan semakin berat yang awalnya timbul hanya saat
beraktivitas hingga keluhan timbul saat pasien beristirahat. Keluhan
nyeri pada pasien disertai adanya sesak nafas, perasaan berdebar-
debar, dan berkeringat dingin. Pasien juga mengeluhkan sering sakit
kepala, tengkuk terasa berat, mual (-), muntah (-), demam (-),
bengkak dan kebas pada ekstremitas (-). BAK dan BAB tidak ada
keluhan. Batuk berdahak warna putih sejak 2 minggu SMRS.
• Pada pemeriksaan GCS 11, TD 160/90 mmHg, HR 100x/i, RR 30x/i.
Pemeriksaan fisik kepala dan leher dalam batas normal. Pada
pemeriksaan fisik jantung terdapat pembesaran jantung.
Pemeriksaan fisik paru, abdomen, ekstremitas dalam batas normal.
• Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil penurunan HB
(11,6 gr/dl), leukositosis (20,6x103/uL), peningkatan glukosa (201
mg/dl), peningkatan kolesterol (315 mg/dL), peningkatan ureum
(72,7 mg/dL) dan peningkatan kreatinin (2,01 mg/dL). Dari EKG
didapatkan T inversi pada V1-V4.
• DIAGNOSA :
ACS + Hipertensi grade II
• PENATALAKSANAAN
– O2 5 liter/menit
– IVFD NaCl 12tpm
– Ranitidin 1 amp/12 jam
– Ketorolak 1 amp/8 jam
– Pumpisel 1 vial/24 jam
– Aspilet (80mg) 1x4
– Clopidogrel (75mg) 1x4
– ISDN (5mg) 1x1
PEMBAHASAN
• Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang didapatkan bahwa pasien mengalami angina pektoris tak
stabil dan hipertensi grade II. Diagnosis angina pektoris tak stabil
ditegakkan berdasarkan keluhan yang dialami pasien yaitu nyeri
dada semakin memberat, lebih sering, timbul ketika pasien sedang
beristirahat, dimana sebelumnya nyeri dada dirasakan timbul ketika
pasien melakukan aktivitas berat dan hilang ketika pasien
beristirahat. Hal ini sesuai dengan salah satu kriteria angina tak
stabil yaitu angina yang makin bertambah berat, sebelumnya
didahului oleh angina stabil, lalu serangan angina timbul lebih
sering, dan lebih berat sakit dadanya, sedangkan faktor presipitasi
makin ringan.
• Hipertensi grade II yang ditemukan pada pasien merupakan salah
satu faktor resiko terjadinya angina pektoris tak stabil. Pasien
mengaku mengalami hipertensi sejak 5 tahun SMRS. Hipertensi
yang terjadi dalam waktu lama dapat menyebabkan terbentuknya
plak di arteri koroner. Pembentukan plak ini mengakibatkan sirkulasi
darah di jantung mengalami gangguan dan jika dibiarkan dapat
terjadi ruptur plak. Ruptur plak merupakan salah satu penyebab
angina pektoris tidak stabil. Terjadinya ruptur menyebabkan
aktivasi, adhesi dan agregasi platelet dan menyebabkan aktivasi
terbentuknya thrombus sehingga tiba-tiba dapat terjadi oklusi
subtotal atau total dari arteri koroner yang sebelumnya mempunyai
penyempitan yang minimal.
• Dari anamnesis didapatkan pasien mempunyai riwayat merokok,
minum alkohol, jarang berolahraga, dan sering mengkonsumsi
makanan berlemak. Hal ini merupakan salah satu faktor resiko yang
dapat menyebabkan terbentuknya plak di arteri koroner. Dari hasil
pemeriksaan EKG, didapatkan gambaran T inverted di V1-V4, tidak
ditemukan adanya ST elevasi, ST depresi dan Q patologis. Adanya
gambaran T inverted tanpa ST elevasi, maka diagnosa pasien
kemungkinan NSTEMI atau UAP. Pemeriksaan petanda biokima
jantung diperlukan untuk membedakan keduanya. Pada pasien
ditemukan kadar TP1 normal (8,23 g/dL) sehingga diagnosa NSTEMI
dapat disingkirkan.