Anda di halaman 1dari 19

Produksi Biohidrogen dari

Limbah Organik Cair Molase


dan Vinasse menggunakan
Bakteri Rhodobium marinum
Bioteknologi di Bidang Sumber Daya Energi
Identitas Jurnal
Judul : Produksi Biohidrogen dari Limbah Organik
Cair Molase dan Vinasse menggunakan Bakteri Rhodobium
marinum
Penyusun : Saeful Anhari, Siti Harnina Bintari, Ibnul
Mubarok, Dwi Susilaningsih
Tahun : 2016
ISSN : p-2252-6277, e-2528-5009
Jurnal : Unnes Journal of Life Science, Vol. 5, No. 2
Kelompok 5

Amelia Rizqia Legita Fajrin Syarifah


Al Khairina Oktaviayu Zahrah
036119003 036119004 036119018
Latar Belakang
• Pemakaian bahan bakar fosil di Indonesia yang berlebihan mengakibatkan
semakin langkanya persediaan bahan bakar. Adanya krisis energi dan masalah
lingkungan yang ditimbulkan, maka perlu dikembangkan suatu energi
alternatif yang dapat menggantikan peran bahan bakar berbasis fosil (Anam et
al. 2012).
• Banyaknya jumlah pabrik gula menghasilkan limbah organik yang banyak
dan harus ditangani. Limbah organik tersebut mengandung gula, asam-asam
organik sebagai sumber karbon sebagai donor elektron dalam metabolisme
bakteri untuk menghasilkan biohidrogen (Kapdan & Kargi 2006).
Biohidrogen
• Hidrogen merupakan sumber energi yang bersih, efisien dan
dapat diperbaharui karena proses pembakaran hidrogen di
udara hanya menghasilkan uap air dan energi panas (Mahyudin
& Koesnandar 2006).
• Hidrogen adalah gas yang tidak berwarna, tidak berbau dan
tidak larut di dalam air (Miyake 1998; Kotay & Das 2008).
• Biohidrogen adalah biofuel yang merupakan sumber energi berupa
gas hidrogen yang diproduksi menggunakan mikroorganisme
hidup penghasil hidrogen.
Metode
Waktu Sampel
Penelitian dilakukan Pengambilan sampel di
pada bulan Juni – PT. Madu Baru PG-PS
Agustus, 2016. Madukismo, Kasihan,
Bantul, Yogjakarta.

Tempat Jenis
Laboratorium Bioenergi Eksperimen kuantitatif
dan Bioproses, LIPI, dengan Rancangan Acak
Cibinong, Bogor. Lengkap tiga faktor.
Limbah organik cair
Molase
Molase merupakan produk samping dari
industri pengolahan gula tebu lokal yang
mengandung substrat gula tinggi dan
asam organik sebagai sumber karbon
dalam proses pembuatan bioenergi
namun belum banyak dimanfaatkan
(Sebayang, 2006).
Bentuk dari molase berupa cairan kental
berwarna gelap.
Limbah organik cair
Vinasse
Vinasse merupakan produk hasil industri
pembuatan etanol dan spiritus yang
memiliki potensi untuk menghasilkan
energi alternatif terbarukan dengan
memanfaatkan kandungan substrat
asam organik-nya yang tinggi sebagai
sumber karbon (Iqbal et al., 2016).
Bentuk vinasse yaitu cairan berwarna
gelap.
Prosedur
Pembuatan media
Kultivasi bakteri
tumbuh bakteri
● Pembuatan medium aSy- ● Media tumbuh (MT) ditambahkan stok
Broth (Li & Fang, 2008) kultur bakteri R. marinum dengan
● Bahan : yeast extract 1 gr, absorbansi (OD) 0,2.
dissodium succinat 3,5 gr, ● Stok bakteri tersebut ditambahkan sebanyak
ammonium sulfat 2,75 gr, 1/10 dari MT aSy-B secara aseptis pada
basal medium 10 ml. laminar air flow (LAF), dikultivasi dengan
● Cara : dilarutkan dengan magnetic stirer agitasi 1, disertai lampu TL
aquadest (sampai 1000 ml) (tubular lamp).
dan disterilisasi dengan suhu ● Kultur sel dipanen setelah mencapai stasioner
120ºC, ± 20 menit. OD ± 1 atau 2 minggu.
Persiapan media produksi

● Preparasi sampel limbah organik cair. Limbah dipreparasi


dengan proses filtrasi, adjust pH, dan sterilisasi. Setelah
proses filtrasi, limbah (molase & vinasse) diukur pH-nya.
Kemudian disterilisasi pada autoklaf.
● Pembuatan media produksi untuk fotofermentasi secara
aseptis di dalam LAF. Limbah yang sudah disterilisasi
sebelumnya pada autoklaf, digunakan untuk pembuatan MP
fotofermentasi dengan konsentrasi limbah 10 %, 50 % dan
100% pada botol vial masing-masing perlakuan.
Karakterisasi media produksi

● Karakterisasi kandungan gula pada limbah molase menggunakan metode Fenol-


Asam sulfat dan karakterisasi asam organik yang terkandung pada limbah vinasse
menggunakan metode Reaksi Silver-sulfat.
● Limbah molase ditambahkan larutan fenol dan H2SO4 pekat. Campuran tersebut di-
vortex lalu dipanaskan dengan waterbath, lalu didiamkan 10 menit. Sampel
diperiksa dengan menggunakan spektrofotmeter pada panjang gelombang 490 nm.
● Limbah vinasse ditambahkan reagen kalium dikromat anhhidrat (K2Cr2), silver
sulfat Ag2SO4 dan kalium hidrogen petalat (KHP), di-vortex, kemudian
dipanaskan dengan menggunakan drybath dan diuji absorbansi dengan
spektrofotometer
Fotofermentasi
● Fotofermentasi dilakukan pada kondisi penggoyangan menggunakan shaker.
Penggoyangan dilakukan untuk menjaga aerasi dalam larutan.
● Inkubasi pada suhu ruang ±30ºC dan pencahayaan lampu TL 60 watt sebagai
sumber energi pengganti sinar matahari seperti kondisi lingkungan asli (Anam
2012; Habibi et al. 2010).

Pengukuran kadar hidrogen


● Gas hidrogen yang diperoleh dari proses fermentasi ditentukan persentasenya
dengan menggunakan kromatografi gas yang dilengkapi dengan Thermal
Conductivity Detecto (TCD) dan kolom kromatografi gas (packed column).
Hasil kultivasi bakteri diukur melalui pengecekan (OD) pada spektrofotometer selama 14 hari
dari fase lag - fase stasioner. Bakteri R. marinum dari kultur baru akan menghasilkan gas
biohidrogen yang lebih optimal (Kawaguchi et al., 2002).
Kadar gas biohidrogen yang
didapatkan dari media
produksi masing-masing
limbah diukur setelah
fotofermentasi hari ke-7.
“Kebaharuan dalam penelitian ini adalah kebaharuan improvement yang
didapatkan dari perhitungan stiokiometri hidrogen teoritis limbah organik
cair molase dan limbah organik cair vinasse dari perlakuan K3P3 dengan
rasio perbandingan molase:vinasse yaitu 27:20. Produksi gas biohidrogen
dari limbah organik cair molase terbesar pada perlakuan media produksi
K3P3 dengan volume sebesar 189/10-1 L kultur dan limbah organik cair
vinasse memproduksi gas biohidrogen terbesar pada perlakuan media
produksi K3P3 dengan volume sebesar 110/10-1 L kultur.”

—Kesimpulan
Thanks!

Anda mungkin juga menyukai