Anda di halaman 1dari 46

DARAH

Banyaknya darah manusia = 8% BB.


Tersusun atas:
• cairan plasma
• benda-benda korpuskuler
• eritrosit,
• lekosit, serta
• trombosit (pecahan sel).

2007 Hery Winarsi


FUNGSI DARAH
a. Darah sebagai alat transpor O2
dari paru-paru ke jaringan, dan
CO2 dari jaringan ke paru-paru.
b. Darah mengangkut zat-zat gizi
yang telah diserap usus ke hati
dan organ lain
c. Darah mengangkut produk
akhir metabolisme dari jaringan
ke paru-paru, hati dan ginjal
(untuk diekskresi).
d. Darah mendistribusikan
hormon ke sel-sel target.
2007 Hery Winarsi
d. Darah sebagai Homeostasis.
- Darah mempertahankan persedia-
an air didalam sistem
pembuluh darah, ruang intraseluler
dan ekstraseluler agar selalu
balance (seimbang).
- Darah mengatur keseimbangan
asam-basa. Pada umumnya proton
(H+) berasal dari 2 sbr:
(a) asam bebas dari bahan makanan
misalnya asam sitrat  akan
melepaskn proton dalam saluran usus
yang memiliki pH alkalis secara disosiasi.
(b) asam amino (S). Misal metionin
dan sistein yang dibebaskan dari
pemecahan protein.
- Darah juga mempertahankan
suhu tubuh tetap konstan, yaitu
melalui transpor panas.

2007 Hery Winarsi


f. Darah sebagai pertahanan tubuh
Ketika sel tubuh terpapar benda asing, maka tubuh
segera membentuk pertahanan melalui mekanisme
non spesifik maupun spesifik. Yang termasuk
pertahanan tubuh spesifik adalah sel-sel sistem imun
dan antibodi yang diproduksinya.
Mekanismenya kerja
sistem imun:

- ketika benda asing (virus, dll)


menyerang organisme  diambil
oleh makrofag melalui
endositosis,dan sebagian
diantaranya dihancurkan dalam
retikulum endoplasmik (1).
- virus yang terlanjur masuk akan
membentuk fragmen2 yang
kemudian dipaparkan pada
permukaan sel makrofag (2).
Pada permukaan sel tsb
dipresentasikan melalui
suatu kelompok protein membran
yang disebut protein MHC (Major
Histocompatibility Complexs).
- Protein MHC merupakan bagian
DNA yang menyandikan protein
yang diekspresikan oleh semua
sel hewan bertulang belakang
(= merupakan protein membran
yang terglikosilasi).
Pada manusia, protein MHC dikenal sebagai antigen HLA
(Human Leucocyte-associated antigens) yang sangat bervariasi.
Polimorfismenya sangat besar, sehingga tidak mungkin 2
individu membawa protein MHC sama, kecuali mereka kembar 1
telur.
Protein MHC dibedakan 2 kelompok, yaitu
(a) MHC kelas I (MHC I)  yang memberi tanda
permukaan hampir semua sel tubuh yang memiliki inti.
Protein MHC I ini merupakan dasar terjadinya
penolakan jaringan ketika terjadi transplantasi antar
individu, shg dahulu dinamakan antigen transplantasi.
Tipe protein ini hanya terdapat 1 rantai-, yang
didalamnya terdapat protein yang lebih kecil yaitu 2-
mikroglobulin.
(b) MHC kelas II (MHC II) mirip dengan MHC I,
tetapi protein ini terdiri atas 2 rantai yang terentang
melalui membran, yaitu 1 rantai- dan 1 rantai-.
MHC II khusus berada pada sel-sel imun, sehingga
dapat dibedakan dari sel tubuh lainnya.
2007 Hery Winarsi
• Kompleks Protein MHC tersusun
atas protein MHC dan fragmen
virus yang dapat mengenali sel T
(dengan bantuan reseptor
spesifik dan berikatan pada selT).
• Tetapi hanya ada beberapa sel T
yang memiliki reseptor yang
cocok dengan kompleks tersebut
(3).
• Ikatan antara sel T dan kompleks
mengakibatkan teraktivasinya sel
T sehingga sel T akan
mengalami perbanyakan
(diferensiasi) (4).
• Kejadian ini dibantu oleh bbg
protein bermarker mirip hormon,
yaitu interleukin (IL). IL ini
disekresikan oleh sel-sel imun
yang diaktifkan, misal IL-1
disekresikan oleh makrofag (5).
• Di sisi lain, Sel T juga
menstimulir diferensiasinya
sendiri secara klonal dan juga
proliferasi sel helper (Th) melalui
sekresi IL-2 (6).
Sel T yang teraktivasi dan
mengalami diferensiasi 
mengambil alih berbagai
fungsi tergantung tipe selnya
(Tc, Th, Ts).
Misal Sel Tc (cytotoxic) (hijau)
mampu mengenali perubahan
sel-sel tubuh yang diserang
virus, kemudian membawa 1
fragmen virus tersebut
kepada reseptor MHC nya,
serta mengikat sel-sel
tersebut (7). Selanjutnya sel-
Tc mensekresikan suatu
protein yang dapat melubangi
membran sel tubuh yang
tersensititasi dan
membunuhnya (8). Oleh
karenanya banyak sel
pembawa fragmen virus yang
asing bagi tubuh, dapat
dieliminasi oleh sel-Tc.
Sementara itu sel-Th
(biru) terikat pada sel-B
yang mempresentasikan
fragmen virus yang
terikat pada MHC di
permukaannya (9), yang
selanjutnya akan
mengakibatkan
proliferasi sel-B. Melalui
stimulasi interleukin (10),
sel-B dimatangkan
menjadi sel plasma (11)
yang mensintesis dan
mensekresikan antibodi
(12).
f. Darah sebagai perlindungan diri.
Fungsi ini berkaitan dengan cara tubuh untuk menghindari kehilangan
darah pada saat terjadi luka pada pembuluh darah, karena darah
memiliki sistem yang berfungsi untuk menggumpalkan darah, dan
menghentikan perdarahan, serta pencairan kembali gumpalan-
gumpalan darah, secara fisiolologis (hemostasis).

Ketika terjadi luka, mekanisme hemostasis berusaha memperkecil


kehilangan darah. Dalam hal ini hemostasis yang merupakan
penghentian perdarahan dan penggumpalan darah, diperankan oleh
trombosit, komponen-komponen plasma darah, dan dinding
pembuluh darah. Demikian pula dalam hal pelarutan kembali
gumpalan-gumpalan tersebut (fibrinolisis) juga diperankan darah.

Sebagian besar faktor penggumpalan darah memakai penamaan


dengan angka romawi, dan dengan tambahan a, untuk setiap bentuk
yang diaktifkan. Dalam hal ini banyak faktor penggumpalan darah
yang merupakan enzim proteinase, dimana prekursornya ada yang
aktif, tetapi ada pula yang tidak aktif, diberikan simbol yang berbeda
(lihat gambar).

2007 Hery Winarsi


(a)Penggumpalan darah
(Blood Clotting)
Penggumpalan darah adalah
perubahan enzimatis dari protein
plasma yang larut (disebut
fibrinogen = faktor I ) menjadi
jaringan bbtk serabut yang tidak
larut, yang dikatalisis oleh enzim
trombin (faktor IIa). Enzim ini
secara proteolitik memecahkan
peptida-peptida kecil dari
molekul fibrinogen  ikatan
terbuka  memungkinkan
molekul-molekul fibrin
beragregasi menjadi polimer
fibrin. Selanjutnya akan terbentuk
ikatan-ikatan kovalen antara
asam-asam amino rantai samping
fibrin (dengan bantuan enzim -
glutamil transferase (faktor XIII)
disebut ikatan isopeptida, yang
menghasilkan gumpalan molekul
padat (trombus).
Terdapat 2 jalur terjadinya
penggumpalan darah:
(a) melalui luka jaringan (jalur
ekstravaskuler), atau
(b) proses yang dimulai dari sisi
dalam suatu pembuluh darah
(jalur intravaskuler). Kedua jalur
tersebut berlangsung secara
cascade dalam melakukan
pemecahan protein. Prekursor
enzim yang tidak aktif (simbol
lingkaran) dalam memecah
protein akan membebaskan
proteinase serin, yang akan
menyerang protein lainnya. Jalur
reaksi tersebut kerjanya
memerlukan Ca++ dan fosfolipid,
dan berakhir dengan aktivasi
protrombin (faktor II) menjadi
trombin (faktor IIa) melalui faktor
Xa.
Jalur intravaskuler dilepaskan melalui
kolagen, yang terdapat pada sisi
dalam pembuluh darah. Kolagen ini
menyebabkan aktivasi kontak faktor
XII.
Sementara itu, jalur ekstravaskuler
dimulai dengan pelepasan faktor III
dari sel jaringan yang terluka. Dari
jalur ini menyebabkan penggumpalan
pada daerah luka terjadi dalam waktu
beberapa detik.
Regulasi Penggumpalan darah
Penggumpalan darah berada dalam
suatu keseimbangan antara aktivasi
dan inhibisi (hambatan). Untuk
menghambat penggumpalan darah
tersedia suatu inhibitor protease yang
sangat efektif didalam plasma.
Misalnya protein-c dalam plasma
mengurus pemecahan protein dari
faktor V dan VIII. Karena protein
tersebut diaktifkan oleh trombin, maka
akan terdapat suatu mekanisme
penggumpalan darah yang dapat
dihentikan secara otomatis.
Bekerjanya Faktor II, VII, IX, dan X
memerlukan ion Ca++, yang terikat
pada residu -karboksiglutamat (Gla).
Sintesis asam amino Gla ini melalui
glutamat karboksilasi yang
menggambarkan modifikasi protein
yang bergantung pada vitamin-K.
Fibrinolisis (pelarutan kembali
gumpalan darah)
Trombus dari fibrin dapat dilebur
kembali oleh proteinase plasmin.
Plasmin terdapat dalam plasma
sebagai plasminogen (zat awal)
yang kemudian akan diaktifkan
oleh proteinase lain dari berbagai
jaringan, yaitu aktivator
plasminogen dari ginjal
(Urokinase), dan aktivator plasmin
jaringan (t-PA) dari endotel
penggumpalan darah. Sedangkan
2-antiplasmin dalam plasma
berfungsi mengontrol aktivitas
plasmin. Dalam hal ini urokinase,
t-PA, dan streptokinase (suatu
protein bakteri) secara
farmakologik berfungsi melarutkan
trombin setelah infark jantung.

2007 Hery Winarsi


Komponen
Seluler Darah
Komponen padat berupa eritrosit
(sel darah merah), lekosit (sel
darah putih), dan trombosit
(keping-keping darah).
- Eritrosit memiliki arti penting
dalam biokimia.
- Jenis-jenis lekosit dapat
dibedakan melalui bentuk, fungsi,
dan tempat pembentukannya.
- Trombosit merupakan pecahan-
pecahan sel yang berasal dari
sel-sel awal yang besar didalam
sumsum tulang (bone marrow),
yaitu megakariosit. Fungsi paling
pentingnya adalah merangsang
terjadinya penggumpalan darah.

2007-2008 Hery Winarsi


a. Eritrosit & hemoglobin
Darah manusia dewasa = 5-6 liter
- 1/3 - ½ bagian darah = eritrosit.
- Banyaknya eritrosit = 4-5.5 106/mm3
- (P=4.4-5.5.106/mm3,
- W = 4-5.106/mm3) , - Kandungan lemaknya < dalam
dimana 1 mm3 = 10-6 Liter) plasma yaitu 450-750 mg/100 g,
- Eritrosit= 35% zat padatan dalam berbentuk lemak netral, glikolipid,
darah. fosfolipid, sefalin, dan lesitin.
- Eritrosit tersusun atas - Kandungan kolesterolnya < dalam
- Hemoglobin 32%,
-
plasma, yaitu 125-150 mg/100 g.
Protein dan lemak sebanyak 3%.
- - Kandungan senyawa organik lain
Membran eritrosit sangat permeable
terutama untuk air, glukosa, urea, berupa glutation, thionein, asam
kreatinin, dan ion-ion seperti HCO3-, amino, katalase, peptidase,
Cl-, CNS-, dan OH-. fosfatase, kholinesterase, karbonat
- Kandungan fosfat > dalam plasma anhidrase, dan rhodanase.
yaitu 50-100 mg/100 g, yang - Diantara senyawa penyusun
sebagian besar berbentuk P
organik, sedangkan P anorganiknya eritrosit tersebut, hemoglobin
hanya sedikit. merupakan komponen terpenting,
karena fungsinya sebagai transpor
O2 dan CO2
- Organisme tingkat tinggi memerlukan
sistem transpor O2, karena gas tersebut
sukar larut dalam air.
- Dalam 1 L plasma hanya terdapat 3.2 ml O2
yang dapat larut,
- sebaliknya hemoglobin (Hb) yang
terkandung dalam darah manusia (kira-kira
160 g/L) mampu mengikat 220 ml O2/L, 
artinya bahwa Hb mengikat oksigen, 70 kali
lebih besar dibanding oksigen yang terikat
plasma.
- Hb orang dewasa (HbA) merupakan
tetramer dari 2 rantai- dan 2 rantai-
dengan BM masing-masing 16 kDa.
- Subunit  dan  dapat dibedakan dari
urutannya, namun dua-duanya terlipat
serupa.
- Kira-kira 80% asam amino globin
membentuk heliks-.
- Setiap subunit membawa 1 gugus hem.
Dalam hal ini O2 terikat pada atom Fe gugus
hem yg bervalensi 2, dan terletak pada
pusatnya. Pada pengikatan O2 (oksigenasi)
biasanya tahap-tahap oksidasi Fe tetap.
• Banyaknya O2 yang ditranspor tergantung pada kadar Hb dan O2 dalam
kapiler paru-paru maupun jaringan.
• Sebagai ilustrasi dipakai diagram yang menggambarkan bagian gugus
hem yang jenuh O2 (S, saturated) vs kadar O2 (sebagai tekanan parsial
pO2, dalam mmHg).
• Berdasar efek alosterik, kurva kejenuhan Hb berbentuk S (sigmoid).
• Biasanya kurang dari ½ O2 yang terikat dalam paru-paru diberikan
kembali ke jaringan ( S < 0.5), karena 1L darah mengandung 10 mmol
gugus hem, sehingga didapatkan jumlah O2 yang ditranspor dengan
mengalikan S dengan nilai tersebut.
• Hemoglobin juga berperan dalam transpor karbondioksida (CO2) dari
jaringan ke paru-paru.
• Kira-kira 90% CO2 tidak ditranspor langsung, tetapi terlebih dahulu
diubah menjadi asam bikarbonat (HCO3-) yang mudah larut.
• Dalam paru-paru, HCO3- diregenerasi kembali menjadi CO2, karena
bentuk ini yang dapat dikeluarkan lewat pernafasan.
• Dari kedua proses ini ( pembentukan HCO3-dalam jaringan dan
pembebasan CO2 dalam paru-paru), berkaitan dengan deoksigenasi
atau oksigenasi Hb.
• Deoksi Hb bersifat basa yang jauh lebih kuat daripada oksi Hb  mk
deoksi Hb mengikat proton  akibatnya akan merangsang
pembentukan HCO3- + CO2 dalam kapiler jaringan.
• Enzim yang berperan dalam proses ini adalah dehidratase karbonat
(anhidrase karbonat) (dalam eritrosit berkadar tinggi).
Contoh:
- dalam paru-paru, dimana PO2 = 100 mg, maka 96% HbO2
(artinya Hb dijenuhi oksigen)
- sebaliknya di sel otot yang sedang bekerja, PO2 hanya 26
mmg. Pada kondisi seperti ini 1/3 oksigen dibebaskan dari
ikatan Hb, sehingga saat meninggalkan otot hanya 64% HbO2.
• Selain mengangkut O2 dari paru-paru ke
jaringan, Hb juga mengangkut 2 produk akhir
dari respirasi jaringan, yaitu H+ dan CO2 dari
jaringan menuju paru-paru dan ginjal.
• Didalam sel jaringan perifer, bahan-bahan
organik juga dioksidasi dalam mitokondria
sehingga terbentuk CO2 dan H2O.
• Dengan terbentuknya CO2 tersebut, maka
kadar H+ meningkat yang artinya pH
menurun (pH= -log [H+] ).
H2CO3 H+ + HCO3-
• Pengikatan Hb dengan O2, juga dipengaruhi oleh
pH dan [CO2].
• Di jaringan perifer, dimana pH rendah (atau [H+]
tinggi, dan [CO2] tinggi)  mk daya ikat
(kejenuhan) HbO2 turun, krn Hb lebih banyak
mengikat H+ dan CO2.
• Sebaliknya dalam kapiler paru-paru, ketika CO2
diekskresi ([CO2] turun), artinya [O2] tinggi, dan
[H+] rendah (atau pH tinggi))mk daya ikat HbO2
tinggi.
• Pengaruh pH dan [CO2] terhadap pengikatan atau
pembebasan O2 oleh Hb ini disebut Effect Bohr
(Christian Bohr, ahli fisiologis Denmark).
• Jelas disini bahwa Hb berperan mengintegrasikan
transpor O2, CO2, dan H+.
b. Lekosit (sel darah putih)
• Sel lekosit dalam darah manusia
sebanyak 5.000-10.000/mm3.
• Yang termasuk lekosit adalah
• granulosit [eosinofil (1-3%),
basofil (0-1%)],
• netrofil (54-62%),
• monosit (3-7%),
• limfosit (25-33%).
• Ukuran lekosit > eritrosit
• bergerak secara amuboid, ketika
melakukan fagosit terhadap benda
asing yang masuk tubuh.
• lekosit dapat bergerak bebas dalam
pembuluh darah, bahkan keluar dari
pembuluh arah, berjalan mengitari
seluruh bagian tubuh.
• Lekosit dapat memakan (fagosit) bakteri hidup yang
terlanjur masuk peredarah darah.
• Hasil kerja fagosit  lekosit dapat menghentikan
peradangan. Bila fagosit tidak berhasil secara sempurna
 terbentuk ”nanah” yang berisikan jenazah kawan
lekosit dan lawan yang terbunuh semasa melawan
kuman masuk tubuh.
• Lekosit disusun oleh nukleoprotein, enzim fosfatase,
glikolitik, dan proteolitik. Pada keadaan patologis, jumlah
lekosit dapat menurun (lekopenia), tetapi dapat juga
meningkat (lekositosis).
• Bila terjadi infeksi, lekosit keluar dari kapiler darah
menuju jaringan yang terkena infeksi, secara kemotaksis,
yaitu bergerak menuju ke jaringan yang ber-pH lebih
asam (terinfeksi).
c. Trombosit (platelet)
• Banyaknya trombosit 200.000-400.000/mm3 dalam
pembuluh darah vena,
• sedangkan dalam pembuluh darah arteri 12% lebih
besar.
• Bila terjadi perdarahan, maka jumlahnya meningkat,
• sebaliknya pada kondisi patologis jumlahnya menurun.
• Trombosit tersusun atas protein, dan fosfolipid (sefalin).
• Bila darah lisis, maka akan dibebaskan faktor penting
untuk penggumpalan darah.
C. Komposisi Plasma
Plasma adalah larutan encer t.a:
• elektrolit,
• zat makanan,
• metabolit,
• protein,
• vitamin,
• elemen pelacak, dan
• hormon.
• Dibandingkan dengan komposisi dalam sitoplasma, yang mencolok adl
bahwa dalam plasma darah mengandung ion Na, Ca, dan Cl relatif tinggi.
• Sebaliknya kadar ion K, Mg, dan PO4 lebih tinggi dalam sel (sitoplasma).
• kadar protein (anion proteinat) dalam sel lebih tinggi dp dalam plasma.
• Komposisi elektrolit dalam plasma mirip dengan komposisi elektrolit dalam
air laut, sesuai dengan teori evolusi bahwa benda-benda hidup berasal
dari dalam laut.
• Dalam plasma juga terkandung metabolit yang sangat penting.
• Plasma darah merupakan alat transpor zat makanan dari
usus ke jaringan, metabolit antar jaringan, dan hormon,
serta sisa metabolisme ke alat ekskresi.
• Fase cair darah yang telah membeku dikenal sebagai
serum. Serum berbeda dari plasma, karena serum tidak
mengandung fibrinogen dan protein lain yang diperlukan
pada penggumpalan darah.
• Plasma darah tersusun atas protein, karbohidrat, lipid,
benda keton, asam empedu, Nitrogen non protein (NPN),
dan enzim-enzim.
Protein plasma
• Protein plasma merupakan bagian terbesar yang tidak
mudah menguap.
• Kadarnya berkisar 60-80 g/L, sehingga 4% dari seluruh
protein tubuh terdapat dalam protein plasma.
• Terdapat 100 protein yang berbeda didalam plasma.
• Secara elektroforesis dibedakan menjadi 5 kelompok
protein plasma, yaitu albumin, 1, 2, , dan -globulin.
• Kandungan albumin dalam plasma = 5.2 g%  berfungsi
untuk mempertahankan keseimbangan air dalam tubuh.
• Kadar globulin dalam plasma = 2 g%.
• Diantara protein globulin yang terpenting adalah -globulin,
krn merupakan bagian utama antibodi, disebut juga
imunoglobulin.
• -globulin = IgG = 80% dari total antibodi.
• Kadar IgG normal baru tercapai pada usia anak 2 tahun, 
oki ASI sangat penting bagi anak sebelum usia 2 tahun.
• Albumin larut dalam air murni, sedangkan globulin hanya
larut bila terdapat garam dalam larutan tersebut.
• Selain albumin dan globulin, dalam plasma juga terdapat
protein fibrinogen yang penting dalam proses
penggumpalan darah.
• Banyaknya protein fibrinogen = 4-6% dari total protein
plasma, atau 0.3 g%.
• Peran protein abumin adalah membantu mempertahankan
tekanan osmotik koloid darah.
• albumin juga berfungsi sebagai pembawa senyawa lipofilik
seperti asam lemak bebas, bilirubin, hormon steroid, vitamin,
serta ion Ca.
• Pre-albumin (Transtiretin) merupakan fraksi albumin yang
mentranspor hormon tiroksin dan metabolitnya (iodotironin)
bersama-sama globulin yang terikat pada tiroksin dan
albumin.
• Dalam plasma juga terdapat berbagai protein globulin yang
memiliki berbagai fungsi terutama dalam transpor lemak,
hormon, vitamin, dan ion-ion logam.
• Protein globulin juga berperan dalam penggumpalan darah,
dan menghasilkan antibodi untuk sistem imun .
• Antibodi yang terdapat dalam
plasma memiliki bentuk paling
sederhana, yaitu glikoprotein
tetramer, berbentuk Y.
• Contoh antibodi yang
terpenting adl imunoglobulin
tipe G (IgG).
• Struktur khas semua IgG
tersusun atas 2 rantai ringan
(L, light, kuning) yang identik,
dan 2 rantai berat (H, heavy,
jingga) yang identik.
• Rantai peptida ringan tersusun
atas 2 domain globuler (CL dan
VL), sebaliknya rantai berat
tersusun atas 4 domain
globuler, yaitu VH, CH1, CH2
dan CH3.
• Huruf C merupakan bagian
antibodi yang constan,
sedangkan huruf V merupakan
variable.
• Jembatan disulfida
menghubungkan kedua rantai
berat yang satu dengan
lainnya, demikian pula rantai
berat dengan rantai ringannya.
• Dalam domain juga terdapat
jembatan disulfida yang
menstabilkan struktur tersier.
Imunoglobulin manusia dikelompokkan dalam 5 kelas:
•IgA (2 subkelas),
•IgD,
•IgE,
•IgG (4 subkelas) dan
•IgM.
•Berdasar rantai beratnya (rantai H), IgM dinamai , , , , dan ,
•sedangkan menurut rantai ringannya (L), IgM hanya ada 2 jenis,
yaitu rantai  dan .
Kelima kelas imunoglobulin tersebut merupakan protein sekretorik yang
dikeluarkan oleh sel B yang matang (sel plasma) ke dalam plasma darah.
Antibodi memiliki bermacam-macam fungsi:
a) IgM merupakan Ig yang pertama kali terbentuk, setelah tubuh kontak dengan
antigen asing. Bentuk awal IgM berada pada permukaan sel B sebagai dimer,
sedangkan bentuk selanjutnya disekresikan oleh sel plasma sebagai
pentamer. IgM terutama untuk menyerang mikroorganisme.
b) IgG merupakan Ig terpenting secara kuantitatif. Ig ini terdapat dalam darah
dan cairan interstisial, yang dapat menembus plasenta dengan bantuan
reseptor, oleh karenanya Ig ini dapat dipindahkan dari ibu ke fetus.
c) IgA terdapat dalam saluran intestinal dan sekret (air liur, keringat, air mata,
air susu, sekret respiratorik, dan intestinal). Dalam hal transpor di dalam
sekret, IgA ini terikat dengan peptida khusus.
d) IgE hanya dijumpai dalam kadar kecil di dalam plasma darah orang sehat.
Kadarnya akan meningkat pada reaksi alergi dan pada infeksi karena parasit.
e) IgD fungsinya belum jelas, kadarnya juga sangat rendah dalam plasma.

Sebagian besar protein plasma disintesis dalam sel-sel hati, kecuali


imunoglobulin dan proteohormon. Hampir seluruhnya berupa glikoprotein,
kecuali albumin. Glikoprotein membawa oligosakarida yang terikat pada
asam amino.
Karbohidrat plasma
• glukosa (70-100 mg%),
• pentosa (2-3 mg%),
• galaktosa,
• manosa,
• glukosamin,
• sitrat,
 -ketoglutarat,
• suksinat,
• malat, dan
• asam piruvat.
• Lipida plasma, berupa trigliserida, fosfolipida, dan
kolesterol.
• Benda keton dalam plasma berbentuk asam
asetoasetat, asam -hidroksi butirat, dan aseton.
• Asam empedu plasma, disintesis di hati, dialirkan
lewat saluran-saluran empedu. Sebagian mengalami
siklus enterohepatik, dan sebagian kecil masuk ke
dalam peredarah darah.
• Senyawa nitrogen non protein, berbentuk urea (50%,
asam amino bebas (25%) dan sisanya (25%) berupa
kreatin, kreatinin, asam urat, bilirubin, kholin,
epinefrin, tiroksin, adenosin, dll.
• Enzim-enzim dalam plasma meliputi amilase, lipase,
fosfatase alkali/asam, transaminase, enzim glikolitik,
kholinesterase, dan dehidrogenase glukosa-6P.
Nilai pH Plasma
Konsentrasi H+ dalam plasma dan ruang ekstraseluler sebesar 40 mM.
Angka ini sesuai dengan nilai pH sebesar 7.40. Organisme akan selalu
berupaya nilai pH tersebut konstan, karena perubahan yang besar
akan mengganggu kelangsung hidup. Dalam hal ini akan diperankan
oleh sistem dapar plasma.
Sistem dapar ini dapat menghalangi gangguan keseimbangan asam-basa
yang berlangsung dalam waktu singkat. Namun bila gangguan
berlangsung lama, maka ditentukan oleh neraca keseimbangan antara
aliran pemasukan dan pembuangan proton.
Bila sistem dapar (keseimbangan asam-basa) terganggu (misal pada
penyakit ginjal atau gangguan frekuensi pernafasan melalui
hipoventilasi atau hiperventilasi, maka akan terjadi pergeseran nilai
pH plasma. Penurunan pH > 0.03 unit (dari pH normal 7.40) dikenal
sebagai asidosis, sedangkan peningkatan pH disebut alkalosis.
Sistem Bufer/dapar Plasma
Sistem dapar plasma terpenting adalah dapar karbondioksida-
bikarbonat. Dapar tersebut tersusun atas asam bikarbonat,
yaitu suatu asam lemah (pK1 = 6,1), dan anion bermuatan
sederhana, yaitu hidrogen karbonat (asam bikarbonat).
Asam bikarbonat banyak terdapat dalam bentuk anhidrida, yaitu
CO2. Keseimbangan antara 2 bentuk tersebut dipercepat oleh
enzim dehidratase karbonat (anhidrase karbonat).
Pada nilai pH plasma, dimana perbandingan HCO3- dan CO2 =
20:1, maka CO2 yang secara fisik terlarut dalam darah berada
dalam fase gas dalam alveoli paru-paru, sehingga kadarnya
tetap konstan. Oleh karena itu sistem perbandingan HCO3- /CO2
merupakan suatu sistem dapar yang sangat produktif.
Bila pernafasan dipercepat atau diperlambat, maka kadar CO2
akan berubah, sehingga terjadi pergeseran pH plasma
(asidosis atau alkalosis respiratorik). Dengan demikian paru-
paru dapat mempengaruhi nilai pH plasma secara cepat dan
efektif, tetapi tidak berperan dalam ekskresi H+.
REFERENCE

1. J. Koolman & KH. Roehm. 2005. Color Atlas of Biochemistry. 2nd ed, revised
and enlarged. Thieme Stuttgart · New York
Th
ank
Yo
u

Hery Winarsi

Anda mungkin juga menyukai