Anda di halaman 1dari 21

PENCEGAHAN

AKI (Angka Kematian Ibu)


Data dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
(Kemenkes) tahun 2015 menunjukkan bahwa dari 100.000
kelahiran hidup di Indonesia, 305 di antaranya berakhir
dengan kematian ibu (Profil Kesehatan Indonesia, 2015).
Menurut laporan dari WHO, kematian ibu umumnya terjadi akibat komplikasi saat, dan pasca kehamilan.
Adapun jenis-jenis komplikasi yang menyebabkan mayoritas kasus kematian ibu – sekitar 75% dari total
kasus kematian ibu – adalah pendarahan, infeksi, tekanan darah tinggi saat kehamilan, komplikasi
persalinan, dan aborsi yang tidak aman (WHO, 2014).

Untuk kasus Indonesia sendiri, berdasarkan data dari Pusat Kesehatan dan Informasi Kemenkes (2014)
penyebab utama kematian ibu dari tahun 2010-2013 adalah:
1. pendarahan (30.3% pada tahun 2013) dan
2. hipertensi (27.1% pada tahun 2013). Hal ini sangat ironis, mengingat berbagai penyebab kematian ibu
di atas sebenarnya dapat dicegah, jika sang ibu mendapatkan perawatan medis yang tepat.
AKB (Angka Kematian Bayi)

Sebanyak 7000 Bayi baru lahir di dunia meninggal setiap harinya


Indonesia: Pada SKDI 2012, angka kematian bayi (AKB) tercatat mencapai 29 per 1.000
kelahiran. Sedangkan, hasil SKDI 2017 menunjukkan angka kematian bayi turun menjadi 24
per 1.000 kelahiran hidup.
Tiga perempat kematian neonatal terjadi pd minggu pertama, dan 40% meninggal dlm 24 jam
pertama
Kematian neonatal berkaitan erat dg kualitas pelayanan persalinan, dan penanganan BBL yg
kurang optimal segera setelah lahir dan bbrp hari pertama setelah lahir
Penyebab utama kematian (thn 2016)  prematur, komplikasi terkait persalinan (asfiksia),
infeksi dan cacat lahir (birth defect)
AKBa (Angka Kematian Balita)
Pada SDKI 2012, angka kematian balita (AKBA) sebanyak 36 per 1.000 kelahiran hidup. Sedangkan
angka kematian bayi di bawah lima tahun (AKABA) pada hasil SDKI 2017 turun menjadi 32 per 1.000
kelahiran hidup.
Pneumonia, penyakit bawaan, dan diare adalah penyebab kematian utama pada anak usia dini –
masing-masing mencakup 36 %, 13 % dan 10 % dari semua penyebab kematian balita – serta komplikasi
neonatal, cedera, campak dan malaria di daerah endemis
APA ITU KANKER SERVIKS?
Kanker / tumor ganas yang tumbuh di leher rahim (Serviks)
FAKTOR RESIKO:
• Hubungan seksual pertama kali saat usia muda (<20
th)
• Merokok
• Suami tidak disunat
• Multi partner
• Pasangan multi partner
DETEKSI DINI

Deteksi lesi pra kanker terdiri dari berbagai metode :


◦ 1. Papsmear (konvensional atau liquid-base cytology /LBC ),

◦ 2. Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA),

◦ 3. Inspeksi Visual Lugoliodin (VILI),

◦ 4. Test DNA HPV (genotyping / hybrid capture)


IVA (Pencegahan Visual Asam Asetat)
• Menemukan lesi prakanker serviks dengan mata
telanjang, tanpa bantuan alat, dengan olesan asam
asetat
• Sensitivitas : 47,62%
PAP SMEAR
Suatu pemeriksaan sel – sel serviks untuk mengidentifikasi secara dini adanya perubahan ke arah kanker
serviks
KAPAN SKRINING DILAKUKAN?
• 3 Tahun setelah hubungan seksual pertama
• Tiap 3 tahun untuk usia 21 – 65 th
• Tidak lagi diperlukan usia > 65 tahun, bila hasil 10
tahun terakhir normal
SEKILAS TENTANG STUNTING.....
DAMPAK STUNTING
Stunting dapat menimbulkan dampak yang buruk, baik dalam jangka
pendek maupun jangka panjang. Dalam jangka pendek stunting
dapat menyebabkan gagal tumbuh, hambatan perkembangan kognitif
& motorik sehingga berpengaruh pada perkembangan otak dan
keberhasilan pendidikan, dan tidak optimalnya ukuran fisik tubuh
serta gangguan metabolisme.
Sekian.. Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai