Anda di halaman 1dari 24

DI SUSUN OLEH:

YUSDIMAN, S.Pd.M.Si
Tantangan yang dihadapi NKRI ketika Demokrasi Terpimpin dilaksanakan dan
munculnya krisis ekonomi nasional merupakan peluang paham komunis untuk
berkembang. Melihat kondisi ekonomi yang memprihatinkan serta kondisi sosial
politik yang penuh dengan gejolak pada awal tahun 1960-an maka PKI berusaha
menyusun kekuatan dan melakukan pemberontakan.
Puncak ketegangan politik terjadi secara nasional pada dini hari tanggal 30 September
1965 atau awal tanggal 1 Oktober 1965, yakni terjadinya penculikan dan
pembunuhan terhadap para perwira Angkatan Darat.
Aksi ini dibawah pimpinan Letnan Kolonel Untung, komandan Batalyon I Cakrabirawa.
LATAR BELAKANG
Secara umum gerakan ini terjadi karena kemelut ekonomi yang memprihatinkan pada
masa pimpinan Presiden Soekarno dengan menggunakan pemerintahan
“Demokrasi Terpimpin” pada 1959 dan awal 1960-an.
Setidaknya terdapat enam teori mengenai peristiwa kudeta G30S tahun 1965 ini :
1. Gerakan 30 September merupakan persoalan internal Angkatan Darat (AD).
2. Dalang Gerakan 30 September adalah Dinas Intelijen Amerika Serikat (CIA).
3. Gerakan 30 September merupakan pertemuan antara kepentingan Inggris-AS.
4. Soekarno adalah dalang Gerakan 30 September.
5. Tidak ada pemeran tunggal dan skenario besar dalam peristiwa Gerakan 30
September (teori chaos).
6. Dalang Gerakan 30 September adalah PKI.
Secara garis besar, gerakan ini terjadi dikarenakan untuk mengambil kekuasaan dari
Presiden Soekarno juga ingin mengganti Pancasila yang tidak sesuai dengan paham
komunis.
TOKOH
• Sarwo Edhie Wibowo, lahir di Purworejo, Jawa Tengah, 25 Juli 1925 – meninggal di
Jakarta, 9 November 1989 pada umur 64 tahun. Beliau adalah komandan RPKAD
yang ditugasi untuk melumpuhkan kekuatan PKI usai terjadinya insiden G-30S/PKI.
• Abdul Haris Nasution yang berhasil lolos dari gerakan 30 September PKI tetapi
putrinya Ade Irma Suryani menjadi korban.
• D.N.Aidit yang merupakan pimpinan PKI.
• Soekarno dan Soeharto
TOKOH KORBAN
• Letnan Jenderal TNI (Anumerta) R. Suprapto, lahir di Purwokerto, Jawa Tengah, 20
Juni 1920 – meninggal di Lubangbuaya, Jakarta, 1 Oktober 1965 pada umur 45
tahun.
• Letnan Jenderal TNI (Anumerta) Mas Tirtodarmo Haryono, lahir di Surabaya, Jawa
Timur, 20 Januari 1924 – meninggal di Lubang Buaya, Jakarta, 1 Oktober 1965
pada umur 41 tahun.
• Ajun Inspektur Polisi Dua (Anumerta) Karel Sadsuitubun, lahir di Maluku
Tenggara, 14 Oktober 1928 – meninggal di Jakarta, 1 Oktober 1965 pada
umur 36 tahun.
• Mayor Jendral TNI (Anumerta) Sutoyo Siswomiharjo, lahir di Kebumen, Jawa
Tengah, 28 Agustus 1922 – meninggal di Lubang Buaya, Jakarta, 1 Oktober 1965
pada umur 43 tahun.
• Brigadir Jenderal (Anumerta) Katamso Darmokusumo, lahir di Sragen, Jawa
Tengah, 5 Februari 1923 – meninggal di Yogyakarta, 1 Oktober 1965 pada umur 42
tahun.
• Letnan Jenderal TNI (Anumerta) Siswondo Parman, lahir di Wonosobo, Jawa
Tengah, 4 Agustus 1918 – meninggal di Lubang Buaya, Jakarta, 1 Oktober 1965
pada umur 47 tahun.
• Mayor Jenderal (Anumerta) Donald Issac Panjaitan, lahir di Balige, Sumatera
Utara, 19 Juni 1925 – meninggal di Lubang Buaya, Jakarta, 1 Oktober 1965 pada
umur 40 tahun.
• Jenderal TNI (Anumerta) Ahmad Yani, lahir di Purworejo, Jawa Tengah, 19
Juni 1922 – meninggal di Lubang Buaya, Jakarta, 1 Oktober 1965 pada
umur 43 tahun.
• Kolonel (Anumerta) R. Sugiyono Mangunwiyoto, lahir di Gedaren, Sumbergiri,
Ponjong, Gunung Kidul, 12 Agustus 1926 – meninggal di Kentungan, Yogyakarta, 1
Oktober 1965 pada umur 39 tahun.
• Kapten CZI (Anumerta) Pierre Andreas Tendean, lahir 21 Februari 1939 –
meninggal 1 Oktober 1965 pada umur 26 tahun.
TUJUAN GERAKAN 30 SEPTEMBER

• Salah satu usaha terhadap pemerintah RI untuk mengganti dasar negara yang telah
dua kali.
• Sebagai lanjutan dari pemberontakan pertama tahun 1948 yang dikenal sebagai
pemberontakan PKI Muso di Madiun dan yang kedua adalah pemberontakan G 30
S PKI
• Sebagai usaha mengkomuniskan Indonesia dan mengganti Pancasila dengan
ideologi mereka.
• Sebagai usaha merebut kekuasaan negara dan mengganti pemerintahan menjadi
pemerintah komunis.
• Sebagai alat untuk mewujudkan masyarakat komunis.
CARA MENGATASI
KRONOLOGIS PENUMPASAN PKI
1.    Tanggal 1 Oktober 1965
Operasi penumpasan G 30 S/PKI dimulai sejak tanggal 1 Oktober 1965 sore hari.
Gedung RRI pusat dan Kantor Pusat Telekomunikasi dapat direbut kembali tanpa
pertumpahan darah oleh satuan RPKAD di bawah pimpinan Kolonel Sarwo Edhi
Wibowo, pasukan Para Kujang/328 Siliwangi, dan dibantu pasukan kavaleri.
Setelah diketahui bahwa basis G 30 S/PKI berada di sekitar Halim Perdana Kusuma,
sasaran diarahkan ke sana.
2.     Tanggal 2 Oktober 1965
Pada tanggal 2 Oktober, Halim Perdana Kusuma diserang oleh satuan RPKAD di bawah
komando Kolonel Sarwo Edhi Wibowo atas perintah Mayjen Soeharto. Pada pikul
12.00 siang, seluruh tempat itu telah berhasil dikuasai oleh TNI – AD.
3.    Tanggal 3 Oktober 1965
Pada hari Minggu tanggal 3 Oktober 1965, pasukan RPKAD yang dipimpin oleh Mayor
C.I Santoso berhasil menguasai daerah Lubang Buaya. Setelah usaha pencarian
perwira TNI – AD dipergiat dan atas petunjuk Kopral Satu Polisi Sukirman yang
menjadi tawanan G 30 S/PKI, tetapi berhasil melarikan diri didapat keterangan
bahwa para perwira TNI – AD tersebut dibawah ke Lubang Buaya. Karena daerah
terebut diselidiki secara intensif, akhirnya pada tanggal 3 Oktober 1965 titemukan
tempat para perwira yang diculik dan dibunuh tersebut.. Mayat para perwira itu
dimasukkan ke dalam sebuah sumur yang bergaris tengah ¾ meter dengan
kedalaman kira – kira 12 meter, yang kemudian dikenal dengan nama Sumur
Lubang Buaya.
4.    Tanggal 4 Oktober 1965
Pada tanggal 4 Oktober, penggalian Sumur Lubang Buaya dilanjutkan kembali (karena
ditunda pada tanggal 13 Oktober pukul 17.00 WIB hingga keesokan hari) yang
diteruskan oleh pasukan Para Amfibi KKO – AL dengan disaksikan pimpinan
sementara TNI – AD Mayjen Soeharto. Jenazah para perwira setelah dapat
diangkat dari sumur tua tersebut terlihat adanya kerusakan fisik yang sedemikian
rupa. Hal inilah yang menjadi saksi bisu bagi bangsa Indonesia betapa kejamnya
siksaan yang mereka alami sebelum wafat.
5.     Tanggal 5 Oktober 1965
Pada tanggal 5 Oktober, jenazah para perwira TNI – AD tersebut dimakamkan di Taman
Makam Pahlawan Kalibata yang sebelumnya disemayamkan di Markas Besar
Angkatan Darat.
6.   Tanggal 6 Oktober 1965
Pada tanggal 6 Oktober, dengan surat keputusan pemerintah yang diambil dalam Sidang
Kabinet Dwikora, para perwira TNI – AD tersebut ditetapakan sebagai Pahlawan
Revolusi.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai