Anda di halaman 1dari 16

Isu Keamanan Makanan

(Penggunaan Peptisida Pada Bahan


Pangan)
Kelompok 2
Dosen Pengampu: Ayulia Fardila Sari ZA, SKM, MPH
ANGGOTA KELOMPOK :
• Silvi Camelia Sari 1511211007
• Noverlina Putri Nisal 1511211017
• Fadilla Rahmah 1511211019
• Meiyola Ariska1511211036
• Mira Cantika 1511211058
• Novia Berti 1511211071
• Yolanda Safitri 1511212005
• Maisarah 1511212028
• Ge Ningratie P 1611216008
Keamanan Pangan

Kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah


pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan
benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan
membahayakan kesehatan manusia (UU No. 7 Tahun 1996
tentang Pangan).
Pengertian Pestisida
Pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 1973, tentang
Pengawasan atas Peredaran dan Penggunaan Pestisida” yang
dimaksud dengan Pestisida adalah sebagai berikut ; “ Semua zat kimia
dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang digunakan untuk
memberantas atau mencegah hama-hamadan penyakit-penyakit yang
merusak tanaman, memberantas rerumputan, mematikan daun dan
mencegah pertumbuhan yang tidak diinginkan, mengatur atau
merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian tanaman
tidak termasuk pupuk, memberantas atau mencegah hama-hama air,
memberantas atau mencegah binatang-binatang yang dapat
menyebabkan penyakit pada manusia atau binatang yang perlu
dilindungi dengan penggunaan pada tanaman, tanah dan air”.
Kandungan Pestisida
• Berikut ini beberapa formulasi pestisida yang sering dijumpai:
• Cairan emulsi : Komposisi pestisida cair biasanya terdiri dari tiga komponen, yaitu
bahan aktif, pelarut serta bahan perata.
• Butiran : Komposisi pestisida butiran biasanya terdiri atas bahan aktif, bahan pembawa
yang terdiri atas talek dan kuarsa serta bahan perekat.
• Debu : Komposisi pestisida formulasi debu ini biasanya terdiri atas bahan aktif dan zat
pembawa seperti talek.
• Tepung : Komposisi pestisida formulasi tepung pada umumnya terdiri atas bahan aktif
dan bahan pembawa seperti tanah hat atau talek (biasanya 50-75 persen).
• Oli : Biasanya dicampur dengan larutan minyak seperti xilen, karosen atau aminoester.
• Fumigansia : Pestisida ini berupa zat kimia yang dapat menghasilkan uap, gas, bau,
asap yang berfungsi untuk membunuh hama.
Batas Toleransi Pestisida
Dibawah ketentuan Undang-undang Makanan, Minuman dan Kosmetik
Federal (FFDCA), maka EPA menetapkan batas toleransi terhadap
pestisida yang didaftarkan untuk dipakai pada makanan berdasarkan dua
prinsip dasar: batas toleransi harus melindungi kesehatan masyarakat dan
harus ditetapkan pada aras yang tidak lebih tinggi dari pengendalian hama
yang diperlukan. Dalam penentuan batas toleransi, EPA membandingkan
potensi pemaparan terhadap pestisida dengan pemaparan maksimal
diijinkan secara toksikologi terhadap substansi; potensi pemaparan harus
tidak melebihi batas maksimal yang diijinkan, atau pemaparan yang
“aman”. EPA dapat pula memberikan pengecualian dari batas toleransi
untuk pestisida yang digunakan pada makanan bila tidak ada aras pestisida
yang mungkin muncul pada makanan, atau bila EPA memutuskan bahwa
tidak ada resiko yang berhubungan dengan pemaparan manusia terhadap
residu
Bahaya Penggunaan Pestisida
Zat kimia berbahaya inilah yang lazim disebut dengan residu
pestisida. Munculnya fenomena residu pestisida sejak manusia
mempercayai keampuhan pertanian modern (revolusi hijau), bertani
dengan asupan kimia yang tinggi. Keracunan pestisida tidak hanya
dapat terjadi karena paparan (exposure) langsung oleh pestisida
(menghirup, terkena percikan atau menyentuh sisa pestisida), yang
umumnya sudah diketahui oleh banyak orang. Tetapi keracunan bisa
terjadi pula, lantaran manusia mengkonsumsi bahan-bahan makanan
yang mengandung residu pestisida dalam jumlah yang cukup tinggi,
melibihi suatu batas maksimal yang telah ditetapkan (MRL-maximum
Residu Limit), atau batasan ADI (Acceptable Daily Intake) sebagai
batasan-batasan baku yang telah ditetapkan oleh badan-badan dunia
(WHO, FAO).
Pestisida mengendap dalam makanan
Wortel, kentang, kubis, bawang merah, tomat, dan kubis dari
berbagai tempat budidaya sayuran di Jawa Barat, dan Jawa Tengah pada
tahun 1987 diketahui memiliki residu yang melampai batas maksimal.
Bahaya Pestisida terhadap kesehatan
manusia
Pestisida dapat merusak keseimbangan
ekologi
Dinamika pestisida dilingkungan yang membentuk suatu siklus,
terutama jenis pestisida yang persisten. Penggunaan pestisida oleh
petani dapat tersebar di lingkungan sekitarnya; air permukaan, air
tanah, tanah dan tanaman. Sifat mobil yang dimiliki akan
berpengaruh terhadap kehidupan organisme non sasaran, kualitas
air, kualitas tanah dan udara.
Penggunaan pestisida dan tertinggalnya residu dapat sangat
menurunkan populasi hewan tanah. Dibandingkan dengan
besarnya kandungan residu pestisida dalam tanah, kandungan
pestisida dalam air memang lebih rendah. Meskipun demikian
hasil penelitian membuktikan bahwa telah terjadi pencemaran di
lingkungan perairan akibat pestisida.
Peraturan Tentang Pestisida
• Undang-undang nomor 1 tahun 1970 (lembaran negara republik indonesia tahun 1970
nomor 1, tambahan lembaran negara republik indonesia nomor 2919) tentang
keselamatan kerja; memutuskan : menetapkan : peraturan pemerintah republik
indonesia tentang pengawasan atas peredaran, penyimpanan dan penggunaan
pestisida.
• Peraturan menteri kesehatan republik indonesia nomor : 258/menkes/per/lll9/1992
• Pp no. 7 tahun 1973 tentang pengawasan atas peredaran, penyimpanan dan
penggunaan pestisida (pestisida yang boleh diedarkan, disimpan dan digunakan
adalah pestisida yang sudah terdaftar dan atau memperoleh izin menteri pertanian).
• Uu no. 12 tahun 1992 tentang sistem budidaya tanaman (ps. 60 huruf (g) jo.Ps. 38)
berbunyi “ pestisida yang akan diedarkan di dalam wilayah negara republik indonesia
wajib terdaftar, memenuhi standar mutu, terjamin efektivitasnya,aman bagi manusia
dan lingkungan hidup, serta di beri label.
• Undang-undang republik indonesia nomor 18 tahun 2012 tentang pangan
 Pihak yang Terkait
• Petani di dataran tinggi Dieng Jawa Tengah
• Pemerintah dalam hal ini Dinas Kesehatan Wonosobo

 Isu Utama
• Penggunaan pestisida dan bahan kimia lainnya secara besar-
besaran dan terus menerus di lahan kentang dan sayuran di
dataran tinggi Dieng, Wonosobo, Jawa Tengah.
• Ketergantungan pada pestisida untuk menumbuhkan tanaman
• Rusaknya kesuburan tanah
• Penggunaan pestisida dari tahun ke tahun meningkat
 Isu Kesehatan
• Adanya kandungan pestisida dalam darah petani antara
ringan hingga tinggi.
• Petani sebagai pemakai pestisida rentan terkena racun
serangga.
• Petani sebenarnya tahu semua kalau pestisida berbahaya
bagi kesehatan Keracunan pernah dialami, mulai mual-
mual, pusing, atau berkunang-kunang.
• Hampir semua petani di Dieng mengalami flek pada paru-
paru mereka dan hampir semua petani juga mempunyai
gangguan pernafasan.
 Analisis Faktor Penyebab Internal
• Meskipun petani tahu pestisida berbahaya untuk kesehatan,
mereka berpikir bahwa mau bagaimana lagi, kalau tidak
menggunakan pestisida tanaman yang mereka tanam bisa
gagal panen.
• Ketergantungan pada penggunaan pestisida yang setiap
tahun makin meningkat penggunaannya.
• Gencarnya produsen pestisida yang menawarkan berbagai
keuntungan bagi petani.
 Rekomendasi
• Menerapkan secara konsisten sistem Pengendalian Hama Terpadu
(PHT) dalam pengendalian hama penyakit padi sesuai dengan
Inpres no. 3/1986, UU 12/1992 dan PP no 6/1995.
• Membenahi distribusi, promosi, dan penggunaan serta pengawasan
pestisida untuk tanaman.
• Menerapkan teknologi pengendalian yang memperkuat ketahanan
agroekosistem, di antaranya pengembalian jerami, penggunaan
agens hayati, dan mengurangi penggunaan pestisida.
• Menurut peraturan bahwa Pestisida yang beredar, disimpan dan
digunakan adalah Pestisida yang telah terdaftar dan mendapat izin
dari Menteri Pertanian, memenuhi standar mutu, terjamin
efektivitasnya, aman bagi manusia  dan lingkungan hidup serta
diberi label.
• Penggunaan Pestisida harus memenuhi ketentuan yang ditetapkan dalam izin, serta
memperhatikan anjuran yang dicantumkan dalam label.
• Dalam Peraturan  Pemerintah No. 6 Tahun 1995 Tentang Perlindungan Tanaman,
diamanatkan bahwa penggunaan Pestisida dalam rangka pengendalian Organisme 
Pengganggu Tumbuhan (OPT) adalah merupakan alternatif terakhir, dan dampak
negatif yang timbul harus ditekan seminimal mungkin serta dilakukan secara tepat
guna.
• Pada saat penyemprotan pestisida sebaiknya petani menggunakan alat perlindungan
diri agar tidak terpapar.
• Pangan yang mengandung residu pestisida sebaiknya dicuci bersih dahulu dengan air
mengalir sebelum di produksi dan konsumsi.
• Kurangi konsumsi sayur yang masih mentah karna mengandung residu pestisida lebih
tinggi.
• Jika tidak ingin terpapar pangan yang mengandung pestisida, manfaatkanlah
pekarangan rumah dengan menanam berbagai jenis sayuran dan bahan dapur lainnya.
• Petani juga harus diberi arahan mengenai dampak kesehatan yang timbul dari paparan
pestisida dan disarankan untuk melakukan cek kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai