Anda di halaman 1dari 14

PENGEMBANGAN SEKOLAH

MENENGAH BERBASIS INDUSTRI


OLEH
Dr. ANDI AGUNG,S.E.,M.M.
Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Kepulauan Riau
Penyelarasan pendidikan dengan kebutuhan dunia usaha dan dunia industri
Sekolah tidak dapat lagi berdiri sendiri sebagai suatu lembaga sosial yang terlepas
dari lembaga-lembaga sosial lain. Dalam persaingan global di bidang usaha dan
industri saat ini menuntut peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia dengan
melalui pendidikan. Dengan pendidikan formal siswa akan memperoleh ilmu
pengetahuan, keterampilan dan pengalaman yang dapat digunakan untuk bekal
dalam bekerja. Salah satu pendidikan formal yang memberikan bekal pengetahuan
dan keterampilan adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Untuk itu
diperlukan kerjasama yang erat antara sekolah, dunia usaha dan industri, baik
dalam perencanaan dan penyelenggaraan maupun dalam pengelolaan pendidikan.
Syarat agar dapat memenuhi tuntutan stakeholders terkait kualitas dan
relevansi lulusan dengan Dunia Usaha dan Industri (DUDI) maka sekolah dituntut
untuk dapat merancang kurikulum dan kompetensi lulusan sesuai dengan
kebutuhan dunia usaha yang ada. Terkait hal tersebut maka perlu adanya pola
pendidikan yang memadukan kebutuhan dunia usaha dan industry (DUDI) dengan
kompetensi pendidikan di sekolah. Pendidikan yang dilaksanakan harus mampu
mengahsilkan tenaga kerja terampil pada tingkat menengah, dan untuk
mendapatkan kualifikasi tenaga kerja tersebut perlu bekal pengalaman dan
pelatihan. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) diberi amanah oleh undang-undang
untuk menyiapkan sumber daya manusia yang siap memasuki dunia kerja dan
menjadi tenaga kerja yang produktif. Lulusan SMK idealnya merupakan tenaga
kerja yang siap pakai, dalam arti langsung bisa bekerja di dunia usaha dan
industri.
Permasalahan SMK saat ini pada umumnya terkait dengan keterbatasan
peralatan, masih rendahnya biaya praktik, dan lingkungan belajar yang
tidak serupa dengan dunia kerja. Kondisi ini bisa menyebabkan
ketidaksiapan lulusan dalam memasuki dunia kerja.
Ketidaksiapan lulusan SMK dalam melakukan pekerjaan yang ada di
dunia kerja mempunyai efek domino terhadap industri pemakai, karena
industri harus menyelenggaraan pendidikan di dalam industri untuk
menyiapkan tenaga kerjanya. Dengan demikian pihak industri harus
mengalokasikan biaya ekstra di luar biaya produksi.
Sebenarnya pihak industri dan pihak sekolah memiliki keterbatasan
masing- masing dalam membentuk dan mendapatkan tenaga kerja siap
pakai. Pihak sekolahmemiliki keterbatasandalam pembiayaan dan
penyediaan lingkungan belajar, sementara pihak industri memiliki
keterbatasan sumber daya pendidikan untuk membentuk tenaga kerja yang
dibutuhkan. Oleh karena itu untuk mendapatkan lulusan SMK yang siap
pakai, dibutuhkan keterlibatan industri untuk ikut menyusun program
pelatihan bersama SMK.
Di Negara-negara maju, peran Industri ditunjukkan secara
nyata berupa kerjasama program, dukungan finansial untuk
penelitian dan beasiswa. Bahkan di beberapa negara peran industri
ini sudah menjadi kewajiban karena telah ada undang- undang
yang mengaturnya. Paling tidak dunia usaha dan industri yang
telah secara nyata membangun kerjasama dengan sekolah diberi
insentif dengan memberikan keringanan pajak. Alhamdulillah
dinegara kita telah terbit impres no.9 tahun 2016 tentang
revitalisasi smk dimana industri industri mulai dilibatkan untuk
menggarap SMK bahkan kini dengan adanya kepres no.68
tahun2022 semakin nyata peran industri untuk bersama sama
memajukan SMK. .
3 Link and Match dengan
Industri
“Link and Match dengan Industri”
• SMK sebagai
penghubung
industri
• Kerjasama • Pelaksanaan dengan SMK
dengan dunia
industri 02 OJT
04 Aliansi

01 03 05
• Pembentukan • Prakerin
kelas industri
Kerjasama dengan dunia industri

Validasi isi Kunjungan industri (KI) Guru tamu

Sekolah menyiapkan Bertujuan


prangkat kurikulum Bertujuan untuk menerapkan
untuk divalidasi industri melatih akademik dan keterampilan di
dan diimplementasikan ketrampilan siswa DU/DI dalam
kepada siswa pembelajaran
Pembentukan kelas industri
SMK Kerjasama Industri

Menentukan kelas industri

Kurikulum di Kebutuhan
sekolah Menyusun kurikulum
industri

LOREM IPSUM
Pelaksanaan pembelajaran

UN dan uji profesi sertifikasi

Tamatan bermutu

Penyaluran tamatan
ke industri
Pelaksanaan guru magang (OJT)

Industri Pelatihan
JOB
Kesepahaman
terkait waktu
dan materi

Guru
Implementasi
terlibat di
SMK pengalaman
kegiatanD
dan ilmu
UDI
Prakerin

1. Peserta didik 2. Input 3. Proses

• Peroses Pembelajaran • Rekrutmen karyawan • Sertifikat Prakerin

5. Outcome 4. Output

• Menjadi karyawan • Diterima menjadi karyawan


Peran SMK sebagai penghubung antara
industri dengan SMK aliansi
Latar belakang pembentukan SMK ALIANSI

Keterbatasan tenaga pendidik, media


pembelajaran, ruang praktik, dan bahan ajar

SMK ALIANSI

Peran SMK sebagai penghubung

Media pemberi informasi dan penyedia


fasilitas atas informasi prakerin dan
rekrutmen karyawan di DU/DI
“KURIKULUM BERBASIS INDUSTRI”
Prinsip Kurikulum SMK

Menyusun
Program 2 Pembelajaran
Sistem Blok
Penyelenggaraan 5
Kurikulum SMK
dengan Dunia
Usaha/Industri 4
3 Strategi
Pembelajaran

English Area and


1 Kurikulum
SMK
English Day
6

Perkembangan Kurikulum
DATA SEMENTARA JUMLAH ALUMNI SMK YANG BEKERJA DAN MELANJUTKAN STUDY
TAHUN 2019/2020 DAN 2020/2021
PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NO KABUPATEN JUMLAH KELULUSAN YANG SUDAH BEKERJA YANG MELANJUTKAN WIRA USAHA KETERANGAN
KOTA KULIAH
2019/2020 2020/2021 2019/2020 2020/2021 2019/2020 2020/2021 2019/2020 2020/2021
BINTAN 599 789 62 92 25 46 5 32
TANJUNGPINANG 1398 1861 57 39 30 78
BATAM 5522 6915 793 599 621 377 6 15
KARIMUN 1059 933 42 34 9 3
LINGGA 184 212 52 70 29 39
ANAMBAS 145 162 82 74 95 89
NATUNA 135 70
JUMLAH 9042 10.942 1088 908 809 632 11 47

TAHUN PERSENTASE PERSENTASE PERSENTASE TAHUN PERSENTASE PERSENTASE PERSENTASE


KELULUSAN YANG BEKERJA YANG KULIAH WIRA USAHA KELULUSAN YANG BEKERJA YANG KULIAH WIRA USAHA
2019/2020 (%) (%) (%) 2020/2021 (%) (%) (%)
BINTAN 10,35 4,75 0,83 BINTAN 11,66 5,83 4,05
TANJUNGPINANG 4,07 2,15 0 TANJUNGPINANG 2,09 4,19 0
BATAM 14,36 11,25 0,1 BATAM 8,66 5,45 0,2
KARIMUN 3,97 0,84 0 KARIMUN 3,64 0,32 0
LINGGA 28,26 15,76 0 LINGGA 33,01 18,39 0
ANAMBAS 56,6 65,52 0 ANAMBAS 45,67 18,40 0
NATUNA NATUNA

Anda mungkin juga menyukai