Anda di halaman 1dari 25

Analisis Data Kualitatif

Analisis Data

mengelompokkan, membuat suatu urutan,


memanipulasi serta menyingkatkan data
sehingga mudah untuk dibaca.
ANALISIS DATA KUALITATIF

Analisis data dimulai dengan menelaah


seluruh data yang tersedia dari
berbagai sumber, kemudian mereduksi
data, menyusun dalam satuan-satuan
sesuai dengan tujuan penelitian, serta
penafsiran data yang dijelaskan dalam
bentuk deskripsi hasil dan pembahasan
penelitian.
ANALISIS DATA KUALITATIF

Redukasi data: pemilihan,


penggolongan, meringkas.
Penyajian Data: naratif, grafik,
diagram...
Penarikan Kesimpulan
Data Kualitatif:
Pernyataan kata-kata, gambar, catatan
lapangan, rekaman, dan bentuk data
lainnya.

Analisisnya: Identifikasi perhatian (concerns)


dan persoalan (issues):
1. Proses Katagorisasi
2. Proses Prioritas
3. Proses Penentuan Kelengkapan
(Kountur, 2007)
1. Kategorisasi:

 Tidak ada standar yang baku.


 Perhatikan sering muncul (regularity). Hal-
hal yang sering muncul bisa menjadi satu
kategori
 Cek kembali, satu katagori apabila memiliki
kesamaan, berbeda kategori apabila
memiliki perbedaan
 Kategori jangan terlalu luas atau sempit
Contoh: Data Hasil Wawancara:
Katagori orang yang sukses dalam
membangun UKM:
1) Orang-orang yang tekun/ulet dalam bekerja
2) Orang-orang yang pandai memanfaatkan
peluang usaha
3) Orang-orang yang memiliki keahlian
tertentu yang dapat diandalkan
4) Orang-orang yang mengutamakan
kepuasan konsumen
2. Prioritas:
Jika banyak kategori, perlu prioritas:
 Paling sering muncul
 Jawaban responden/ data yang paling
dipercaya
 Unik, memiliki ciri khas
 Ada peluang membuka penyelidikan lebih
lanjut
 Material atau berharga
(Kountur, 2007)
3. Penentuan Kelengkapan:

 Katagori telah menjawab semua perhatian


(concerns) dan persoalan (issues)

 Kategori harus sesuai masalah penelitian,


menjawab permasalahan, sehingga dapat
mencapai tujuan penelitian.
Pengamatan penulis, anak-anak ini memiliki motivasi
belajar yang baik. Mereka mengakui ingin sekolah
sekalipun harus berjalan melewati dua bukit terjal
(sekitar 5 km) di mana ada lokasi Sekolah Dasar.
Mereka juga terbukti mau belajar Calistung dengan
orang tuanya atau tetangganya, sekalipun
menggunakan sarana belajar yang sederhana.
Mereka terbiasa belajar autodidak, misalnya belajar
membaca merek-merek jajanan yang dibelinya di
warung, menulis dengan arang pada bekas
bungkusan kertas, atau belajar berhitung yang
langsung diterapkan dalam keseharian
kehidupannya. Cara belajar seperti ini cukup
berhasil, terbukti mereka mampu membaca,
menulis, dan berhitung sederhana.
Kecerdasan anak-anak Suku Baduy juga diakui oleh
beberapa pengelola pendidikan dasar di Kecamatan
Leuwidamar, bahwa anak-anak Suku Baduy mudah
dalam memahami sesuatu. Mereka banyak yang bisa
belajar membaca, menulis, dan berhitung dengan cara
autodidak. Pernyataan ini diperkuat oleh Bapak
Marsadi (humas Suku Baduy), bahwa anak-anak Suku
Baduy sudah terbiasa belajar membaca, menulis, dan
berhitung menggunakan arang dan kayu atau kertas
bekas sebagai alasnya. Walaupun dengan cara
sederhana dan frekuensi yang jarang, mereka terbukti
mampu membaca, menulis, dan berhitung. Dengan
kemampuan Calistung tersebut, mereka mampu
bergaul dengan suku lain, termasuk dalam berbisnis.
Anak-anak Suku Baduy tidak bisa mengikuti pendidikan
formal karena aturan/adat yang melarangnya untuk
bersekolah. Menurut humas Masyarakat Baduy dan
Wakil Jaro Tangtu Cibeo, bahwa masyarakat Baduy
sangat menjunjung tinggi nilai-nilai leluhur. Mereka tidak
diperbolehkan mengikuti pendidikan formal (sekolah)
karena kekhawatiran adat/budayanya terpengaruh oleh
budaya luar. Menurut dua tokoh Baduy ini, belajar tidak
hanya melalui sekolah (formal) saja. Anak-anak Baduy
sudah biasa belajar dalam aktivitas keseharianya.
Mereka belajar dari orang tua, pemimpin adat, atau dari
alam. Mereka belajar tentang nilai-nilai dan norma-
norma adat, termasuk belajar dalam kecakapan hidup.
Setiap orang tua wajib mengajarkan berbagai hal
kepada anak-anaknya.
Menurut Ayah Mursid (wakit orang tua), dalam
mendidik anak-anak banyak pepatah leluhur
atau kearifan lokal yang dipegang teguh oleh
suku Baduy, di antaranya: “Nurut ka tuduh,
ngawula ka puguh” (masyarakat Baduy patuh
pada adat), Ilmu tuntut dunya siar
(keseimbangan menuntut ilmu dan harta),
ngatur hirup ka sasama, ka nu diluhur
(keseimbangan hidup kepada manusia dan
sang pencipta), dan lainnya. Pepatah leluhur ini
dapat dipelajari dan didalami melalui
pengalaman hidup keseharian, baik hidup
dengan sesama manusia, dengan alam,
maupun dengan sang pencipta.
4. Interpretasi Data:

“Karakteristik pengusaha UKM yaitu: 1)


orang yang tekun/ulet bekerja, 2) orang
yang pandai memanfaatkan peluang usaha,
3) orang yang memiliki keahlian tertentu,
dan 4) orang yang mengutamakan
kepuasan konsumen”
Terima kasih…

Anda mungkin juga menyukai