Potensi dasar ini disebut sebagai penalaran/proses berpikir terhadap segala hal.
Dengan berpikir, manusia menjadi mampu melakukan perubahan pada dirinya, dan
sejatinya sebagian besar perubahan dalam diri manusia merupakan akibat dari
aktivitas berpikir.
Oleh karena itu, sangat wajar bila berpikir merupakan kata kunci (key word) dalam
setiap diskursus mengenai kedudukan manusia di muka bumi, ini berarti bahwa
tanpa berpikir, kemanusiaan manusia pun tidak punya makna bahkan mungkin tak
akan pernah ada.
Berpikir juga memberi kemungkinan manusia untuk memperoleh pengetahuan, dalam
tahapan selanjutnya pengetahuan itu dapat menjadi fondasi penting bagi kegiatan berfikir
yang lebih mendalam (fundamental).
Ketika Nabi Adam diciptakan dan kemudian ALLAH mengajarkan nama-nama, pada
dasarnya mengindikasikan bahwa Adam (manusia) merupakan makhluk yang bisa
berpikir dan berpengetahuan, dan dengan pengetahuan itu Adam dapat melanjutkan
kehidupannya di dunia ini.
Dalam konteks perbandingan dengan bagian-bagian alam lainnya, para ahli telah
banyak mengkaji perbedaan manusia dengan makhluk-makhluk lainnya terutama
dengan makhluk yang agak dekat dengan manusia yaitu hewan.
Secara umum, komparasi manusia dengan hewan dapat dilihat dari sudut
pandang naturalis/biologis dan sudut pandang sosiopsikologis.
Secara biologis, pada dasarnya manusia tidak banyak berbeda dengan
hewan, bahkan Ernst Haeckel (1834 –1919) mengemukakan bahwa manusia
dalam segala hal sungguh-sungguh adalah binatang beruas tulang belakang,
yakni binatang menyusui.
Jadi, semua itu kalau dicermati tidak lain karena manusia mrpk
hewan yang berpikir/bernalar (the animal that reason) atau Homo
Sapien.