Anda di halaman 1dari 81

Laporan Kasus

“SEORANG ANAK LAKI-LAKI


USIA 4 TAHUN 3 BULAN DENGAN
ASMA BRONKIALE SERANGAN
SEDANG EPISODIK JARANG”
Pembimbing: dr. Meiriani Sari, M.Sc, Sp.A, IBCLC
Disusun oleh: Justina (406201036)

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK


RUMAH SAKIT SUMBER WARAS
PERIODE 20 JUNI 2022 – 13 AGUSTUS 2022
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
Identitas Pasien
(71-30-63)

Nama: An. AZ

Tanggal lahir: 17 April 2018

Umur: 4 tahun 3 bulan 15 hari

Jenis Kelamin: Laki-laki

Alamat Pendidikan Tanggal masuk RS

KP Gusti GG Kantong 28 Juni 2022


Belum sekolah
No. 6A Pk. 14.00
ANAMNESIS

Dilakukan alloanamnesa dengan ibu pasien pada hari Kamis, 28 Juni


2022, pukul 14.10 WIB di bangsal lantai 5 RS Sumber Waras.

Keluhan Utama : Batuk sejak 2 hari SMRS


RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pasien dibawa orang tuanya ke Poli Anak RS Sumber Waras dengan
keluhan batuk sejak 2 hari SMRS pada hari Selasa (26/07/22) pukul
17.00 WIB. Batuk dahak muncul hampir terus-menerus, memberat
terutama saat sore dan malam hari, membaik saat siang hari dan
beristirahat. Menurut orang tua pasien, batuk dirasa makin
memberat, dan mengganggu aktivitas dan tidur anak. Dikatakan
batuk hingga sesak dan membuat perut anak sakit dan hanya
nyaman dalam posisi mengkerutkan tubuhnya. Batuk dan sesak
muncul setelah anak melakukan aktivitas lari. Batuk sering dialami
anak 2-3x dalam sebulan. Selain sesak anak juga demam, sakit
perut, muntah, dan pilek
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

• Keluhan sesak muncul setelah batuk yang dialami terus-


menerus, sesak pada dada hingga menimbulkan penampakan
dada tertarik ke dalam dan berbentuk cekung. Saat berusia 3
tahun ke atas anak cenderung lebih sering mengalami serangan
sesak. Memberat saat sore menjelang malam dan membaik saat
siang hari dan beristirahat. Suara nafas ngik-ngik (+)
• Ibu sudah membawa anak ke puskesmas 1 hari SMRS namun
tidak ada perbaikkan.
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

• Keluhan juga disertai dengan demam pada 2 hari SMRS malam


(Selasa, 26/6/2022) demam 38,5 C. Demam muncul secara
mendadak setelah anak batuk dan sesak, membaik setelah
diberikan obat penurun demam dan beristirahat.
• Saat sedang batuk yang cenderung sering, pasien mengeluhkan
sakit perut terutama di bagian tengah atas, tidak ada menjalar ke
daerah lain, keluhan dirasakan pasien hingga mengganggu
aktivitas pasien, membuat pasien selalu dalam posisi mengkerut
dan memegangi perutnya ketika batuk. Ibu pasien sudah
mengolesi minyak ke perut pasien, namun tidak ada perbaikkan.
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

• Keluhan muntah dialami setiap kali setelah minum cokelat


dan batuk, muntah berisi minuman cokelat, tidak muncrat,
lender dan darah disangkal.
• Pilek cair, bewarna jernih, sejak malam selasa (26/6/2022)
bersamaan dengan munculnya batuk, sudah berobat
belum sembuh.
• Keluhan penurunan kesadaran, berdebar-debar, keringat
dingin, BAB dan BAK disangkal.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

• Pasien belum pernah dirawat di Rumah Sakit


sebelumnya, hanya menjalani perawatan jalan
dengan keluhan batuk pilek dan suara ngik-
ngik sejak masih bayi.

• Riwayat alergi makanan/obat disangkal


• Pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya
baru saja berobat dengan keluhan serupa
namun sesak lebih ringan pada bulan Januari
2022 dan Maret 2022.
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

• Tidak ada anggota keluarga maupun orang lain di lingkungan tempat


tinggal yang mengalami keluhan serupa

• Ayah dan kakak laki-laki menderita TB, namun sudah sembuh.

• Riwayat hipertensi, diabetes, alergi, asma dalam keluarga disangkal.


RIWAYAT SOSIAL EKONOMI
• Pasien berasal dari kelompok sosial ekonomi menengah ke atas. Ibu pasien
mengatakan pasien tinggal bersama ibu dan ayahnya di sebuah rumah. Ibu
pasien tidak bekerja. Ayah pasien bekerja sebagai karyawan swasta. Dapat
mencukupi kehidupan sehari-hari.
RIWAYAT KEHAMILAN

flek dari jalan lahir disangkal. Keluhan Tekanan darah tinggi, sakit kepala, muntah terus menerus
disangkal. Ibu pasien rutin mengonsumsi supelemen tambah darah dan asam folat.

RIWAYAT KELAHIRAN
Pasien lahir secara SC karena kembar di usia kehamilan 30 minggu. Saat lahir pasien
menangis kuat dengan BBL 1400 gr dan PBL 47 cm. Riwayat biru dan kuning (-).
Menerima suntikan pematangan paru, dirawat di nicu karena lekosit lebih tinggi
disbanding eritrosit dan minum obat hingga 6 bulan.
RIWAYAT NUTRISI
• Pasien mendapat ASI eksklusif selama 8 bulan. Ibu menyusui pasien
dengan frekuensi 3 jam sekali. Pasien menyusu dengan kuat dan
banyak. Susu formula diberikan di usia 9 untuk menaikkan berat badan
sebanyak 3x sehari.
• Pemberian MPASI pada mulai usia 6 bulan sebanyak 3x/hari
• Diberikan makanan padat mulai usia 8 bulan, saat pasien tumbuh gigi.
RIWAYAT IMUNISASI
• BCG : 1 kali (usia 1 bulan)
• Hepatitis B : 5 kali (lahir, 2, 3, 4, dan 18 bulan)
• Polio : 5 kali (usia 0, 2, 3, 4, dan 18 bulan)
• HiB : 4 kali (usia 2, 3, 4, dan 18 bulan)
• DTP : 4 kali (usia 2, 3, 4, dan 18 bulan )
• PCV : 4 kali (usia 2, 4, 6, 12 bulan)
• Rotavirus : 3 kali (usia 2, 4, dan 6 bulan)
• Campak : 2 kali (usia 9 dan 18 bulan)
• Varisela : 2 kali (usia 12 dan 18 bulan)
• Hepatitis A : 2 kali (usia 12 dan 24 bulan)
• Tifoid : 1 kali (usia 24 bulan)
• Influenza : 1 kali (usia 6 bulan)

Kesan : Imunisasi dasar sampai 2 tahun hamper lengkap,


kurang influenza yang baru 1 kali.
RIWAYAT PERTUMBUHAN
• Berat badan lahir : 1400 g
• Panjang badan lahir : 47 cm
• Berat badan saat ini : 11,6 kg
• Panjang badan saat ini : 94 cm
• Perkiraan BB
Usia (tahun) x 2 + 8 : 16 kg
• Perkiraan PB
[usia (tahun) x 6] + 77 : 101 cm

Kesan : Pertumbuhan BB dan TB dibawah anak seusianya


Riwayat
PERKEMBANGAN

KPSP 48 bulan : Ya = 9 
Kesan : Perkembangan
sesuai usia
RIWAYAT ASUPAN NUTRISI

Kebutuhan kalori dan protein sesuai RDA menurut


BB sekarang
 Kalori : 11,6 kg x 100 kkal/kg/hari = 1160 kkal/hari
 Protein : 11,6 kg x 1,5 g/kg/hari = 17,4 g/hari
RIWAYAT ASUPAN NUTRISI
• Usia 0 - 6 bulan : ASI , Susu formula
• Usia 6 - Sekarang : Susu formula, makanan padat
• Food recall 1 x 24 jam
Waktu Jenis Jumlah Kalori (kkal) Protein (g)
Pagi Susu Formula 220 ml 150 5
Nasi 1 centong 175 3,4
Telur rebus 1 buah 78 7,94
Ayam suwir 1 potong paha 66,5 12,74
bawah
Bayam ½ mangkuk kecil 2,25 0,17

Siang Susu formula 220 ml 150 5


bubur nasi 1 Mangkok kecil 43,63 0,85
Ayam suwir 1 ptg paha bawah 66,5 12,74
Malam Susu Formula 220 ml 150 5
    Total 732,18 52,84

Kesan : Secara kuantitas belum mencukupi kebutuhan energi per hari, sudah mencukupi kebutuhan
protein, dan secara kualitas cukup bervariasi
PEMERIKSAAN FISIK
Dilakukan pada, 28 Juni 2022, pukul 14.30 WIB di bangsal lantai
5 RS Sumber Waras
• Keadaan umum : Tampak lemas
• Kesadaran CM : Compos mentis, GCS 15 (E4M6V5)
• Tanda-tanda vital
• Frekuensi nadi : 120 kali/menit, reguler, isi cukup
• Frekuensi napas : 25 kali/menit, reguler, abdominothorakal
• Suhu : 36,7oC
• Saturasi O2 : 99% (oksigen 2 lpm)
• Skala nyeri :7
28 Juni 29 Juni 2022 29 April 2022 30 Juni 2022 30 Juni 2022
2022 (Pagi) (Malam) (Pagi) (Siang)
(Sore)

Frekuensi Nadi 120 132 126 110 112


(x/menit)

Frekuensi 25 21 22 21 21
Napas
(x/menit)

Suhu Celcius 36,7 36,3 36,2 36,5 36,5

Saturasi O2 99 99 99 99 100

Skala Nyeri 7 5 3 1 1
ANTROPOMETRI

• Laki-laki, 4 tahun 3 bulan


• BB : 11,6 kg
• Bbi: 17 Kg

• BB/U = -2 SD -3
 Gizi kurang
ANTROPOMETRI

• Laki-laki, 4 tahun 3 bulan


• PB : 94 cm
• Pbi : 105 cm

• PB/U = -2 SD -3
 pendek
ANTROPOMETRI

• Laki-laki, 4 tahun 3 bulan


• BB : 11,6 kg
• PB : 94 cm

• BB/PB = -2 SD -3
 kurus
STATUS GENERALIS
• Kepala : Normocephali, tidak teraba benjolan, rambut warna hitam, tebal, distribusi merata,
kulit kepala tidak tampak kelainan, ubun ubun datar
• Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), mata cekung (-/-), pupil bulat, isokor,
diameter 2 mm/2 mm
• Telinga : Bentuk normal, liang telinga lapang, membran timpani intak, sekret (-/-), fistula
preaurikular (-/-)
• Hidung : Bentuk normal, deviasi septum (-), sekret (+/+), mukosa hiperemis (+/+), konka edema
(-/-), gerakan napas cuping hidung (-)
• Mulut : Sianosis perioral (-), bibir dan mukosa kering (-), atrofi papil lidah (-), tonsil T1-T1,
detritus (-/-), kripta melebar (-/-), mukosa faring hiperemis (-)
• Leher : Trakea ditengah, massa (-), pembesaran KGB (-)
STATUS GENERALIS
• Pulmo
• Inspeksi : Bentuk dada normal, simetris pada posisi statis dan dinamis, retraksi (+)
• Palpasi : Stem fremitus sama kuat, nyeri (-), krepitasi (-)
• Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
• Auskultasi : Bronkovesikuler (-/-), ronkhi (-/-), wheezing (+/+)
• Cor
• Inspeksi : Pulsasi ictus cordis tampak
• Palpasi : Pulsasi ictus cordis teraba di ICS V MCL sinistra
• Perkusi : Redup, batas jantung dalam batas normal
• Bunyi jantung S1-S2 (+), reguler, murmur (-), gallop (-)
STATUS GENERALIS
• Abdomen :
• Inspeksi : Datar, distensi (-), sikatriks (-), massa (-), jejas (-)
• Auskultasi : Bising usus (+) 20x/ menit, bruit (-)
• Perkusi : Timpani pada seluruh regio abdomen
• Palpasi : Supel, tidak teraba massa, nyeri tekan (-), nyeri lepas (-) hepatomegali (-),
splenomegali (-)
• Anus dan Genitalia : Dalam batas normal, tidak ditemukan kelainan
• Ekstremitas : Akral hangat, sianosis (-/-), CRT ≤ 2 detik, edema (-/-)
• Tulang Belakang : Tampak normal, skoliosis (-), lordosis (-), kifosis (-)
STATUS GENERALIS
• Kulit : Tidak tampak kelainan, turgor kulit kembali cepat
• KGB : Tidak ditemukan pembesaran KGB
• Pemeriksaan Neurologi
• Refleks fisiologis : Biceps (++/++), triceps (++/++), patella (++/++), achilles (++/++)
• Refleks patologis : Babinski (-/-), Chaddock (-/-), Schaeffer (-/-), Gordon (-/-), Oppenheim (-/-)
• Tanda rangsang meningeal : Kaku kuduk (-), Brudzinsky I-IV (-), Laseque (-/-), Kernig (-/-)
• Pemeriksaan nervi cranial : Normal, simetris, tidak tampak kelainan
• Sistem sensorik : Eksteroseptif dan propioseptif baik
• Sistem mororik : Eutrofi, normotoni, pergerakan normal
• Kekuatan motorik : 5555/5555/5555/5555
Ro Thorax
Lab Darah
Rapid antigen
RESUME
● An. AZ, anak laki-laki usia 4 tahun 3 bulan dengan batuk, sesak, febris, muntah, sakit
perut, dan pilek 2 hari SMRS. Riwayat batuk, sesak, pilek berulang, terdapat tarikan
dada ke dalam, terutama pada malam dan setelah berolahraga. Sakit perut dan
muntah saat batuk. Riwayat batuk, pilek, dan sesak berulang sejak kecil. Ayah dan
kakak riwayat TBC. Belum vaksin influenza yang kedua. Riwayat penggunaan
pematangan paru karena lahir prematur.
● Pemeriksaan fisik didapatkan tampak sakit sedang, compos mentis, BB: 11,6 kg, PB: 94
cm, gizi kurang, pendek, kurus, wheezing (+/+), retraksi (+), sekret (+).
● Pada pemeriksaan penunjang didapatkan peningkatan leukosit, eosinofil, dan LED.

Dari anamnesis, Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang diagnosis


mengarah kepada Asma.
Diagnosis Kerja
Serangan sedang Asma Bronkiale
Episodik Jarang

J45.901

Diagnosis Banding
Bronkiolitis Pneumonia

J21.9 J129
TATALAKSANA NON-FARMAKOLOGI
• Oksigen
− Oksigen 1 lpm SpO2 95-100%

• Kebutuhan cairan
− BB ideal = 1680 cc/hari
− Infus Kaen 3b 1000 cc/24 jam

• Kebutuhan kalori dan protein sesuai RDA menurut BB ideal


− Kalori : 11,6 kg x 100 kkal/kg/hari = 1160 kkal/hari
− Protein : 11,6 kg x 1,5 g/kg/hari = 17,4 g/hari
− Anjuran menu makanan  perbanyak karbohidrat, lemak, serat, bentuk makanan
bervariasi
EDUKASI
• Menjelaskan tentang keadaan pasien
• Berikan posisi nyaman
• Upayakan makan dan minum anak adekuat
• Menjaga kebersihan
• Hindari faktor pencetus: hindari dingin, debu, bulu hewan, jangan terlalu lelah berolahraga, obati batuk
dan pilek sesegera mungkin
• Waspadai tanda perburukan  penurunan kesadaran, sesak berlebih, dada mencekung dalam
• Kompres bila demam
• Konsumsi obat dan kontrol sesuai anjuran dokter
TATALAKSANA FARMAKOLOGI

• Nebulasi Pulmicort 1 mg / 8 jam  0,5 – 1 mg


• Cetirizine 2 x 2,5 mg
• Cefotaxime 3 x 250 mg  25 mg/kg/8-12 jam

• Liprolac 1 x 1/2 sachet  Sachet (2,5 g): 1-2


sachet/hari
• Ondansetron 3 x 1 mg  0,15 mg/kg/4-8 jam
• PCT drip 150 mg (p.r.n demam 38 C) 10 – 15 mg/4-
6 jam.
PROGNOSIS
RENCANA EVALUASI
• KU dan TTV • Ad vitam : bonam
• Pola demam • Ad functionam : dubia ad bonam
• Perkembangan gejala • Ad sanationam : dubia ad bonam
• Intake per oral
• Tanda-tanda perburukan klinis
02
Tinjauan Pustaka
Buku Ajar Respirologi Anak
IDAI
“Merupakan penyakit kronik yang sering
dijumpai anak pada negara maju. Memberi
dampak negatif bagi kehidupan pengidapnya,
seperti menyebabkan anak sering tidak masuk sekolah dan membatasi
kegiatan olahraga/ aktivitas lain”

—Asma
Serangan Asma

Bervariasi; mulai dari ringan sampai berat


dan mengancam kehidupan.
Definisi
• Gangguan inflamasi kronik pada saluran napas
• Melibatkan banyak sel-sel radang (eosinofil, sel mast, leukotrien,
makrofag, netrofil, limfosit T, dll)
• Terjadi hiperresponsif jalan napas terhadap berbagai rangsangan
• Ditandai dengan obstruksi jalan napas yg bersifat reversibel
dengan atau tanpa pengobatan

Sumber: National Heart, Lung and Blood Institute, 2007


Faktor Pencetus

Olah raga Alergen Infeksi

Perubahan suhu Dll.


udara mendadak Asap rokok
Faktor Resiko

• Prevalens asma pada anak laki-laki sampai usia 10


adalah 1,5 sampai 2 kali lipat anak perempuan.
Jenis Kelamin • Tidak ada perbedaan
• Rasio anak laki : perempuan = 3:2, usia 6-11 thn 
meningkat 8:5 pada usia 12-17 thn.
• Umumnya muncul dari usia muda
• 25% serangan pada usia <6 bulan
• 75% pada usia <3 tahun Usia
• Hanya 5% terbebas dari gejala pada usia 28-35
tahun
Faktor Resiko

• Anak usia 16 thn dengan riwayat asma/ mengi 


Riwayat Atopi akan terjadi serangan 2x lipat lebih banyak jika anak
pernah mengalami hay fever, rhinitis alergi, atw
eksema.

• Alergen di lingkungan
• Contoh: serpihan kulit binatang peliharaan, Lingkungan
tungau debu rumah, jamur, kecoa
Faktor Resiko

• Ras kulit hitam (57,8/1000) > putih (50,8/1000)


Ras • 48,6/1000 sisanya

• Terpajan > tidak terpajan


• Risiko sudah mulai sejak janin, dan berlangsung Asap Rokok
terus hingga lahir
Faktor Resiko

• Partikel halus di udara: debu jalan raya, nitrat dioksida, karbon


monoksida, SO2
Outdoor air • Lingkungan pertanian dan pertenakan: memberikan efek proteksi
pollution • Pajanan endotoksin waktu dini: meingkatkan imun “hygiene
hypothesis”

• Penurunan prevalans asma 50% pada anak 7 tahun yang


sewaktu bayi sering mengalami rinitis
• Sering terinferksi respiratorik: prevalens asma rendah Infeksi respiratorik
• Namun tidak untuk: infeksi respiratory synctial virus (RSV) (sal.
Nafas bawah) di usia dini  fr bermakna mengi di usia 6 thn
Faktor Resiko

Beban • Berhubungan dengan peningkatan prevalens dan


Sosio-Ekonomi kematian akibat asma.
• Biaya besar
Perjalanan Alamiah
3 Fenotip Mengi pada anak
1. Transient early wheezing

• Pada anak mengi < 3 thn, tdk 6 thn


• Gejala mengi hanya timbul sesekali
2. Wheezing of late onset
• Keluarga maupun anak tidak memiliki riwayat
• Berulang jika inf pernafasan akut virus
• Tidak pernah mengalami infeksi sal
nafas bawah yg disertai mengi
3. Persistent wheezing • Muncul di usia 6 thn
• Ibu mengi, laki-laki, riw rinitis
• Min 1x inf sal nafas bawah + mengi dlm 3 thn
pertama kehidupan
• Mengi terus menetap sampai usia 6 tahun
• Ibu riwayat asma
Indeks Klinis Risiko Asma
Stringent index : jika anak merupakan early frequent wheezer pada 3 thn pertama
kehidupan dan memenuhi paling sedikit 1 dari kriteria mayor ATAU 2 dari kriteria
minor.

Kriteria Mayor Kriteria Minor

1. Asma pada orang tua 1. Rinitis alergi

2. Eksema pada anak 2. Mengi di luar eksema

3. Eosinofilia (>4% dari jumlah leukosit)

Mayor: (+) aero allergen


Minor: (+) allergen makanan 1 MAYOR / 1 MAYOR + 2 MINOR
Patogenesis & Patofisiologi
“A S M A”
Anak
Big numbers catch your audience’s attention
Remodeling
Patologis
Remodeling sal. respiratori
1. Proses dediferensiasi, migrasi, diferensiasi, maturasi struktur sel
2. Kombinasi antara kerusakan sel epitel, perbaikan epitel yang berlanjut, ketidakseimbangan
matrix metalloproteinase (MMP) dan tissue inhibitor of metalloproteinase (TIMP), produksi
berlebih faktor pertumbuhan probiotik/ transforming growth factors (TGF-Beta), dan
proliferasi, diferensiasi fibroblast menjadi miofibroblas.
3. Selanjutnya miofibroblas yang teraktivasi  memproduksi faktor pertumbuhan, kemokin, dan
sitokin  proliferasi sel-sel otot polos saluran repiratori, meningkatkan permeabilitas
mikrovaskular, menambah vaskularisasi, neovaskularisasi, dan jaringan saraf.

• Bersivat REVERSIBEL
Inflamasi Akut dan Kronis
1. Reaksi Fase Awal/ cepat (early phase reaction)
− Dihasilkan oleh aktivasi sel-sel yang sensitive terhadap allergen IgE-spesifik, terutama
sel mast dan makrofag
− Ikatan antara sel dan IgE  sekresi mediator-mediator: histamin, proteolitik, enzim
glikolitik, heparin, prostaglandin, leukotriene, adenosin, oksigen reaktif.
− Akhirnya menginduksi kontraksi otot polos sal repiratori dan menstimulasi saraf aferen,
hipersekresi mucus, vasodilatasi, kebocoran mikrovaskular.

2. Reaksi Fase Lambat


− Timbul beberapa jam lebih lambat dari fase awal
− Meliputi pengerahan eosinophil, sel T, basophil, neutrophil, dan makrofag
− Juga retensi selektif sel T pada saluran respiratori, ekspresi molekul adhesi, pelepasan
mediator
− Sel T teraktivasi antigen  produksi mediator pro inflamasi
Diagnosis
Asma pada Anak
Definisi
Mengi berulang dan/atau batuk persisten, dengan
karakteristik: timbul secara episodic, cenderung pada
malam/ dini hari, musiman, setelah aktivitas fisik, terdapat
riwayat asma/ atopi pada pasien dan/atau keluarga.

UKK Respirologi Anak III pada Pedoman Nasional Asma Anak (PNAA)
KLASIFIKASI

1. Intermiten 2. Persisten Ringan


• Gejala < 1x / minggu • Gejala > 1x/ minggu tetapi < 1x/hari
• Serangan singkat • Serangan dapat mengganggu aktivitas
• Gejala nokturnal < =2x/ bulan dan tidur
• Gejala nokturnal >2x/ bulan

3. Persisten Sedang
4. Persisten Berat
• Gejala setiap hari
• Mengganggu aktivitas dan tidur • Gejala setiap hari
• Gejala nokturnal >1x / minggu, • Sering terjadi
• Menggunakan agonis beta 2 kerja • Gejala asma nokturnal sering terjadi
pendek setiap hari
Klasifikasi

Episodik Episodik Persisten


Jarang Sering

• 75% populasi asma anak • 20% populasi • 5% populasi


• Episode <1x/ 4-6 minggu • Frekuensi lebih sering • Sering episode akut
• Mengi setelah aktivitas • Timbul pada aktivitas • Pada aktivitas ringan
berat sedang • Butuh agonis beta 2 >
• Tidak bergejala diantara • Dapat dicegah dengan 3x/ minggu
episodik agonis beta 2 • Sering terbangun pada
• Fungsi paru normal • Gejala <1x / minggu malam hari/ dada
diantara serangan • Fungsi paru normal/ berat di pagi hari
hampir normal
Pembagian menurut PNAA 2004
Parameter klinis, Episodik jarang Episodik sering Asma persisten
obat, faal paru (Asma Ringan) (Asma Sedang) (Asma Berat)
1. Frekuensi serangan < 1x / bulan > 1x / bulan sering

2. Lama serangan < 1 minggu > 1 minggu Hampir sepanjang tahun,


x remisi
3. Di antara serangan Tanpa gejala Gejala Gejala siang dan malam

4. Tidur dan aktivitas Tidak terganggu Sering terganggu Sangat terganggu

5. Pf di luar serangan Normal Ada kelainan (mungkin) Tidak pernah normal

6. Obat antiinflamasi Tidak perlu Nonsteroid/ steroid dosis Steroid hirup/ oral
rendah
7. Uji faal paru di luar PEF/FEV 1 > 80% PEF/FEV 1 60-80% PEF/FEV 1 < 60%
serangan
8. Variabilitas faal paru > 15% > 30% > 50%
bila serangan
Manifestasi
Klinis

Anamnesis – Pemeriksaan Fisik-


Pemeriksaan Penunjang
Anamnesis
Gejala sulit bernafas, mengi, dada terasa berat yang bersifat
episodik dan berkaitan dengan musim, riwayat asma/ penyakit
atopi pada keluarga

• Apakah anak mengalami serangan mengi/ serangan mengi


berulang?
• Apakah anak sering terganggu oleh batuk pada malam
hari?
• Apakah anak mengalami mengi/ batuk setelah berolah
raga?
• Apakah anaka mengalami gejala mengi, dada berat, atau
batuk setelah terpajan allergen/ polutan?
• Apakah jika pilek, anak membutuhkan >10 hari untuk
sembuh?
• Apakah gejala membaik setrlah diberikan obat anti-asma?
Anamnesis
Pola ASMA

• Apakah timbul saat infeksi virus/ sendiri/ di antara batuk


pilek biasa?
• Tidak bersamaan  frekuensi dan pencetus?

• Pencetus: aktivitas, emosi, debu, pajanan bulu binatang,


perubahan suhu, aerosol/ aroma tajam, rokok/ asap lain.

• Menentukan derajat
Pemeriksaan Fisik

“tidak ditemukan kelainan saat tidak


serangan”
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Pemeriksaan hiperreaktivitas saluran napas
Fungsi Paru

• Pulse oximetry
• Uji provokasi bronkus dengan:
• Analisis gas darah
• Peak flow meter histamin, metakolin, olahraga, udara
• Pengukuran PEF kering/ dingin, salin hipertonik

Pengukuran petanda inflamasi saluran napas non-invasif Penilaian status alergi

• Memeriksa eosinophil sputum • Uji kulit


• Kadar NO ekshalasi • Pemeriksaan IgE spesifik dalam serum
Penilaian Derajat
Serangan Asma
Diagnosa Banding

• GER
• Rinosinobronkitis
• OSAS
• Fibrosis kistik
• Primary cilliary
dyskinesis
• Benda asing
• Vocal cord dysfunction
Tatalaksana di Rumah
Inhalasi beta agonis kerja cepat sebanyak 2x selang
waktu 20 menit
Tatalaksana di UGD
Rawat Inap
● Jika dehidrasi/ asidosis  atasi
● O2
● Steroid iv secara bolues/ 6-8 jam dosis 0,5-1 mg/kgbb/hari
● Nebulasi beta 2 agonis + antikolinergik + O2 dilanjutkan tiap 1-2 jam
(jika 4-6x pemberian membaik  pemberian/ 4-6 jam)
● Aminofilin

● Perbaikan klinis  nebulasi teruskan setiap 6 jam, sampai 24 jam,


steroid dan aminofilin diganti oral
● 24 jam stabil  boleh pulang (bekal obat: beta 2 agonis hirup/oral
setiap 4-6 jam selama 24-48 jam). Steroid oral hingga 24-48 jam.
ICU

Indikasi Indikasi relatif

● Tidak respon thdp tatalak ● Hipoksemia (PaO2 < 60 mm


awal Hg) tidak membaik dengan
O2 100%
● Perburukan yang cepat
● PaCO2 > 60 mm Hg dan
● Disorientasi, ancaman
meningkat > 5 mm Hg/ jam
hentu napas, hilang
kesadaran
Medikamentosa
Bronkodilator

Epinefrin/ Methyl Xantine (teofilin kerja


Beta 2 agonis selektif
Adrenalin cepat)

Tidak direkomendasikan • Salbutamol, terbutalin, • Efek bronkodilatasi sama


• Jika ada reaksi fenoterol seperti beta 2 agonis
anafilaksis/ • Dianjurkan secara inhalasi inhalasi, namun ES lebih
angioedema (onset 1 menit, puncak 10 banyak dan lebih tidak aman
• Subkutan / inhalasi menit, efek 4-6 jam) • Hanya diberikan pada asma
Cardiac
aerosol • Jika asma berat: secara iv berat: jika kombinasi beta 2
• ES: sakit kepala, • ES: tremor otot skeletal, agonis + antikolinergik serta
gelisah, palpitasi, sakit kepala, takikardi, steroid kurang/ tidak
takiaritmia, tremor,
Preventive agitasi, palpitasi, perfusi naik respons.
hipertensi. venti kurang. • Konsentrasi dlm darah
harus dijaga 10-20 mcg/ml
• aminofilin
Kortikosteroid
• Terapi inhalasi beta 2 agonis gagal lama
• Serangan ringan yang mempunyai Antikolinergik
riwayat berat sebelumnya
• Ipratropium Bromida
Butuh waktu 4 jam
• Kombinasi dengan beta 2 agonis
• Bisa mencegah progesivitas asma
• nebulasi
Oral: prednisone, prednisolone,
• Jika satu kali nebulasi biasa
triamsinolon (1-2 mg/kgbb/hari)
kurang respon
diberikan 2-3x sehari selama 3-5 hari.
• Sebelum teofilin
• 0,1 ml/kgbb nebulasi setiap 4 jam
• Rawat inap: metil-prednisolon iv
• ES: mulut kering
• Dosis: 1 ml.kgbb setiap 4-6 jam

• Inhalasi tidak dianjurkan


Obat lain
1. Magnesium Sulfat
• Pada asma berat, terutama yang dirawat di ICU
• Dosis: 25-50 mg/kgbb selama 1 jam
• Kadar diperiksa setiap 6 jam
• Kadar di dalam darah harus 3,5-4,5 meq/dl
• ES: kelemahan otot,takikardi, mual, flushing kulit, disritmia jantung

2. Mukolitik
• Pada ringan dan sedang
• Hati-hati pada anak dgn refleks batuk tidak optimal
• Tidak dianjurkan
Obat lain
3. Antibiotik
• Tidak dianjurkan karena sebagian besar pencetusnya bukan
bakteri
• Kec ada tanda pneumonia, sputum purulent, rhinosinusitis

4. Obat sedasi
• Tidak dianjurkan  dapat menekan/ depresi pernapasan

5. Antihistamin
• Tidak dianjurkan  dapat mengentalkan sputum
Terapi Suportif
1. Oksigen
• Anak >95%
• Dianjurkan
• Dipertahankan di 95%

2. Helium + Oksigen
• 80% + 20% selama 15 menit + nebulasi salbutamol dan metil
prednisolone IV

3. Cairan
• 1-1,5x kebutuhan rumatan
Tatalaksana Jangka panjang
 Episodik Jarang
• Cukup dgn bronkodilator beta-agonis hirupan kerja pendek (SABA) / gol xantin kerja
cepat  jika serangan saja
• Bila tidak ada  Beta Agonis via oral  tidak ada : teofilin
• Anti inflamasi sebagai pengendali : tidak dianjurkan

 Episodik Sering
• Beta agonis hirup > 3x / minggu
• Anti-inflamasi: budesonide/ flutikason

 Persisten
• Steroid hirup dosis tinggi + steroid oral jangka pendek (3-5 hari) selanjutnya
diturunkan
• Belum respon  + LABA
OBAT Tatalaksana
Jangka panjang
o Glukokortikoid
• Dosis rendah: 400 microgram/ hari

o Disodium cromoglycate (DSCG)


• Perlu nebulizer
• Mengatasi inflamasi dan mencegah airway remodeling < steroid
• Tidak mempunyai efek samping

o Antileukotrien (leukotriene receptor antagonist/ LTRA)


1. Montelukast
2. Zafirlukast
Pencegahan
 Primer: mencegah terjadinya sensitasi bayi/ anak yang
mempunyai risiko asma di kemudian hari
- Mengenali orang tua dengan atopi  rekayasa genetic
- Saat prenatal: orang tua menghindari FR
- Saat pascanatal: bayi dihindarkan dari ASI ibu yang
mengandung makanan yang menyebabkan alergi,
pemberian ASI > 3 bulan, susu protein hidrolisat

 Sekunder: mencegah terjadinya asma/ inflamasi pada


seorang anak yang sudah tersensitisasi
- Obat antihistamin: cetirizine selama 18 bln
- Hindari allergen

 Tersier: mencegah serangan pada anak yang sudah


menderita asma  menghindari faktor pencetus
Penanganan Asma

• Edukasi pada pasien dan keluarga tentang asma


• Penilaian dan pemantauan derajat asma
• Penghindaran faktor risiko
• Pembuatan rencan tata laksana jangka panjang
• Tatalaksana eksaserbasi / serangan
• Follow up secara teratur
TERIMA KASIH 

Anda mungkin juga menyukai