Anda di halaman 1dari 45

OLEH : Dr. LILA AGUSTINA,SH.MH.MK.

n
SUDAH SIAPKAH SAUDARA MENJADI
JAKSA ?
PENEGAKAN HUKUM

 PROFESIONALISME
 PROPORSIONAL
 INTEGRITAS KEPRIBADIAN YANG TINGGI
PROPOSIONAL
INTEGRITAS
TUJUAN PEMBELAJARAN

Kompetensi Dasar :
Setelah mengikuti materi pembelajaran ini peserta
diharapkan memahami peraturan perundang-
undangan yang berkaitan dengan tindak pidana
terhadap penghapusan kekerasan dalam rumah
tangga
INDIKATOR KEBERHASILAN

 Setelah selesai pembelajaran peserta diharapkan


dapat :
1. Mampu menjelaskan landasan hukum PKDRT;
2. Mampu menguraikan tinjauan umum PKDRT;
3. Menguraikan penanganan dan penyelesaian
perkara pidana dalam PKDRT
 UU PENGHAPUSAN KDRT
 TIDAK MENCANTUMKAN FRASA TINDAK
PIDANA

PENGHAPUSAN KDRT SECARA


UMUM, TIDAK SEMATA – MATA
TINDAK PIDANA KDRT
KEKERASAN TERHADAP
PEREMPUANDAN ANAK

KDRT

PUNYA KARAKTER
TEARSENDIRI

PENYELESAIAN
MELALUI
PENGADILAN
ATAU DILUAR
PENGADILAN
ARAH PEMBENTUKAN UU NO.23/2004
UU PKDRT
 Berangkat dari asas bahwa setiap warga
negara berhak mendapatkan rasa aman dan
bebas dari segala bentuk kekerasan sesuai
Pancasila dan UUD 45.
 Pandangantersebut didasarkan pada Pasal
28 UUD 1945, beserta perubahannya
KEUTUHAN RUMAH TANGGA

 Untuk mewujudkan keutuhan dan


kerukunan rumah tangga, sangat
tergantung pada setiap orang dalam lingkup
rumah tangga, terutama kadar kualitas
perilaku dan pengendalian diri setiap orang
dalam lingkup rumah tangga tersebut
PELANGGARAN HAM

 Negara berpandangan bahwa segala bentuk


kekerasan terutama kekarasan dalam
rumah tangga, adalah pelanggaran hak
asasi manusia dan kejahatan terhadap
martabat kemanusiaan serta bentuk
diskriminasi
UU PKDRT

1. Mengatur pencegahan dan perlindungan serta pemulihan


korban;
2. Mengatur secara spesifik KDRT yang berbeda dengan unsur
penganiayaan dalam KUHP
3. Mengatur kewajiban aparat penegak hukum, tenaga
Kesehatan, pekerja sosial, relawan pendamping atau
pembimbing rohani untuk melindungi korban agar mereka
lebih sensitif dan responsif thd kepentingan rumah tangga
dan sejak awal diarahkan pada keutuhan dan kerukunan
rumah tangga
KASUS PKDRT

1. Korban istri sebanyak 82 %


2. Korban anak sebanyak 3,6 %
3. Korban pekerja Rumah Tangga 0,4 %

Akan tetapi angka tersebut diatas tidaklah


menunjukkan data yang sebenarnya, karena masih
banyak perkara yang tidak dilaporkan
ALASAN TIDAK MELAPORKAN

1. Korban malu karena telah mencemarkan dirinya baik secara fisik, psikologis dan
social;
2. Korban merasa wajib melindungi nama baik keluarganya;
3. Korban merasa proses peradilan belum tentu membuat dipidananya pelaku;
4. Korban kwatir bahwa dengan diprosesnya kasus maka akan membawa cemar
yang lebih tinggi;
5. Kwatir ada pembalasan dari pelaku;
6. Letak kantor polisi jauh;
7. Kwatir tidak akan mendapatkan perlindungan khusus dari APH;
8. Ketidaktahuan korban bahawa kasusnya adalah merupakan bentuk tindak
kekerasan.
KEBERANIAN KORBAN MELAPOR
2020 • 2.400
Kasus 

2021 • 2.500
(Januari – Kasus
Juli )
PROSENTASE KEKERASAN

DITE
MPAT

KERJ
A
1,1% UMUM
DI FASILITAS
14,2%

DITEMPAT LAIN 23,5%

KDRT 54,5%
FISIK 41 %
PRIVAT
RANAH

SEKSUAL 31%

PSIKIS 15%

EKONOMI 13%
DATA YANG MENGEJUTKAN DARI KOMNAS
PEREMPUAN
Kasus paling banyak dilaporkan yakni kasus :
 untuk kekerasan seksual diranah privat/personal,
Incest
 Pelaku orang terdekat yang masih memiliki
hubungan keluarga yaitu ayah kandung,
kakak,adik
POSISI PEREMPUAN SEBAGAI KORBAN

POSISI SERBA SULIT DIANGGAP


SEBAGAI :

PIHAK YANG
SUMBER
MENGUNDANG
PEMICU
MASALAH

PIHAK YANG HARUS


BERTANGGUNG
JAWAB
BUDAYA PATRIARKI DAN
WILAYAH DOMESTIK

TEMPAT PALING RAWAN TERJADINYA


KEKERASAN THD PEREMPUAN

Meletakkan laki-laki sebagai mahluk paling


istimewa,memiliki nilai lebih, unggul dan Menganggap KDRT sebagai
diutamakan. Laki-laki dikontruksikan sebagai wilayah Domestik yang
mahluk yg lebih kuat, dominan, mengepalai tidak harus diketahui orang
keluarga dan pengambil keputusan. lain

Menempatkan perempuan sebagai mahluk yang


lemah, memiliki kekurangan, pelengkap, sebagai
konco wingking, warga negara kelas 2
MENG
AP A
MENG PEREM
P
DOM EKSPOSE UAN ENG
ESTIK KEKE GAN
YG D R
IALA ASAN
MINY
A?

Perkawinan adalah suatu yang sakral,


mempersoalkan kekerasan yg
dilakukan seorang suami dianggap
mencoreng muka sendiri dan
membuka aib keluarga

Takut dinilai masyarakat bersalah


karena dianggap tidak mampu
melayani suami secara sempurna,
dan itu menandakan sebagai istri
kurang baik
FENOMENA GUNUNG ES
BANYAK KASUS YANG TIDAK DILAPORKAN
1. Beranggapan bahwa KDRT merupakan ranah privat bukan
publik
2. Korban merasa malu untuk melaporkan karena
merupakan aib keluarga
3. Korban kurang paham bahwa perbuatan pelaku adalah
merupakan tindak pidana
4. Korban ragu-ragu untuk melapor ke polisi
5. Korban merasa pelaku adalah tulang punggung
keluarga, sehingga apabila dilaporkan maka tidak ada
yang membiayai (ketergantungan pasangan)
6. Tenggang waktu antara kejadian dengan saat korban melapor
ke polisi cukup lama, sehingga bekas luka atau hasil visum
tidak mendukung
7. Atas nama keutuhan keluarga;
8. Untuk kepentingan anak;

KORBAN CENDERUNG MEMILIH DIAM SERTA MEMENDAM KEKERASAN DAN PENDERITAAN YANG
DIALAMINYA
KDRT BUKAN WILYAH DOMESTIK

Ketika ada kekerasan Tujuannya


dalam rumah tangga
maka itu bukan wilayah
Ada kewajiban semata-mata
domestik lagi karena bagi pemerintah adalah untuk
apapun bentuk
kekerasan itu
dan masyarakat memberikan
bertentangan dengan perlindungan
KEMANUSIAAN dan HAM kepada korban
TUJUAN PENGHAPUSAN
KDRT
• MENCEGAH segala bentuk kekerasan dalam rumah
tangga;
• MELINDUNGI korban kekerasan dalam rumah tangga;
• MENINDAK pelaku kekerasan dalam rumah tangga;
• MEMELIHARA keutuhan rumah tangga yang harmonis
dan sejahtera.
PENGERTIAN KDRT

SESEORANG TERUTAMA
PERBUATAN

AKIBAT

KESENGSARAAN ATAU PENDERITAAN SECARA :


LINGKUP RUMAH TANGGA 1. FISIK ;
2. SEKSUAL;
3. PSIKOLOGIS;
4. PENELANTARAN RUMAH TANGGA
5. TERMASUK ANCAMAN UNTUK MELAKUKAN
PERBUATAN, PEMAKSAAN ATAU
PERAMPASAN KEMERDEKAAN SECARA
MELAWAN HUKUM
LINGKUP RUMAH TANGGA

a. Suami, istri dan anak;


b. Orang-orang yang mempunyai
hubungan keluarga dengan
orang sebagaimana dimaksud
dalam huruf a karena hubungan
darah, perkawinan, persusuan,
pengasuhan dan perwalian yg
menetap dalam rumah tangga;
dan/atau
c. Orang yang bekerja membantu
rumah tangga dan menetap
dalam rumah tangga tersebut
PELAKU DAN KORBAN KDRT

 UUPKDRT TIDAK SELALU UNTUK MENJERAT LAKI-LAKI


DAN KORBANNYA SELALU PEREMPUAN
 DIMUNGKINKAN ISTRI MELAKUKAN KDRT TERHADAP SUAMI
 ANAK KE ORTU
 PEMBANTU
 MESKIPUNJIWANYA UNTUK MELINDUNGI PEREMPUAN
TETAPI ATURAN PASALNYA MEMBERIKAN HAK YANG SAMA
KEPADA LAKI-LAKI
D RT
BA NK
R
I KO
A M
SU
Tidak
Langka terungkap ke Tidak bisa berteriak
permukaan atau menjerit meminta
tolong

SUAMI KORBAN
KDRT
Hampir pasti
Verbal, non verbal selalu pihak
wanita yang
dibela

Lebih banyak menahan Pria tidak boleh


Gengsi, malu Tidak dipercaya Pria harus kuat
perasaan menangis
ASAS UU PKDRT

a. penghormatan hak asasi manusia;


b. keadilan dan kesetaraan gender;
c. nondiskriminasi; dan
d. perlindungan korban.
FAKTOR PENCETUS KEKERASAN
TERHADAP ISTRI

1. Pertengkaran soal uang


2. Cemburu
3. Problema seksual
4. Alkohol atau Narkoba
5. Pertengkaran tentang anak
6. Suami di PHK
7. Kehamilan
8. Dsb
KEKERASAN
FISIK

TP. KDRT
PENELANTARAN TERWUJUD KEKERASAN
RUMAH TANGGA DALAM 4 PSIKIS
JENIS

KEKERASAN
SEKSUAL
Hal-hal penting dalam uu PKDRT

1. Adanya ketegasan bahwa KDRT adalah pelanggaran HAM;


2. KDRT mencakup kekerasan fisik,psikis, seksual dan penelantaran rumah
tangga;
3. Perlindungan hukum terhadap pekerja rumah tangga;
4. Kekerasan rumah tangga tidak lagi dipandang sebagai masalah domestik;
5. Adanya hukuman minimal;
6. Adanya kewajiban dari polisi utk segera memberikan perlindungan sementara
pada korban dalam waktu 1 x 24 jam sejak mengetahuinya atau menerima
laporan adanya KDRT;
7. Diperbolehkannya relawan pendamping dan PH korban untuk mendampingi
korban dalam setiap tingkat pemeriksaan
8. Adanya kemungkinan pidana tambahan diluar penjara atau denda berupa
pembatasan gerak pelaku, pembatasan hak-hak tertentu dari pelaku dan
penetapan pelaku mengikuti program konseling dibawah pengawasan Lembaga
tertentu;
9. Diakuinya keterangan saksi korban sebagai salah satu alat bukti yang sah
apabila disertai dengan suatu alat bukti sah lainnya;
10. Adanya pelayanan Kesehatan bagi korban;
11. Adanya kewajiban bagi Ketua Pengadilan untuk mengeluarkan SP Penetapan
Perlindungan bagi korban dan anggota keluarga lain dalam tenggang waktu 7
hari sejak diterimanya permohonan, kecuali ada alasan yang patut;
12. Adanya kemungkinan bagi Kepolisian untuk melakukan penahanan tanpa SP,
jika pelaku melakukan penlanggaran thd perintah perlindungan.
SEKIAN
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai