Anda di halaman 1dari 7

NASKAH HAFALAN SOSIOLOGI

DEPANO :

Rumah tangga atau simplenya dikenal dengan istiliah keluarga merupakan kelompok social yang
tergolong dalam (primary group) menurut klasifikasi Charles Horton Cooley. Dimana, sebagai
kelompok social yang tergolong kecil, yang umumnya anggotanya terdiri dari ayah, ibu,
kakak/adik. Keluarga pastinya dapat menjadi wadah dalam media ekspresi anggotanya misalnya
sebagai ruang curhat. Pada intinya juga, keluarga merupakan tempat pertama kita dalam
merekam suatu kejadian sebelum kita mempraktekannya langsung di lingkup yang lebih luas lagi
tepatnya masyarakat, misalnya di keluarga kita diajarkan untuk menghotmati orang yang lebih
tua, maka dalam praktiknya di masyarakat kita akan terbiasa untuk menghormati sesama
terutama kepada orang yang lebih tua dari kita, misalnya berjalan di hadapan orang yang lebih
tua kita akan menunduk sebagai rasa hormat. Namun … apa yang terjadi jika kita merekam suatu
hal yang bersifat negative dari keluarga? Misalnya di keluarga kita diajarkan untuk mengambil
hak orang lain dan dalam praktiknya di masyarakat dia akan menjadi pencuri. Apakah hal
tersebut termasuk ke dalam permasalahan social?

KAKAK :

Permasalahan Sosial, jika ditinjau dari segi kata, masalah berarti keadaan yang tidak diinginkan
terjad. Sedangkan berbicara tentang social berarti berbicara tentang masyarakat.

DEPANO :

Adapun menurut Soerjono Soekanto, masalah social adalah ketidaksesuaian antara unsur-unsur
kebudayaan atau masyarakat yang dapat membahayakan kelompok social.
KAKAK :

Sehingga dapat disimpulkan bahwa masalah social adalah ketidaksesuaian antara harapan dengan
kenyataan di dalam kehidupan masyarakat.

DEPANO :

Contohnya yang kita bahas kali ini adalah KDRT.

Kekerasan dalam rumah tangga sebagaimana dimaksudkan dalam Undang-Undang Nomor 23


Tahun 2004 adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat
timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis dan/atau penelantaran
rumah tangga termasuk hal-hal yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa percaya diri,
hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak percaya atau penderitaan psikis berat pada
seseorang

KAKAK :

Selain itu, kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) merupakan fakta sosial yang bersifat
universal karena dapat terjadi dalam sebuah rumah tangga tanpa pembedaan budaya, agama,
suku, dan umur pelaku maupun korbannya. Karena itu, ia dapat terjadi dalam rumah tangga
keluarga sederhana, miskin dan terkebelakang maupun rumah tangga keluarga kaya, terdidik,
terkenal, dan terpandang.

DEPANO:

Tindak kekerasan ini dapat dilakukan oleh suami atau istri terhadap pasangan masing-masing,
atau terhadap anak-anak, anggota keluarga yang lain, dan terhadap pembantu mereka secara
berlainan maupun bersamaan. Perilaku merusak ini berpotensi kuat menggoyahkan sendi-sendi
kehidupan rumah tangga dengan sederetan akibat di belakangnya, termasuk yang terburuk seperti
tercerai-berainya suatu rumah tangga.

1. Faktor Penyebab & Dampaknya


Secara garis besar, faktor-faktor penyebab terjadinya Kekerasan Dalam Rumah-
Tangga (KDRT) dapat dirumuskan menjadi dua bagian, yakni faktor eksternal dan
factor internal,

A. faktor eksternal erat hubungannya dengan kekuasaan suami dan diskriminasi di


kalangan masyarakat, diantaranya adalah :
 Ditinjau dari segi sosial budaya
Budaya Patriarki yang menempatkan posisi laki-laki lebih unggul daripada
perempuan dan berlaku tanpa adanya perubahan seolah-olah itu adalah
kodrati.
Interpretasi agama yang tidak sesuai dengan universal agama, misalya
nusyus, yakni suami boleh memukuli isteri dengan alasan mendidik atau isteri
tidak mau melayani kebutuhan suami, suami berhak memukul isteri
Labelisasi perempuan dengan kondisi fisik yang lemah cenderung dianggap
sebagai pihak yang kalah dan dikalahkan, hal ini sering dimanfaatkan oleh
laki-laki untuk mendiskriminasikan perempuan, seperti memanfaatkan
kekuatannya untuk melakukan kekerasan terhadap perempuan baik itu secara
fisik, psikis maupun seksual.
 Faktor keluarga
Adanya paksaan untuk menikah melalui perjodohan yang bersifat singkat
dan mengikat, dimana biasanya pihak pria yang memiliki perasaan kepada
orang lain harus ditunangkan dengan pihak perempuan sehingga dalam
rumah tangganya akan dipastikan terdapat kekerasan
Kemudian banyak pernikahan secara siri, kontrak, dan lainnya berpotensi
mengalami kekerasan fisik dan/atau seksual dibandingkan perempuan yang
menikah secara resmi diakui negara melalui catatan sipil atau KUA.
 Faktor ekonomi
Ketidaksiapan berumah tangga, misalnya dari pihak suami belum siap secara
ekonomi namun karena nafsu memaksa pernikahanpun terjadi yang dimana
dalam perkembangan selanjutnya mereka akan akan menghadapi krisis
ekonomi dan berujung pada konflik saling menyalahkan yang puncaknya
terjadi kekerasan fisik
B. faktor internal erat hubungannya dengan pola pikir suami/istri, diantaranya adalah :
Rendahnyapengetahuan dan pendidikan istri sehingga tidak mengetahui
bahwa dirinya berhak melawan dan melapor saat enjadi korban tindak
kekerasan
Tidak adanya budaya demokrasi dalam berumah tangga yang menyebabkan
salah satu pihak menjadi cenderung otoriter dan memaksakan kehendak
Kurangnya keterbukaan dalam keluarga dan tidak adanya saling berbagi
cerita
Berprasangka buruk terhadap pasangan yang berujung pada pertengkaran
Faktor ekonomi seperti memiliki suami menggangur yang beresiko
terhadap aspek social seperti mabuk-mabukan
Perempuan dengan suami pengguna narkotika beresiko mengalami
kekerasan fisik dan/atau seksual 2 kali lebih besar dibandingkan yang tidak
pernah menggunakan narkotika.

KAKAK :

2. Dampak KDRT
KDRT jelas mendatangkan akibat dan kerugian yang tidak terkira. Kekerasan terhadap
korban dalam bentuk-bentuk yang melampauai batas dapat mengakibatkan masa depannya
hilang. Seperti ;
a) Yang pertama Seorang anak korban tindak kekerasan dalam rumah tangga akan
kehilangan kesempatan dan semangat dalam hidupnya, termasuk kesempatan dan
semangat untuk melanjutkan pendidikan, karena fisik yang sempat cacat dan trauma
yang terus membayangi pikirannya. Hal ini juga akan berpengaruh terhadap prestasi
yang menurun dan potensi diri yang dimilikinya tidak akan dioptimalkan
b) Yang kedua Timbulnya rasa trauma dan dapat mengacu pada gangguan psikologis,
bahkan tak jarang dijumpai kasus orang gila dalam suatu keluarga sebagai dampak
dari tindak kdrt
c) Yang ketiga, Relasi yang kurang baik dengan lingkungan sekitar seperti kdrt
membuat seorang anak untuk tidak berani keluar dalam bersosialisasi sehingga ia
akan dikucilkan dalam lingkungannya
d) Keempat, Perasaan yang selalu tidak tenang dan ketakutan yang tidak beralasan atau
familiar dengan istilah over thinking hingga depresi yang berkepanjangan
e) Kelima, Rasa sakit baik fisik maupun mental yang menimbulkan rasa bahwa dirinya
tidak berharga lagi sehingga cenderung terjerumus ke dalam hal negative seperti
keinginan untuk mengakhiri hidup
f) Keenam, Tindak kekerasan seorang suami terhadap istri atau sebaliknya, dapat
meninggalkan kesan negatif yang mendalam di hati mereka, bahkan terhadap anak-
anak dan anggota keluarga yang lain. Kesan negatif ini pada akhirnya dapat pula
menimbulkan kebencian dan menanam benih-benih dendam yang tak berkesudahan
terhadap pelaku.

3. Upaya Mengatasi
Banyak hal positif dapat dipelajari dan diambil manfaatnya dari hubungan-hubungan
sosial yang dibangun dalam rumah tangga. KDRT sesungguhnya dapat dihindarkan jika
suatu rumah tangga ditegakkan dengan menjalankan berbagai prinsip positif dan etika luhur
berdasarkan fungsi anggota menurut hak dan kewajiban masing-masing.
Menghapus tindak KDRT dapat dimulai dengan menghilangkan sebab-sebab dan unsur-
unsur pemicunya. Dalam kaitan ini, sekurang-kurang terdapat banyak cara dan usaha yang
patut dilakukan agar KDRT terelakkan atau setidak-tidaknya dapat dikurangi intensitasnya.
Di antaranya ialah :
a) Memperkuat Jaringan Sosial
Rumah tangga yang dibentuk dari angggota-anggota di dalamnya sesungguhnya
merupakan struktur sosial yang mencerminkan jaringan sosial yang diikat dengan tipe
relasi spesifik seperti nilai, visi, dan ide bersama serta keturunan yang berfungsi mengikat
aktor-aktor dalam rumah tangga yang terdiri dari anggota-anggotanya seperti suami, istri,
anak
Semua anggota dalam suatu rumah tangga, terutama suami atau istri dengan
latarbelakang sosial yang berbeda seharusnya dapat memperkuat struktur jaringan sosial
rumah tangga mereka. Dengan mengimbangi sikap toleransi yang memadai dari masing-
masing pihak
Jika situasi kebersamaan itu berhasil diciptakan, maka setiap aktor dalam rumah
tangga tidak lagi memandang pendapatnya masing-masing sebagai yang paling tepat dan
benar. Dengan demikian, kekuasaan dan dominasi yang satu terhadap yang lain yang
menjadi antara penyebab KDRT akan hilang dengan sendirinya bersamaan dengan
hilangnya KDRT.
b) Memahami Kearifan Budaya Lokal
Suami, istri, dan anggota lain dalam rumah tangga dengan latarbelakang tradisi dan
budaya yang berbeda perlu memahami dan mengekpresikan nilia-nilai positif budaya
masing-masing melalui ucapan dan tutur kata yang santun, sejuk, damai dan
menyenangkan. Selain itu, mereka juga dapat menunjukkannya dalam kesalehan sosial
melalui perilaku yang sopan, sikap pemaaf, dan sebagainya.
c) Memperkuat Fondasi dan Bangunan Ekonomi Keluarga
Beban hidup yang terlalu berat dapat mengakibatkan ketidakseimbangan emosi
hingga memicu terjadinya tindakan KDRT. Kerana itu, seluruh anggota dalam suatu
rumah tangga sesuai kesanggupan masing-masing harus melakukan usaha-usaha yang
dapat memperkuat fondasi dan struktur bangunan ekonomi keluarga mereka.

KAKAK :

d) Mengamalkan ajaran agama. Semua agama memiliki tujuan yang baik, tidak ada satupun
agama yang mengajarkan untuk melakukan kekerasan, sehingga ketika agama menjadi
pondasi dalam sebuah keluarga maka akan terhindar dari KDRT.
e) Komunikasi. Komunikasi dalam keluarga harus dibangun dengan baik setiap harinya,
yang dapat dimulai dari hal yang sepele seperti berpamitan. Dalam komunikasi yang baik
terdapat keterbukaan satu sama lain yang menyebabkan munculnya rasa saling memahami
dan saling percaya yang dapat menjadi pondasi dalam penyelesaian masalah.
f) Pendidikan sejak dini. Anak diajarkan untuk tidak memukul, tidak berkata kasar, hingga
bagaimana mengatasi rasa marah. Pendidikan sejak dini diharapkan dapat membentuk
karakter anak yang akan dibawa dan diaplikasikan hingga dewasa.
g) Mediasi. Jika terdapat permasalahan yang serius hingga tidak dapat ditangani, sebaiknya
meminta mediasi kepada pihak ketiga yang dipercaya oleh kedua belah pihak.
h) Penyuluhan tentang KDRT. Pemerintah mempunyai produk hukum positif berupa
Undang-undang penghapusan KDRT yang dapat disosialisasikan kepada masyarakat luas
sehingga masyarakat dapat lebih memahami dampak dan kiat terhindar dari KDRT.

Anda mungkin juga menyukai