Anda di halaman 1dari 15

Sistem

Kepercayaan
Suku Flores
Kelompok 3

1. Michelle Maria Angely Rani Sani (2206080001)


2. Inggi Rosina Nomleni (2206080002)
3. Varra Chandrika Kumara Tungga (220608003)
4. Anggi Tri Sujada Lifere (2206080073)
5. Grace Intan Bithauni Seran (2206080075)
Sistem kepercayaan suku
Flores
Yang akan
kami bahas Kritisi Budaya di Flores
Flores!
Flores berada di Provinsi Nusa Tenggara
Timur, Indonesia. Flores Termasuk
dalam gugusan Kepulauan Sunda Kecil
bersama Bali dan NTB, dengan luas
wilayah sekitar 14.300 km². 
Daerah ini termasuk daerah yang kering
dengan curah hujan rendah,memiliki
potensi bidang pertanian yang rendah.

4
Budaya Flores yang beraneka ragam
juga dapat menjadi daya tarik
tersendiri bagi para wisatawan. 

Aneka tarian, lagu daerah, alat


musik dan berbagai produk budaya
lainnya merupakan kekayaan Flores
yang menuntut warganya untuk
selalu melestarikannya.

Upacara-upacara adat yang unik juga


dapat memberikan ciri khas bagi
daerah Flores.
Sistem
Kepercayaan
Suku Flores
Masyarakat Flores sudah menganut
agama seperti Katolik, Islam, Kristen dan
lain sebagainya. Namun masih terdapat
tradisi atau kepercayaan leluhur yang
dipertahankan, salah satunya adalah
tradisi megalitik di beberapa sub etnis
Flores. 
Tradisi Megalitik
Tradisi mendirikan dan memelihara bangunan-
bangunan pemujaan bagi arwah leluhur 

Upacara untuk
Upacara siklus Upacara doa dan mencari mata
hidup mulai dari mantra, serta pencarian, seperti
lahir, inisiasi, berbagai media pembukaan lahan,
perkawinan dan untuk penebaran benih,
pola menetap mengekspresikan panen, perburuan,
setelah simbol-simbol pengolahan logam
perkawinan dan secara fisik dalam dan sebagainya,
kematian, kebersamaan serta pembuatan
penguburan serta benda-benda
perkabungan gerabah, tenun dan
senjata.
8
Kritisi Budaya di
Flores

9
Sebelum mengenal agama, penduduk asli
Flores mengenal konsep religi berupa
kepercayaan kepada roh-roh nenek moyang.
Dalam bahasa Manggarai, roh-roh nenek

moyang disebut Empo atau andung.

Istilah untuk roh orang yang telah meninggal


disebut poti. Roh-roh dianggap menempati
alam sekeliling tempat tinggal manusia,
misalnya dalam tiang rumah, dalam sebuah
perigi (sumur), di persimpangan jalan, dalam
sebuah pohon besar, dan di halaman rumah. 
10
Penduduk asli Flores dan orang Manggarai
juga percaya kepada makhluk-makhluk
halus yang menjaga rumah dan halaman,
menjaga desa (naga golo), dan menjaga
tanah pertanian (naga tana).
Roh-roh halus itu dinamakan ata pelesina
yang artinya makhluk-makhluk yang berada
di dunia lain. Masyarakat adat pada masa
lampau juga mempercayai adanya
makhluk-makhluk halus yang menguasai
hutan, sungai, dan sumber air.
Suatu unsur penting dalam religi asli masyarakat
adat Flores adalah kepercayaan kepada Dewa
tertinggi. Orang Manggarai menyebut dewa tertinggi
sebagai Mori Karaeng, sedangnkan orang Ngada
menyebutnya Deva.

Dalam dongeng-dongeng mitologi orang Manggarai,


Mori Karaeng dianggap sebagai pencipta alam. Dan
dongeng-dongeng khusus mengenai cara ia
menciptakan bumi, manusia, dunia roh, binatang,
dan tumbuh-tumbuhan.

Ada pula dongeng-dongeng yang menceritakan


tentang bagaimana Mori Karaeng mengajari
manusia membuat tenunan, tuak dan sebagainya.
Upacara Keagamaan

Upacara Keagamaan yang asli menurut adat Manggarai


dilakukan oleh seorang yang disebut Ata Mbeko. Jabatan itu
tidak didapati dari keturunan melainkan karena belajar dari
seorang Ata Mbeko yang sudah berpengalaman. Baik laki-laki
maupun perempuan dapat menjadi Ata Mbeko. Seorang Ata
Mbeko kadang diundang untuk memberi petunjuk atau
melaksanakan upacara-upacara sekitar rumah tangga yang
berkaitan dengan upacara sekitar siklus hidup manusia.

Selain itu, ia juga sering diundang untuk menyembuhkan


penyakit, meramal nasib, memberikan jimat kesaktian bahkan
untuk memberikan guna-guna kepada musuh.
Upacara pemakaman dan
berkabung pada adat Flores sangatlah
komplek. Dalam agama asli mereka
mempercayai bahwa sesudah mati
rohnya akan berkeliaran disekitar
rumah terutama disekitar tempat
tidur. Lima hari sesudah kematian
diadakan upacara yang disebut kelas.

Pada upacara tersebut jiwa yang


sudah mati dianggap berubah menjadi
roh (poti), melepaskan segala
hubungan dengan yang hidup dialam
fana dan pergi ke alam baka tempat
Mori Karaeng. Pada upacara ini
biasanya memotong seekor hewan
kurban.
Sekian dari kami, sesuai lagu
Tulus kami PAMIT
Terima Kasih.

Anda mungkin juga menyukai