Disusun oleh:
Kelompok 4
Michelle Maria Angely Rani Sani (2206080001)
Fajar Akbarudin Rosnah Wangge (2206080033)
Joshua Aprivaldis Toelle (2206080035)
Gregorius Fredericus Tanusi (2206080036)
Muh. Ramadhan Putra (2206080037)
Bernadino Baitanu (2206080059)
Puji dan syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah
memberikan berkatnya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan
selesai tepat waktu.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran, dan kritik sehingga makalah ini
dapat terselesaikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu,
kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari
berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan dunia pendidikan.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I 4
1.1 Latar Belakang 4
1.2 Rumusan Masalah 4
1.3 Tujuan 5
BAB II 6
2.1 Pengertian Konstitusi 6
2.2 Sistem Konstitusional 7
2.3 Materi Muatan Konstitusi 8
2.4 Klasifikasi Konstitusi 9
2.5 Perubahan Konstitusi 12
2.6 Perubahan Undang-Undang Dasar menurut Pasal 37 Amandemen Keempat UUD
1945 13
2.7 Konstitusi Indonesia dari Masa ke Masa 14
2.8 Tata Urutan Peraturan Perundang-undangan Republik Indonesia 16
2.8 Selintas mengenai Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia 17
BAB III 18
Kesimpulan 18
Saran 18
DAFTAR PUSTAKA 19
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Secara umum, negara dan konstitusi merupakan dua lembaga yang tidak dapat dipisahkan
satu sama lain. Bahkan, dapat dikatakan bahwa tidak ada bangsa yang terbentuk tanpa
konstitusi sejak Abad Pertengahan, ketika ide demokrasi terbentuk. Konstitusi adalah hukum
dasar negara. Dasar-dasar penyelenggaraan bernegara didasarkan pada konstitusi sebagai
hukum dasar. Negara yang berlandaskan kepada suatu konstitusi dinamakan negara
konstitusional.. Namun idealnya untuk disebut negara hukum, konstitusi negara harus
memenuhi ciri dan ciri konstitusionalisme. Oleh karena itu, negara harus tetap berpegang
pada gagasan konstitusionalisme. Konstitusionalisme itu sendiri adalah ide, gagasan, atau
pemahaman. Oleh karena itu, pembahasan tentang konstitusi dan konstitusi Indonesia dalam
makalah ini terdiri dari pengertian konstitusi, sistem konstitusi, materi muatan konstitusi,
klasifikasi konstitusi, perubahan konstitusi, perubahan UUD, konstitusi indonesia dari masa
ke masa, tata urutan undang-undang, dan tentang Mahkama Konstitusi Republik Indonesia.
4
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui pengertian konstitusi, sistem konstitusi, materi muatan konstitusi,
klasifikasi konstitusi, perubahan konstitusi, perubahan UUD, konstitusi indonesia dari masa
ke masa, tata urutan undang-undang, dan tentang Mahkama Konstitusi Republik Indonesia.
5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Konstitusi
Konstitusi (bahasa Latin: constitutio, bahasa Belanda: Grondwet), Undang-Undang Dasar
(disingkat UUD), atau hukum dasar, adalah kode aturan politik dan hukum yang dirumuskan
oleh pemerintah nasional, biasanya dikodifikasikan dalam sebuah dokumen. Undang-undang
ini tidak mengatur secara rinci, hanya mengatur prinsip-prinsip yang menjadi dasar peraturan
lainnya. Setelah sebuah negara didirikan, konstitusi berisi aturan dan prinsip politisi dan
badan hukum. Istilah tersebut secara khusus merujuk pada pembentukan konstitusi nasional
sebagai asas politik fundamental, asas hukum fundamental, dan tertanam dalam pembentukan
struktur, tata cara, kekuasaan, dan tugas pemerintahan negara pada umumnya. Konstitusi
umumnya mengacu pada menjamin hak-hak warga negara. Istilah konstitusi dapat diterapkan
pada undang-undang apa pun yang mendefinisikan tugas-tugas pemerintah negara bagian.
2. L. J. Van Apeldoorn
Grondwet atau UUD adalah bagian tertulis dari suatu konstitusi, sedangkan
constitution memuat baik peraturan tertulis maupun yang tidak tertulis.
3. Herman Heller
Pengertian konstitusi dibagi menjadi tiga, yaitu konstitusi mencerminkan kehidupan
politik di dalam masyarakat sebagai suatu kenyataan (mengandung arti politis dan
sosiologis), konstitusi sebagai kaidah yang hidup dalam masyarakat (mengandung arti
hukum atau yuridis), dan konstitusi sebagai kesepakatan yang ditulis dalam suatu
naskah sebagai undang-undang yang tertinggi yang berlaku dalam suatu negara.
6
4. C. F. Strong
Konstitusi adalah kumpulan asas-asas yang menyelenggarakan kekuasaan
pemerintahan serta hak-hak dari pemerintah dan hubungan antara pemerintah dan
yang diperintah, yang menyangkut hak-hak asasi manusia.
5. F. Lasalle
Secara sosiologis dan politis, konstitusi adalah naskah yang memuat bangunan negara
dan sendi pemerintahan. Konstitusi mengandung pengertian yang lebih luas dari
UUD. Namun, secara yuridis terdapat paham kodifikasi yang menyamakan konstitusi
dengan UUD.
6. K. C. Wheare
Pengertian konstitusi adalah keseluruhan sistem ketatanegaraan dari suatu negara,
berupa kumpulan peraturan yang membentuk, mengatur, atau memerintah dalam
pemerintahan negara.
7
2.3 Materi Muatan Konstitusi
Menurut Henc van Maarseveen dalam bukunya yang berjudul Written Constitution,
mengatakan bahwa konstitusi harus dapat menjawab persoalan pokok, antara lain:
● Konstitusi merupakan hukum dasar suatu Negara.
● Konstitusi merupakan sekumpulan aturan dasar yang menetapkan lembaga-lembaga
penting dalam Negara.
● Konstitusi melakukan pengaturan kekuasaan dan hubungan keterkaitannya.
● Konstitusi mengatur hak-hak dasar dan kewajiban warga Negara dan pemerintah.
● Konstitusi harus dapat membatasi dan mengatur kekuasaan Negara dan
lembaga-lembaganya.
● Konstitusi merupakan ideology elit penguasa.
● Konstitusi menentukan hubungan materiil antara Negara dengan masyarakat.
Menurut Mr. J.G Steenbeek, pada umumnya suatu konstitusi berisi tiga hal pokok, yaitu:
● Adanya jaminan terhadap Hak Asasi Manusia dan warga negaranya.
● Ditetapkannya susunan ketatanegaraan suatu Negara yang bersifat fundamental.
● Adanya pembagian dan pembatasan tugas ketatanegaraan yang juga bersifat
fundamental.
Menurut Prof. Sri Soemantri, paling tidak ada tiga hal yang harus dimuat sebagai materi
muatan dalam suatu konstitusi yaitu:
● Pembentukan lembaga/organ negara;
● Pembagian kekuasaan/kewenangan antar lembaga/organ tersebut;
● Pengaturan hubungan kewenangan antar lembaga/organ negara tersebut.
8
2.4 Klasifikasi Konstitusi
Setiap negara di dunia memiliki konstitusi atau undang-undang dasar. Ketika kita
membandingkan konstitusi semua negara di dunia satu sama lain, hasilnya adalah klasifikasi
atau penggolongan konstitusi menurut kriteria tertentu.
Klasifikasi konstitusional K.C. Wheare dan C.F. Strong. Menurut K.C. Whare, konstitusi
dapat dibagi menjadi beberapa bentuk berikut:
1. Konstitusi Tertulis Dan Konstitusi Dalam Bentuk Tidak Tertulis (written constitution
and unwritten constitution)
Konstitusi tertulis adalah konstitusi yang dituangkan dalam satu atau lebih dokumen
formal. Contohnya adalah konstitusi yang berlaku di Denmark dan Swedia. Dan
konstitusi tidak tertulis adalah konstitusi yang berlaku di Inggris, Israel dan Selandia
Baru.
Untuk menentukan suatu konstitusi termasuk fleksibel atau rigid, ukuran yang dipakai
adalah sebagai berikut:
Selain indikator atau ukuran di atas, menurut James Bryce diikuti oleh Sri Soemantri,
ia menambahkan bahwa konstitusi yang fleksibel berarti konstitusi yang memuat
ciri-ciri utama sebagai berikut:
9
Apa yang dikemukakan di atas berbeda dengan konstitusi rigid, yang mempunyai
ciri-ciri pokok sebagai berikut:
Kedua ciri pokok konstitusi rigid tersebut mempunyai hubungan satu sama lainnya.
Oleh karena konstitusi tersebut mempunyai kedudukan dan derajat lebih tinggi dari
peraturan perundang-undangan yang lain, konstitusi itu dinamakan pula hukum dasar
(fundamental law) dalam negara yang bersangkutan. (Sri Soemantri, 1984 61).
1. Konstitusi Derajat Tinggi Dan Tidak Berderajat Tinggi ( Supreme Constitution And
Not-Supreme Constitution)
Konstitusi derajat tinggi adalah konstitusi yang menempati posisi tinggi dalam
bangsa. Diketahui bahwa setiap negara memiliki tingkat hukum yang berbeda antara
konten dan format.
Konstitusi tidak berderajat tinggi jika persyaratan amandemennya sama dengan kasus
revisi undang-undang dan aturan lain seperti undang-undang.
Struktur konstitusi jenis ini tergantung pada bentuk pemerintahan. Seperti diketahui,
bentuk pemerintahan terdiri dari negara serikat dan negara kesatuan. Di dalam negara
ada pemisahan kekuasaan antara pemerintah negara serikat dan negara bagian.
Pemisahan kekuasaan diatur dalam konstitusi.
Dalam negara kesatuan, pada dasarnya tidak ada pemisahan kekuasaan seperti yang
ada di negara serikat, karena semua kekuasaan dalam suatu negara ada di tangan
10
pemerintah pusat. Namun, bukan berarti pemerintah pusat memegang semua
kekuasaan, dan ada juga kemungkinan dekonsentrasi kekuasaan ke daerah lain.
Berbeda dengan negara kesatuan dengan sistem desentralisasi.
Menurut C. F. Strong, di dunia ada dua macam sistem pemerintahan, yaitu sistem
pemerintahan presidensial dan sistem pemerintahan parlementer. Ciri-ciri sistem
pemerintahan presidensial yaitu sebagai berikut:
Berdasarkan klasifikasi konstitusi di atas, maka UUD 1945 termasuk konstitusi rigid,
konstitusi tertulis dalam arti termuat dalam satu dokumen, konstitusi tingkat tinggi, konstitusi
kesatuan, dan konstitusi yang menganut sistem pemerintahan campuran. UUD 1945 tidak
hanya mengatur karakteristik pemerintahan presidensial, tetapi juga beberapa karakteristik
pemerintahan parlementer. Di sini, identitas negara Indonesia bertumpu pada Pancasila dan
UUD 1945. Konstitusi, konstitusi mengikuti konstitusi kesatuan dan sistem pemerintahan
11
campuran. UUD 1945 tidak hanya mengatur karakteristik pemerintahan presidensial, tetapi
juga beberapa karakteristik pemerintahan parlementer. Di sinilah letak keunikan Indonesia
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Sistem kedua, bahwa apabila suatu konstitusi diubah, maka konstitusi asli yang tetap berlaku.
Perubahan terhadap konstitusi tersebut merupakan amandemen dari konstitusi yang asli tadi.
Perubahan konstitusi yang menggunakan sistem pertama berarti Perubahan Konstitusi´ 13
terjadinya pergantian suatu konstitusi atau Undang-Undang Dasar (UUD) yang lama dengan
adanya konstitusi atau Undang-Undang Dasar yang baru. Perubahan konstitusi yang
menggunakan sistem kedua yang berarti dilakukan amandemen dari konstitusi atau
Undang-Undang Dasar juga pernah dialami di Indonesia, yaitu terjadi amandemen terhadap
UUD 1945, yaitu amandemen UUD 1945 yang pertama tahun 1999, yang kedua tahun 2000,
yang ketiga tahun 2001, yang keempat tahun 2002.
Mengenai prosedur perubahan konstitusi, menurut C.F. Strong (Thaib, 2003: 51), bahwa cara
perubahan konstitusi ada empat macam yaitu; (1) perubahan konstitusi yang dilakukan oleh
pemegang kekuasaan legislatif menurut pembatasan-pembatasan tertentu, (2) perubahan
konstitusi yang dilakukan oleh rakyat melalui suatu referendum, (3) perubahan konstitusi
yang dilakukan oleh sejumlah negara-negara bagian yang terdapat pada negara berbentuk
12
Serikat, (4) perubahan konstitusi yang dilakukan dalam suatu konvensi atau dilakukan oleh
suatu lembaga negara khusus yang dibentuk hanya untuk keperluan perubahan.
Sejak bergulirnya gerakan reformasi, UUD 1945 telah mengalami perubahan. Prosedur
perubahan UUD 1945 tersebut berdasarkan ketentuan Pasal 37 bahwa untuk merubah UUD
1945, harus hadir sekurang-kurangnya 2/3 daripada jumlah anggota MPR, dan kemudian
keputusan diambil atas persetujuan sekurang kurangnya 2/3 dari anggota yang hadir. Setelah
Amandemen keempat, Pasal 37 UUD 1945 mengalami perubahan bahwa untuk perubahan
Pasal-Pasal UUD dapat dilakukan jika diajukan sekurang-kurangnya oleh 1/3 anggota MPR.
Keputusan tentang perubahan diambil jika Sidang MPR dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3
dari jumlah anggota MPR.
Pada bagian ini dibahas perubahan UUD 1945, perubahan pertama, kedua, ketiga dan
keempat dengan fokus substansi perubahan yang terjadi. Pada perubahan pertama, substansi
perubahan dimaksudkan untuk pembatasan masa jabatan Presiden dan Wakil Presiden, hanya
dua periode masa jabatan saja. Perubahan kedua, substansi perubahan dimaksudkan untuk
mempertegaskan hal-hal tentang Hak-hak Asasi Manusia dan memperkokoh eksistensi DPR
sebagai lembaga legislatif. Perubahan ketiga, substansi perubahan dimaksudkan untuk
mengembalikan kedaulatan rakyat dari MPR kepada rakyat, sehingga berimplikasi pada
Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden secara langsung oleh rakyat. Perubahan ketiga juga
dimaksudkan untuk memperkokoh independensi kekuasaan kehakiman. Perubahan keempat,
substansinya dimaksudkan untuk penghapusan Dewan Pertimbangan Agung, dan
mempertegas persyaratan pengisian dan tata cara pengisian Jabatan Presiden dan Wakil
Presiden.
13
3) Untuk mengubah pasal-pasal Undang-Undang Dasar, sidang Majelis
Permusyawaratan Rakyat dihadiri sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota
Majelis Permusyawaratan Rakyat.
4) Putusan untuk mengubah pasal-pasal Undang-Undang Dasar dilakukan dengan
persetujuan sekurang-kurangnya lima puluh persen ditambah satu anggota dari
seluruh anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat.
5) Khusus mengenai bentuk negara Kesatuan Republik Indonesia tidak dapat dilakukan
perubahan.
Pada dasarnya kemungkinan untuk mengadakan perubahan atau penyesuaian itu memang
sudah dilihat oleh para penyusun UUD 1945 itu sendiri, dengan merumuskan dan melalui
pasal 37 UUD 1945 tentang perubahan Undang-Undang Dasar. Dan apabila MPR bermaksud
akan mengubah UUD melalui pasal 37 UUD 1945 , sebelumnya hal itu harus ditanyakan
lebih dahulu kepada seluruh Rakyat Indonesia melalui suatu referendum.(Tap no.1/
MPR/1983 pasal 105-109 jo. Tap no.IV/MPR/1983 tentang referendum)
Perubahan UUD 1945 kemudian dilakukan secara bertahap dan menjadi salah satu agenda
sidang Tahunan MPR dari tahun 1999 hingga perubahan keempat pada sidang tahunan MPR
tahun 2002 bersamaan dengan kesepakatan dibentuknya komisi konstitusi yang bertugas
melakukan pengkajian secara komprehensif tentang perubahan UUD 1945 berdasarkan
ketetapan MPR No. I/MPR/2002 tentang pembentukan komisi Konstitusi.
14
Dalam sejarah perkembangan ketatanegaraan Indonesia ada empat macam Undang-Undang
yang pernah berlaku, yaitu :
1. Periode 18 Agustus 1945 – 27 Desember 1949
(Penetapan Undang-Undang Dasar 1945)
Ketika Republik Indonesia diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945, republik
yang baru belum memiliki undang-undang dasar. Sehari kemudian, pada 18 Agustus
1945, PPKI mengesahkan RUU sebagai Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia melalui beberapa proses.
15
4. Periode 5 Juli 1959 – sekarang
(Penetapan berlakunya kembali Undang-Undang Dasar 1945)
Dekrit presiden tanggal 5 Juli 1959 menghidupkan kembali UUD 1945, dan dari
tahun 1959 sampai 1965 Dewan Rakyat Sementara Orde Lama diubah menjadi
Dewan Rakyat Sementara Orde Baru. Perubahan ini dilakukan karena dianggap
bahwa Dewan Rakyat Sementara Orde Lama tidak mencerminkan pelaksanaan UUD
1945 yang murni dan konsisten.
16
2.8 Selintas mengenai Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia
Mahkamah Konstitusi merupakan salah satu lembaga negara pelaku kekuasaan kehakiman
yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan
Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang
putusannya bersifat final untuk:
Mahkamah Konstitusi wajib memberikan putusan atas pendapat Dewan Perwakilan Rakyat
mengenai dugaan pelanggaran oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden menurut
Undang-Undang Dasar. Pelanggaran dimaksud sebagaimana disebutkan dan diatur dalam
ketentuan Pasal 7A UUD 1945 yaitu melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan
terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana lainnya, atau perbuatan tercela, dan/atau
tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden sebagaimana dimaksud
dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
17
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa konstitusi merupakan dokumen sosial dan politik bangsa
Indonesia yang memuat konstatasi dasar tatanan bernegara, juga merupakan dokumen
hukum yang kemudian dipelajari secara khusus menjadi hukum konstitusi (hukum
tata negara) yang merupakan hukum yang mendasari seluruh aspek kehidupan
berbangsa dan bernegara.
3.2. Saran
Sebagai warga Negara Indonesia, kita harus dapat memahami sistem konstitusi
negara kita sendiri. Agar dapat memperkuat persatuan dan kesatuan Negara Republik
Indonesia
18
DAFTAR PUSTAKA
https://www.hukumonline.com/klinik/a/pengertian-konstitusi-menurut-para-ahli-dan-secara-e
timologis-lt62f1f95c8b86c
https://projustice.id/materi-muatan
konstitusi/#:~:text=Menurut%20Prof.Sri%20Soemantri%2C%20paling,antar%20lembaga%2
Forgan%20negara%20tersebut.
https://www.aksarahukum.my.id/2021/04/klasifikasi-konstitusi.html
https://jdih.purbalinggakab.go.id/dokumen/UUD45_perubahan4.pdf
https://www.mkri.id/index.php?page=web.Berita&id=11776
https://www.mkri.id/index.php?page=web.Berita&id=10961
19