“INDONESIA VS BELGIA”
Dosen Pengampuh:
Prof. Dr. Pangerang Moenta, S.H., M.H. DFM.
Disusun oleh:
Gentry Brief Senaen
B011171022
Assalamualaikum Wr. Wb., Syalom, Om Swastyastu, Namo budaya. Puji serta syukur
kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan banyak nikmat, taufik
dan hidayat-Nya. Sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Indonesia vs
Belgia” dengan baik tanpa ada halangan yang berarti.
Makalah ini telah saya selesaikan dengan maksimal berkat literatur ataupun bacaan yang
telah saya baca. Diluar itu, penulis sebagai manusia menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak
kekurangan dalam penulisan makalah ini, baik dari segi tata bahasa, susunan kalimat maupun isi.
Oleh sebab itu, dengan segala kerendahan hati, saya selaku penyusun mengharapkan kritik dan
saran yang akan membangun dari pembaca untuk pembuatan makalah selanjutnya.
Demikian yang dapat saya sampaikan, semoga makalah ini dapat menambah ilmu
pengetahuan dan memberikan manfaat yang nyata untuk para pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 2
BAB I 4
PENDAHULUAN 4
1.1. Latar Belakang 4
1.2. Rumusan Masalah 5
1.3. Tujuan Penulisan 5
BAB II 6
TINJAUAN PUSTAKA 6
2.1. Pengertian Bentuk Negara 6
2.2. Bentuk Pemerintahan 8
2.3. Sistem Pemerintahan 9
2.4. Sistem Parlemen 11
2.5. Jumlah Organ Negara 12
BAB III 13
PEMBAHASAN 13
3.1. Perbandingan Bentuk Negara 13
3.2. Perbandingan Bentuk Pemerintahan 13
3.3. Perbandingan Sistem Pemerintahan 14
3.4. Perbandingan Sistem Parlemen 15
3.5. Perbandingan Jumlah Organ Negara 15
BAB IV 17
PENUTUP 17
4.1. Kesimpulan 17
4.2. Saran 17
DAFTAR PUSTAKA 18
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian negara adalah organisasi di
suatu wilayah yang mempunyai kekuasaan tertinggi yang sah dan ditaati oleh rakyat;
kelompok sosial yang menduduki wilayah atau daerah tertentu yang diorganisasi
dibawah lembaga politik dan pemerintahan yang efektif, mempunyai kesatuan politik,
berdaulat sehingga berhak menentukan tujuan nasionalnya. Konsepsi Kelsen mengenai
Negara menekankan bahwa Negara merupakan suatu gagasan teknis semata-mata yang
menyatakan fakta bahwa serangkaian kaidah hukum tertentu mengikat sekelompok
individu yang hidup dalam suatu wilayah teritorial terbatas.
Negara merupakan suatu lembaga, yaitu satu sistem yang mengatur hubungan
yang ditetapkan oleh manusia antara mereka sendiri sebagai satu alat untuk mencapai
tujuan yang paling pokok diantaranya ialah satu sistem ketertiban yang menaungi
manusia dalam melakukan kegiatan. Negara adalah lanjutan dari keinginan manusia
hendak bergaul antara seseorang dengan orang lainnya dalam rangka menyempurnakan
segala kebutuhan hidupnya. Beberapa sarjana telah mengemukakan pendapat mengenai
definisi negara. Henry C. Black mendefinisikan negara sebagai sekumpulan orang yang
secara permanen menempati suatu wilayah yang tetap, diikat oleh ketentuan-ketentuan
hukum yang melalui pemerintahannya, mampu menjalankan kedaulatannya yang
merdeka dan mengawasi masyarakat dan harta bendanya dalam wilayah perbatasannya,
mampu menyatakan perang dan damai serta mampu mengadakan hubungan
internasional dengan masyarakat internasional lainnya.
TINJAUAN PUSTAKA
Kedua, paham yang membahas bentuk Negara atas golongan demokrasi dan diktator. Paham ini
membahas bentuk negara atas gologan demokrasi dan diktaktor. Paham ini juga
memperjelas bahwa demokrasi dibagi dalam demokrasi Konstitusional (liberal) dan
demokrasi rakyat.
Dari teori-teori tersebut kemudian berkembang di zaman modern ini, yaitu bentuk
Negara Kesatuan (unitarisme) dan Negara Serikat (Federalisme) yang dapat berbentuk
sistem sentralisasi atau sistem desentralisasi. Negara kesatuan adalah negara yang tidak
tersusun dari beberapa Negara, melainkan hanya terdiri atas satu Negara, sehingga tidak
ada Negara di dalam negara. Dengan demikian, dalam Negara Kesatuan hanya ada satu
pemerintahan, yaitu pemerintahan pusat yang mempunyai kekuasaan serta wewenang
tertinggi dalam bidang pemerintahan Negara, menetapkan kebijakan pemerintahan dan
melaksanakan pemerintahan Negara baik di pusat maupun di daerah-daerah. Berbeda
dengan Negara Federasi, lebih lanjut Soehino menjelaskan, Negara Federasi adalah
Negara yang bersusunan jamak, maksudnya Negara ini tersusun dari beberapa Negara
yang semula telah berdiri sendiri sebagai Negara yang merdeka dan berdaulat,
mempunyai Undang-Undang Dasar sendiri, tetapi kemudian karena sesuatu kepentingan,
Negara-Negara tersebut saling menggabungkan diri untuk membentuk suatu ikatan kerja
sama yang efektif. Negara Kesatuan adalah Negara apabila kekuasaan tidak terbagi dan
Negara Serikat apabila kekuasaan di bagi antara Pemerintahan Federal dengan Negara
Bagian.
2.2. Bentuk Pemerintahan
Bentuk pemerintahan menyatakan struktur organisasi dan fungsi pemerintahan,
dengan tidak menyinggung-nyinggung struktur daerah, maupun bangsanya. Dengan kata
lain, bentuk pemerintahan melukiskan bekerjanya organ-organ tertinggi sejauh
organ-organ itu mengikuti ketentuan-ketentuan yang tetap. (Samaidjo, 1986:62).
Secara umum, bentuk pemerintahan suatu negara ditentukan menurut:
● Cara Penunjukkan Kepala Negara
Menurut Leon Duguit, untuk mengetahui bentuk pemerintahan di suaru negara, maka dapat
digunakan kriteria bagaimana caranya kepala negara itu diangkat, yang meliputi:
a. Monarki, jika seseorang kepala negara diangkat berdasarkan hak waris atau
turun-temurun. Kepala negaranya disebut Raja/Ratu/Kaisar, atau sejenisnya.
Bentuk pemerintahan monarki terbagi atas beberapa katogeri, yaitu (Samidjo,
1986:183-184).
1) Monarki Mutlak (Absolut)
2) Monarki terbatas (Konstitusional)
3) Monarki Parlementer (Kerajaan Parlementer)
b. Republik, jika seseorang kepala negara dipilih melalui suatu sistem pemilihan
untuk masa jabatan yang ditentukan. Kepala negaranya adalah seorang presiden.
Bentuk pemerintahan republik dapat dibagi atas beberapa kategori, yang mana kategori
tersebut sama dengan kategori yang terdapat pada bentuk pemerintahan monarki.
Disini bentuk pemerintahan yang dianut oleh Indonesia sendiri menganut bentuk
pemerintahan Republik, dimana didalam negara kesatuan dibagi menjadi 2 bentuk. Yang
pertama adalah negara kesatuan dengan sistem sentralisasi, yaitu segala sesuatu urusan
negara langsung diatur dan diurus oleh pemerintah pusat dan daerah tinggal
melaksanakannya, dan yang kedua adalah Negara Kesatuan dengan sistem desentralisasi
yaitu daerah diberi kewenangan untuk mengurus rumah tangganya sendiri (Kansil, C.S.T.
& Christine S.T, 2008). Sedangkan untuk negara Belgia sendiri memiliki bentuk
pemerintahan Monarki terbatas (konstitusional). Biasa juga disebut dengan kerajaan
Undang-Undang, yaitu suatu monarki, dimana kekuasaan raja itu dibatasi oleh konstitusi
(Undang-Undang Dasar). Raja tidak boleh berbuat sesuatu yang bertentangan dengan
konstitusi, dan segala perbuatannya harus berdasarkan dan sesuai dengan isi konstitusi.
2.3. Sistem Pemerintahan
Sistem Pemerintahan dapat diartikan sebagai struktur yang terdiri dari
fungsi-fungsi legislatif, eksekutif, dan yudikatif yang saling berhubungan, bekerja sama
dan mempengaruhi satu sama lain. Secara demikian sistem pemerintahan adalah cara
kerja lembaga-lembaga negara satu sama lainnya. Menurut Jimly Asshidiqie, sistem
pemerintahan diartikan sebagai suati sistem hubungan antara lembaga-lembaga negara.
Sedangkan menurut Sri Soemantri, Sistem Pemerintahan adalah hubungan antara
lembaga legislatif dan eksekutif. Ismail Suny mempunyai pendapat bahwa sistem
pemerintahan adalah suatu sistem tertentu yang menjelaskan bagaimana hubungan
antara alat-alat perlengkapan negara yang tertunggi di suatu negara. Berkaitan dengan
sistem pemerintahan pemerintahan, pada umumnya dibedakan kedalam dua sistem
utama, yaitu sistem presidensiil dan parlementer, diluar kedua sistem tersebut merpakan
sistem campuran atas kuasa parlementre atau kuasa presidensiil, ada juga sistem
referendum.
Sistem pemerintahan berkaitan dengan mekanisme yang dilakukan pemerintah
dalam menjalankan tugasnya. Secara garis besar, sistem pemerintahan dibedakan dalam
dua macam, yaitu sistem pemerintahan presidensiil dan sistem pemerintahan
parlementer.
1. Sistem Presidensiil
Sistem presidensiil meruoakan sistem pemeritahan yang terpusat pada
kekuasaan presiden sebagai kepala pemerintahan sekaligus sebagai kepala negara.
Dalam sistem ini, badan eksekutif tidak bergantung pada badan legislatif.
Kedudukan badan eksekutif lebih kuat dalam menghadapi badan legislatif.
Ada beberapa ciri dalam sistem pemerintahan presidensiil, diantaranya
pertama, kepala Negara juga menjadi kepala pemerintahan, kedua, pemerintah
enteri-menteri diangkat dan
tidak bertanggung jawab kepada parlemen, ketiga, m
bertanggung jawab kepada presiden, keempat, posisi eksekutig dan legislatif
sama-sama kuat. Menurut Bagir Manan, sistem pemerintahan presidensiil dapat
dikatakan sebagai subsistem pemerintahan republik, karena memang hanya dapat
dijalankan dalam negara yang berbentuk republik seperti Indonesia.
2. Sistem Parlemen
Sistem pemerintah parlementer adalah sebuah sistem pemerintahan
dimana parlemen memiliki peranan penting dalam pemerintahan. Dalam sistem
ini, parlemen memiliki wewenang dalam mengangkat perdana menteri, demikian
juga parlemen dapat menjatuhkan pemeritahan yaitu dengan mengeluarkan mosi
tidak percaya. Dalam sistem parlemen, jabatan kepala pemerintahan dan kepala
negara dipisahkan. Pada umumnya, jabaran kepala negara dipegang oleh presiden,
raja, ratu atau sebutan lain dan jabatan kepala pemerintah dipegang oleh perdana
menteri.
Ada beberapa karakteristik sistem pemerintahan parlementer diantaranya,
pertama, peran kepala Negara hanya bersifat simbolis dan seremonial serta
mempunyai pengaruh politik yang sangat terbatas, meskipun kepala Negara
tersebut mungkin saja seorang presiden, kedua, cabang kekuasaan eksekutif
dipimpin seorang perdana menteri atau kanselir yang dibantu oleh kabinet yang
dapat dipilih dan diberhentikan oleh parlemen, ketiga, p arlemen dipilih melalui
pemilu yang waktunya bervariasi, dimana ditentukan oleh kepala Negara
berdasarkan masukan dari perdana menteri atau kanselir.
2.4. Sistem Parlemen
Kata “Parlemen” berasal dari bahasa Latin “parliamentum” atau bahasa Perancis
“parler” , yang dapat diartikan sebagai suatu tempat atau badan dimana para wakil rakyat
berbicara satu sama lain untuk membicarakan hal-hal yang penting bagi rakyat.
Parlemen berkembang seiring dengan perkembangan negara-negara demokrasi modern
yang bermunculan sebagai negara bangsa (nation state), terutama pada abad 19 setelah
masa kolonialisme. Pengisian keanggotan parlemen di berbagai negara dilakukan
melalui sistem pemilihan yang berbeda. Pertama, ada yang menggunakan sistem distriuk
atau disebut dengan single member constituency, yaitu satu wakil untuk satu daerah
pemilihan. Kedua, ada juga yang menggunkan sistem proporsional atau perwakilan
berimbang yaitu satu daerah diwakilih oleh lebih dari satu wakil (multi member
constituency), berimbang dengan jumlah penduduk di daerah yang bersangkutan. Sistem
parlemen yang dianut di negara-negara di dunia berbeda-beda, tergantung pada kondisi
sosial budaya serta nilai yang dianutnya. Selain itu, kondisi masyarakat dalam suatu
negara juga mempengaruhi sistem parlemen yang dianut oleh negara tersebut.
Dalam literatur ilmu politik, secara umum dikenal dua macam lembaga
perwakilan atau parlemen, yaitu:
PEMBAHASAN
Menurut konstitusi Negara Indonesia menganut bentuk negara kesatuan. Hal ini
dapat dicerna dalam Pasal 1 ayat (1) UUD 1945 yang mengatakan bahwa “Negara
Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk Republik”. Dengan demikian dari
pasal tersebut sudah tercermin bentuk negara Indonesia dalam arti bahwa pemerintah
daerah memiliki kekuasaan yang terinci sesuai dengan pemberian pemerintah pusat yang
diatur dalam undang-undang, sedangkan pemerintahan pusat mempunyai kekuasaan
yang sangat luas. Bentuk negara kesatuan Indonesia akan melahirkan strategi dalam
pembagian kekuasaan antara pusat dan daerah guna mewujudkan tujuan dari negara
sebagaimana diatur dalam alinea ke IV pembukaan UUD 1945 yaitu melindungi
segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut serta dalam melaksanakan ketertiban dunia.
Sebagai langkah dalam mencapai tujuan tersebut dilaksanakanlah sistem desentralisasi
dan dekonsentrasi. Sedangkan untuk negara Belgia sendiri memiliki bentuk Negara
Federasi dimana Negara ini memiliki kekuasaan yang berada ditangan Raja tetapi
memiliki batasan kekuasaannya sendiri.
1. Kerajaan (Monarki)
Monarki adalah negara yang dikepalai oleh seorang raja secara turun temurun dan
menjabat untuk seumur hidup. Selain raja, kepala negara monarki dapat dipimpin oleh
Kaisar (Jepang), Syah (Iran), ratu (Inggris, Belanda), Emir (Kuwait), Sultan (Brunai
Darussalam). Contoh negara monarki adalah Malaysia, Brunai Darussalam, Thailand,
Jepang, Inggris, Belanda, Swedia, Norwegia, Monako, Maroko, Arab Saudi, Kuwait,
Jordania, Belgia, Denmark, dsb.
Ada tiga jenis monarki:
● Monarki Absolut, seluruh wewenang dan kekuasaan raja tidak terbatas. Perintah
raja merupakan UU yang harus dilaksanakan.
● Monarki Konstitusional, yakni monarki dengan kekuasaan raja dibatasi oleh
konstitusi (UUD). Tindakan raja harus sesuai dan berdasarkan pada konstitusi.
● Monarki Parlementer, yakni pemerintahan yang dikepalai oleh raja dan disamping
raja ada parlemen. Kekuasaan raja sangat terbatas kerena dibatsi oleh konstitusi.
Parlemen ini juga sebagai tempat para menteri, baik sendiri maupun
bersama-sama bertanggungjawab.
2. Republik
Istilah republic berasal dari bahasa Latin “Res Publica” (kepentingan umum),
yaitu negara dengan pemerintahan rakyat yang dikepalai oleh seorang presiden yang
dipilih dari rakyat, oleh rakyat, untuk masa jabatan tertentu. Contoh negara yang
menerapkan sistem ini adalah Indonesia, Filipina, Amerika Serikat, Jerman, dsb.
Sistem republic memiliki 3 jenis, yaitu:
● Republik Presidensial, c iri utamanya kepala negara dan kepala pemerintahannya
dipegang oleh satu orang yakni presiden. Para menteri bertanggung jawab pada
presiden. Biasanya presiden dipilih langsung oleh rakyat dengan masa jabatan
tertentu, dan menjalankan pemerintahan berdasarkan UUD dan UU.
● Republik Parlementer, c iri utama presiden sebagai kepala negara, sedangkan
perdana menteri sebagai kepala pemerintahan. Para menteri dibawah komando
perdana menteri bertanggungjawab pada parlemen.
● Republic Absolut, sistem pemerintahan ini sudah ditinggalkan.
Dari pengertian diatas dapatlah kita membedakan bentuk pemerintahan yang
dianut oleh Indonesia dan juga Belgia. Dari pembahasan ini juga kita dapat menilai
sendiri negara mana yang ideal dalam menjalankan negaranya masing-masing.
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan materi diatas yang telah disajikan kita dapat menelaah
beberapa perbedaan mendasar atau fundamental dari suatu negara. Suatu negara
diciptakan secara fungsional dalam pengelolaan pemerintahan yang paling menonjol
adalah fungsi melaksanakan pemerintahan atau pelaksanaan undang-undang. Sebab
masyarakat tidak mungkin melaksanakan pemerintahan, melainkan hanya sebagai
pemegang kedaulatan. Rakyat dalam hal ini menyerahkan hak tersebut kepada penguasa
untuk melaksanakan fungsi pemerintahan atau melaksanakan undang-undang. Maka dari
itu penting bagi kita sebagai warga atau masyarakat negara paham akan perbedaan bentuk
negara, bentuk pemerintahan, sistem pemerintahan, parlemen negara, dan juga jumlah
organ negara yang diatur dalam konstitusi.
4.2. Saran
Dengan banyaknya sumber atau literatur-literatur yang ada kita dapat dengan jelas
memahami seperti apa itu bentuk negara, bentuk pemerintahan, sistem pemerintahan,
parlemen negara, dan juga organ negara. Disini saya sebagai penulis menghimbau
kepada para pembaca sekalian agar dapat menambah wawasan lagi dengan literatur yang
lebih dari pada apa yang saya sajikan ini, agar kiranya pembaca sekalian lebih puas
dengan isi makalah ini. Sedikit tambahan dari saya, untuk mencapai suatu sistem yang
ideal dalam suatu negara ada baiknya pemerintah negara yang bersangkutan lebih
mengembangkan potensi dari negaranya sendiri. Sebab banyaknya negara yang memiliki
kekayaan berlimpah atau sumber daya alamnya tetapi tidak bisa mengelola negaranya
karena terbatasnya sumber daya manusianya. Melalui materi ini juga para pembaca
dapat disuguhkan dengan pembahasan yang menurut pembaca sendiri mana yang ideal
untuk suatu negara.
DAFTAR PUSTAKA
Librayanto, R. (2013). Ilmu Negara (Suatu Pengantar) (3rd ed., Vol. XVIII). (W. A. Tangke, &
A. Nasyaruddin, Eds.) Makassar, Sulawesi Selatan, Indonesia: Arus Timur.
Arfa’i, S.H., M. . (2007). Bentuk negara, Pengaturan Pemerintahan daerah. Bentuk Negara
Republik Indonesia Ditinjau Pengaturan Tentang Pemerintahan Daerah Dalam Peraturan
Perundang-Undangan, 142–155. Retrieved from
https://media.neliti.com/media/publications/43244-ID-bentuk-negara-republik-indonesia-dit
injau-pengaturan-tentang-pemerintahan-daerah.pdf
Bahasa, K., & Belgia, D. I. (n.d.). UPAYA PENGELOLAAN POTENSI DISINTEGRASI
BANGSA Rizki Damayanti.
Basarah, A. (2013). KAJIAN TEORITIS TERHADAP AUXILIARY STATE ` S DALAM
STRUKTUR KETATANEGARAAN INDONESIA, 1–8.
Bentuk, N. D. A. N., & Negara, D. (n.d.). Negara dan bentuk pemerintahan.
Di, P., Pasca, I., & Bab, I. (1945). No Title, III, 1–14.
DRH Koesoemahatmadja. (1979). Susunan negara, bentuk negara, sistem pemerintahan dan
bentuk pemerintahan. Pengantar Ke Arah Sistem Pemerintahan Daerah Di Indonesia
Indonesia, (2), 23–51.
Ii, B. A. B., & Negara, A. T. (2006). 2Mih01526, (December 1933), 1–2.
Noviati, cora elly. (2013). Demokrasi dan Sistem Pemerintahan. Jurnal Konstitusi, 10(2), 345.
Pengertian, T., Pemerintahan, S., & Hukumtata, M. (n.d.). No Title, (1).
Widayati, W. (2018). Sistem Parlemen Berdasarkan Konstitusi Indonesia. Masalah-Masalah
Hukum, 44(4), 415. https://doi.org/10.14710/mmh.44.4.2015.415-424