Anda di halaman 1dari 13

TUGAS MATA KULIAH KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

“Aspek Psikososial dari Keperawatan Kritis”

Nama Anggota Kelompok :


• Abigael Rante Toding
• Andi Astillawati
• Maria Goreti Timung
• Nana Husneriyana
• Suriansyah
 

Poltekkes-Kaltim.ac.id Unggul, Berdaya Saing, Berwawasan Global


PENDAHULUAN
• Ketika merawat pasien kritis perawat dituntut untuk secara seimbang memenuhi
kebutuhan fisik dan emosional dirinya maupun pasien dan keluarganya. Untuk mencapai
keseimbangan ini perawat harus mempunyai pengetahuan tentang bagaimana
keperawatan kritis yang dialami akan mempengaruhi kesehatan psikososial pasien,
keluarga dan petugas Kesehatan. Dalam keperawatan, keadaan sehat dan sakit jiwa
merupakan suatu rentang yang dinamis dari kehidupan seseorang. Keadaaan penyakit
kritis sangat besar pengaruhnya terhadap kedinamisan dari rentang sehat sakit jiwa
karena dalam keadaan mengalami penyakit kritis, seseorang mengalami stress yang
berat dimana pasien akan mengalami kehilangan kesehatan, kehilangan kemandirian,
kehilangan rasa nyaman dan rasa sakit akibat penyakit yang dideritanya. Sebagai
seorang perawat kritis, perawat harus mampu mengatasi berbagai masalah kesehatan
pasien termasuk masalah psikososialnya. Perawat tidak boleh hanya berfokus pada
masalah fisik yang dialami pasien. Kegagalan dalam mengatasi masalah psikososial
pasien bisa berdampak pada semakin memburuknya keadaan pasien karena pasien
mungkin akan mengalami kecemasan yang semakin berat dan menolak pengobatan.

Poltekkes-Kaltim.ac.id Unggul, Berdaya Saing, Berwawasan Global


• Psikososial Aspek dari Keperawatan • Sebagai seorang perawat kritis, perawat harus
Kritis mampu mengatasi berbagai masalah kesehatan
pasien termasuk masalah psikososialnya. Perawat
Perawatan pada pasien yang mengalami kondisi tidak boleh hanya berfokus pada masalah fisik yang
kritis di rawat ruangan khusus yaitu Icu( Intensive dialami pasien. Kegagalan dalam mengatasi masalah
Care Unit). Ruangan ini digambarkan sebagai psikososial pasien bisa berdampak pada semakin
ruangan yang penuh stress tidak hanya bagi memburuknya keadaan pasien karena pasien
pasien dan keluarganya, tetapi juga bagi tenaga mungkin akan mengalami kecemasan yang semakin
kesehatan yang bekerja di ruangan tersebut berat dan bahkan menolak untuk diberikan
(Jastremski, 2000). Dalam keperawatan, keadaan pengobatan.
sehat dan sakit jiwa merupakan suatu rentang
yang dinamis dari kehidupan seseorang.
Keadaaan penyakit kritis sangat besar
pengaruhnya terhadap kedinamisan dari rentang
sehat dan sakit jiwa, karena dalam keadaan
mengalami penyakit kritis ini, seseorang
mengalami stress yang berat dimana pasien
mengalami kehilangan kesehatan, kehilangan
kemandirian, kehilangan rasa nyaman dan rasa
sakit akibat penyakit yang dideritanya. Semua
keadaan tersebut bisa memperburuk status
kesehatan mereka.

Poltekkes-Kaltim.ac.id Unggul, Berdaya Saing, dan Berwawasan Global


• Patofisiologi, Farmakologi dan Terapi Diet pada Kasus Kritis

Poltekkes-Kaltim.ac.id Unggul, Berdaya Saing, dan Berwawasan Global


• Farmakologi
• Penatalaksanaan Farmakologis
Pada umumnya pasien yang sakit kritis mendapatkan terapi sedasi atau analgesik
untuk mengatasi rasa nyeri dan kecemasan yang bertujuan untuk meningkatkan
toleransi terhadap lingkungan. Yang biasa digunakan adalah Sedasi dengan
benzodiazepine (midazolam, lorazepam, diazepam), sedasi dengan propofol, sedasi
dengan haloperidol, analgesik opioid (morfin, fentanyl dan hydromorfon).
• Penatalaksanaan Non Farmakologis
Terapi ini merupakan tambahan di luar terapi utama (medis) dan berfungsi sebagai
terapi pendukung untuk mengontrol gejala, meningkatkan kualitas hidup, dan
berkontribusi terhadap penatalaksanaan pasien secara keseluruhan diantaranya dapat
berupa relaksasi dalam, terapi music, mobilisasi (Widyatuti,2008).

Poltekkes-Kaltim.ac.id Unggul, Berdaya Saing, dan Berwawasan Global


• Terapi Diet pada Kasus Kritis
Nutrisi pada berbagai kondisi dan penyakit, diantaranya:
• Nutrisi pada Keadaan Trauma
Pasien trauma cenderung mengalami malnutrisi protein akut karena hipermetabolisme
yang persisten, yang mana akan menekan respon imun dan peningkatan terjadinya
kegagalan multi organ (MOF) yang berhubungan dengan infeksi nosokomial. Pemberian
substrat tambahan dari luar lebih awal akan dapat memenuhi kebutuhan akibat
peningkatan kebutuhan metabolik yang dapat mencegah atau memperlambat
malnutrisi protein akut dan menjamin outcome pasien.
• Nutrisi pada Pasien Sepsis
Pada pasien sepsis, Total Energy Expenditure (TEE) pada minggu pertama kurang lebih
25 kcal/kg/ hari, tetapi pada minggu kedua TEE akan meningkat secara signifikan.
Kalorimetri indirek merupakan cara terbaik untuk menghitung kebutuhan kalori,
proporsi serta kuantitas zat nutrisi yang digunakan. Pemberian glukosa sebagai sumber
energi utama dapat mencapai 4 – 5 mg/kg/menit dan memenuhi 50 – 60% dari
kebutuhan kalori total atau 60 – 70% dari kalori non protein.

Poltekkes-Kaltim.ac.id Unggul, Berdaya Saing, Berwawasan Global


• Nutrisi pada Penyakit Ginjal Akut (Acute Renal Failure) ARF
Secara umum tidak berhubungan dengan peningkatan kebutuhan energi. Meski
demikian kondisi traumatik akut yang menetap dapat meningkatkan REE (misalnya pada
sepsis meningkat hingga 30%).
• Nutrisi pada Pankreatitis Akut
Nutrisi enteral dapat diberikan, namun ada beberapa bukti bahwa pemberian nutrisi
enteral dapat meningkatkan keparahan penyakit. Nutrisi parenteral pada pankreatitis akut
berguna sebagai tambahan pada pemeliharaan nutrisi.
• Nutrisi pada Penyakit Hati
Pada penyakit hati terjadi peningkatan lipolisis, sehingga lipid harus diberikan dengan
hati-hati untuk mencegah hipertrigliseridemia, yaitu tidak lebih dari 1 g/kg perhari.
Pembatasan protein diperlukan pada ensefalopati hepatik kronis, mulai dari 0,5 g/kg
perhari, dosis ini dapat ditingkatkan dengan hati-hati menuju ke arah pemberian normal.

Poltekkes-Kaltim.ac.id Unggul, Berdaya Saing, Berwawasan Global


• Asuhan Keperawatan Kritis
• Pengkajian
Dilakukan pada semua sistem tubuh untuk menopang dan mempertahankan sistem-sistem tersebut tetap
sehat dan tidak terjadi kegagalan. Pengkajian meliputi proses pengumpulan data, validasi data,
menginterpretasikan data dan memformulasikan masalah atau diagnosa keperawatan sesuai hasil analisa data.
Beberapa pengkajian yang bisa dilakukan diantaranya sebagai berikut :
• Pengkajian Budaya
Pasien yang sakit kritis dapat dirawat di unit perawatan kritis dengan memprioritaskan kebutuhan fisiologis
untuk mempertahankan kehidupan, pertimbangan harus dilakukan untuk merencanakan dan
mengimplementasikan perawatan yang sensitif secara budaya. Pedoman ini dapat menyediakan pengkajian
awal kepada perawat tentang pengaruh budaya pasien terhadap kesehatan dan praktik kesehatan.
• Pengkajian Keluarga
Memahami keluarga pasien yang sakit kritis dan memenuhi kebutuhan mereka sangat penting untuk
perawatan holistik pasien. Meskipun kebutuhan keluarga dapat mengubah pengalaman perawatan kritis secara
keseluruhan, perawat dapat mempertimbangkan pertanyaan pengkajian berikut untuk memahami penyakit
pasien, mekanisme koping, dan sistem pendukung

Poltekkes-Kaltim.ac.id Unggul, Berdaya Saing, Berwawasan Global


• Pemeriksaan Fisik
Ketika pasien yang sakit kritis masuk ke unit perawatan kritis, pengkajian rutin harus dilakukan dan diulangi
minimal setiap 4 jam berikutnya. Pengkajian yang lebih sering dan lebih selektif atau terperinci mungkin diperlukan,
bergantung pada gangguan klinis pasien atau perubahan kondisi pasien atau keduanya.
• Analisa Data
Setelah melakukan pengkajian, data dikumpulkan dan dianalisa
• Diagnosa
Dari hasil analisis data, lalu ditetapkan masalah/diagnosa keperawatan berdasarkan data yang menyimpang
dari keadaan fisiologis. Kriteria hasil ditetapkan untuk mencapai tujuan dari tindakan keperawatan yang
diformulasikan berdasarkan pada kebutuhan klien yang dapat diukur dan realistis.
• Intervensi
Perencanaan tindakan keperawatan dibuat apabila diagnosa telah diprioritaskan dan data telah dianalisis.
Prioritas masalah dibuat berdasarkan pada ancaman/risiko ancaman hidup (contoh: bersihan jalan nafas tidak
efektif, gangguan pertukaran gas, pola nafas tidak efektif, gangguan perfusi jaringan, lalu dapat dilanjutkan.

Poltekkes-Kaltim.ac.id Unggul, Berdaya Saing, dan Berwawasan Global


• Implementasi
Implementasi keperawatan merupakan tahap selanjutnya proses keperawatan yang dimulai setelah
perawat menyusun rencana keperawatan (Potter & Perry, 2013). Pada tahap ini perawat akan
mengimplementasikan intervensi yang telah direncanakan berdasarkan hasil pengkajian dan
penegakkan diagnosis yang diharapkan dapat mencapai tujuan dan hasil sesuai yang diinginkan untuk
mendukung dan meningkatkan status kesehatan klien.
• Evaluasi
Pada tahap ini sangat penting untuk menentukan adanya perbaikan kondisi atau kesejahteraan klien
(Perry & Potter, 2013). Hal yang perlu diingat bahwa evaluasi merupakan proses kontinyu yang terjadi
saat perawat melakukan kontak dengan klien.
• Pencegahan Primer, Sekunder dan Tersier pada Masalah Kasus Kritis Berbagai Sistem
• Pencegahan Primer
Pencegahan primer meliputi segala bentuk kegiatan yang dapat menghentikan kejadian suatu
penyakit atau gangguan sebelum hal itu terjadi. Pencegahan primer juga diartikan sebagai bentuk
pencegahan terhadap terjadinya suatu penyakit pada seseorang dengan faktor resiko

Poltekkes-Kaltim.ac.id Unggul, Berdaya Saing, Berwawasan Global


• Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder merupakan pencegahan yang mana sasaran utamanya adalah pada
mereka yang baru terkena penyakit atau yang terancam akan menderita penyakit tertentu.
Adapun tujuan pada pencegahan sekunder yaitu diagnosis dini dan pengobatan yang tepat.
Mendeteksi dan melakukan intervensi segera guna menghentikan penyakit pada tahap ini
Mencegah penyebaran penyakit, menurunkan intensitas penyakit bila penyakit ini
merupakan penyakit menular
Mengobati dan menghentikan proses penyakit, menyembuhkan orang sakit serta untuk
mencegah penyakit menjadi berkelanjutan hingga mengakibatkan terjadinya cacat yang
lebih buruk lagi.
• Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier berfokus pada proses adaptasi kembali. Tujuan utama dari
pencegahan tersier adalah mencegah cacat,kematian,serta usaha rehabilitas. Menurut
kodim dkk (2004). Tujuan dari pencegahan tersier adalah untuk mencegah komplikasi
penyakit dan pengobatan sesudah gejala klinis berkembang dan didiagnosa sudah
ditegakkan.

Poltekkes-Kaltim.ac.id Unggul, Berdaya Saing, Berwawasan Global


Kesimpulan
Sistem pemberian perawatan kesehatan terus berkembang,
demikian juga dengan keperawatan dan perawatan kritis. Sejak
unit perawatan kritis pertama dibuka pada tahun 1960-an terjadi
kemajuan teknologi yang signifikan, disertai dengan ledakan
pengetahuan dalam bidang asuhan keperawatan kritis.

Poltekkes-Kaltim.ac.id Unggul, Berdaya Saing, Berwawasan Global


Poltekkes-Kaltim.ac.id Unggul, Berdaya Saing, Berwawasan Global

Anda mungkin juga menyukai