Poltekkes-Kaltim.ac.id Unggul, Berdaya Saing, Berwawasan Global
PENDAHULUAN • Ketika merawat pasien kritis perawat dituntut untuk secara seimbang memenuhi kebutuhan fisik dan emosional dirinya maupun pasien dan keluarganya. Untuk mencapai keseimbangan ini perawat harus mempunyai pengetahuan tentang bagaimana keperawatan kritis yang dialami akan mempengaruhi kesehatan psikososial pasien, keluarga dan petugas Kesehatan. Dalam keperawatan, keadaan sehat dan sakit jiwa merupakan suatu rentang yang dinamis dari kehidupan seseorang. Keadaaan penyakit kritis sangat besar pengaruhnya terhadap kedinamisan dari rentang sehat sakit jiwa karena dalam keadaan mengalami penyakit kritis, seseorang mengalami stress yang berat dimana pasien akan mengalami kehilangan kesehatan, kehilangan kemandirian, kehilangan rasa nyaman dan rasa sakit akibat penyakit yang dideritanya. Sebagai seorang perawat kritis, perawat harus mampu mengatasi berbagai masalah kesehatan pasien termasuk masalah psikososialnya. Perawat tidak boleh hanya berfokus pada masalah fisik yang dialami pasien. Kegagalan dalam mengatasi masalah psikososial pasien bisa berdampak pada semakin memburuknya keadaan pasien karena pasien mungkin akan mengalami kecemasan yang semakin berat dan menolak pengobatan.
Poltekkes-Kaltim.ac.id Unggul, Berdaya Saing, Berwawasan Global
• Psikososial Aspek dari Keperawatan • Sebagai seorang perawat kritis, perawat harus Kritis mampu mengatasi berbagai masalah kesehatan pasien termasuk masalah psikososialnya. Perawat Perawatan pada pasien yang mengalami kondisi tidak boleh hanya berfokus pada masalah fisik yang kritis di rawat ruangan khusus yaitu Icu( Intensive dialami pasien. Kegagalan dalam mengatasi masalah Care Unit). Ruangan ini digambarkan sebagai psikososial pasien bisa berdampak pada semakin ruangan yang penuh stress tidak hanya bagi memburuknya keadaan pasien karena pasien pasien dan keluarganya, tetapi juga bagi tenaga mungkin akan mengalami kecemasan yang semakin kesehatan yang bekerja di ruangan tersebut berat dan bahkan menolak untuk diberikan (Jastremski, 2000). Dalam keperawatan, keadaan pengobatan. sehat dan sakit jiwa merupakan suatu rentang yang dinamis dari kehidupan seseorang. Keadaaan penyakit kritis sangat besar pengaruhnya terhadap kedinamisan dari rentang sehat dan sakit jiwa, karena dalam keadaan mengalami penyakit kritis ini, seseorang mengalami stress yang berat dimana pasien mengalami kehilangan kesehatan, kehilangan kemandirian, kehilangan rasa nyaman dan rasa sakit akibat penyakit yang dideritanya. Semua keadaan tersebut bisa memperburuk status kesehatan mereka.
Poltekkes-Kaltim.ac.id Unggul, Berdaya Saing, dan Berwawasan Global
• Patofisiologi, Farmakologi dan Terapi Diet pada Kasus Kritis
Poltekkes-Kaltim.ac.id Unggul, Berdaya Saing, dan Berwawasan Global
• Farmakologi • Penatalaksanaan Farmakologis Pada umumnya pasien yang sakit kritis mendapatkan terapi sedasi atau analgesik untuk mengatasi rasa nyeri dan kecemasan yang bertujuan untuk meningkatkan toleransi terhadap lingkungan. Yang biasa digunakan adalah Sedasi dengan benzodiazepine (midazolam, lorazepam, diazepam), sedasi dengan propofol, sedasi dengan haloperidol, analgesik opioid (morfin, fentanyl dan hydromorfon). • Penatalaksanaan Non Farmakologis Terapi ini merupakan tambahan di luar terapi utama (medis) dan berfungsi sebagai terapi pendukung untuk mengontrol gejala, meningkatkan kualitas hidup, dan berkontribusi terhadap penatalaksanaan pasien secara keseluruhan diantaranya dapat berupa relaksasi dalam, terapi music, mobilisasi (Widyatuti,2008).
Poltekkes-Kaltim.ac.id Unggul, Berdaya Saing, dan Berwawasan Global
• Terapi Diet pada Kasus Kritis Nutrisi pada berbagai kondisi dan penyakit, diantaranya: • Nutrisi pada Keadaan Trauma Pasien trauma cenderung mengalami malnutrisi protein akut karena hipermetabolisme yang persisten, yang mana akan menekan respon imun dan peningkatan terjadinya kegagalan multi organ (MOF) yang berhubungan dengan infeksi nosokomial. Pemberian substrat tambahan dari luar lebih awal akan dapat memenuhi kebutuhan akibat peningkatan kebutuhan metabolik yang dapat mencegah atau memperlambat malnutrisi protein akut dan menjamin outcome pasien. • Nutrisi pada Pasien Sepsis Pada pasien sepsis, Total Energy Expenditure (TEE) pada minggu pertama kurang lebih 25 kcal/kg/ hari, tetapi pada minggu kedua TEE akan meningkat secara signifikan. Kalorimetri indirek merupakan cara terbaik untuk menghitung kebutuhan kalori, proporsi serta kuantitas zat nutrisi yang digunakan. Pemberian glukosa sebagai sumber energi utama dapat mencapai 4 – 5 mg/kg/menit dan memenuhi 50 – 60% dari kebutuhan kalori total atau 60 – 70% dari kalori non protein.
Poltekkes-Kaltim.ac.id Unggul, Berdaya Saing, Berwawasan Global
• Nutrisi pada Penyakit Ginjal Akut (Acute Renal Failure) ARF Secara umum tidak berhubungan dengan peningkatan kebutuhan energi. Meski demikian kondisi traumatik akut yang menetap dapat meningkatkan REE (misalnya pada sepsis meningkat hingga 30%). • Nutrisi pada Pankreatitis Akut Nutrisi enteral dapat diberikan, namun ada beberapa bukti bahwa pemberian nutrisi enteral dapat meningkatkan keparahan penyakit. Nutrisi parenteral pada pankreatitis akut berguna sebagai tambahan pada pemeliharaan nutrisi. • Nutrisi pada Penyakit Hati Pada penyakit hati terjadi peningkatan lipolisis, sehingga lipid harus diberikan dengan hati-hati untuk mencegah hipertrigliseridemia, yaitu tidak lebih dari 1 g/kg perhari. Pembatasan protein diperlukan pada ensefalopati hepatik kronis, mulai dari 0,5 g/kg perhari, dosis ini dapat ditingkatkan dengan hati-hati menuju ke arah pemberian normal.
Poltekkes-Kaltim.ac.id Unggul, Berdaya Saing, Berwawasan Global
• Asuhan Keperawatan Kritis • Pengkajian Dilakukan pada semua sistem tubuh untuk menopang dan mempertahankan sistem-sistem tersebut tetap sehat dan tidak terjadi kegagalan. Pengkajian meliputi proses pengumpulan data, validasi data, menginterpretasikan data dan memformulasikan masalah atau diagnosa keperawatan sesuai hasil analisa data. Beberapa pengkajian yang bisa dilakukan diantaranya sebagai berikut : • Pengkajian Budaya Pasien yang sakit kritis dapat dirawat di unit perawatan kritis dengan memprioritaskan kebutuhan fisiologis untuk mempertahankan kehidupan, pertimbangan harus dilakukan untuk merencanakan dan mengimplementasikan perawatan yang sensitif secara budaya. Pedoman ini dapat menyediakan pengkajian awal kepada perawat tentang pengaruh budaya pasien terhadap kesehatan dan praktik kesehatan. • Pengkajian Keluarga Memahami keluarga pasien yang sakit kritis dan memenuhi kebutuhan mereka sangat penting untuk perawatan holistik pasien. Meskipun kebutuhan keluarga dapat mengubah pengalaman perawatan kritis secara keseluruhan, perawat dapat mempertimbangkan pertanyaan pengkajian berikut untuk memahami penyakit pasien, mekanisme koping, dan sistem pendukung
Poltekkes-Kaltim.ac.id Unggul, Berdaya Saing, Berwawasan Global
• Pemeriksaan Fisik Ketika pasien yang sakit kritis masuk ke unit perawatan kritis, pengkajian rutin harus dilakukan dan diulangi minimal setiap 4 jam berikutnya. Pengkajian yang lebih sering dan lebih selektif atau terperinci mungkin diperlukan, bergantung pada gangguan klinis pasien atau perubahan kondisi pasien atau keduanya. • Analisa Data Setelah melakukan pengkajian, data dikumpulkan dan dianalisa • Diagnosa Dari hasil analisis data, lalu ditetapkan masalah/diagnosa keperawatan berdasarkan data yang menyimpang dari keadaan fisiologis. Kriteria hasil ditetapkan untuk mencapai tujuan dari tindakan keperawatan yang diformulasikan berdasarkan pada kebutuhan klien yang dapat diukur dan realistis. • Intervensi Perencanaan tindakan keperawatan dibuat apabila diagnosa telah diprioritaskan dan data telah dianalisis. Prioritas masalah dibuat berdasarkan pada ancaman/risiko ancaman hidup (contoh: bersihan jalan nafas tidak efektif, gangguan pertukaran gas, pola nafas tidak efektif, gangguan perfusi jaringan, lalu dapat dilanjutkan.
Poltekkes-Kaltim.ac.id Unggul, Berdaya Saing, dan Berwawasan Global
• Implementasi Implementasi keperawatan merupakan tahap selanjutnya proses keperawatan yang dimulai setelah perawat menyusun rencana keperawatan (Potter & Perry, 2013). Pada tahap ini perawat akan mengimplementasikan intervensi yang telah direncanakan berdasarkan hasil pengkajian dan penegakkan diagnosis yang diharapkan dapat mencapai tujuan dan hasil sesuai yang diinginkan untuk mendukung dan meningkatkan status kesehatan klien. • Evaluasi Pada tahap ini sangat penting untuk menentukan adanya perbaikan kondisi atau kesejahteraan klien (Perry & Potter, 2013). Hal yang perlu diingat bahwa evaluasi merupakan proses kontinyu yang terjadi saat perawat melakukan kontak dengan klien. • Pencegahan Primer, Sekunder dan Tersier pada Masalah Kasus Kritis Berbagai Sistem • Pencegahan Primer Pencegahan primer meliputi segala bentuk kegiatan yang dapat menghentikan kejadian suatu penyakit atau gangguan sebelum hal itu terjadi. Pencegahan primer juga diartikan sebagai bentuk pencegahan terhadap terjadinya suatu penyakit pada seseorang dengan faktor resiko
Poltekkes-Kaltim.ac.id Unggul, Berdaya Saing, Berwawasan Global
• Pencegahan Sekunder Pencegahan sekunder merupakan pencegahan yang mana sasaran utamanya adalah pada mereka yang baru terkena penyakit atau yang terancam akan menderita penyakit tertentu. Adapun tujuan pada pencegahan sekunder yaitu diagnosis dini dan pengobatan yang tepat. Mendeteksi dan melakukan intervensi segera guna menghentikan penyakit pada tahap ini Mencegah penyebaran penyakit, menurunkan intensitas penyakit bila penyakit ini merupakan penyakit menular Mengobati dan menghentikan proses penyakit, menyembuhkan orang sakit serta untuk mencegah penyakit menjadi berkelanjutan hingga mengakibatkan terjadinya cacat yang lebih buruk lagi. • Pencegahan Tersier Pencegahan tersier berfokus pada proses adaptasi kembali. Tujuan utama dari pencegahan tersier adalah mencegah cacat,kematian,serta usaha rehabilitas. Menurut kodim dkk (2004). Tujuan dari pencegahan tersier adalah untuk mencegah komplikasi penyakit dan pengobatan sesudah gejala klinis berkembang dan didiagnosa sudah ditegakkan.
Poltekkes-Kaltim.ac.id Unggul, Berdaya Saing, Berwawasan Global
Kesimpulan Sistem pemberian perawatan kesehatan terus berkembang, demikian juga dengan keperawatan dan perawatan kritis. Sejak unit perawatan kritis pertama dibuka pada tahun 1960-an terjadi kemajuan teknologi yang signifikan, disertai dengan ledakan pengetahuan dalam bidang asuhan keperawatan kritis.
Poltekkes-Kaltim.ac.id Unggul, Berdaya Saing, Berwawasan Global
Poltekkes-Kaltim.ac.id Unggul, Berdaya Saing, Berwawasan Global