Anda di halaman 1dari 14

TATA LAKSANA KASUS HIV PADA

PASIEN TB

RYAN FEIZAL
• Panduan Pelaksanaan :
• RENCANA AKSI
NASIONAL
KOLABORASI TB – HIV
TAHUN 2020 - 2024
Rekomendasi terapi ARV pada ko-infeksi TB
1. Mulai terapi ARV pada semua ODHA dgn
TB aktif berapapun jumlah CD4
2. Mulai terapi ARV sesegera mungkin
setelah terapi OAT dapat ditoleransi
secepatnya 2 minggu dan tidak lebih dari
8 minggu.
Kedua rekomendasi tsb diharapkan dapat :

• Menurunkan angka kematian ko-infeksi TB-HIV


• Selain itu dapat menurunkan transmisi bila semua
penderita HIV memulai terapi ARV lebih cepat.
• Meningkatkan kualitas hidup
• Menurunkan kekambuhan TB
• Meningkatkan manajemen TB pada penderita ko-
infeksi TB-HIV
1. Pengobatan TB pada ODHA yang belum dalam
pengobatan ARV
• Bila penderita belum dalam pengobatan ARV,
pengobatan TB segera di mulai.

• Jika penderita dalam pengobatan TB, maka :


• teruskan pengobatan TB nya
• sampai dapat ditoleransi (2-4 minggu),
• setelah itu baru diberikan ARV
2. Pengobatan TB pada ODHA sedang dalam pengobatan ARV
bila penderita sedang dalam pengobatan ARV, sebaiknya
pengobatan TB di mulai di RS yang petugasnya telah dilatih
TB-HIV untuk diatur rencana pengobatan TB bersama dgn
pegobatan ARV.

Hal ini sangat penting karena kemungkinan


ada masalah dalam hal interaksi obat (rifampisin dgn beberapa
jenis obat ARV) Dapat menyebabkan gagal pengobatan
ARVnya
Terapi OAT dan ARV pada pasien ko-infeksi TB/HIV

• Status HIV pada pasien TB tidak mempengaruhi


pemilihan kategori OAT
• Tatalaksana pasien TB dgn HIV sama dgn pasien TB
yang lain
• Pasien TB dgn HIV positif tetap dberikan OAT dan ARV
dgn mendahulkan OAT untuk mengurangi angka
kesakitan dan kematian.
• Pemberian OAT pada pasien TB paru (termasuk pada
ODHA) dianjurkan menggunakan FDC selama 6 bulan ,
meliputi 2 bulan fase intensif menggunakan HRZE
(Isoniazid, rifampicin, pirazinamid, etambutol) diminum
setiap hari, di lanjutkan 4 bulan fase lanjutan
menggunakah HR setiap hari

• Pada ODHA pemberian OAT pada TB Extra Paru


(limphadenopati, TB Abdomen, Efusi Pleura) OAT diberikan
selama 9 bulan, meliputi 2 bln fase intensif dengan HRZE dan
7 bulan fase lanjutan dengan HR
• Terapi OAT diberikan pada semuan pasien ODHA tanpa
memandang jumlah CD4
• Pengobatan TB di Indonesia selalu mengandung
rifampicin sehingga ODHA dengan TB banyak
mengalami interaksi obat yang dapat memperberat efek
samping obat
Pengobatan HIV dgn ARV
• Lini pertama regimen yang mengandung NUCLEOSIDE
REVERSE TRANSCRIPTASE INHIBITORS (NRTI) + 1 NON
NUCLEOSIDE RESERVE TRANSCRIPTASE INHIBITORS
(NNRTI)  2 NRTI + 1 NNRTI
• Regimen NRTI yang direkomendasikan WHO adalah -
ZIDOVUDIN (AZT) atau TENOFOVIR DISPROXIL
FUMARAT (TDF) di kombinasikan dgn LAMIVUDIN (3TC)
atau EMRICITABINE (FTC)
• Untuk NNRTI EFAVIRENZ (EFV) atau NEVIRAPINE (NVP)
• Efaviren merupakan pilihan utama untuk pasien ko –
infeksi TB-HIV dibandingkan nevirapine karena interaksi
lebih kecil dan efek hepototoxic yang lebih ringan.
• Apabila keaadan TB terdiagnosa setelah 6 bulan
pemakaian ARV (dgn pilihan Nevirapine), perlu
difikirkan untuk subtitusi obat ARV utk meringankan
interaksi obat.
• Bila pengobatan TB sudah lengkap, perlu di
pertimbangkan lagi mengganti panduan ARV ke
nevirapine kembali
KESIMPULAN....

1. TB dan HIV mempunyai hubungan yang sangat erat


sejak semakin berkembangnya penyakit AIDS di seluruh
dunia
2. TB merupakan infeksi oportunistik yang paling umum
pada individu dengan HIV positif
3. TB menjadi penyebab kematian terbanyak pada penderita
dengan HIV positif
4. Saat pemberian obat pada ko-infeksi TB-HIV harus
sesuai buku panduan
• 5. Pasien TB yang beresiko tinggi thd infeksi HIV perlu
di rujuk kelayanan VCT
• 6. Penting bagi kita untuk mengetahui tatalaksan TB-
HIV karena HIV dan TB saling berkaitan dan sering
mengakibatkan ko-infeksi TB-HIV... Yaitu secara
bersamaan seseorang tsb menderita infeksi TB dan
infeksi HIV
7. Motivasi penderita utk berobat rutin dan berpola hidup
sehat agar terhindar dari HIV dan TB

Anda mungkin juga menyukai