Anda di halaman 1dari 23

FAKTOR RESIKO TERJADINYA

PENYAKIT

Septia Suherlis

Magister Kebidanan FK Unand


2022​
2

FAKTOR RESIKO

1. Risiko  diartikan Faktor risiko  toksin, agen infeksi,


sebagai probabilitas dan obat-obatan, yang ditemukan
dari beberapa dalam lingkungan fisik, dan yang
keadaan yang tidak
menyenangkan
lainnya adalah bagian dari
lingkungan social seperti tingkah
laku; kebiasaan merokok, kurang
gerak fisik, dan mengendarai mobil
tanpa safety belt serta dapat juga
bersifat keturunan

Fikrah, 2014
Faktor Resiko
suatu kondisi, Faktor Resiko adalah
sifat, fisik atau karakteristik, tanda, gejala
perilaku yg dapat didalam penyakit
meningkatkan individual yang
berhubungan dengan
kejadian penyakit
peningkatan dari pada
pada orang sehat. suatu penyakit.
(knap,1992)
JENIS FAKTOR RESIKO
1. Menurut dapat tidaknya faktor resiko diubah

Genetik
merokok,
dan olahraga
umur
Unchange able Changeable
FAKTOR RESIKO

2. menurut kestabilan peranan faktor resiko

• Faktor resiko yg dicurigai yakni faktor-faktor yg blm mendapat


Suspected sepenuhnya dukungan dari hasil penelitian faktor resiko.
• Misal : rokok – penyebab Ca- leher rahim

• Faktor resiko yg telah mendapakan dukungan ilmiah


Established penelitian dalam penanganan sebagai faktor yg berperan
dalam menyebabkan kejadian suatu penyakit
 Mempelajari faktor resiko perlu untuk :
1. Penyakit menular
2. Penyakit tidak menular
KONSEP FAKTOR RESIKO DALAM PTM
PENTING DIKEMBANGKAN KARENA :
1. Tidak adanya kejelasan dalam hal non mikroorganisme
2. Menonjolnya penerapan multikausal pada PTM
3. Kemunkinan adanya penambahan atau interaksi antar resiko
4. Perkembangan metodologi telah memberi kemampuan untuk
mengukur besarnya faktor resiko
KEGUNAAN IDENTIFIKASI FAKTOR RESIKO

Prediksi
• memprediksi kejadian penyakit dimana kualitas prediksi tergantung  kesamaan orang-orang
dengan dasar orang-orang yang diprediksikan
Kausa
• secara tidak langsung dapat merupakan marka (tanda) dari suatu luaran penyakit. Contoh :
rendahnya pendidikan ibu  suatu faktor risiko terjadinya bayi lahir dengan berat lahir rendah
 faktor-faktor lain yang berhubungan dengan pendidikan seperti nutrisi jelek, kurangnya
perawatan prenatal, merokok sigaret, dan lain sebagainya m erupakan sebab-sebab langsung
terjadinya bayi lahir dengan berat badan rendah.
Diagnosis
• untuk menaikkan prevalensi penyakit diantara penderita yang diuji yang adalah merupakan satu
cara untuk membuktikan keberadaan (nilai duga positif) dari suatu tes diagnostic
Prevensi
• menghilangkan faktor risiko  pencegahan terjadinya penyakit, meskipun mekanisme
penyakitnya sudah diketahui atau tidak
KRITERIA FAKTOR RESIKO (AUSTIN BREDFORD HILL,1965)

Kekuatan hubungan
• Adanya resiko relatif yang tinggi

Temporal
• Kausa mendahului akibat

Respon terhadap dosis


• Makin besar paparan makin tinggi kejadian penyakit

reversibilitas
• penurunan paparan akan diikuti penurunan penyakit
Konsistensi
• Kejadian yg sama akan berulang pada waktu, tempat dan
penelitian yg lain.
layak biologis
• Sesuai dengan konsep biologis

analogis
• Ada kesamaan untuk penyebab dan akibat serupa

spesifitas
• Satu penyebab menyebabkan satu akibat
CONTOH FAKTOR RESIKO

• Alkohol
• Obesitas
• Obat-obatan
• Sexual behavior
• Merokok
• Life style
• Makanan/diet
MENENTUKAN BESARNYA FAKTOR
RESIKO
• Besarnya peranan faktor resiko dapat dilakukan
dengan menghitung besarnya resiko relatif atau odds
ratio. Perhitungan ini berdasarkan perbedaan rate
antara populasi yg terpapar dengan yg tidak
terpapar. Perhitungan resiko ini dikaitkan dengan
jenis-jenis metode penelitian epidemiologi dan
frekuensi penyakit.
PERBEDAAN FAKTOR RESIKO
DENGAN PROGNOSIS

• Prognosis menunjukkan seberapa besar kemunikan meninggal dalam keadaan sakit,


sedangkan faktor resiko menunjukkan seberapa besar kemungkinan sakit dari seseorang yg
sehat. Dapat digambarkan :
Sehat sakit mati
Faktor resiko faktor prognosis
Studi
Kohort

Studi
Risiko

Studi Studi
Case- Cross-
Control sectional
1. STUDI KOHORT

Jenis penelitian epidemiologis non-eksperimental , disebut juga studi insidens

Digunakan untuk mempelajari hubungan antara faktor risiko dengan efek atau
penyakit

Pada penelitian kohort, kausa atau faktor risiko diidentifikasi lebih dahulu,
kemudian tiap subyek diikuti sampai periode tertentu untuk melihat terjadinya efek
atau penyakit yang diteliti pada kelompok subyek dengan faktor risiko dan pada
kelompok subyek tanpa faktor risiko.

Memiliki rancang modifikasi : prospektif, retrospektif dan kohort ganda


LANGKAH-LANGKAH PELAKSANAAN
PENELITIAN COHORT
1. Identifikasi faktor-faktor resiko dan efek
2. Menetapkan subjek penelitian (menetapkan populasi dan sampel)
3. Pemilihan subjek dengan faktor resiko positif dari subjek dengan efek
negatif
4. Memilih subjek yg akan menjadi anggota kelompok kontrol
5. Mengobservasi perkembangan subjek sampai batas waktu yang
ditentukkan, selanjutnya mengidentifikasi timbul atau tidaknya efek
pada kedua kelompok
6. Menganalisis dengan membandingkan proporsi subjek yg
mendapatkan efek positif dengan subjek yg mendapatkan efek negatif
baik pada kelompok risiiko positif maupun kelompok berisiko negatif
RANCANGAN PENELITIAN
COHORT

prospektif
• Risiko relatif • Rasio odds

• Membandingkan risiko terjadinya • Membandingkan odds dari orang-


penyakit yang terpapar faktor orang yang terpapar dan tidak
risiko dengan yang tidak terpapar terpapar untuk menjadi sakit.
• Konsep odds mirip dengan konsep
probabilitas untuk menjadi sakit
dibagi dengan probabilitas untuk
tidak menjadi sakit
. Studi Kasus-kelola (Case-Control)
• Penelitian epidemiologis analitik observsional yang menelaah hubungan antara
efek (penyakit atau kondisi kesehatan) tertentu dengan faktor risiko tertentu
• Subyek-subyek diklasifikasi sebagai sakit (kasus) dan tidak sakit (kelola, kontrol)
kemudian dilakukan penelusuran dimasa lampau untuk menentukan adanya
pemaparan terhadap faktor risiko yang dihipotesakan
• Pada umumnya bersifat retrospektif
TAHAP-TAHAP PENELITIAN CASE CONTROL

1. Identifikasi variabel-variabel penelitian (faktor resiko dan efek)


2. Menetapkan subjek penelitian (populasi dan sampel)
3. Identifikasi kasus
4. Pemilihan subjek sebagai kontrol
5. Melakukan pengukuran retrospektif (melihat kebelakang) untuk
melihat faktor resiko
6. Melakukan analisis dengan membandingkan proporsi antara
variabel-variabel objek penelitian dengan variabel control
• studi observasional (non-eksperimental) yang paling sering dilakukan
• Studi Cross-Sectional dilakukan dengan mencari hubungan antara variabel
bebas (faktor risiko) dengan variabel tergantung (efek) dengan melakukan
pengukuran sesaat
• Disebut juga studi prevalence
• Hasil pengamatan Cross-Sectional untuk mengidentifikasi faktor risiko ini
kemudian disusun dalam table 2x2
• Biasanya dihitung adalah rasio prevalence, yakni perbandingan antara
prevalens suatu penyakit atau efek pada subyek kelompok yang mempunyai
faktor risiko, dengan prevalens penyakit atau efek pada subyek yang tidak
mempunyai faktor risiko
• Rasio prevalens menunjukkan peran faktor risiko dalam terjadinya efek pada
studi Cross-Sectional
LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN CROSS
SECTIONAL
1. Mengidentifikasi variabel-variabel penelitian dan
mengidentifikasi faktor resiko dan faktor efek
2. Menetapkan subjek penelitian atau populasi dan sampel
3. Melakukan observasi atau pengukuran variabel yg
merupakan faktor resiko dan efek sekaligus
berdasarkan status keadaan variabel pada saat itu
(pengumpulan data)
4. Melakukan analisis korelasi dengan cara
membandingkan proporsi antar kelompok hasil
observasi.
THANK YOU 

Anda mungkin juga menyukai