Anda di halaman 1dari 13

TUGAS KEPERAWATAN HIV/AIDS

“MANAJEMEN KASUS PADA KLIEN


PENYALAHGUNAAN NAPZA”
DISUSUN OLEH

Kelompok IV :
Fera Metekohy Priskilya S. Miru
Dorkas M. Beay Mia satria Amir
Endang S.B. Weni Mega Murni Laratmase
Maria Masriat Welminci R. Sabonu
Martavina Yawar
Pengertian NAPZA

Narkoba /NAPZA merupakan singkatan dari narkotika,


psikotropika dan zat adiktif lainnya yang disalahgunakan.
NAPZA /Penyalahgunaan zat adalah penggunaan zat secara
terus menerus bahkan sampai setelah terjadi masalah (Purba
dkk, 2013).
NAPZA merupakan perkembangan dari narkoba yang berubah
nama seiring dengan bertambahnya jumlah bahan yang masuk
dalam kriteria narkoba.
Penyebab Penyalahgunaan NAPZA

Penyalahgunaan narkoba merupakan suatu pola


penggunaan yang bersifat patologik dan harus menjadi
perhatian segenap pihak. Terdapat 3 faktor (alasan) yang dapat
dikatakan sebagai “pemicu” seseorang dalam penyalahgunakan
narkoba.

1. Faktor Diri
2. Faktor Lingkungan
3. Faktor Ketersediaan Narkoba.
Pengertian Manajemen Kasus

Manajemen kasus merupakan suatu pendekatan dalam


pemberian pelayanan yang ditujukan untuk menjamin agar
klien yang mempunyai masalah ganda dan kompleks dapat
memperoleh semua pelayanan yang dibutuhkannya secara
tepat. Kasus di sini adalah orang dalam situasi meminta
atau mencari pertolongan dalam masalah penyalahgunaan
NAPZA.
TUJUAN MANAJEMEN KASUS

Tujuan atau peranan manajemen kasus adalah untuk


mengupayakan agar pelayanan kepada individu dan keluarga
tetap berlanjut dengan menghubungkan klien kepada sumber
pelayanan yang sesuai selain melakukan koordinasi diantara
pelayanan-pelayanan yang diberikan. Dalam kasus ini klien
diberikan pelayanan oleh lembaga yang menguasai yaitu BNN.
Peranan ini dimulai dari ;
 mengidentifikasi pelayanan apa yang dibutuhkan oleh klien,
 mencarikan jalan keluar dari setiap masalah yang dihadapi,
 membela klien dengan menghubungkannya dengan pihak
terkait,
Prinsip – Prinsip Manajemen Kasus

Menurut (Gerhart, 1990) & Henry S. Maas prinsip-prinsip


manajemen kasus terdiri dari :
1. Individualisasi pelayanan (Individualization of services)
2. Pelayanan yang komprehensif (comprehensiveness of
services)
3. Kemandirian (fostering autonomy)
4. Keberlanjutan pelayanan (continuity of care)
5. Penerimaan
6. Komunikasi
7. Kerahasiaan.
Komponen Dasar Manajemen Kasus

1. Asesmen (Assessment)
2. Perencanaan (Planning)
3. Pelaksanaan (Implementation)
4. Pengawasan (Monitoring)
5. Pendampingan
6. Pengakhiran (Termination)
Model – Model Manajemen Kasus
Pemilihan model ini disesuaikan dengan kebutuhan klien
dan dapat memilih untuk tidak memakai elemen tertentu dari
suatu model manajemen kasus. Salomon (1992)
mengidentifikasikan ada 4 model yang sering dipakai pada
manajemen kasus :
1. Expanded Broker Model 
Model ini termasuk dalam model manajemen kasus
tradisional dan merupakan model umum, dimana staf yang
bekerja pada model ini bertindak sebagai broker, yaitu,
menghubungkan klien dengan agensi atau pelayanan lain di
dalam komunitas untuk mendapatkan kebutuhan-kebutuhan
klien yang spesifik.
Lanjutan…..
2. Rehabilitation Model
Manajemen kasus dalam model ini lebih memfokuskan
pada perkembangan keterampilan hingga klien mampu bekerja
pada suatu jaringan.
3. Personal Strengths Model atau Development Acquaisition
Model 
4. Full Support Model 
Model ini sangat khas, dimana tergabung tim multidisiplin
yang terdiri dari spesialis berbagai jasa pelayanan, misalnya
bagian perumahan, perawatan dan rehabilitasi bertugas
memberikan klien semua kebutuhannya, sehingga mereka
dapat menyesuaikan diri di dalam komunitas. 
Komposisi Tim Manajemen Kasus
Tim manajemen kasus terdiri dari berbagai multidisiplin yang
menyediakan berbagai pelayanan yang dibutuhkan klien, antara
lain; pekerja sosial, psikiater, psikolog, dokter umum, dokter
gigi, perawat, pengacara, dan lain-lain. 
Agar peran tim ini menjadi optimal maka perlu ditetapkan
seorang Manajer Kasus, yaitu; orang yang bertanggung jawab
dalam kelangsungan dan keberhasilan pelaksanaan pelayanan
manajemen kasus. 
Langkah – Langkah Penerapan Manajemen
Kasus

1. Orientasi dan Identifikasi klien


2. Assessment informasi dan memahami situasi klien.
3. Merencanakan program pelayanan
4. Menghubungkan dan Mengkoordinaksikan pelayanan
5. Memberikan pelayanan tindak lanjut dan monitoring
6. Memberikan support pada klien
7. Monitor dan reassement
8. Evaluasi
Penanggulangan Masalah NAPZA

Penanggulangan masalah NAPZA dilakukan mulai dari pencegahan,


pengobatan sampai pemulihan (rehabilitasi).
1. Pencegahan Pencegahan dapat dilakukan, misalnya dengan:
 Memberikan informasi dan pendidikan yang efektif tentang
NAPZA.
 Deteksi dini perubahan perilaku. Menolak tegas untuk mencoba
2. Pengobatan Terapi pengobatan bagi klien NAPZA misalnya
dengan detoksifikasi. Detoksifikasi adalah upaya untuk
mengurangi atau menghentikan gejala putus zat.
3. Rehabilitasi
Rehabilitasi adalah upaya kesehatan yang dilakukan secara utuh dan
terpadu melalui pendekatan non medis, psikologis, sosial dan religi
agar pengguna NAPZA yang menderita sindroma ketergantungan
dapat mencapai kemampuan fungsional seoptimal mungkin.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai