Anda di halaman 1dari 25

Perkuliahan ke-3

STRUKTUR
KALIMAT

Unhan RI, 18 Februari 2021


IDENTITAS - NASIONALISME - INTEGRITAS 1
SISTEMATIKA

1. PENGANTAR

2. UNSUR PEMBENTUK KALIMAT

3. STRUKTUR KALIMAT DASAR

4. KALIMAT MAJEMUK
IDENTITAS - NASIONALISME - INTEGRITAS 2
1. PENGANTAR

Kalimat adalah kata atau rangkaian kata yang disertai


intonasi untuk mendukung maksud atau gagasan BUNYI
tertentu.
KATA
Kalimat adalah satuan sintaksis yang disusun dari
FRASA
konstituen dasar yang biasanya berupa klausa
dilengkapi dengan konjungsi bila diperlukan serta KLAUSA
dengan intonasi final.
KALIMAT
(Chaer dalam Yanti, Zabadi, dan Rahman, 2016: 74)
PARAGRAF
Kalimat sebagai sebuah satuan, memiliki dimensi
bentuk dan dimensi isi. WACANA
(Badudu dalam Yanti, Zabadi, dan Rahman, 2016: 75)

IDENTITAS - NASIONALISME - INTEGRITAS 3


o Suatu kalimat biasanya tersusun atas rangkaian kata sehingga dapat mendukung
maksud tertentu secara jelas.
o Kalimat bisa merupakan pernyataan yang hanya mengandung satu kata, namun
biasanya kalimat seperti itu tidak mendukung maksud secara jelas dan konstruksi
kalimat yang hanya mengandung satu kata bukanlah kalimat yang baik.
o Berdasarkan kejelasan maksud yang disampaikan, ada ungkapan yang
menyebutkan bahasan tentang kalimat merupakan primadona dalam kajian
bahasa.
o Kajian kalimat menjadi primadona atau sesuatu yang dinilai menarik karena
dengan perantara kalimatlah seseorang dapat menyampaikan maksud secara
lengkap dan jelas.

IDENTITAS - NASIONALISME - INTEGRITAS 4


o Kejelasan maksud yang akan disampaikan kepada orang lain akan
mendukung kelancaran dalam berkomunikasi.
o Kalimat merupakan satuan bahasa yang digunakan untuk
menyampaikan informasi atau ide tertentu dalam kegiatan
komunikasi.
o Komunikasi mempersyaratkan tercapainya pemahaman terhadap
informasi yang disampaikan.
o Komunikasi kadangkala tidak berjalan lancar karena adanya kendala
tertentu, seperti pilihan kata yang tidak tepat sehingga pilihan kata
tersebut tidak mewakili maksud yang akan disampaikan.
IDENTITAS - NASIONALISME - INTEGRITAS 5
o Tidak tepatnya pilihan kata bukan satu-satunya alasan penghambat komunikasi.
o Alat komunikasi, alat ujar, pendengaran, struktur kalimat tidak tepat, dan ragam
bahasa seperti lisan dan tulis merupakan sarana atau dinamika yang dapat
menghambat komunikasi.
o Faktor pemahaman bahasa juga menjadi faktor penentu kelancaran berkomunikasi.
o Seseorang yang tidak bisa berbahasa Inggris, misalnya, tentu mengalami masalah
ketika diajak berkomunikasi dengan bahasa tersebut.
o Dalam pembahasan ini, materinya bukan terkait gangguan komunikasi karena faktor
dinamika atau pemahaman bahasa yang berbeda, melainkan pada masalah
penguasaan kaidah-kaidah yang berlaku dalam berbahasa khususnya dalam
penyusunan kalimat.

IDENTITAS - NASIONALISME - INTEGRITAS 6


2. UNSUR PEMBENTUK KALIMAT

• Unsur pembentuk kalimat dapat dilihat dari berbagai perspektif, meliputi


fungsi-fungsi, frasa, klausa, dan kata-kata di dalam kalimat
• Fungsi kalimat sebagai unsur pembentuk kalimat adalah tinjauan unsur
kalimat sebagai berdasarkan peran/jabatan di dalam kalimat
• Fungsi-fungsi di dalam kalimat yaitu subjek (S), predikat (P), objek (O),
pelengkap (Pel), dan keterangan (Ket).
• Kalimat baku bahasa Indonesia sekurang-kurangnya terdiri atas dua unsur,
yakni S dan P.
• Unsur lain (O, Pel, dan Ket) dapat wajib hadir, tidak wajib hadir, atau wajib
tidak hadir dalam suatu kalimat.
Subjek

• Subjek (S) adalah bagian kalimat yang menunjuk pada pelaku, tokoh, sosok (benda),
sesuatu hal, atau suatu masalah yang menjadi pangkal/pokok pembicaraan.
• Sebagian besar S diisi oleh kata/frasa benda (nominal), klausa, atau frasa verbal.
• Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh berikut ini.
Ayahku sedang melukis.
Meja direktur besar.
Yang berbaju batik dosen saya.
Berjalan kaki menyehatkan badan.
Membangun jalan layang sangat mahal.
Predikat

• Predikat (P) adalah bagian kalimat yang memberi tahu melakukan tindakan
apa atau dalam keadaan bagaimana S yaitu (pelaku/tokoh atau sosok di
dalam suatu kalimat).
• Selain memberi tahu tindakan atau perbuatan S, predikat dapat pula
menyatakan sifat, situasi, status, ciri, atau jati diri S.
Ibu sedang tidur siang.
Putrinya cantik jelita.
Kota Jakarta dalam keadaan aman.
Kucingku belang tiga.
Robby mahasiswa baru.
Rumah Pak Hartawan lima.
Objek

• Objek (O) adalah bagian kalimat yang


melengkapi P.
Serena William mengalahkan Angelique Wijaya
• Objek pada umumnya diisi oleh
[O].
nomina, frasa nominal, atau klausa.
• Letak O selalu di belakang P yang Angelique Wijaya [S] dikalahkan oleh Serena
berupa verba transitif, yaitu verba William.
yang menuntut wajib hadirnya O Orang itu menipu adik saya [O].
seperti yang tampak pada contoh di
bawah ini. Adik saya [S] ditipu oleh orang itu.
• Objek dalam kalimat aktif dapat Tuti mencubit lengan Sandra [O].
berubah menjadi S jika kalimatnya
Lengan Sandra [S] dicubit oleh Tuti.
dipasifkan.
• Perhatikan contoh kalimat berikut John Smith membeli barang antik [O].
letak O-nya di belakang P dan lihat Barang antik [S] dibeli oleh Jhon Smith.
perubahan posisinya jika kalimatnya
dipasifkan.
Pelengkap

• Pelengkap (Pel) atau komplemen bagian kalimat yang melengkapi P.


• Letak Pel umumnya dibelakang P yang berupa verba.
• Posisi seperti itu juga ditempati oleh O, dan jenis kata yang mengisi Pel atau O juga sama, yaitu nomina,
frasa nominal, atau klausa.
• Akan tetapi, antara Pel dan O terdapat perbedaan.
• Perhatikan contoh di bawah ini.
Ketua MPR//membacakan//Pancasila.
S P O
Banyak organisasi//berlandaskan//Pancasila.
S P Pel
• Kedua kalimat aktif Pel dan O-nya sama-sama diisi oleh nomina Pancasila, jika hendak dipasifkan
ternyata yang bisa hanya kalimat pertama.
• Perubahan kalimat pertama menjadi: Pancasila//dibacakan//oleh Ketua MPR.
S P Ket
• Posisi Pancasila sebagai Pel pada kalimat kedua tidak bisa dipindahkan ke depan
menjadi S dalam kalimat pasif. Kalimat yang dihasilkan tidak memenuhi gramatikal: *Pancasila dilandasi
oleh banyak oganisasi.
Pelengkap

• Hal lain yang membedakan Pel dan O adalah jenis pengisinya.


• Selain diisi oleh nomina dan frasa nominal, Pel dapat pula diisi oleh frasa adjektival
dan frasa preposisional. Di samping itu, letak Pel tidak selalu persis di belakang P.
• Kalau dalam kalimatnya terdapat O, letak Pel adalah di belakang O sehingga urutan
penulisan bagian kalimat menjadi S-P-O-Pel.
• Berikut adalah beberapa contoh pelengkap dalam kalimat.

Mayang mendongengkan Rayhan Cerita si Kancil.


Sekretaris itu mengambilkan atasannya air minum.
Annisa mengirimi kakeknya kopiah bludru.
Pamanku membelikan anaknya rumah mungil.
Keterangan

• Keterangan (Ket) adalah bagian kalimat yang menerangkan berbagai


hal mengenai bagian kalimat yang lainnya.
• Unsur Ket dapat berfungsi menerangkan S, P, O, dan Pel.
• Posisinya bersifat manasuka, dapat di awal, di tengah, atau di akhir
kalimat.
• Pengisi Ket adalah frasa nominal, frasa preposisional, adverbia, atau
klausa.
• Berdasarkan maknanya, terdapat bermacam-macam Ket dalam kalimat.
Keterangan

• Para ahli membagi keterangan atas sembilan macam (Hasan Alwi dkk, 1998: 366) seperti tertera
dalam contoh di bawah ini.
• Bagian kalimat yang dicetak tebal adalah keterangan.
 Diana mengambilkan adiknya air minum dari kulkas. (ket. tempat)
 Rustam Lubis sekarang sedang belajar menyanyi. (ket. waktu)
 Lia memotong tali dengan gunting. (ket. alat)
 Anak yang baik itu rela berkorban demi orang tuanya. (ket. tujuan)
 Polisi menyelidiki masalah narkoba dengan hati-hati. (ket. cara)
 Amir Burhan pergi dengan teman-teman sekantornya menonton drama (ket. penyerta)
 Mahasiswa fakultas hukum berdebat bagaikan pengacara. (ket. perbandingan)
 Karena malas belajar, mahasiswa itu tidak lulus. (ket. penyebab)
 Murid-murid TK berpegangan satu sama lain sambil bernyanyi gembira. (ket. kesalingan)
3. STRUKTUR KALIMAT DASAR
• Kalimat dasar (kalimat inti) bukanlah nama jenis kalimat, melainkan
acuan atau patron untuk membuat berbagai tipe kalimat.
• Sesuai dengan istilahnya, kalimat dasar mengandung inti kalimat.
• Inti kalimat dalam kalimat dasar biasanya terdiri atas unsur S dan P.
• Struktur kalimat dasar dapat dilengkapi oleh unsur lain seperti O, Pel,
dan Ket.
• Sejalan dengan batasan bahwa struktur kalimat dasar minimal S-P,
sedangkan O, Pel, Ket merupakan tambahan yang berfungsi melengkapi
dan memperjelas arti kalimat, pola kalimat dasar yang paling sederhana
adalah yang bertipe S-P, dan unsur lainnya menjadi pelengkap dengan
berbagai variasinya.
(Dikutip dengan perubahan dari Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia 1998: 362).
4. KALIMAT MAJEMUK
• Kalimat majemuk adalah kalimat yang merupakan gabungan dari dua atau lebih kalimat
tunggal.
• Mengingat kalimat tunggal hanya terdiri atas satu klausa, berarti kalimat majemuk
mengandung lebih dari satu klausa.
• Perhatikan contoh di bawah ini.
Seorang manajer harus mempunyai wawasan yang luas dan
S P1 O1
harus menjunjung tinggi etika profesi.
P2 O2
• Setelah mencermati contoh itu jelaslah bahwa kalimat majemuk setidaknya mempunyai P
lebih dari satu, sedangkan S yang sebenarnya ganda, dapat tidak tampak ganda seperti
contoh yakni seorang manajer
Kalimat Majemuk Setara

• Kalimat majemuk setara mempunyai ciri (1) dibentuk dari dua atau lebih kalimat tunggal (2)
kedudukan tiap kalimat sederajat.
• Mengingat kalimat majemuk merupakan gabungan kalimat, bagian-bagian pembentuk kalimat
lebih tepat disebut dengan istilah klausa.
Jenis Hubungan Fungsi Kata Penghubung
Menyatakan penjumlahan atau
Penjumlahan gabungan kegiatan, keadaan, dan, serta, baik, maupun
peristiwa, dan proses.
Menyatakan bahwa hal yang
dinyatakan dalam klausa tetapi, sedangkan, bukannya,
Pertentangan
pertama bertentangan dengan melainkan
klausa kedua.
Menyatakan pilihan di antara
Pemilihan dua kemungkinan Atau
Menyatakan kejadian yang
Perurutan lalu, kemudian
berurutan
Kalimat Majemuk Setara

Contoh kalimat majemuk setara:


• Erni mengonsep surat itu dan Rini mengetiknya.
• Yusril rajin membaca, baik ketika menjadi mahasiswa,
maupun setelah bekerja.
• Muridnya kaya, tetapi ia sendiri miskin.
• Para peserta seminar sudah mulai berdatangan, sedangkan
panitia belum siap.
• Engkau tinggal di sini atau ikut dengan saya.
• Ia memarkir mobil di lantai 3, lalu naik lift ke lantai 7.
Kalimat Majemuk Bertingkat

• Kalimat majemuk bertingkat berbeda kontruksinya dengan kalimat


majemuk setara.
• Perbedaannya terletak pada derajat klausa pembentuknya yang tidak setara
karena klausa kedua merupakan perluasan
dari klausa lainnya.
• Karena itu, konjungtor yang menghubungkan klausa-klausa kalimat
majemuk bertingkat juga berbeda dengan konjungtor pada
kalimat majemuk setara.
• Dalam tabel di bawah ini dapat dilihat jenis hubungan antarklausa,
konjungtor atau kata penghubung, dan fungsinya dalam kalimat majemuk
bertingkat.
Kalimat Majemuk Bertingkat
Jenis Hubungan Fungsi Kata Penghubung
Klausa bawahan menyatakan Sejak, sedari, sewaktu,
waktu terjadinya peristiwa atau sementara, seraya, setelah,
a) Waktu
keadaan yang dinyatakan dalam sambil, sehabis, sebelum, ketika,
klausa utama. tatkala, hingga, sampai
Klausa bawahan menyatakan
syarat atau pengandaian
b) Syarat Agar, supaya, untuk, biar
terlaksananya hal yang disebut
dalam klausa utama
Klausa bawahan menyatakan Jika(lau), seandainya, andaikata,
c) Tujuan satu tujuan atau harapan dari apa andaikan, asalkan, kalau,
yang disebut dalam klausa utama apabila, bilamana, manakala
Klausa bawahan memuat
Walau(pun), meski(pun),
d) Konsesif pertanyaan yang tidak akan skalipun, biar(pun),
mengubah apa yang dinyatakan
kendati(pun), sungguh(pun)
dalam klausa utama
Kalimat Majemuk Bertingkat
Jenis Hubungan Fungsi Kata Penghubung
Memperlihatkan perbandingan antara seperti, bagaikan, laksana,
e) Pembandingan pernyataan pada klausa utama dengan sebagaimana, daripada, alih
pernyataan pada klausa bawahan alih, ibarat
Klausa bawahan menyatakan
f) Penyebab sebab atau alasan terjadinya sebab, karena, oleh karena
sesuatu yang dinyatakan dalam
klausa utama
Klausa bawahan menyatakan
g) Pengakibatkan akibat apa yang dinyatakan Sehingga, sampai-sampai, maka
dalam klausa utama
Klausa bawahan menyatakan cara-cara
h) Cara pelaksanaan dan alat dari apa yang dinyatakan dengan, tanpa
oleh klausa utama
Klausa bawahan menyatakan
i) Kemiripan adanya kenyataan yang mirip seolah-olah, seakan-akan
dengan keadaan yang sebenarnya
Kalimat Majemuk Bertingkat

Contoh kalimat majemuk bertingkat


• Dia datang ketika kami sedang rapat.
• Lalu lintas akan teratur andaikan pemakai jalan berdisiplin tinggi.
• Anda harus bekerja keras agar dapat berhasil.
• Semangat belajarnya tetap tinggi walaupun usianya sudah lanjut.
• Aku memahaminya sebagaimana ia memahamiku.
• Anita menjadi mahasiswa teladan kerena tekun, cerdas, dan sopan.
• Gempa itu sedemikian hebatnya sehingga meruntuhkan jembatan beton.
• Petani berusaha meningkatkan panen dengan menggunakan bibit unggul
Kalimat Majemuk Campuran

• Kalimat majemuk campuran adalah konstruksi kalimat yang berisi


gabungan klausa setara dan bertingkat.
• Konjungtor yang digunakan biasanya meliputi konjungtor penciri
bertingkat dan setara.
Contoh:
Kakak mengambil tas, lalu mengambil buku saat matahari
mulai terbenam.
UNIVERSITAS PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA

TERIMA
25

Anda mungkin juga menyukai