INOVASI
DUNIA TERUS BERUBAH
• Era revolusi industri 4.0
• Tingkat Persaingan yang tinggi
– INDUSTRIAL COMPETITIVENESS
– TECHNOLOGICAL CAPABILITY
– INDUSTRIAL DEVELOPMENT
• Semua harus ikut berubah – kecuali perubahan itu sendiri
• Semua harus berinovasi – atau mati
Industry 4.0 Initiative is The Global Trend in The Manufacturing Industry
(Inisiatif Industri 4.0 adalah Tren Global di Industri Manufaktur)
Industry 1.0 - Pengenalan fasilitas produksi mekanis yang menggunakan tenaga air dan uap
Introduction of mechanical production facilities using water and steam power
Lini Masa
Sumber: The Future of Jobs Report, World Economic Forum, definisi skill berdasarkan O*NET Content Model, US Department of Labor & Bureau of Labor Statistics & Ristekdikti
Revolusi Industri Ke-4
Cognitive Abilities
Skill yang terdiri dari antara lain: Cognitive Flexibility, Creativity,
Logical Reasoning, Problem Sensitivity, Mathematical
(Share of jobs requiring skills family as part of their core skill set, %)
Reasoning, dan Visualization .
Sumber: The Future of Jobs Report, World Economic Forum, definisi skill berdasarkan O*NET Content Model, US Department of Labor & Bureau of Labor Statistics & Ristekdikti
Tantangan-Tantangan
Merupakan 5 skills
yang pertumbuhan
permintaannya akan
paling tinggi berdasar-
kan beberapa sektor
industri, di mana
sebelumnya sektor ter-
sebut tidak banyak
Sumber: idem
membutuhkannya
PRINSIP REVOLUSI INDUSTRI 4.0
• Interkoneksi
• Kemampuan mesin, perangkat, sensor, dan manusia untuk saling
berkomunikasi
• Transparansi informasi
• Kemampuan teknologi di era Industri 4.0 menyediakan informasi
yang transparan untuk pengambilan keputusan
• Dukungan Teknis
• Kemampuan sistem untuk membantu manusia dalam melakukan
pekerjaan/kegiatan yang beresiko tinggi, sebagai contoh
penggunaan robot untuk melakukan ekplorasi dalam gua,
penggunaan kendaraan tanpa awak dan lain sebagainya.
• Keputusan Terdesetralisasi
• Kemampuan sistem mengambil keputusan sendiri dan bekerja
semandiri mungkin
INDUSTRIAL
AT MACRO LEVEL
COMPETITIVENESS
Kemampuan untuk menghasilkan barang dan jasa yang
memenuhi permintaan pasar internasional
Memperluas pendapatan riil masyarakat
Memperluas lapangan kerja
LEBIH LEBIH
CEPAT MURAH
Kemampuan Teknologi
Intensitas Upaya Pengetahuan Sebelumnya
Suppliers Buyers
In house Experience
training R&D Production
Organizational Culture
BRIN
KELEMBAGAAN DALAM SISTEM INOVASI NASIONAL INDONESIA
BRIN
Permasalahan SIN di Negara Berkembang
Lemahnya keterkaitan antarsektor/elemen
Ketiadaan unit interface,
Perguruan tinggi hanya terspesialisasi pada penyediaan
tenaga kerja,
Bentuk pembelajaran DUI (doing, using, interacting) lemah
karena kompetensi pengguna rendah dan hubungan sesama
yang miskin kepercayaan (trust),
Science, technology, innovation (STI) pada perguruan tinggi
dan perusahaan lemah.
Tantangan SIN Indonesia
Berdasarkan laporan dari OECD:
Rendahnya Koordinasi antar lembaga
• Rendahnya koordinasi antara penelitian yang dilakukan lembaga penelitian publik dan kebutuhan industri
dan masyarakat,
• hanya 42% anggaran penelitian dimanfaatkan untuk riset murni.
Belum terintegrasinya Sistem;
• Kebijakan yang belum terintegrasi antara kebijakan pendidikan, industri, ilmu pengetahuan, dan teknologi.
Industri – kandungan teknologi tingkat rendah
• bahwa inovasi yang dihasilkan oleh industri manufaktur (di Indonesia) dgn kandungan teknologi rendah,
umumnya tidak berbasis teknologi dan inovasinya sangat sederhana sehingga mudah ditiru perusahaan
lain.
• 52,77% TR; 20,47% TM%; 21,60% TMT; 5,17% TT.
Selain itu permasalahan kelembagaan yang dihadapi adalah:
• Struktur kelembagaan riset di Indonesia sangat kompleks dan cukup
otonom shg berimplikasi terhadap sulitnya koordinasi yang efektif.
• Banyaknya aktor dalam institusi riset. Kondisi ini berpotensi
menimbulkan tumpang tindih dalam pelaksanaan kegiatan riset.
• Sinergi antara elemen SIN terutama antara aktor dalam lembaga
riset dengan sektor industri masih lemah.
• Sektor industri manufaktur didominasi oleh perusahaan dengan
kandungan teknologi rendah yang pada umumnya kurang
membutuhkan dukungan riset.
Peran lembaga intermediasi
(yg perlu diperkuat).
• Bantuan dalam akuisisi, pengenalan dan pemanfaatan
kekayaan intelektual atau teknologi yang relevan.
• Mengidentifikasi potensi kolaborasi.
• Memakelari (brokering) transaksi antara dua pihak atau
lebih.
• Bertindak sebagai mediator dengan badan atau
organisasi yang sudah berkolaborasi.
• Mengidentifikasi dan memberikan saran, pendanaan,
dan dukungan untuk hasil inovasi dari kolaborasi
tersebut.
Masalah Pelaku Riset
• Kegiatan riset di perguruan tinggi lebih berorientasi pada
pengembangan ilmu pengetahuan, sebagai academic exercises,
belum fokus pada upaya untuk menghasilkan invensi dan inovasi.
• Oleh karena itu, selayaknya riset yang dilaksanakan oleh lembaga
R&D pemerintah lebih fokus pada upaya menyediakan solusi
teknologi bagi berbagai permasalahan yang dihadapi rakyat dan
negara ataupun menyediakan teknologi yang sesuai dengan
kebutuhan nyata dalam rangka mendukung pembangunan
perekonomian nasional, kesejahteraan rakyat, dan peningkatan
peradaban bangsa.
Pengguna Teknologi
• Badan usaha atau industri merupakan salah satu unsur peng- guna
teknologi.
• masyarakat pelaku produksi barang/komoditas/jasa;
• pemerintah dalam rangka melaksanakan pelayanan publik dan untuk
menjaga kedaulatan negara.
• Badan usaha merupakan pengguna teknologi yang bersifat komersial,
sedangkan masyarakat dan pemerintah lebih bersifat bauran antara
komersial dan pelayanan publik.
Masalah Kapasitas adopsi Teknologi
• Kapasitas adopsi para pengguna teknologi masih rendah.
• Badan usaha masih dominan bergerak di sektor perdagangan sehingga
kebutuhan dan kapasitas adopsi teknologinya relatif rendah.
• Industri produsen barang dan jasa banyak yang hanya merupakan unit
produksi dari sebuah perusahaan multinasional atau hanya bersifat sebagai
pemegang lisensi yang diberikan oleh pengembang teknologi luar negeri.
Berdasarkan kondisi di atas langkah konkrit yang perlu dilakukan:
• diperlukan perbaikan tata kelola (governance) dalam SIN, mengingat bahwa pada
dasarnya komponen-komponen utama SIN sudah tersedia, namun fungsi komponen dan
interaksi antar komponen masih lemah.
Tata kelola yang baik (good governance) bagi SIN, dpt dilakukan melalui:
• 1) pengaturan kelembagaan (institutional setting), dan
• 2) penetapan agenda (agenda setting) dalam penguatan SIN dan pembangunan iptek.
• Tata kelola SIN yg baik di contohkan oleh negara Irlandia dan Bolivia.
• Irlandia memulai thn 1996 (White Paper on Science and Technology) mengidentifikasi dua
hal, yaitu elemen utama sistem inovasi nasional, dan interaksi kuat di antara elemen-
elemen tersebut.
Governance
• Stoker dalam OECD, Governance of In- novation System (Volume
1, 2005: 24), secara ringkas menyebutkan bahwa:
• tata kelola merupakan sebuah proses interaktif yang melibatkan
berbagai bentuk kemitraan, kolaborasi, kompetisi, dan negosiasi.
• Hal ini secara implisit membahas isu akuntabilitas, kurangnya
transparansi dan representasi yang dapat membuat kelemahan
sistem inovasi.
Penguatan elemen-elemen SIN
• Sumber daya kelembagaan dan jejaring, melakukan pendekatan sinergi dan kemitraan program
untuk peningkatan produktivitas dan pendayagunaan litbang.
• Pendekatan top-down untuk memperkuat riset unggulan nasi- onal yang secara spesifik dapat
menjawab kebutuhan nasional dan berkualitas internasional
• Pendekatan big few dan small many, dengan memilih sebagian kecil bidang litbang untuk dijadikan
fokus litbang di antara bidang-bidang litbang yang ada
• Mendorong kegiatan riset bersama (konsorsium riset) antar- lembaga litbang;
• Meningkatkan efektivitas proses alih teknologi melalui reverse engineering, outsourcing, lisensi,
akusisi, dan lain-lain.
• Meningkatkan kemitraan pemerintah dan swasta yang didasarkan pada kebutuhan (Demand Driven
Public-Private Partner- ship).
• Mempercepat implementasi peraturan perundangan yang terkait dengan insentif pajak dan investasi
litbang swasta.
Arah Pembangunan IPTEKIN
• Visi Pembangunan Nasional 2005–2025 mewujudkan Indonesia yang mandiri, maju,
adil, dan makmur.
• Kebijakan diarahkan untuk membangun kemandirian bangsa dalam mewujudkan
kehidupan yang sejajar dengan bangsa lain yang telah maju.
• Kunci utamanya adalah membangun daya saing nasional agar dapat bertahan dan
bersaing di tengah arus globalisasi dan disrupsi industri 4.0.
• Untuk itu diperlukan strategi yang mengutamakan penciptaan keunggulan kompetitif
melalui penciptaan nilai tambah yang tinggi dalam pengelolaan sumber daya alam.
ILUSTRASI KETERKAITAN KEBIJAKAN
BAGI KERANGKA KEBIJAKAN INOVASI
Indikator kebijakan yang mendukung SIN :
• Pemberian insentif teknis dan atau finansial bagi badan usaha yang menggunakan
teknologi nasional dalam kegiatan usahanya.
• Pemberian kompensasi yang sebanding bagi badan usaha yang berkontribusi
dalam pembiayaan kegiatan pengembangan teknologi nasional.
• Pemberian prioritas dukungan biaya bagi lembaga dan atau individu peneliti atau
perekayasa yang fokus pada upaya untuk menghasilkan teknologi yang sesuai
dengan kebutuhan dan atau dapat menjadi solusi bagi permasalahan nasional.
• Pemberian insentif bagi lembaga intermediasi yang berhasil meningkatkan
intensitas komunikasi dan interaksi antara pengembang dan pengguna teknologi.
Peran regulasi pemerintah ditujukan untuk mengawasi agar
implementasi SIN konsisten mengarah pada upaya:
• Memperkuat hubungan dan keterkaitan rantai nilai vertikal dan horisontal antar- aktor/
fungsi/kegiatan/proses produksi, litbang, adopsi dan difusi (termasuk komersialisasi) dan
aktor/fungsi/kegiatan/proses penunjang dalam sistem inovasi.
6 prinsip kebijakan inovasi
1. Mengembangkan kerangka umum yang kondusif bagi inovasi dan
bisnis.
2. Memperkuat kelembagaan dan daya dukung iptek/litbang dan
mengembangkan kemampuan absorpsi UKM.
3. Menumbuh kembangkan kolaborasi bagi inovasi dan meningkatkan
difusi inovasi, praktik baik/terbaik dan/atau hasil litbang.
4. Mendorong budaya inovasi.
5. Menumbuh kembangkan dan memperkuat keterpaduan pemajuan
sistem inovasi dan klaster industri nasional dan daerah.
6. Penyelarasan dengan perkembangan global.
•
• Konsep STP telah diterapkan banyak negara di
dunia
o Reindustrialisasi
o Pembangunan Daerah
o Penciptaan Sinergi
o Tempat Pertumbuhan UKM
Peraturan Presiden (Perpres) No. 106 Tahun 2017 tentang Kawasan Sains dan Teknologi
Penyelenggaraan Kawasan Sains dan Teknologi, Penerima Layanan KST, Penjaminan Mutu, Pelaporan, Pemantauan, dan Evaluasi
serta Pendanaan
Arah dan Kebijakan STP
STP dibangun sebagai wahana hilirisasi IPTEK untuk
mendorong pertumbuhan ekonomi daerah melalui
penyebaran pusat-pusat pertumbuhan dalam rangka
pemerataan antar Wilayah
Penyiapan Infrastruktur
97
• Riset dan Teknologi
• SDM/ Mentor
• Fasilitas Lab/uji
ACADEMIC
• Regulasi
• Pemanfaat • Lahan-Infrastruktur
• Ide inovasi BISNIS • Daya Dukung Lokal
GOVERMENT
• Tenant • Program-Anggaran
• Pasar Produk STP • Jejaring-akses
• Investor • E
L
E
M
E
N
K
U
N
C
I
S
T
P
Lay
ana
n
ST
P
Indikator Keberhasilan STP
No Indikator Dimensi
1. Jumlah produk berbasis potensi daerah yang dikembangkan
101
Tata Kelola STP
Manajemen
Pengelolaan KST mengacu pada sebuah tim yang mengatur perencanaan, pengembangan,
administrasi, dan operasi dari sebuah KST. Komposisi tim manajemen bervariasi antara
KST pengetahuan dan tergantung pada model Kelembagaan yang telah ditetapkan:
• Unit Pelaksana Teknis dibawah Kementerian atau LPNK atau SKPD;
• Perguruan Tinggi bentuknya mengikuti ketentuan bentuk pengelolaan perguruan
tinggi penyelenggara.
• Masyarakat berbentuk badan usaha.
Fokus teknologi
• Fokus teknologi khusus: berorientasi pada sektor-sektor tertentu ekonomi,
perusahaan, atau fungsi perusahaan
• Fokus teknologi umum, dirancang untuk menawarkan layanannya di semua
sektor ekonomi, sehingga menjadi teknologi bervariasi.
Kelompok sasaran; Tenant dan Non Tenant
Pemangku kepentingan; ABG-C
Modal: bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah, Swasta, dan sumber-sumber lainnya sesuai dengan peraturan yang
berlaku.
102
Pembangunan & Pengembangan STP
103
Kegiatan Utama Pengembangan STP
104
Manajemen Pengembangan STP
105
• Sekilas Tentang
• “IPB Science Park”
Konsep “IPB Science Park” : “Area terpadu yang digunakan untuk pengembangan dan
komersialisasi hasil inovasi produk dan jasa bidang pertanian tropis, pangan danbio-sains yang
didukung oleh fasilitas dan infrastruktur yang baik serta peraturan yang kondusif”.
Struktur Komersialisasi Inovasi “ IPB Science Park”
(Innovation Ecosystem Development at “IPB Science Park )
3
MAIN ACTIVITIES
Penelitian Komersial
dan Pengembangan Produk
Restoran
Pencapaian Tahap Awal
Paska-TBI ( Spin-off) 1
Pra –TBI
3
Proses TBI ( Techno Business Incubation)
di Technopreneur Center “IPB Science Park” - BLST
Mahasiswa
Support
Support Support
Industri
Technopreneur Center-IPB Science Park- BLST BLST
Inovasi (Produk
TBI Paska - TBI
Berkualitas Pra-TBI ( Validation / Startup ) (Spin Off )
dengan Potensi
Komersial)
PT IPB SHIGETA Animal Pharmaceuticals
Manufaktur Vaksin
PT IPB Shigeta merupakan joint venture antara BLST dan Shigeta Inc. (Jepang) Perusahaan ini
memproduksi Vaksin Flu Burung menggunakan
Genetic Reserve Technology
Produk
Vaccine AI Inactive (H5N1) for poultry
– Layer & Breeder
Pejaten Village
Artha Gading
Mall Gandaria
Botani Square
Ciputra World
Surabaya
Alam Sutra Palembang Icon
Biological Material
Beras Analog
Keunggulan beras analog
• Indeks glikemiknya lebih rendah,
• Kandungan seratnya 4 kali lebih tinggi,
• Lebih praktis
Mie Jagung
Keunggulan mie jagung
• Tidak mengandung gluten
• Mengandung beta karoten dan vitamin E
• Indeks glikemik rendah
• Memiliki aroma dan rasa gurih alami jagung
TBI tahap awal
(Validasi)
Kerjasama
Direktorat Pengembangan Bisnis IPB dengan
“IPB Science Park”- PT BLST
TAHAP VALIDASI (Menuju Komersial)
Katulac
Feed Additive, meningkatkan produksi susu pada sapi perah
Sormeal
Cereal sehat berbahan sorgum
ESR
Enzyme Rekombinan reverse transcriptase Simian
betaretrovirus serotipe-2
Terima Kasih
Struktur Komersialisasi Inovasi
(Innovation Ecosystem Development at “IPB Science Park )
Mahasiswa
Support
Support Support
Industri
Technopreneur Center-IPB Science Park- BLST BLST
Inovasi (Produk
TBI Paska - TBI
Berkualitasdengan Potensi Pra-TBI ( Validation / Startup ) (Spin Off )
Komersial)
Bentuk Kebijakan Inovasi
• Di tingkat Nasional di atur UU atau PP dll.
• Di tingkat daerah di atur Perda atau Perkada.
• Contoh:
PERATURAN BERSAMA
MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK
INDONESIA & MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK
INDONESIA
Nomor: 03 TAHUN 2012
Nomor: 36 TAHUN 2012
TENTANG PENGUATAN SISTEM INOVASI DAERAH
INOVASI DAERAH
dadinggunadi@gmail.com
KRITERIA
A. MENGANDUNG PEMBAHARUAN SELURUH ATAU SEBAGIAN UNSUR DARI
INOVASI;
B. MEMBERI MANFAAT BAGI DAERAH DAN/ATAU MASYARAKAT; BENTUK INOVASI
C. TIDAK MENGAKIBATKAN PEMBEBANAN DAN/ATAU PEMBATASAN PADA
A. INOVASI TATA KELOLA PEMERINTAHAN DAERAH;
MASYARAKAT YANG TIDAK SESUAI DENGAN KETENTUAN PERATURAN
B. INOVASI PELAYANAN PUBLIK; DAN/ATAU
PERUNDANG-UNDANGAN;
C. INOVASI DAERAH LAINNYA SESUAI DENGAN URUSAN PEMERINTAHAN
D. MERUPAKAN URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN
YANG MENJADI KEWENANGAN DAERAH.
DAERAH; DAPAT DIREPLIKASI.
PRINSIP-PRINSIP INISIATOR
EFISIENSI│EFEKTIVITAS│PERBAIKAN INISIASI INOVASI DAERAH IDE
KUALITAS PELAYANAN│TIDAK ADA KONFLIK KREATIF YANG DAPAT BERASAL
KEPENTINGAN│PUBLIC ORIENTED KDH, ANGGOTA DPRD, OPD, ASN
│TERBUKA DAN MASYARAKAT
│MEMENUHI NILAI
KEPATUTAN│DAPAT
DIPERTANGGUNGJAWABKAN TIDAK
KEPENTINGAN DIRI SENDIRI│
DEFENISI
INOVASI DAERAH ADALAH
I N OVA S I
SEGALA BENTUK
PEMBAHARUAN DALAM
PENYELENGGARAAN
PEMERINTAHAN DAERAH YANG
BERTUJUAN
MENINGKATKAN KINERJA
PEMDA
TUJUAN
• MENINGKATKAN KINERJA
PENYELENGGARAAN
PEMERINTAHAN DAERAH.
• SASARAN
• MEMPERCEPAT TERWUJUDNYA
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
MELALUI :
PENINGKATA PEMBERDAYAA PENINGKATA
N PELAYANAN N & PERAN N DAYA
PUBLIK; SERTA SAING
MASYARAKAT DAERAH.
MOTO FASTER (LEBIH CEPAT) SMARTER (LEBIH PINTAR) CHEAPER (LEBIH MURAH ) EASIER (LEBIH MUDAH) BETTER (LEBIH
: BAIK)
PROSES INISIATIF INOVASI
DAERAH
Rapat Kepala Pemerintah
DPRD Perkada Menteri
Paripurna Pusat
Daerah Memuat: Jenis, Melibatkan Hasil
Prosedur, Penilaian
Masyaraka Metodologi
t Lembaga
terkait Litbang
Melaporkan rencana
Pimpinan Dokumen Inovasi pelaksanaan yang memuat : cara,
Perangkat Daerah Perangkat Daerah dokumentasi, rencana hasil
dadinggunadi@gmail.com
PUSLITBANG INDAH
UU 11/2019 Sistem Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi bertujuan utk menghasilkan Invensi dan Inovasi.
TTG SINASIPTEK (Pasal 3 huruf a)
Pembinaan umum antara lain meliputi pembagian Penelitian dan pengembangan termasuk
PP 12/2017 urusan pemerintahan dan bentuk pembinaan lain pengkajian, penerapan, perekayasaan, dan
TTG BINWAS sesuai dgn ketentuan Per-UU-an. pengoperasian.
Pasal 3 ayat (2) Menteri menetapkan standardisasi program penelitian
dan pengcmbangan untuk pembinaan umum.
Pasal 8 ayat (2) & Pasal 9 ayat (1)
Kemendagri melakukan penilaian terhadap drh yg Penilaian inovasi daerah dilakukan
PP 38/2017 melaksanakan Inovasi Daerah berdasarkan laporan dengan
mempertimbangkan laporan penerapan Inovasi Daerah
TTG INOVDA KDH dan mengusulkan calon penerima penghargaan yang dilakukan dengan mekanisme pengisian data
Inovasi Daerah kepada Menteri. Indeks Inovasi Daerah.
(Pasal 22 dan 24) (Pasal 4)
Kemendagri menetapkan dan menentukan prov dan Penerima penghargaan dgn kategori drh prov, kab,
PERMENDAGRI kab/kota sebagai calon penerima penghargaan dan/ kota
terinovatif, drh kab/kota terinovatif kategori
tertinggal
drh dan drh kab/kota terinovatif dgn kategori
104/2018 atau insentif InoAvasi Daerah berdasarkan hasil
kawasan perbatasan, kab/kota terinovatif kategori Prov
penilaian Inovasi Daerah.
(Pasal 25) Papua & Prov Papua Barat.
(Pasal 388 ayat 16)
INOVASI
PESAN PENTING
5 PROGRAM PRIORITAS NASIONAL
PUSLITBANG INDAH
Pembangunan Infrastruktur
01 Menyambungkan infrastruktur besar dengan kawasan-kawasan produksi
rakyat: Kawasan Industri Kecil, Kawasan Ekonomi Khusus, Kawasan Pariwisata,
Kawasan Persawahan, Kawasan Perkebunan dan tambak-tambak perikanan
Pembangunan SDM
Pembangunan SDM dengan menjamin kesehatan ibu hamil, kesehatan bayi,
4. Reformasi Birokrasi
Reformasi struktural agar lembaga semakin sederhana, semakin simple,
semakin lincah, mindset berubah, kecepatan melayani, kecepatan
memberikan izin, efisiensi lembaga
Penggunaan APBN
05
Menjamin penggunaan APBN yang fokus dan tepat sasaran,
memastikan setiap rupiah dari APBN memiliki manfaat ekonomi,
memberikan manfaat untuk rakyat, emningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
STRUKTUR ORGANISASI PENADBIRAN
(GOVERNANCE) KEBIJAKAN DI DAERAH
SISTEM INOVASI DAERAH
SATU SISTEM
PROSES INTERAKSI :
Pemerintah
Pemerintah Daerah Menumbuhkembangkan
Lembaga Kelitbangan INOVAS
Lembaga Pendidikan I
Lembaga Penunjang
Dunia Usaha
Masyarakat
dadinggunadi@gmail.com
Pentingnya Sistem Inovasi Daerah
Ada beberapa hal yang medasari pentingnya sistem inovasi daerah dibentuk.
Dalam dasawarsa terakhir ini terjadi pergeseran dari ekonomi yang berbasis
industri menuju ke ekonomi berbasis pengetahuan.
Selain itu, daya saing daerah ditentukan oleh kemampuan memanfaatkan
modal SDM melalui inovasi. Kebijakan inovasi bukanlah kebijakan tunggal,
melainkan sehimpunan kebijakan yang ditujukan untuk
mengembangkan/memperkuat sistem inovasi.
Karena itu, kerangka kebijakan inovasi tersebut seyogyanya membentuk
upaya terpadu atas solusi untuk mengatasi isu-isu sistemik, mewadahi
kebijakan-kebijakan sangat penting yang berkontribusi dalam memperkuat
sistem inovasi.
Dari Konteks “Nasional” ke “Daerah” ~ Mengapa Penting
• Pembelajaran yang terfasilitasi oleh sehimpunan kelembagaan daerah yang serupa.
Ini misalnya karena lebih kuatnya dukungan kelembagaan dalam mengembangkan
agenda bersama dan kolaborasi yang meningkatkan kapasitas untuk bertindak. Ini
tentu sangat penting dalam mendorong sinergi positif dan eksternalitas ekonomi.
• Inovasi merupakan proses sosial, yang sangat dipengaruhi oleh interaksi antar
pihak. Hubungan, jaringan dan kedekatan sosial umumnya lebih kuat pada tataran
setempat. Situasi demikian tentu sangat penting bagi perkembangan atau
penguatan modal sosial, termasuk dalam bentuk hubungan dan rasa saling
percaya, komunikasi dan interaksi yang produktif, budaya berpikir terbuka, dan
sebagainya.
Dari Konteks “Nasional” ke “Daerah” ~ Mengapa (lanjutan)
Perusahan yang berklaster di suatu daerah memiliki kesamaan budaya daerah yang
memudahkan proses pembelajaran. “Warisan budaya” yang positif dan kecenderungan sifat
path dependence tentang pengetahuan/teknologi dan inovasi turut mempengaruhi proses
interaksi yang lebih intensif di tingkat “lokal”.
1. Kebijakan Penguatan
2. Penataan Unsur
3. Pengembangan
dadinggunadi@gmail.com
1. KEBIJAKAN PENGUATAN
MENRISTEK & GUBERNUR BUPATI/
MENDAGRI WALIKOTA
• Rencana • Roadmap • Roadmap
Strategis Lima Penguatan Penguatan
SIDa SIDa
Tahunan
• RPJMD • RPJMD
Kementerian
• RKPD • RKPD
dadinggunadi@gmail.com
ROADMAP PENGUATAN SIDa
1. Kondisi SIDa saat ini Tim Koordinasi
mengintegrasikan
2. Tantangan dan peluang SIDa ROADMAP PENGUATAN
SIDa ke dalam
3. Kondisi SIDa yang akan dicapai dokumen RPJMD
dadinggunadi@gmail.com
PENATAAN UNSUR
dadinggunadi@gmail.com
LEMBAGA-ORGANISASI SIDa
dadinggunadi@gmail.com
Penataan Jaringan SIDa
1. Komunikasi Intensif antar lembaga SIDa
• FGD, Seminar, Lokakarya, kerjasama kelitbangan, forum komunikasi litbang daerah
dadinggunadi@gmail.com
Penataan Sumber Daya
1. Pemanfaatan keahlian dan kepakaran yang sesuai dengan tematik
dan/atauspesifik sumber daya SIDa
2. Pengembangan kompetensi manusia dan pengorganisasiannya
dadinggunadi@gmail.com
LEMBAGA-ORGANISASI SIDa
dadinggunadi@gmail.com
KOORDINASI
3. Tim Koordinasi
1. Tim Koordinasi Nasional 2. Tim Koordinasi Provinsi Kabupaten/Kota
• Koordinasi dengan • Koordinasi dengan tim • Melakukan koordinasi
kementerian/lembag koordinasi tingkat paling sedikit satu kali
a pemerintah non Provinsi dan dalam satu tahun atau
kementerian, dan tim kabupaten/kota sesuai kebutuhan
koordinasi tingkat • Penguatan SIDa paling
provinsi sedikit satu kali dalam
• Penguatan SIDa paling satu tahun atau
sedikit empat kali dalam sesuai kebutuhan.
satu tahun atau sesuai
kebutuhan
dadinggunadi@gmail.com
Tim Koordinasi Nasional
Pengarah Menristek dan Mendagri
Ketua I Deputi Bidang Jaringan Iptek
Ketua II Kepala BPP Kemendagri
Sekretaris I Asdep Jaringan Iptek Pusat dan Daerah Kemenristek
Sekretaris II Sekretaris BPP Kemendagri
Anggota Pejabat truktural/Fungsional
diIingkungan Kemenristek dan
Kemendagri
Tim Koordinasi Nasional ditetapkan dengan Keputusan Menristek
dadinggunadi@gmail.com
Tim Koordinasi Daerah
1. Gubernur membentuk Tim Koordinasi Penguatan SIDa di tingkat provinsi.
2. Bupati/walikota membentuk Tim Koordinasi Penguatan SIDa di tingkat kabupaten/kota
dadinggunadi@gmail.com
Tim Koordinasi Daerah
Pengarah Kepala Daerah
Ketua Sekretaris Daerah
Sekretaris Kepala BPPD
Anggota 1. Kepala Dinas/Badan/kantor yang terkait
2. Lembaga/Organisasi lainnya yang terkait
dadinggunadi@gmail.com
Ruang Lingkup Pembinaan
1. Koordinasi penguatan SIDa
2. Pemberian pedoman dan standar pelak. penguatan SIDa
3. Pemberian bimbingan, supervisi, dan konsultasi
pelaksanaan penguatan SIDa
4. Pendidikan dan pelatihan
5. Melaksanakan kegiatan kelitbangan dalam rangka
penguatan SIDa
6. Perencanaan, pemantauan, dan evaluasi pelaksanaan
penguatan SIDa
dadinggunadi@gmail.com
Ruang Lingkup Pengawasan
1. Pengawasan secara berkala terhadap pelaksanan penguatan SIDa antar
susunan pemerintahan
2. Pengawasan secara dilakukan oleh Tim Koordinasi Nasional kepada Tim
Koordinasi Provinsi dan Tim Koordinasi Provinsi kepada Tim Koordinasi
Kabupaten/Kota dengan periode setiap 6 bulan dan setiap akhir tahun
anggaran
3. Pengawasan secara tentatif terhadap pelaksanan penguatan SIDa antar
susunan pemerintahan
4. Pengawasan secara tentatif oleh Tim Koordinasi Nasional kepada Tim
Koordinasi Provinsi dan Tim Koordinasi Provinsi kepada Tim Koordinasi
Kabupaten/Kota pada waktu tertentu sesuai kebutuhan
dadinggunadi@gmail.com
PELAPORAN
Laporan disampaikan satu kali dalam satu tahun
dadinggunadi@gmail.com
”
SISTIM PENGUKURAN & PENILAIAN
TERHADAP PENERAPAN PEMBAHARUAN
PENYELENGGARAAN
DAERAH YANG TELAH PEMERINTAHA
KEPADA MENTERI DALAM NNEGERI
DILAPORKAN
DENGAN
SESUAI URUSAN YANG
MENJADI KEWENANGAN DAERAH (PERMENDAGRI
108/2018)
”
HIMPUNAN INOVASI DAERAH yang diinput oleh pemerintah Daerah di seluruh Indonesia dalam
suatu aplikasi (Indeks Inovasi Daerah) yang dijadikan pusat data Inovasi Daerah yang dapat
dimanfaatkan untuk berbagai keperluan pengkajian dan pengembangan Inovasi daerah
REGISTRASI WADAH PELAPORAN INOVASI DAERAH sebagaimana amanat peraturan perundangan agar
setiap Inovasi Daerah dilaporkan kepada Menteri baik tekait uji coba maupun penerapan
Inovasi Daerah.
REGISTRASI WADAH PELAPORAN INOVASI DAERAH sebagaimana amanat peraturan perundangan agar
setiap Inovasi Daerah dilaporkan kepada Menteri baik tekait uji coba maupun penerapan
Inovasi Daerah.
SARANA INFORMASI DAN PEMBELAJARAN untuk berbagi pengalaman dan informasi tentang
Inovasi bagi pemerintah Daerah dalam mengembangkan inovasi.
ASPEK, VARIABEL & INDIKATOR INDEKS INOVASI DAERAH (IID)
INDIKATOR INDEKS INOVASI DAERAH
VARIABE
L
INSTITUSI
ASPEK
SATUAN PEMERINTAHAN SUMBER DAYA
DAERAH
MANUSIA DAN
PENELITIAN
OUTPUT PENGETAHUAN
DAN TEKNOLOGI
HASIL KREATIF
IMPLEMENTASI - SIDa
Membuat Ajang Kompetitif Penciptaan dan Lomba inovasi
Melakukan perecepatan inovasi daerah daerah. Pada Tingkat provinsi ajang dapat dilakukan pada
dengan membuat Peraturan Daerah lomba inovasi daerah tingkat OPD dan Kab/Kota
tentang Inovasi Daerah dibawahnya. Sedangkan di Kab/Kota menyelenggarakan
Inovasi Daerah tingkat daerah Kab/Kota