Anda di halaman 1dari 65

PERPAJAKAN I

AKA230
Visi
Menjadi salah satu lembaga pendidikan
tinggi ekonomi dan bisnis yang unggul dan
bermatabat di ASEAN pada tahun 2030
Misi
Menyelenggarakan pendidikan tinggi
dibidang ekonomi dan bisnis secara
profesional dan kompetitif untuk
menghasilkan SDM yang berkualitas
dan berdaya saing internasional
dengan menjunjung tinggi integritas,
moral, imtaq dan berbudaya
Desy Amaliati Setiawan, SE, M.Ak
NOMOR POKOK WAJIB PAJAK
SUBJEK PAJAK
OBJEK PAJAK
TARIF PAJAK
SUBJEK PAJAK
SUBJEK PAJAK
Pasal 2 ayat (1)

- ORANG PRIBADI

- WARISAN YG BELUM TERBAGI

BADAN

BENTUK USAHA TETAP (BUT)


SUBJEK PAJAK
Pasal 2 ayat (2)

SUBJEK PAJAK

DALAM NEGERI LUAR NEGERI


SUBJEK PAJAK
DALAM NEGERI
Pasal 2 ayat (3)

ORANG PRIBADI :
- BERTEMPAT TINGGAL / BERADA DI INDONESIA
LEBIH DARI 183 HARI DLM 12 BULAN; ATAU
- DALAM SUATU TAHUN PAJAK BERADA DI
INDONESIA DAN MEMPUNYAI NIAT BERTEMPAT
TINGGAL DI INDONESIA

BADAN
YANG DIDIRIKAN ATAU BERTEMPAT KEDUDUKAN DI
INDONESIA
WARISAN YANG BELUM TERBAGI
SUBJEK PAJAK
LUAR NEGERI
Pasal 2 ayat (4)

• ORANG PRIBADI YG TIDAK BERTEMPAT TINGGAL DI


INDONESIA / BERADA DI INDONESIA TIDAK LEBIH DARI 183
HARI DALAM 12 BULAN
• BADAN YG TIDAK DIDIRIKAN DAN TIDAK BERTEMPAT
KEDUDUKAN DI INDONESIA

YANG MENJALANKAN YANG MENERIMA ATAU MEMPEROLEH


USAHA ATAU KEGIATAN MELALUI PENGHASILAN DARI
BUT DI INDONESIA INDONESIA BUKAN DARI MENJALANKAN
USAHA ATAU KEGIATAN MELALUI
BUT DI INDONESIA
SUBJEK PAJAK ORANG PRIBADI-DALAM NEGERI :

Menurut UU Pajak Penghasilan No.36 Tahun 2008 , Pasal 2 ayat 3(a), yang dimaksud Subjek Pajak Dalam
Negeri adalah :
1. Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia;
2. Orang Asing yang berada di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka
waktu 12 (dua belas) bulan;
3. Orang asing yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat
tinggal di Indonesia.

Dimulai : -Saat dilahirkan


- Saat berada atau berniat tinggal di Indonesia
Berakhir : - Saat meninggal
- Saat meninggalkan Indonesia untuk selamanya
SUBJEK PAJAK ORANG PRIBADI-LUAR NEGERI :

Menurut UU Pajak Penghasilan No.36 Tahun 2008 , Pasal 2 ayat 4(a) & ayat 4 (b) , yang
dimaksud Subjek Pajak Luar Negeri adalah :
1. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia;
2. Orang Asing yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga)
hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan;

Dimulai : Saat menerima/memperoleh penghasilan dari Indonesia;


Berakhir : saat tidak lagi menerima/memperoleh penghasilan dari Indonesia
BENTUK USAHA
TETAP
Pasal 2 ayat (5)

BENTUK USAHA YANG


DIPERGUNAKAN OLEH

ORANG PRIBADI BADAN


SEBAGAI SEBAGAI
SUBJEK PAJAK LN SUBJEK PAJAK LN

UNTUK MENJALANKAN/USAHA ATAU KEGIATAN


DI INDONESIA
BENTUK USAHA
TETAP
Pasal 2 ayat (5)

• Tempat kedudukan manajemen


• Cabang perusahaan
• Kantor perwakilan
• Gedung kantor
• Pabrik
• Bengkel
• Pertambangan dan penggalian sumber alam,
wilayah kerja pengeboran untuk pertambangan
• Perikanan, peternakan, pertanian, perkebunan, atau kehutanan
• Proyek konstruksi/instalasi/perakitan
• Pemberian jasa yang dilakukan lebih dari 60 hari dalam jangka waktu
12 bulan
• Agen yang kedudukannya tidak bebas
• Agen atau pegawai dari perusahaan asuransi luar negeri yang
menerima premi atau menanggung resiko di Indonesia
BENTUK USAHA TETAP
Pasal 2 ayat (5)
Dapat Berupa :
• Tempat kedudukan manajemen
• Cabang perusahaan
• Kantor perwakilan
• Gedung kantor
• Pabrik
• Bengkel
• Pertambangan dan penggalian sumber alam,
wilayah kerja pengeboran untuk pertambangan
• Perikanan, peternakan, pertanian, perkebunan, atau kehutanan
• Proyek konstruksi/instalasi/perakitan
• Pemberian jasa yang dilakukan lebih dari 60 hari dalam jangka waktu 12 bulan
• Agen yang kedudukannya tidak bebas
• Agen atau pegawai dari perusahaan asuransi luar negeri yang menerima premi atau menanggung resiko di Indonesia
TEMPAT TINGGAL/
KEDUDUKAN WAJIB
Pasal 2 ayat (6)
PAJAK
TEMPAT TEMPAT
TINGGAL KEDUDUKAN
ORANG PRIBADI BADAN

DITETAPKAN OLEH DIRJEN PAJAK

MENURUT KEADAAN
YANG SEBENARNYA
KEWAJIBAN PAJAK SUBJEKTIF
Pasal 2A ayat (1),(2),(3),(4) dan (5)

SUBJEK PAJAK SUBJEK PAJAK WARISAN


DALAM NEGERI LUAR NEGERI YG BELUM
TERBAGI
ORANG PRIBADI SELAIN BUT

MULAI : MULAI :
- SAAT DILAHIRKAN SAAT MENERIMA MULAI :
- SAAT BERADA ATAU /MEMPEROLEH SAAT TIMBULNYA
BERNIAT TINGGAL PENGHASILAN DARI WARISAN
DI INDONESIA INDONESIA

BERAKHIR : BERAKHIR : BERAKHIR : SAAT


- SAAT MENINGGAL SAAT TIDAK LAGI WARISAN
- MENINGGALKAN MENERIMA/MEMPEROLEH SELESAI
INDONESIA UNTUK PENGHASILAN DIBAGIKAN
SELAMANYA. DARI INDONESIA

BADAN BUT

MULAI : MULAI :
SAAT DIDIRIKAN/ SAAT MELAKUKAN
BERKEDUDUKAN USAHA/KEGIATAN
DI INDONESIA MELALUI BUT DI
INDONESIA
TIDAK TERMASUK SUBJEK PAJAK
Pasal 3

BADAN PERWAKILAN NEGARA ASING

PEJABAT-PEJABAT PERWAKILAN DIPLOMATIK DAN KONSULAT ATAU


PEJABAT-PEJABAT LAIN DARI NEGARA ASING, DAN ORANG-ORANG
YG DIPERBANTUKAN KPD MEREKA YG BEKERJA PADA DAN BERTEMPAT
TINGGAL BERSAMA-SAMA MEREKA DGN SYARAT BUKAN WNI DAN DI
INDONESIA TDK MENERIMA ATAU MEMPEROLEH PENGHASILAN LAIN DI
LUAR JABATAN ATAU PEKERJAANNYA TSB SERTA NEGARA YBS
MEMBERIKAN PERLAKUAN TIMBAL BALIK

ORGANISASI INTERNASIONAL YANG DITETAPKAN OLEH MENKEU DGN


SYARAT INDONESIA MENJADI ANGGOTANYA DAN TDK MENJALANKAN
USAHA / KEGIATAN LAIN UNTUK MEMPEROLEH PENGHASILAN DARI
INDONESIA SELAIN PEMBERIAN PINJAMAN KPD PEMERINTAH YG
DANANYA BERASAL DARI IURAN PARA ANGGOTA

PEJABAT PERWAKILAN ORGANISASI INTERNASIONAL YG DITETAPKAN


OLEH MENKEU DGN SYARAT BUKAN WNI DAN TDK MENJALANKAN USAHA /
KEGIATAN/ PEKERJAAN LAIN UTK MEMPEROLEH PENGHASILAN DARI
INDONESIA
OBJEK PAJAK
OBJEK PAJAK
Pasal 4 ayat (1)

P E N G H A S I LA N

SETIAP TAMBAHAN KEMAMPUAN EKONOMIS YANG :

- Diterima atau diperoleh Wajib Pajak,


- Berasal dari Indonesia maupun dari luar
Indonesia,
- Dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk
menambah kekayaan Wajib Pajak,

DENGAN NAMA DAN DALAM


BENTUK APAPUN
Objek Pajak Penghasilan :

setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau


diperoleh Wajib Pajak,
baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,
yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah
kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan,
dengan nama dan dalam bentuk apa pun
OBJEK PAJAK
Pasal 4 ayat (1)

Penggantian atau imbalan berkenaan dgn pekerjaan atau jasa yg diterima


atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus,
gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dlm bentuk lainnya,
kec. ditentukan lain dlm UU ini

Hadiah dari undian atau pekerjaan/kegiatan dan penghargaan

Laba usaha
Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk :
1. keuntungan krn pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan, dan
badan lainnya sbg penggantian saham/penyertaan modal;
2. keuntungan yang diperoleh perseroan, persekutuan dan badan lainnya
krn pengalihan harta kpd pemegang saham, sekutu atau anggota;
3. keuntungan krn likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran,
pemecahan, atau pengambilalihan usaha;
4. keuntungan krn pengalihan harta berupa hibah, bantuan atau
sumbangan, kec. yang diberikan kpd keluarga sedarah dlm garis
keturunan lurus satu derajat, dan badan keagamaan atau badan
pendidikan atau badan sosial atau pengusaha kecil termasuk koperasi yg
ditetapkan oleh Menkeu, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha,
pekerjaan, kepemilikan atau penguasaan antara pihak-pihak yg
bersangkutan
OBJEK PAJAK
Pasal 4 ayat (1)

Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya

Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan krn jaminan pengembalian utang

Deviden, dgn nama dan dlm bentuk apapun, termasuk deviden dari perusahaan asuransi kpd
pemegang polis, dan pembagian SHU koperasi

Royalti, sewa dan penghasilan lain sehubungan dgn penggunaan harta

Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala

Keuntungan krn pembebasan utang,


kecuali sampai dgn jumlah tertentu yg ditetapkan dgn PP

Keuntungan krn selisih kurs mata uang asing


OBJEK PAJAK
Pasal 4 ayat (1)

selisih lebih karena penilaian kembali aktiva,

premi asuransi,

iuran yg diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yg terdiri


dari WP yg menjalankan usaha / pekerjaan bebas,

tambahan kekayaan neto yg berasal dari


penghasilan yg belum dikenakan pajak.
TIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK
Pasal 4 ayat (3)

BANTUAN ATAU SUMBANGAN TERMASUK ZAKAT YG DITERIMA BADAN


AMIL ZAKAT/LEMBAGA AMIL ZAKAT DAN PENERIMA ZAKAT YG BERHAK
HARTA HIBAHAN DENGAN SYARAT TERTENTU
WARISAN

HARTA TERMASUK SETORAN TUNAI YG DITERIMA


OLEH BADAN SEBAGAI PENGGANTI SAHAM ATAU
PENYERTAAN MODAL

PENGGANTIAN/IMBALAN DALAM BENTUK NATURA DAN/ATAU KENIKMATAN


DARI WAJIB PAJAK ATAU PEMERINTAH

PEMBAYARAN DARI PERUSAHAAN ASURANSI KEPADA ORANG PRIBADI


SEHUBUNGAN DENGAN ASURANSI KESEHATAN/KECELAKAAN/JIWA/
DWIGUNA DAN BEA SISWA
TIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK
Pasal 4 ayat (3)

DIVIDEN /BAGIAN LABA YG DITERIMA/DIPEROLEH PT SBG WP D.N


KOPERASI,BUMN/BUMD, DARI PENYERTAAN MODAL PADA BADAN YANG
DIDIRIKAN/BERTEMPAT KEDUDUKAN DI INDONESIA DGN SYARAT DEVIDEN
BERASAL DARI CADANGAN LABA YG DITAHAN DAN KEPEMILIKAN PADA
BADAN YG MEMBERIKAN DEVIDEN PALING RENDAH 25% DARI JUMLAH
MODAL YG DISETOR DAN HRS MEMPUNYAI USAHA AKTIF DILUAR
KEPEMILIKAN SAHAM TSB

IURAN YG DIPEROLEH DANA PENSIUN YG PENDIRIANNYA TELAH DISAHKAN


OLEH MENKEU DAN PENGHASILAN DANA PENSIUN TSB DARI MODAL YG
DITANAMKAN DLM BIDANG TERTENTU YG DITETAPKAN MENKEU
BAGIAN LABA YG DITERIMA/DIPEROLEH ANGGOTA DARI BADAN USAHA YG
MODALNYA TDK TERBAGI ATAS SAHAM

BUNGA OBLIGASI YG DITERIMA ATAU DIPEROLEH PERUSAHAAN REKSA DANA


SELAMA 5 TAHUN PERTAMA SEJAK PENDIRIAN/PEMBERIAN IZIN USAHA
TIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK
Pasal 4 ayat (3)

PENGHASILAN YG DITERIMA/DIPEROLEH PERUSAHAAN MODAL


VENTURA BERUPA BAGIAN LABA DARI BADAN PASANGAN USAHA
YG DIDIRIKAN DAN MENJALANKAN USAHA/KEGIATAN DI INDONESIA
DGN SYARAT BADAN PASANGAN USAHA MERUPAKAN
PERUSAHAAN KECIL, MENENGAH, ATAU YG MENJALANKAN
KEGIATAN DLM SEKTOR-SEKTOR USAHA YG DITETAPKAN DGN
KEPMENKEU DAN SAHAMNYA TDK DIPERDANGKAN DI BURSA EFEK
DI INDDONESIA
NOMOR POKOK WAJIB PAJAK
PENGERTIAN NPWP dan PKP
• Nomor Pokok Wajib Pajak Atau NPWP Adalah Suatu Sarana Dalam
Administrasi Perpajakan Yang Dipergunakan Sebagai Tanda Pengenal Diri
Atau Identitas Wajib Pajak Dalam Melaksanakan Hak Dan Kewajibannya.
(Pasal 1 angka 6 UU No. 28/2007 KUP)
• Pengusaha Kena Pajak adalah Pengusaha yang melakukan penyerahan
Barang Kena Pajak dan/atua penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenai
pajak berdasarkan Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan
perubahannya. (Pasal 1 angka 5 UU No. 28/2007 KUP)

12.345.678.9-012.345
KODE WAJIB PAJAK :
1-2 = KD JENIS WP
3-8 = KD NOMOR URUT
9 = KD ANGKA PENGECEKAN

KODE ADMINISTRASI PERPAJAKAN :


012 = KD KPP
345 = KD CABANG WP
NOMOR POKOK WAJIB PAJAK (NPWP)

adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak sebagai sarana dalam administrasi
perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak
dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.
(Pasal 1 angka 6 UU KUP)

terdiri dari 15 (lima belas) digit, yaitu 9 (sembilan) digit pertama


merupakan Kode Wajib Pajak dan 6 (enam) digit berikutnya merupakan
Kode Administrasi Perpajakan.

01.234.567.8 – 999 . 000


Kode WP Kode KPP Kode cbg
KEWAJIBAN MENDAFTARKAN DIRI
Pasal 2 ayat (1) UU KUP

WAJIB PAJAK

MEMENUHI PERSYARATAN
■ SUBJEKTIF
■ OBJEKTIF

MENDAFTARKAN DIRI

KANTOR DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

DIBERIKAN NPWP
KEWAJIBAN MENDAFTARKAN DIRI
Penjelasan Pasal 2 ayat (1) UU KUP

Persyaratan subjektif : sesuai dengan ketentuan mengenai subjek pajak


dalam UU PPh
Persyaratan objektif : subjek pajak menerima/memperoleh penghasilan
atau diwajibkan untuk melakukan pemotongan/ pemungutan sesuai dengan
ketentuan UU PPh
Kewajiban mendaftarkan diri berlaku pula terhadap wanita kawin yang
dikenai pajak secara terpisah
Wanita kawin selain di atas dapat mendaftarkan diri untuk memperoleh
NPWP atas namanya sendiri
Lingkup Pengaturan :

Penagiha
n Pajak
PPN dan dengan Pajak
PPh PBB BPHTB
PPnBM Surat Lain
Paksa
(PPSP)
Wajib Pajak (WP)
Pasal 1 Angka (1)

Orang Pribadi (OP)

Pemungut /
Pemotong Pajak
Tertentu

Badan
Kewajiban Wajib Pajak (WP)
Pasal 2 Ayat (1), dan (2)

1. Kewajiban pendaftaran untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP),


berlaku untuk:
a. WP OP yang melakukan usaha atau pekerjaan bebas,
b. WP OP yang tidak melakukan usaha atau pekerjaan bebas, namun berpenghasilan melebihi PTKP.
c. Wanita yang telah menikah dan menjalankan kewajiban perpajakannya sendiri.
d. Setiap WP Badan.
2. Kewajiban pendaftaran untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP),
berlaku untuk:
a. Pengusaha yang memiliki peredaran bruto melebihi Rp.600.000.000,00 (batasan pengusaha
kecil).
b. Pengusaha kecil yang memilih dikukuhkan.
Fungsi NPWP :

Sarana untuk Sarana


mendapatkan melaksanakan hak
pelayanan dari dan kewajiban
instansi tertentu. perpajakan.
Manfaat dan fungsi NPWP
Manfaat NPWP antara lain:
-Mendapatkan pelayanan dari instansi/pihak lain mis :
- Transaksi pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan
- Pengajuan kredit ke bank
- Tidak dikenakan tarif yg lebih tinggi seperti tabel di bawah ini :
Jenis Pot/Put Tarif Non-NPWP dibandingkan Tarif
NPWP
Pasal 21 20% lebih tinggi
Pasal 22
Pasal 23
100% lebih tinggi
100% lebih tinggi

Fungsi NPWP antara lain sebagai:


- Identitas WP
- Menjaga ketertiban dan pengawasan administrasi
- Untuk keperluan yang berhubungan dengan dokumen perpajakan
- Memenuhi kewajiban-kewajiban perpajakan
Jangka Waktu Pendaftaran
Pasal 2 Ayat (5), dan PER No. 44/ PJ./ 2008

NPWP PKP

 Sebelum penyerahan BKP/ JKP.


 Paling lambat 1 bulan setelah saat
usaha mulai dijalankan.  Paling lambat akhir bulan berikut setelah
nilai peredaran usaha bruto melebihi
 Paling lambat pada akhir bulan berikut
batasan Pengusaha Kecil dalam kurun
setelah memperoleh penghasilan satu tahun.
disetahunkan yang melebihi PTKP.

WP Badan/ WP OP WP OP Non
Usahawan Usahawan
Tempat Pendaftaran dan Pelaporan
Pasal 2 Ayat (1), dan (3)

KPP Tempat
Kedudukan Usaha
• Berlaku dan KPP Tempat
bagi WP Tinggal
Badan atau • Berlaku
WP OP bagi WP OP
yang tak yang
berkegiatan berkegiatan
usaha di usaha di
tempat KPP Tempat
tempat
tinggal. Kedudukan Usaha tinggal.
Tempat Pendaftaran dan Pelaporan
WP atau PKP Tertentu
WP BUMN berikut anak perusahaan yang dimiliki minimal 50%. KPP BUMN

WP PMA yang tidak masuk bursa, kecuali telah terdaftar di KPP domisili. KPP PMA

WP BUT dan WNA berkedudukan di DKI Jakarta dan di wilayah kerja KPP Badora
Kanwil DJP Jawa Bagian Barat I dan III, kecuali Cirebon, Majalengka,
Indramayu, dan Kuningan.

WP yang pernyataan pendaftaran emisi saham telah dinyatakan efektif oleh KPP Perusahaan Masuk Bursa
Bapepam, - LK perusahaan efek non bank, reksadana, serta KIK-EBA,
kecuali telah terdaftar di KPP setempat ,dan WP emiten BUMN.

WP perusahaan besar tertentu. KPP Wajib Pajak Besar

WP BUT dan WNA berkedudukan di luar DKI Jakarta. KPP Setempat

WP BUMN, PMA, BUT, WNA, perusahaan masuk bursa, dan perusahaan


KPP tempat pusat, cabang/
besar tertentu, terbatas dalam hal sebagai pemotong dan atau pemungut
perwakilan atau kegiatan usaha.
PPh.

WP OP yang memiliki beberapa tempat usaha. KPP tempat tinggal atau tempat
kegiatan usaha.

41
Syarat Pendaftaran dan Jangka Penerbitan
Bagi WP-OP

Syarat Pendaftaran
Menandatangani formulir pendaftaran sendiri atau melalui kuasa.
Melampirkan fotokopi KTP/ Paspor ditambah Surat Keterangan Tempat Tinggal dari
instansi yang berwenang, sekurang – kurangnya Lurah/ Kepala Desa.
Khusus bagi WP yang melaksanakan usaha, melampirkan pula fotokopi Surat Ijin
Usaha/ Keterangan Tempat Usaha.
Jangka Penerbitan
Maksimal satu hari kerja sejak permohonan diterima.
Dokumen diterbitkan meliputi Kartu NPWP, SKT (Surat Keterangan Terdaftar, dan
SPPKP (Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak).
Syarat Pendaftaran dan Jangka Penerbitan
Bagi WP Badan, Pemungut/ Pemotong
Syarat Pendaftaran
Menandatangani formulir pendaftaran sendiri atau melalui kuasa.
Khusus bagi WP Badan, melampirkan fotokopi Akte Pendirian; Penunjukan dari Kantor Pusat
(untuk BUT), KTP/ Paspor salah satu pengurus, dan Surat Izin Usaha/ Keterangan Tempat
Usaha.
Khusus bagi Pemungut/ Pemotong, melampirkan fotokopi Surat Penunjukan Sebagai
Bendaharawan, dan Tanda Bukti Diri Bendaharawan.
Jangka Penerbitan
Maksimal satu hari kerja sejak permohonan diterima.
Dokumen diterbitkan meliputi Kartu NPWP, SKT (Surat Keterangan Terdaftar, dan SPPKP (Surat
Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak).
NPWP atau Pengukuhan Secara Jabatan

WP Memenuhi syarat
memperoleh NPWP.

WP Memenuhi syarat
Dikukuhkan sebagai
PKP

Jika tidak melakukan pendaftaran, akan diterbitkan NPWP


atau dikukuhkan secara jabatan oleh Dirjen Pajak.
WP Pindah Alamat

Peran WP
• Mengajukan permohonan dengan Surat Pernyataan Pindah kepada KPP
Lama bagi WP Badan atau KPP Baru bagi WP OP.
• Apabila WP salah mengirimkan Surat Pernyataan Pindah, KPP penerima
harus meneruskan ke KPP yang berwenang.
Peran KPP Lama
• Menerbitkan Surat Pindah kepada WP Badan, maksimal 1 hari kerja sejak
penerimaan permohonan.
• Menerbitkan Surat Pencabutan SKT atau SPPKP, maksimal 1 hari kerja sejak
penerimaan tembusan Kartu NPWP, SKT, atau SPPKP dari KPP Baru.

Peran KPP Baru


• Menerbitkan NPWP, SKT, atau SPPKP untuk ditembuskan ke KPP Lama.
• Penerbitan maksimal 1 hari kerja sejak penerimaan Surat Pindah dari KPP
Lama bagi WP Badan, atau sejak penerimaan permohonan bagi WP OP.
Penyebab Penghapusan NPWP
PMK No. 73/ PMK.03/ 2012

WP OP berikut ahli waris WP Badan berada dalam WP OP wanita menikah


tidak lagi memenuhi syarat proses likuidasi atau dan tidak melaksanakan
subjektif atau objektif. pembubaran. kewajiban pajak sendiri.

WP yang piutangnya
WP BUT menghentikan dihapuskan akibat tidak Dirjen Pajak menganggap
kegiatannya di Indonesia. memiliki kekayaan atau perlu, atas WP tertentu.
meninggal tanpa warisan.

Penghapusan NPWP harus diselesaikan dalam jangka 6 bulan untuk


WP OP dan 12 bulan untuk WP Badan sejak penerimaan
permohonan.
Penyebab Pencabutan Pengukuhan PKP
PMK No. 73/ PMK.03/ 2012

PKP pindah alamat ke


naungan KPP lain.

Peredaran bruto PKP


PKP menyalahgunakan
tidak melebihi batasan
pengukuhan.
pengusaha kecil.

Kewajiban PPN PKP


dipusatkan di tempat
lain.
Pencabutan Pengukuhan PKP harus diselesaikan dalam jangka waktu
6 bulan sejak tanggal diterimanya permohonan secara lengkap.
Tempat Tinggal/ Kedudukan WP
Pasal 2 Ayat (6)

Tempat Tinggal
Orang Pribadi

Ditetapkan oleh Dirjen Pajak

Menurut keadaan yang sebenarnya.


Ilustrasi : (Subjek Pajak)
Peraturan perpajakan membedakan Subjek Pajak Dalam Negeri
(SPDN), Subjek Pajak Luar Negeri (SPLN), dan bukan subjek
pajak. Berikut informasi identitas orang pribadi dan badan.
Bagaimanakah
No Nama status
Tempat Tinggalpajaknya?
/ Keterangan Status
. Kedudukan
1. Andi Palembang Tinggal dan bekerja di kota kelahiran. SPDN Orang
Pribadi
2. Amir Makassar Sejak 1 April 2021 pindah ke New York, Bukan Subjek
berencana menetap dan bekerja di kota Pajak
tersebut.
3. Smith Medan Berada di Indonesia antara 2 Februari 2021 – SPDN Orang
Sekarang Pribadi
4. Ajeng Washington Pemilik saham satu perusahaan yang SPLN
beroperasi di Indonesia.
OP yang Dikecualikan sebagai Subyek Pajak
Pejabat Perwakilan Negara Asing
Bukan WNI

Di INA tidak menerima penghasilan lain


di luar jabatan atau pekerjannya
Berdasarkan azas Timbal Balik

Pegawai /Karyawan Organisasi International


Bukan WNI

Di INA tidak menerima penghasilan lain


di luar jabatan atau pekerjannya
TARIF PAJAK
Tarif Pajak
Berlaku Tahun 2022
No. Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak

1 0 s/d Rp 60.000.00,00 5%
2 Di atas Rp 60.000.000,00 s/d Rp 250.000.000,00 15%

3 250.000.000,00 s/d Rp 500.000.000,00 25%

4 Rp 500.000.000,00 s/d Rp.5.000.000.000,00 30%


5 Di atas Rp 5000.000.000,00 35%

Tarif pajak progresif berlaku bagi WP Orang Pribadi.


Tarif pajak bagi WP BADAN adalah 28%
untuk penghasilan sebelum tahun 2010
dan 25% untuk penghasilan setelah tahun 2010.
TAHUN PAJAK
Tahun Pajak :
Psl 1 UU No. 28 Tahun 2007

Tahun Pajak adalah jangka waktu satu tahun takwim atau tahun
kalender (1 Januari s/d 31 Desember), kecuali Wajib Pajak
menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun takwim.
Apabila tahun pajak tidak sama dengan tahun takwim, maka yang
menjadi pedoman dalam menetapkan tahun pajak adalah
banyaknya bulan dalam tahun tersebut.
PERUBAHAN TAHUN BUKU DAN ATAU
METODE PEMBUKUAN
Pasal 28 ayat (6) UU KUP

PERUBAHAN

METODE
PEMBUKUAN,
misal :
TAHUN BUKU  Pengakuan
Penghasilan
& biaya
 Metode Penyusutan
- Harus mendapat persetujuan Direktur Jenderal Pajak Aktiva Tetap
- Diajukan sebelum dimulainya tahun buku yang  Metode Penilaian
bersangkutan dengan alasan-alasan perubahan
Persediaan
SANKSI PAJAK
SANKSI ADMINISTRASI
ATAS KETERLAMBATAN atau TIDAK MENYAMPAIKAN SPT
Pasal 7 (1) UU KUP

WP TERLAMBAT/
TIDAK MENYAMPAIKAN

SPT SPT SPT SPT


MASA MASA TAHUNAN TAHUNAN
PPN LAINNYA BADAN OP

DENDA DENDA DENDA DENDA


Rp. 500 RB Rp. 100 RB Rp. 1 JT Rp. 100 RB
SANKSI ADMINITRASI
KETERLAMBATAN PEMBAYARAN PAJAK
Pasal 9 ayat (2a) UU KUP
PEMBAYARAN/ PENYETORAN PAJAK
SETELAH TGL JATUH TEMPO PEMBAYARAN/
PENYETORAN PAJAK

DIKENAKAN SANKSI ADIMINITRASI

BERUPA BUNGA 2% SEBULAN DIHITUNG DARI JATUH


TEMPO PEMBAYARAN SAMPAI DENGAN TGL
PEMBAYARAN (DAN BAGIAN DARI BULAN
DIHITUNG PENUH SATU BULAN)
Sanksi Pidana-Kealpaan
(Psl 38)

Kealpaan pertama kali dikenakan denda adminstrasi


kenaikan 200% (Psl 13A)

Kealpaan ke-2 dst pidana denda 1 kali max 2 kali atau


penjara minimal 3 bln dan max 1 th.
Sanksi Pidana-Kesengajaan (Psl 39)

Tidak menyimpan buku, dokumen (manual dan elektronik)


Pidana denda 2 kali max 4 kali atau pidana penjara minimal 6 bln dan
max 6 th
Pidana ke-2 kali ditambah menjadi dua kali sanksi sebelumnya
Percobaan penyalahgunaan NPWP/NPPKP utk tujuan pengurangan
atau restitusi pajak di pidana penjara min 6 bln dan max 2 tahun atau
denda min 2 kali atau max 4 kali
Sanksi Pidana-Kesengajaan (Psl 39 A)

Utk PKP yang:


Menerbitkan atau menggunan FP, bukti pemungutan, bukti
pemotongan, bukti setor yang tdk berdasarkan transaksi
sebenarnya
Menerbitkan FP tapi belum PKP
Pajak di pidana penjara min 2 bln dan max 6 tahun atau denda min
2 kali atau max 6 kali
Sanksi Pidana
Psl 41, 41A, 41B

Psl 41  Melanggar kerahasiaandenda Rp 25 jt


Psl 41A  WP Tdk memberikan data denda Rp 25 jt
Psl 41B  Menghalangi penyidikan denda Rp 25 jt
Psl 41C  instansi pemerintah, lembaga, asosiasi, dan pihak lain
Tdk memberikan Informasi denda Rp 75 jt
SANKSI-SANKSI

Setiap orang yang dengan sengaja:


memperlihatkan pembukuan atau
pencatatan yang palsu
tidak menyelenggarakan pembukuan
atau pencatatan di Indonesia menimbulkan kerugian pada
pendapatan negara
tidak memperhatikan atau tidak
meminjamkan buku, catatan, atau
dokumen lain
tidak menyimpan buku, catatan, atau dipidana dengan pidana penjara
dokumen yang menjadi dasar 6 bulan - 6 tahun
pembukuan atau pencatatan dan denda 2-4x jumlah pajak
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
terutang yang tidak/kurang dibayar
*Berdasarkan Pasal 39 UUKUP
TERIMA KASIH
EMOGA SUKSES SEMUA

Anda mungkin juga menyukai