Anda di halaman 1dari 14

Pengembangan dan Penerapan

IPTEK dalam pandangan Islam


Kelompok 2
Anggota Kelompok
Ainun A’ang Khunaifi 19020700

Ajeng Putri Maghfiroh 19020700

Feberlian Randiawansyah 19020700

Hani Novita Nur Auliya 19020700

Mista Ainin Oktavia 19020700

Nali Rateh 19020700

Rahayu Ainun Khofifah 19020700

Tri Astutik Anis Rachmawati 19020700

Yuni Anggraini 19020700

Yunita Susanti 19020700


POIN PEMBAHASAN
01. 03.
Integrasi ilmu
02.
Paradigma ilmu
dengan nilai dan Paradigma ilmu
bebas nilai
ajaran islam tidak bebas nilai

04. 05.
Perlunya akhlak Teknologi dalam bidang
islam dalam (Keagamaan, kesehatan dan
penerapan IPTEK keilmuan)
01.
Integrasi ilmu dengan nilai
dan ajaran islam
Ajaran islam tidak pernah memisahkan antara ilmu
pengetahuan, iman, dan amal sholeh. Hal ini dapat
ditelusuri pada awal al-qur’an diturunkan, al-qur’an
memerintahkan kepada umat islam untuk belajar dengan
kata iqra’! Dari kata tersebut dapat dipahami bahwa
integrasi dan kesatuan antara iman, amal sholeh dan ilmu
pengetahuan adalah ajaran islam yang paling fundamental.

Dalam kaitannya dengan integrasi antara ilmu pengetahuan dan ajaran Islam dapat dilihat pada
susunan redaksi ayat pertama wahyu pertama tersebut, yaitu pada kalimat “bi ismi Rabbika”
(dengan nama Tuhanmu). Artinya, perintah membaca, menelaah, meneliti, menghimpun dan
sebagainya haruslah dikaitkan dengan apa yang dikehendaki oleh Tuhan melalui syariah-syariah
yang diturunkan oleh-Nya. Kembali kepada integrasi ilmu pengetahuan ajaran Islam, terkait hal ini,
bertebaran ayat-ayat al-Qur’an yang menegaskan keharusan adanya integrasi antara keduanya.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terpisah dari nilai-
nilai agama akan condong mengarah kepada penemuhan nafsu manusia untuk selalu membuat
kerusakan di muka bumi. Sebaliknya, mengembangan dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang diintegrasikan dengan nilai-nilai keimanan dan diterapkan dengan amal sholeh, maka akan
menghasilkan peradaban tinggi yang bermanfaat dan dapat menimgkatkan harkat dan martabat manusia
02.
Paradigma ilmu tidak
bebas nilai
Ilmu yang tidak bebas nilai (value bond) memandang bahwa ilmu itu selalu terikat dengan nilai dan harus
dikembangkan dengan mempertimbangkan aspek nilai. Perkembangan nilai tidak lepas dari dari nilai-nilai
ekonomis, sosial, religius, dan nilai-nilai yang lainnya.

Menurut salah satu filsof yang mengerti teori value bond, yaitu Jurgen Habermas berpendapat bahwa ilmu,
sekalipun ilmu alam tidak mungkin bebas nilai, karena setiap ilmu selau ada kepentingan-kepentingan. Dia juga
membedakan ilmu menjadi 3 macam, sesuai kepentingan-kepentingan masing-masing;

Pengetahuan 1 Pengetahuan 3
Berupa ilmu-ilmu alam yang
Pengetahuan 2 Teori kritis
Memahami manusia sebagai
bekerja secara empiris- sesamanya, memperlancar
analitis. hubungan sosial.
03.
Paradigma ilmu bebas
nilai
Paradigma ilmu bebas nilai menyerukan bahwa ilmu itu bersifat otonom yang tidak memiliki keterkaitan sama sekali dengan nilai
apapun. Bebas nilai artinya segala kegiatan ilmiah harus didasarkan pada hakikat ilmu pengetahuan itu sendiri. Ilmu pengetahuan
menolak campur tangan faktor-faktor eksternal yang tidak secara hakiki menentukan ilmu pengetahuan itu sendiri. Penganut paradigma ini
menginginkan bahwa ilmu harus bersifat netral terhadap nilai-nilai. Dalam hal ini, ilmuwan hanyalah menemukan pengetahuan dan terserah
kepada orang lain untuk mempergunakan pengetahuan tersebut, apakah akan dipergunakan untuk tujuan yang bermanfaat, atau malah
sebaliknya dipergunakan untuk tujuan yang mudharat.
Pengertian-pengertian seperti kehendak, rasa, motif, nilai dan jenis merupakan hal-hal yang berada diluar dunia eksakta yang adanya hanya
dalam dunia angan-angan yang tidak patut ditinjau dari segi ilmiah. Dari sini dapat dipahami bahwa bebas nilai hakekatnya adalah
tuntutan yang ditujukan pada ilmu agar keberadaannya dikembangkan dengan tanpa memperhatikan nilai-nilai lain di luar ilmu itu
sendiri. Dengan kata lain, tuntutan dasar agar ilmu dikembangkan hanya demi ilmu itu sendiri tanpa pertimbangan aspek politik, agama, moral
dan etika. Ilmu harus dikembangkan hanya semata-mata berdasarkan pertimbangan ilmiah murni. Dalam pandangan ilmu yang bebas nilai
tersebut tidak dikenal hukum boleh dan tidak boleh, baik dan tidak baik, manfaat dan mudharat. Misalnya, eksplorasi alam tanpa batas bisa jadi
dibenarkan untuk kepentingan ilmu itu sendiri, seperti juga ekpresi seni yang menonjolkan pornografi dan pornoaksi dianggap sebagai sesuatu
yang wajar karena ekspresi tersebut semata-mata untuk seni. Hal ini berbeda dengan ilmu-ilmu sosial yang dianggapnya tidak bebas nilai.
Menurutnya, kebiasaan dalam menganggap bahwa ilmu teknologi memiliki kepastian yang tetap sedangkan ilmu sosial tidak memiliki
kepastian yang tetap menjadikan antara keduanya disebutkan dengan istilah yang berbeda – yakni ilmu sains disebutnya sebagai ilmu keras dan
ilmu sosial disebut sebagai ilmu lunak sehingga mengesankan bahwa berurusan dengan ilmu teknologi adalah lebih mudah daripada berurusan
dengan ilmu-ilmu sosial, dan lebih tidak berbahaya karena sifatnya yang pasti sehingga memudahkan untuk dikuasai dan dikendalikan oleh
siapapun. Pandangan seperti ini menurut Nurcholis Madjid memang dapat dibenarkan, meskipun sesungguhnya mengandung kesalahan yang
mendasar secara epistemologis. Menurutnya, ilmu pengetahuan dan teknologi disebut sebagai ilmu keras karena sifatnya yang pasti dan tidak
beribah-ubah seperti sifat yang melekat pada ilmu sosial .
04.
Perlunya akhlak islam
dalam penerapan IPTEK
Menghadirkan rasa bertanggung Jujur
jawab kepada Allah.

Tidak menyembunyikan
Ilmu yang dimilkinya Tawadhu'

Ilmu haruslah diamalkan. Ilmu pengetahuan tidak boleh


melupakan manusia dari
akhirat
05.
Teknologi dalam bidang
(Keagamaan, Kesehatan, Keilmuan)
Teknologi dalam Bidang Teknologi dalam Bidang
Teknologi dalam Bidang
Kesehatan Keilmuan
Agama

Agama dan Ilmu pengetahuan-teknologi Ilmu pengetahuan dan teknologi sangat erat
merupakan dua sisi yang tidak dapat Kemajuan teknologi kesehatan hubungannya karena ilmu pengetahuan
dipisahkan antara satu sama lain. tersebut mempermudah pasien sebagi sumber teknologi
Perkembangan ilmu pengetahuan dan ketika mengakses seluruh ilmu menyediakan bahan pendukung
teknologi di satu sisi memang berdampak layanan kesehatan. Yang penting bagi kemajuan teknologi yakni
positif, yakni dapat memperbaiki kualitas sebelumnya untuk berkonsultasi berupa teori-teori. Pada sisi lain penemuan
hidup manusia. Berbagai sarana modern kesehatan hanya bisa dijangkau teknologi sangat membantu perluasan
industri, komunikasi, dan transportasi.di sisi dengan pergi secara langsung ke penelitian ilmiah, yakni dengan
lain, tak jarang teknologi berdampak negatif dokter, kini telah bisa dilakukan dikembangkannya perangkat-perangkat
karena merugikan membahayakan secara jarak jauh dengan penelitian berteknologi mutakhir. Bahkan
kehidupan dan martabat manusia. Di sinilah, memanfaatkan kecanggihan dari dapat dikatakan, kemajuan ilmu
peran agama sebagai pedoman hidup teknologi kesehatan tersebut. mengandalkan dukungan teknologi,
menjadi sangat penting untuk dilihat sebaliknya kemajuan teknologi
kembali. mengandalkan dukungan ilmu.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai