Peradaban ialah kemampuan manusia didalam mengendalikan suatu dorongan dasar kemanusiaannya untuk dapat meningkatkan kualitas hidupnya. kebudayaan tersebut mengacu kepada kemampuan manusia didalam mengendalikan alam dengan melalui ilmu pengetahuan dan juga teknologi. Menurutnya, yang menyatakan pendapatnya bahwa peradaban tersebut berhubungan dengan suatu perbaikan yang dengan bersifat kualitatif serta juga menyangkut kepada kondisi batin manusia, sedangkan kebudayaan tersebut mengacu kepada sesuatu yang bersifat material dapat terlihat dan ditunjukan, faktual, atau sesuatu hal yang konkret dan relevan. Peradaban adalah bentuk budaya paling tinggi dari suatu kelompok masyarakat yang dibedakan secara nyata dari makhluk- makhluk lainnya. Peradaban mencerminkan kualitas kehidupan manusia dalam masyarakat. Kualitasnya diukur dari ketentraman (human security), kedamaian (peacefull), keadilan (justice), kesejahteraan (welfare) yang merata. Musfiroh memaparkan peradaban dari sisi pengertian, ciri- ciri bentuk dan faktor penunjang. Beberapa pengertian peradaban menurut Musfiroh antara lain: a. Bagian dari kebudayaan yang tinggi, halus, indah, dan maju b. Kumpulan identitas dari sluruh akal budi manusa yang mencakup seluruh aspek kehidupan manusia, misalnya: bangunan, jalan, tatanan, seni budaya, iptek c. Kebudayaan yang telah mencapai taraf perkembangan teknologi yang lebih tinggi d. Kemampuan manusia dalam mengendalikan dorongan dasar kemanusiaannya untuk meningkatkan kualitas hidupnya e. Kegunaan praktis dalam hubungan kemasyarakatan f. Perkembangan kebudayaan manusia Sedangkan ciri-ciri peradaban adalah sebagai berikut: a. Berkembang seiring dengan perkembangan zaman b. Perkembangan meliputi aspek fisik dan non fisik c. Berkembang seiring perjalanan hidup manusia Selanjutnya bentuk Peradaban adalah: a. Pembangunan dengan tata ruang yang baik, indah dan modern b. Sistim pemerintahan yang tertib c. Perkembangan iptek d. Kompleksitas karakteristik masyarakat Faktor Penunjang peradaban ada 3 hal yaitu: a. Sistim pemerintahan b. Sistim ekonomi c. Perkembangan iptek (Raihan, dkk., 2022) 2. Konsep dan Arah Pengembangan Teknologi Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi harus senantiasa berorientasi pada nilai-nilai Pancasila. Sebaliknya Pancasila dituntut terbuka dari kritik, bahkan ia merupakan kesatuan dari perkembangan ilmu yang menjadi tuntutan peradaban manusia. Peran Pancasila sebagai paradigma pengembangan ilmu harus sampai pada penyadaran, bahwa fanatisme kaidah kenetralan keilmuan atau kemandirian ilmu hanyalah akan menjebak diri seseorang pada masalah-masalah yang tidak dapat diatasi dengan semata-mata berpegang pada kaidah ilmu sendiri, khususnya mencakup pertimbangan etis, religius, dan nilai budaya yang bersifat mutlak bagi kehidupan manusia yang berbudaya. Karena pengembangan ilmu dan teknologi hasilnya selalu bermuara pada kehidupan manusia maka perlu mempertimbangan strategi atau cara-cara, taktik yang tepat, baik dan benar agar pengembangan ilmu dan teknologi memberi manfaat mensejahterakan dan memartabatkan manusia. Dalam mempertimbangkan sebuah strategi secara imperatif kita meletakkan Pancasila sebagai paradigma pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia. Pengertian paradigma menggambarkan suatu keutuhan konsep dengan muatan teori, dalil, ajaran bahkan “pandangan hidup “ sebagai dasar dan arah pengembangan ilmu dan kebijakan strategis lainnya. Dalam konteks Pancasila sebagai paradigma mengandung dimensi ontologis, epistemologis dan aksiologis. Dimensi ontologis berarti ilmu pengetahuan sebagai upaya manusia untuk mencari kebenaran yang tidak mengenal titik henti, atau “an unfinished journey”. Ilmu tampil dalam fenomenanya sebagai masyarakat, proses dan produk. Dimensi epistemologis, nilai-nilai Pancasila dijadikan pisau analisis/metode berfikir dan tolok ukur kebenaran. Dimensi aksiologis, mengandung nilai±nilai imperatif dalam mengembangkan ilmu adalah sila-sila Pancasila sebagai satu keutuhan. Untuk itu ilmuwan dituntut memahami Pancasila secara utuh, mendasar, dan kritis, maka diperlukan suatu situasi kondusif baik struktural maupun kultural. (Widisuseno, 2018) 3. Sikap Muslim Tentang kemajuan IPTEKS. Peran Islam dalam perkembangan iptek, adalah bahwa Syariah Islam harus dijadikan standar pemanfaatan iptek. Ketentuan halal-haram (hukum-hukum syariah Islam) wajib dijadikan tolok ukur dalam pemanfaatan iptek, bagaimana pun juga bentuknya. Iptek yang boleh dimanfaatkan, adalah yang telah dihalalkan oleh syariah Islam. Sedangkan iptek yang tidak boleh dimanfaatkan, adalah yang telah diharamkan syariah Islam. Pada dasarnya kita hidup didunia ini tidak lain adalah untuk beribadah kepada Allah. Tentunya beribadah dan beramal harus berdasarkan ilmu yang ada di Al-Qur’an dan Al-Hadist. Tidak akan tersesat bagi siapa saja yang berpegang teguh dan sungguh- sungguh perpedoman pada Al-Qur’an dan Al-Hadist. Disebutkan dalam hadist, bahwasanya ilmu yang wajib dicari seorang muslim ada, sedangkan yang lainnya akan menjadi fadhlun (keutamaan). Ketiga ilmu tersebut adalah ayatun muhkamatun (ayat-ayat Al- Qur’an yang menghukumi), sunnatun qoimatun (sunnah dari Al- hadist yang menegakkan) dan faridhotun adilah (ilmu bagi waris atau ilmu faroidh yang adil). Orang yang berilmu mempunyai kedudukan yang tinggi dan mulia di sisi Allah dan masyarakat. Al-Quran menggelari golongan ini dengan berbagai gelaran mulia dan terhormat yang menggambarkan kemuliaan dan ketinggian kedudukan mereka di sisi Allah SWT. Dalam surat ali Imran ayat ke-18, Allah SWT berfirman: "Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang- orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana". Dalam ayat ini ditegaskan pada golongan orang berilmu bahwa mereka amat istimewa di sisi Allah SWT . Mereka diangkat sejajar dengan para malaikat yang menjadi saksi Keesaan Allah SWT. Peringatan Allah dan Rasul-Nya sangat keras terhadap kalangan yang menyembunyikan kebenaran/ilmu, sebagaimana firman-Nya: "Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al-Kitab, mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati pula oleh semua (mahluk) yang dapat melaknati." (Al-Baqarah: 159) (Sapada an Arsyam, 2020) 4. Peran IPTEKS dalam perkembangan Kefarmasian. Peran apoteker meracik obat diambil alih oleh industri dan dalam evaluasi penggunaan obat memunculkan banyak masalah. Perkembangan teknologi farmasi dan kedokteran serta perubahan gaya hidup mengubah tuntutan masyarakat terhadap pelayanan kefarmasian yang lebih menekankan praktek pengobatan yang aman, pencegahan kesalahan pengobatan, pelaporan dan pencegahan efek samping, evaluasi dan tindak lanjut pengobatan, pemberian informasi klinis praktis dan pelayanan ke rumah pasien. Advokasi terhadap masyarakat tidak terbatas pada swamedikasi, melainkan juga pada saat sakit dan harus ditolong di tempat pelayanan kesehatan (Pratama, dkk., 2022). DAFTAR PUSTAKA
Pratama, K. J., Widodo, G. P., & Rahmawati, I. 2022. Strategi
Pengembangan Instalasi Farmasi Rumah Sakit Muhammadiyah Siti Khodijah Gurah Kediri. Jurnal Penelitian Kesehatan" SUARA FORIKES"(Journal of Health Research" Forikes Voice"), 13(3), 655-662. Raihan, S., dkk. 2022. Ilmu Pendidikan. Koto Tangah: PT. Global Eksekutif Teknologi. Sapada, A. O., & Arsyam, M. 2020. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Menurut Pandangan Islam. Makassar: STAI DDI. Widisuseno,I..2018.Ipteks dan Strategi Pengembangannya. HUMANIKA, 17(1).