Anda di halaman 1dari 81

FILSAFAT ILMU (PS611)

Dosen:
Danny Meirawan

Pengantar
SEJARAH TOKOH FILSAFAT ILMU

Program Studi
Pendidikan Teknologi dan Kejuruan
Sekolah Pasca Sarjana
Universitas Pendidikan Indonesia
Alur Perkembangan
Filsafat
YUNANI - KUNO ABAD TENGAH ABAD MODERN ABAD KONTEMPORER

6SM 3SM - 6M 14M 14-15M 18M 19M 20M

STRUKTURALISME
RASIONALISME

NEOPOSITIVISME
FENOMENOLOGI
RENAISSANCE

AUFKLARUNG
THEOLOGIAE

POSITIVISME
KRITISISME
EMPIRISME

IDEALISME
LOGOS
MITOS

ANCILLA

FILSAFAT THEOLOGI ILMU CABANG Post Modern


Zaman Pra-Sokrates
(±600 SM s.d. 200 SM)
1. Thales
• Thales (6 SM).
• Air adalah substansi dasar yang membentuk segala
sesuatu dan bumi terapung di atas air (lautan).
• Thales adalah salah satu dari Tujuh Orang Bijak
Yunani .
• Dia juga terkenal karena kemampuannya dalam
perkiraan terjadinya gerhana bulan yang menurut
perhitungan astronom memang pernah terjadi
gerhana di tahun 585 SM.
2. Anaximander
• Anaximander (610 - 518 SM)
• Anaximander menjelaskan bahwa segala
sesuatu bukan dibentuk hanya dari air (Thales)
akan tetapi bermula dari apeiron (yang tak
terbatas).
• Apeiron melahirkan teori oposisi (panas-
dingin, basah-kering, air-api, dst).
• Bidang keahlian: geografi
3. Anaximenes
• Anaximanes (590 - 518 SM)
• Anaximenes berpendapat bahwa udara adalah
prinsip dasar segala sesuatu.
Phytagoras (580 - 500 SM)

• Dikenal sebagai "Bapak Bilangan“.


• Salah satu peninggalan Pythagoras yang
terkenal adalah Teorema Pythagoras (tiga sisi
sebuah segitiga siku-siku).
• Pythagoras percaya bahwa segala sesuatu di
dunia ini berhubungan dengan matematika,
dan bahwa segalanya dapat diprediksikan dan
diukur dalam siklus beritme.
Heraklitus (540 - 480 SM)
• Ia berpendapat bahwa segala sesuatu berasal
dari tanah dan air.
• Segala sesuatu selalu berubah.
Parmenides (540 – 470 SM)
• Ia berpendapat bahwa segala sesuatu yang
ada tidak berubah (berlawanan dengan
pendapat Heraklitus).
• Dapat dikatakan bahwa dialah penemu
metafisika, cabang filsafat yang menyelidiki
"yang ada“.
Demokritos (460 - 370 SM)
• Segala sesuatu terbentuk dari atom.
• Atom tersebut merupakan unsur terkecil yang
membentuk realitas.
Protagoras (490 SM - 420 SM)
• Pendapatnya tentang relativisme, yaitu
kebenaran didasarkan pada masing-masing
orang yang merasakannya.
Zaman
Socrates, Plato, dan Aristotle
Socrates (470 SM - 399 SM)
• Pemikiran yang terpenting adalah tentang
dialektika yaitu metode penggalian
pengetahuan dengan cara tanya jawab.
• Socrates adalah guru Plato
Plato (427 - 347 SM)
• Sumbangsih Plato yang terpenting adalah
pandangannya mengenai idea (Rasionalitas),
konsep keadilan (Republic) dan imortalitas.
• Plato adalah guru Aristoteles
Aristoteles (384 - 322 SM)
• Aristoteles sangat menekankan empirisme
(semua pengetahuan berasal dari pengalaman
manusia) untuk menekankan pengetahuan.
• Bidang yang digeluti: metafisika, etika, politik,
logika, fisika.
Zaman Hellenisme
Plotinos (270 SM – 204 SM)
• Pemikiran Plotinos berpusat pada konsep
"Yang Esa”. "Yang Esa" tersebut tidak dapat
dibicarakan, tidak dapat dipikirkan, dan tidak
dapat diidentifikasikan. Ia bukan sesuatu dan
juga bukan roh. Tidak ada atribut yang
melekat kepadanya. Kemudian "Yang Esa" itu
merupakan asal dan tujuan segala sesuatu.
Era Para Raja dan Para ‘Bapa’
0 – 13 M
• Pada era ini, filsafat mengalami kemunduran
karena adanya dogma sentris dari kalangan
rohaniawan.
• Raja membatasi kebebasan berfikir rakyatnya.
Renaissance
(14 – 15 M)
Copernicus (1473 – 1543 M)
• Mengeluarkan teori yang membantah teori
geosentris tradisional (yang menempatkan
Bumi di pusat alam semesta).
Galileo Galilei (1564 -1642 M)
• Melanjutkan penelitian Copernicus tentang
teori geosentris.
• Menyatakan bahwa bumi ini bulat dan bumi
berotasi dan berevolusi.
Francis Bacon (1561 – 1626 M)
• Perintis metode induktif modern
• Pengusung kebenaran ganda (akal dan wahyu)
Rasionalisme
Rene Descartes (1596 – 1650 M)
• Dianggap sebagai Bapak filsafat modern
• Rasionalisme: kebenaran haruslah ditentukan
melalui pembuktian, logika, dan analisis yang
berdasarkan fakta, daripada melalui iman,
dogma, atau ajaran agama.
Empirisme
John Locke (1632 -1704)
• Menurut Locke, pengusung empirisme,
menyatakan bahwa semua pengetahuan
bersumber dari pengalaman manusia. Sebelum
seorang manusia mengalami sesuatu, pikiran
atau rasio manusia itu belum berfungsi atau
masih kosong.
• Pengalaman lahiriah (sense atau external
sensation) dan pengalaman batiniah (internal
sense atau reflection)
Kantianisme
Immanuel Kant (1724-1804)
• Ia berpendapat bahwa pengetahuan adalah
hasil kerjasama dua unsur, yakni
“pengalaman” dan “kearifan budi”.
Pengalaman indrawi datang kemudian
sedangkan akal budi merupakan unsur priori
(yang datang terlebih dahulu).
Idealisme
Johann Gottlieb Fichte (1762 - 1814)
• Filsafat Fichte adalah filsafat pengetahuan yang
sekarang dikenal dengan sebuatan
epistemologi. Ia membedakan pengetahuan
menjadi dua, yakni teoritis (metafisika) dan
praktis (etika)
• Dia menyandarkan keunggulan moral untuk
sebuah etika manusia yang ideal.
• Dia dianggap sebagai pendiri idealisme di
Jerman.
Georg Wilhelm Friedrich Hegel (1770 - 1831)

• Hegel dikenal sebagai filsuf yang


menggunakan dialektika sebagai metode
berfilsafat. Dialektika menurut Hegel adalah
dua hal yang dipertentangkan lalu didamaikan,
atau biasa dikenal dengan tesis (pengiyaan),
antitesis (pengingkaran)dan sintesis (kesatuan
kontradiksi).
Positivisme
Auguste Comte (1798 - 1857)
• Perkembangan intelektual manusia melewati tiga
tahapan yaitu: Teologi –> Metafisik -> Positifistik.
• Positifisme adalah sebuah filsafat yang meyakini
bahwa satu-satunya pengetahuan yang benar
adalah yang didasarkan pada pengalaman
scientific-factual. Pengetahuan demikian hanya
bisa dihasilkan melalui penetapan teori-teori
melalui metode scientific yang ketat, oleh karena
itu spekulasi metafisis dihindari.
Materialisme
Karl Marx (1818 - 1883)
• Materialisme adalah faham serba benda (wujud).
• Marx meyakini bahwa tahap-tahap perkembangan
manusia ditentukan oleh keberadaan material.
• Bentuk dan kekuatan produksi material tidak saja
menentukan proses perkembangan dan
hubungan-hubungan sosial manusia, serta formasi
politik, tetapi juga pembagian kelas-kelas sosial
(Pemeras & Diperas).
Pragmatisme
John Dewey (1859 - 1952)
• Yang benar adalah segala sesuatu yang
membuktikan dirinya sebagai benar dengan
melihat kepada akibat-akibat atau hasilnya
yang bermanfaat secara praktis.
• Dengan demikian, yang penting bukan
kebenaran objektif dari pengetahuan
melainkan bagaimana kegunaan praktis dari
pengetahuan.
Fenomenologi
Edmund Husserl (1859 - 1938)
• Dikenal sebagai Bapak Fenomenologi
• Fenomenologi memanfaatkan pengalaman
intuitif atas fenomena, sesuatu yang hadir
dalam refleksi fenomenologis, sebagai titik
awal dan usaha untuk mendapatkan fitur-
hakekat dari pengalaman dan hakekat dari apa
yang kita alami.
Filsafat Analitis
Bertrand Russell (1872 – 1970)
• Filsafat analitik menganalisis bahasa untuk
memulihkan penggunaan bahasa untuk
memecahkan kesalahpahaman yang dilakukan
oleh filsafat terhadap logika bahasa.
Dan Seterusnya
Pustaka Acuan
• Komara, Endang. 2011. Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian.
Bandung: PT. Refika Aditama.
• Russel, Bertrand. 1946. Sejarah Filsafat Barat dan Kaitannya dengan
Kondisi Sosio-Politik dari Zaman Kuno hingga sekarang. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
• Suriasumantri, J. S. 1993. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan.
• http://id.wikipedia.org diakses pada 22 -24 September 2012.
Pengelompokan Ilmu
Pengetahuan Menurut Para
Filsuf
Peraga Salindia oleh
Yuniarti
1101647
SPs Universitas Pendidikan Indonesia
1. Aristoteles

Ilmu teoretis

Ilmu praktis

Ilmu poietis
2. Francis Bacon

Ilmu Pengetahuan Ingatan

Ilmu Pengetahuan Khayal

Ilmu Pengetahuan Akal


3. Christian Wolff (1679 – 1754)
Ilmu Pengetahuan
Matematika Filsafat
Empiris
1) Kosmologi Empiris 1) Murni 1) Spekulatif (Metafisik)
2) Psikologi Empiris  Aritmatika a. Umum
 Geometri  Ontology
 Aljabar b. Khusus
2) Campuran  Psikologi
 Mekanika  Kosmologi
 Teologi
2) Praktis
a. Intelek: Logika
b. Kehendak: Ekonomi,
Etika, Politik
c. Pekerjaan Fisik:
Teknologi
4. Auguste Comte (1798 – 1857)

I
l
m
u Ilmu pasti (Matematika)
Ilmu Fisika
hayat
Ilmu Ilmusosial
(Fisiologi
alam(Sosiologi)
perbintangan (Fisika)
(Astronomi)
dan Biologi)
k
i
m
i
a

(
C
h
e
m
5. Karl Raimund Popper (3 Dunia Ilmu)

– Dunia I: kenyataan fisis dunia.


– Dunia II: psikis dalam diri manusia.
– Dunia III: segala hipotesis, hukum, teori ciptaan
manusia (karya ilmiah, studi ilmiah, penelitian
ilmiah). Dunia ketiga ini merupakan dunianya para
filsuf dan ilmuwan.
6. Thomas S Kuhn

Extraordin
Pra- Sains Anomali
Krisis Paradigma
Revolusi
ary
paradigma Normal Revolusi Baru
Science
7. Jurgen Habermas
Pengetahuan Akses kepada
Sifat Ilmu Jenis Ilmu Tujuan
yang dihasilkan Realitas

Empiris – Analitis Ilmu alam Informasi Observasi Penguasaan teknik


dan social
empiris

Historis Humaniora Interpretasi Pemahaman arti Pengembangan


hermeneutis via bahasa inter-subjektif

Social – kritis Ekonomi, Analisis Self-Reflextion Pembebasan


sosiologi, kesadaran non-
politik reflektif
BANGUNAN ILMU
Pengetahuan

Pengetahuan
(knowledge)

Agama Ilmu
Seni (art)
(faith) (science)
Cara membedakan Ilmu dari pengetahuan
lainnya
• Ontologi: Apakah yang dikaji oleh ilmu?
• Epistemologi: Bagaimana caranya
mendapatkan ilmu?
• Aksiologi: Untuk apa ilmu digunakan?
Lingkup Penjelajahan Ilmu
(Ontologi)

Pengalaman
ILMU Pengalaman
Fungsi Ilmu
(Aksiologi)

Meramalkan
• Gejala • Akibat
alam • Penyeba
b
Menjelaskan Mengontrol
Sumber Ilmu
(Epistemologi)
Research Data Research Personal
Methodology Experience

T
mE
ned field,
New theory

fro
e
dge o th
wle re t
gai
Kno xposu
E

Established
Theories (ET)
Struktur Ilmu

Premis
Ilmu

Ilmu
I
l

Premis
m
u
Komponen Sistem Ilmu
(Peter Senn)
• Perumusan masalah
• Pengamatan dan deskripsi
• Penjelasan
• Ramalan dan kontrol
Alur Perumusan Masalah

Perumusan Masalah

Khasanah Pengetahuan Deduksi Perumusan Kerangka


Koherensi
Ilmiah Berpikir
Perumusan Hipotesis
Pragmatisme

Korespondensi
Induksi

DITERIMA Pengujian Hipotesis DITOLAK


Penjelasan

Penjelasan

Deduktif Probabilistik Genetis Fungsional


IMPLIKASI CABANG FILSAFAT
1. Pada pendidikan
2. Pada guru dan lembaga pendidikan
3. Pada sistem pendidikan berdasarkan Pancasila

Peraga salindia oleh


Asep Suparman
1201147
SPs Universitas Pendidikan Indonesia
Eksistensi Bangsa & Falsafah Hidup

Which way to go?

Image retrieved from


http://www.adcet.edu.au/Cats/Policy_and_Administration.chpx
Eksistensi Bangsa & Falsafah Hidup

Falsafah Hidup Bangsa


Eksistensi Bangsa & Falsafah Hidup
A
g
a
m
a
Sos i
ial n om
Eko
Falsafah
Hidup
Bangsa

Po
liti
a

k
ayd
Bu
Eksistensi Bangsa & Falsafah Hidup
• Falsafah hidup menjadi ciri dari eksitensinya
suatu bangsa.
• Adanya bangsa adalah adanya falsafah yang
menjadi pandangan hidupnya.
• Guna menjamin kelangsungan eksistensi suatu
bangsa, diperlukan pewarisan falsafah hidup
tersebut kepada generasi selanjutnya.
• Pendidikan menjadi cara yang efektif untuk
mewariskan falsafah hidup
Eksistensi Bangsa & Falsafah Hidup
Falsafah
Hidup
Bangsa

Tujuan pendidikan
Transfer Transfer of adalah
of value mempertahankan kelangsungan
Knowledge Pendidikan
eksistensi bangsa

Generasi
Penerus
Bangsa
Filsafat Pendidikan
• "Sekiranya binatang mempunyai kemampuan
menalar, maka bukan harimau Jawa yang
sekarang ini akan dilestarikan supaya jangan
punah, melainkan manusia Jawa."

-- Ceramah Nasoetion, dikutip oleh


Suriasumantri (2010)
Filsafat Pendidikan
• Filsafat adalah pengetahuan dan penyelidikan
dengan akal budi mengenai hakikat segala yang
ada, sebab, asal, dan hukumnya.
• Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan
tata laku seseorang atau kelompok orang dalam
usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan pelatihan.

(KBBI Daring, Edisi III)


Filsafat Pendidikan
• Ranah filsafat adalah pencarian kebenaran
dengan menggunakan akal budi sebagai lawan
dari penerimaan kebenaran berdasarkan mitos
• Ranah pendidikan adalah pendewasan manusia
melalui pengajaran dan pelatihan
• Filsafat pendidikan menjadi pembeda manusia
yang belajar menggunakan akal budi dari
hewan yang belajar mengunakan insting
1. Implikasi Cabang Filsafat pada Pendidikan
A. Metafisika
• Traditionally, metaphysics refers to the branch of philosophy that
attempts to understand the fundamental nature of all reality, whether
visible or invisible (Anderson, 2004)
http://www.websyte.com/alan/metamul.htm

• Objek metafisika bersifat universal dan berhubungan dengan semua


realitas, baik indrawi maupun maknawi
• Pendidikan adalah objek metafisika karena merupakan sebuah
realitas.
• Dari pemikiran metafisis, lahirlah pandangan tentang suatu realitas
yang benar.
• Pendidikan memilih pandangan realitas yang benar (Abdul Hamied,
2012).
1. Implikasi Cabang Filsafat pada Pendidikan

B. Epistemologi
• Dalam bahasa Inggris, epistemology dimaknai sebagai "the
study or theory of nature, sources, and limits of knowlegde"
(Webster's New World College Dictionary, Fourth Edition
2001:479)
• Epistemologi membahas asal-usul dan proses pemerolehan
ilmu
• Dalam epistemologi dikenal 5 metode: empirisme,
rasionalisme, fenomenalisme, intuisionisme, dan dialektik.
• Kelima metode ini bisa dijadikan acuan untuk menyusun
sistem pendidikan
1. Implikasi Cabang Filsafat pada Pendidikan

• Imu bersifat dinamis, pendidikan tidak bisa mengandalkan


pengalaman saja
• Penyusunan sistem pendidikan mulai dari undang-undang
sampai dengan kurikulum seyogianya menggunakan metode-
metode ilmiah
• Kecocokan sistem pendidikan dengan perkembangan zaman
harus diuji menggunakan dasar-dasar ilmiah yang kuat
• Epistemologi, yang mengedepankan pendekatan ilmiah
dalam pemerolehan pengetahuan, sangat berguna untuk
merancang sebuah sistem pendidikan yang cocok dengan
perkembangan kekinian
1. Implikasi Cabang Filsafat pada Pendidikan

C. Etika
• Etika merupakan kajian filsafat tentang nilai dan aturan moral,
tentang benar dan salah, tentang hak dan kewajiban secara
moral, atau tentang akhlak
• Di dalam bahasa Arab, akhlak (‫ )أـخـالق‬merupakan bentuk jamak
dari khuluk (‫ )خلق‬yang artinya budi pekerti (Kamus Almunawir,
364)
• Kajian etika adalah kajian budi pekerti manusia baik sebagai
individu, warga negara, maupun bagian dari masyarakat dunia
• Di dalam dunia pendidikan, etika membantu untuk
merumuskan arah tujuan pendidikan (Abdul Hamied, 2012).
1. Implikasi Cabang Filsafat pada Pendidikan

D. Logika
Pemikiran
Mitos
logis
Sebelum

Setelah
Filsafat

Filsafat
Pendekatan Kebenaran Pendekatan

Taklid Pencarian
(membebek) dalil (alasan)

• Logika menjadi pembeda antara pendidikan zaman


dulu dengan zaman modern
1. Implikasi Cabang Filsafat pada Pendidikan

• Pada zaman sekarang, ketika manusia sudah mengenal


kerangka berpikir menggunakan logika, ukuran tepat
atau tidaknya sebuah sistem pendidikan tidak lagi
didasarkan pada pandangan yang diwariskan secara
tradisional dari generasi ke generasi.
• Logika merupakan alat bantu untuk menghasilkan
ukuran benar dan tepat dalam keterkaitan sebuah
gagasan, yang kemudian dalam pendidikan melahirkan
prosedur berpikir dalam mengutarakan gagasan yang
benar dan tepat (Abdul Hamied, 2012).
2. Implikasi Cabang Filsafat pada Guru &
Lembaga Pendidikan

Pendidik
Pendidik
Pendidik memiliki
memilih
berbekal filsafat hidup
filsafat
filsafat hidup & filsafat
pendidikan
pendidikan

Keyakinan & Pendidik


Wawasan menjadi
memiliki
dasar
pengembangan keyakinan &
pengajaran wawasan
2. Implikasi Cabang Filsafat pada Guru &
Lembaga Pendidikan
• Perkembangan potensi alamiah manusia menuju tingkat
kedewasaan dipengaruhi oleh kondisi alamiah serta
kondisi lingkungan sosial
• Lembaga pendidikan berperan untuk membantu
perkembangan kondisi alamiah peserta didik serta
menciptakan kondisi lingkungan sosial yang cocok dengan
potensi dan kondisi alamiahnya
• Semua hal yang berkaitan dengan permasalahan
perkembangan manusia dan pemecahan masalahnya
melalui jalur pendidikan merupakan hasil pemikiran
filsafat.
3. Implikasi Cabang Filsafat pada Sistem
Pendidikan Berdasarkan Pancasila
Pancasila &
Praktik
Perundang-
Pendidikan
undangan

Teori Filasafat
Pendidikan Pendidikan

• Agar pendidikan bangsa tidak melenceng dari cita-cita nasional, filsafat pendidikan di Indonesia
harus dilandaskan pada Pancasila
• Amanat Pasal 2 UU RI No. 2 Tahun 1989: “Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945”
• Besar hendak melindih, lemah makanan yang kuat,
bodoh makanan yang cerdik
• Semua negara merdeka sekarang menasionalkan,
merahasiakan invention, pendapatnya buat
dipakainya sendiri untuk persaingan dalam
perniagaan atau peperangan! Scientist (ahli bukti)
Indonesia, janganlah bermimpi dia akan dapat dan
bisa mengembangkan invention (penemuannya)
selama pemerintah Indonesia dikemudikan,
dipengaruhi atau diawasi oleh negara lain
beralasan kapitalisme
Tan Malaka dalam Madilog (1943)

Anda mungkin juga menyukai