Anda di halaman 1dari 59

FILSAFAT ILMU

DAN LOGIKA

MATERI KULIAH SMT III- 1

CHMK KEPERAWATAN
APA BEDA
BIDAN/PERAWAT
DENGAN DUKUN ?

2
APA BEDA PENGETAHUAN
DENGAN ILMU PENGETAHUAN ?

3
Pengetahuan diperoleh melalui
pengalaman yang ditangkap oleh
pancaindera manusia

4
Sumber Pengetahuan

* Bersumber Kepada Rasio.


Paham kelompok ini dikenal dengan
idealisme.

Fungsi fikiran
manusia adalah
mengenal prinsip-
prinsip yang akan
menjadi
pengetahuan.
Menggunakan metode Deduktif.
5
* Bersumber dari Pengalaman
Kelompok ini dikenal dengan istilah
empirisme.

Pengetahuan manusia
didapat melalui
pengalaman yang konkrit
melalui panca indra.

6
* Bersumber dari Intuisi dan
Wahyu
1. Intuisi 2. Wahyu
Tidak melalui Melaui nabi dari
Penalaran Tuhan

7
ILMU:
Ilmu diperoleh melalui kajian empiris,
logis, sistematis, rasional, Terbuka
dan Dipertanggungjawabkan
kebenarannya

8
Persamaan dan perbedaan antara
Filsafat dan Agama: Persamaan
antara Filsafat dan Agama:
Semuanya mencari kebenaran.
Perbedaan, Filsafat bersifat
rasional yaitu mendayagunakan
kemampuan akal budi, sehingga
kebenaran dicapai bersifat relatif.
Agama berdasarkan iman atau
kepercayaan terhadap kebenaran
agama, karena merupakan wahyu
dari Tuhan YME, dengan demikian
kebenaran agama bersifat mutlak. 9
Immanuel Kant menyatakan:
1.Apa yang dapat saya ketahui (Was kan ich wiesen)
Mengandung makna tentang batas mana yang dapat dan mana
yang tidak dapat diketahui. Jawabannya adalah suatu fenomena.
Fenomena dibatasi oleh ruang dan waktu. Hal ini menjadi dasar
bagi Epistemologi. Eksistensi Tuhan bukan kajian Epistemologi
karena berada di luar jangkauan indera. Kajian Epistemologi
berada dalam jangkauan indera. Kajian Epistomologi adalah
fenomena, eksistensi Tuhan objek kajian Metafisika.
Epistomologi; Logika Pengetahuan ( Knowledge), Ilmu
Pengetahuan Ilmiah (Science) dan Metodologi.
2. Apa yang harus saya lakukan (Was soll ich tun)
Mengandung nilai (values), disebut Axiologi, yaitu nilai-nilai apa
yang digunakan sebagai dasar perilaku. Kajian Axiologi meliputi
Etika (nilai-nilai keutamaan atau kebaikan dan Estetika atau nilai-
nilai keindahan.
3.Apa yang dapat saya harapkan ( Was kan ich hoffen)
Pengetahuan manusia ada batasnya. Apabila manusia sudah
sampai batas pengetahuannya, manusia hanya bisa
mengharapkan. Hal ini berkaitan dengan being, yaitu hal yang
”ada”, misalnya, apakah jiwa manusia itu abadi atau tidak,
apakah Tuhan itu ada atau tidak. Refleksi tentang Being terbagi
lagi menjadi dua, yaitu Ontologi yaitu struktur segala yang ada,
realitas, keseluruhan objek-objek yang ada, dan Metafisika yaitu
hal-hal yang berada di luar jangkauan indera, misalnya jiwa 10dan
Tuhan.
SEJARAH PERKEMBANGAN
ILMU DAN PENGETAHUAN
Bidang kajian Filsafat
Being=sesuatu yang ada

EPISTEMO
ONTOLOGI
LOGI

12
YUNANI - KUNO ABAD TENGAH ABAD MODERN ABAD KONTEMPORER

6SM 3SM - 6M 14M 14-15M 18M 19M 20M

STRUKTURALISME
RASIONALISME

NEOPOSITIVISME
FENOMENOLOGI
RENAISSANCE

AUFKLARUNG
THEOLOGIAE

POSITIVISME
KRITISISME
EMPIRISME

IDEALISME
LOGOS
MITOS

ANCILLA

FILSAFAT THEOLOGI ILMU CABANG FAKTOR HEURISTIK

BIOLOGI KOMPUTER
ASTRONOMI
AGAMA
FILSAFAT MATEMATIKA PARIWISATA
FILSAFAT
FISIKA
KIMIA DLL.
SOSIOLOGI
YUNANI KUNO

MITOS ..... - 6SM

LOGOS 3SM - 6M
FILSAFAT
Phylo = menyenangi
Sophia = bijaksana
MITOLOGI
Dongeng, Takhayul
Pertanyaan timbul
(ingin tahu)
DE-MITOLOGI
Dipikirkan
(secara kritis)

LOGOS
(ilmu)
Apakah ARCHE dari segala sesuatu yang ada ?
Thales (624 - 548 SM)
AIR
Anaximander (610 - 518 SM)
APEIRON
Anaximanes (590 - 518 SM)
UDARA
Phytagoras (580 - 500 SM)
BILANGAN
Demokritos (460 - 370 SM)
ATOM
SOCRATES (469 - 399SM)
Dialektika
PLATO (427 - 347 SM)
Rasionalisme

ARISTOTELES (384 - 322 SM)


Metafisika
Logika
Biologi
Empirisme
ABAD PERTENGAHAN

ANCILLA THEOLOGIAE
DOGMA
DOGMA
DOGMA DOGMA
DOGMA

DOGMA ABAD KEGELAPAN DOGMA


BAGI ILMU PENGETAHUAN
DOGMA DOGMA
PERMULAAN ABAD MODERN

LEONARDO DA VINCI
COPERNICUS
RENAISSANCE KEPLER
GALILEO GALILEI
14 - 15 MASEHI
FRANCIS BACON

AUFKLARUNG VOLTAIRE

(PENCERAHAN) JJ. ROUSSEAU


MONTESQUIEU
IMMANUEL KANT
18 MASEHI
AGAMA DAN FILSAFAT MULAI DI PISAHKAN

AGAMA DI DASARI KEYAKINAN (KEIMANAN)

FILSAFAT DI DASARI OLEH OLAH PIKIR (SEKULARISASI)


RASIONALISME
EMPIRISME
KRITISISME
IDEALISME
POSITIVISME

TUMBUH ILMU-ILMU CABANG (“MENINGGALKAN FILSAFAT”)


BIOLOGI
ASTRONOMI
MATEMATIKA
FISIKA
KIMIA
SOSIOLOGI
SKEMA HUBUNGAN FILSAFAT DAN ILMU PENGETAHUAN
PENALARAN

22
1. PENALARAN
Manusia Harimau
Memiliki Nalar Tidak memiliki Nalar
 Berfikir * ??
 Merasa * ??
 Bersikap * ??
 Bertindak * ??

23
* Penalaran menghasilkan pengetahuan
melalui berfikir bukan perasaan

Perasaan Berfikir

24
Ciri-Ciri Berfikir Nalar
1. LOGIKA

2. ANALITIK

25
Tiga pokok kegiatan akal budi manusia:
1. Menangkap sesuatu sebagaimana adanya.
Mengakui tanpa memungkirinya;
2. Memberikan keputusan. Menghubungkan
pengertian yang satu dengan pengertian
lainnya atau memungkirinya;
3.Merundingkannya. Menghubungkan keptsan
sedemikian rupa sehingga sampai pada suatu
kesimpulan

26
Prinsip-prinsip penalaran atau aksioma penalaran merupakan
dasar semua penalaran yang terdiri atas tiga prinsip yang
kemudian di tambah satu sebagai pelengkap. suatu pernyataan
mengandung kebenaran universal, kebenarannya sudah
terbukti dengan sendirinya. Prinsip-prinsip penalaran yang
dimaksudkan adalah: prinsip identitas, prinsip nonkontradiksi,
dan prinsip eksklusi, dan sebagai tambahan pelengkap prinsip
identitas adalah prinsip cukup alasan.
Prinsip identitas menyatakan: “sesuatu hal adalah sama
dengan halnya sendiri”. Sesuatu disebut p maka sama dengan
p yang dinyatakan itu sendiri bukan yang lain. Dalam suatu
penalaran jika sesuatu hal diartikan sesuatu p tertentu maka
selama penalaran itu masih berlangsung tidak boleh diartikan
selain p, harus tetap sama dengan arti yang diberikan semula.
Prinsip identitas menuntut konsisten dalam suatu penalaran.
jika suatu himpunan beranggotakan sesuatu maka sampai
kapan pun tetap himpunan tersebut beranggotakan sesuatu
27
tersebut.
Prinsip non kontradiksi menyatakan: “sesuatu tidak mungkin
merupakan hal tertentu dan bukan hal tertentu dalam suatu kesatuan”,
Prinsip ini menyatakan; dua sifat yang berlawanan penuh (secara
mutlak) tidak mungkin ada pada suatu benda dalam waktu dan tempat
yang sama. Dalam penalaran himpunan prinsip nonkontradiksi sangat
penting, dinyatakan bahwa sesuatu hal hanyalah menjadi anggota
himpunan tertentu atau bukan anggota himpunan tersebut, tidak dapat
menjadi anggota 2 himpunan yang berlawanan penuh. Prinsip
nonkontradiksi memperkuat prinsip identitas, yaitu dalam sifat yang
konsisten tidak ada kontradiksi di dalamnya.
Prinsip eksklusi tertii menyatakan “sesuatu jika dinyatakan sebagai
hal tertentu atau bukan hal tertentu maka tidak ada kemungkinan
ketiga yg merupakan jalan tengah”. Prinsip eksklusi tertii menyatakan
juga bahwa dua sifat yang berlawanan penuh (secara mutlak) tidak
mungkin kedua-duanya dimiliki oleh suatu benda, mestilah hanya
salah satu yang dapat dimilikinya sifat p atau non p. Demikian juga
dalam penalaran himpunan dinyatakan bahwa di antara 2 himpunan
yang berbalikan tidak ada sesuatu anggota berada di antaranya, tidak
mungkin ada sesuatu di antara himpunan H dan himpunan non H
sekaligus. 28
Prinsip ketiga ini memperkuat prinsip identitas dan
prinsip nonkontradiksi, yaitu dalam sifat yang konsisten
tidak ada kontradiksi di dalamnya, dan jika ada
kontradiksi maka tidak ada sesuatu di antaranya
sehingga hanyalah salah satu yang diterima.

Prinsip cukup alasan menyatakan: “suatu perubahan yang


terjadi pada sesuatu hal tertentu mestilah berdasarkan
alasan yang cukup, tidak mungkin tiba-tiba berubah tanpa
sebab-sebab yang mencukupi”. Prinsip cukup alasan ini
dinyatakan sebagai tambahan bagi prinsip identitas
karena secara tidak langsung menyatakan bahwa sesuatu
benda mestilah tetap tidak berubah, tetap sebagaimana
benda itu sendiri jika terjadi suatu perubahan maka
perubahan itu mestilah ada sesuatu yang mendahuluinya
29
sebagai penyebab perubahan itu.
30
SILOGISME: suatu penympulan sebagai sebuah keputusan baru dan
berhubungan presmis-premisnya.
SILOGISME terdiri dari dua macam: (1) silogisme kategoris; di mana
premis-premis dan kesimpulannya berupa keputusan kategoris.
Silogisme tunggal dan silogisme tersusun; (2) silogisme hipotesis
premis-premisnya bisa tunggal atau lebih berupa keputusarn hipotesis.

Silogisme kategori tunggal adalah bentuk silogisme yang terdiri dari


Subyek (S); Predikat (P); Term antara (M).
Contoh: Setiap manusia pasti mati M-P
Budi adalah manusia S –M
Jadi, Budi pasti mati S –P

31
ILMU PENGETAHUAN
DAN KEBENARAN

32
KRITERIA KEBENARAN ilmu
 TEORI KOHERENSI
(Plato&Aristoteles).
Suatu pernyataan dianggap benar bila
pernyataan itu bersifat koheren/ konsisten
dengan pernyataan2 sebelumnya yang dianggap
benar.
Manusia adalah mortal
Wawan adalah manusia
Jadi wawan adalah mortal

33
•TEORI KORESPONDENSI
(Bertrand Russell)
Suatu pernyataan adalah benar jika materi pengetahuan
yang terkandung pernyataan itu berkorespondensi/
berhubungan dengan objek yang dituju oleh pernyataan
tersebut.

Benar Salah
Ibukota RI jakarta Ibukota RI London

Secara faktual Ibukota RI memang jakarta


bukan London

34
SUBSTANSI FILSAFAT ILMU

 fakta atau kenyataan,


 kebenaran (truth),
 konfirmasi dan
 logika inferensi
1). Fakta atau kenyataan
Menurut :

 Positivistik berpandangan bahwa sesuatu yang nyata


bila ada korespondensi antara yang sensual satu dengan
sensual lainnya.
 Fenomenologis memiliki dua arah perkembangan
mengenai pengertian kenyataan ini. Pertama, menjurus
ke arah teori korespondensi yaitu adanya korespondensi
antara ide dengan fenomena. Kedua, menjurus ke arah
koherensi moralitas, kesesuaian antara fenomena
dengan sistem nilai.
 Rasionalistik menganggap suatu sebagai nyata, bila ada
koherensi antara empirik dengan skema rasional, dan
 Realisme-metafisik berpendapat bahwa sesuatu yang
nyata bila ada koherensi antara empiri dengan obyektif.
 Pragmatisme memiliki pandangan bahwa yang ada itu
yang berfungsi
2). Kebenaran (truth)
 3 teori kebenaran yaitu koherensi,
korespondensi dan pragmatik (Jujun S.
Suriasumantri, 1982)
 Michel William mengenalkan 5 teori kebenaran
dalam ilmu, yaitu : kebenaran koherensi,
kebenaran korespondensi, kebenaran
performatif, kebenaran pragmatik dan
kebenaran proposisi.
 Noeng Muhadjir menambahkannya satu teori
lagi yaitu kebenaran paradigmatik
2).a. Kebenaran koherensi
Kebenaran koherensi yaitu adanya
kesesuaian atau keharmonisan antara
sesuatu yang lain dengan sesuatu yang
memiliki hirarki yang lebih tinggi dari
sesuatu unsur tersebut, baik berupa
skema, sistem, atau pun nilai.
2).b. Kebenaran korespondensi

Berfikir benar korespondensial adalah


berfikir tentang terbuktinya sesuatu itu
relevan dengan sesuatu lain.
Koresponsdensi relevan dibuktikan adanya
kejadian sejalan atau berlawanan arah
antara fakta dengan fakta yang
diharapkan, antara fakta dengan belief
yang diyakini, yang sifatnya spesifik
2).c. Kebenaran performatif
Ketika pemikiran manusia menyatukan
segalanya dalam tampilan aktual dan
menyatukan apapun yang ada dibaliknya,
baik yang praktis yang teoritik, maupun
yang filosofik, orang mengetengahkan
kebenaran tampilan aktual. Sesuatu benar
bila memang dapat diaktualkan dalam
tindakan.
2).d. Kebenaran pragmatik

Yang benar adalah yang konkret, yang


individual dan yang spesifik dan memiliki
kegunaan praktis.
2).e. Kebenaran proposisi

Proposisi adalah suatu pernyataan yang


berisi banyak konsep kompleks, yang
merentang dari yang subyektif individual
sampai yang obyektif. Suatu kebenaran
dapat diperoleh bila proposisi-proposisinya
benar
2).f. Kebenaran struktural
paradigmatik
Sesungguhnya kebenaran struktural
paradigmatik ini merupakan perkembangan dari
kebenaran korespondensi. Sampai sekarang
analisis regresi, analisis faktor, dan analisis
statistik lanjut lainnya masih dimaknai pada
korespondensi unsur satu dengan lainnya.
Padahal semestinya keseluruhan struktural tata
hubungan itu yang dimaknai, karena akan
mampu memberi eksplanasi atau inferensi yang
lebih menyeluruh.
3). Konfirmasi
Fungsi ilmu adalah menjelaskan, memprediksi
proses dan produk yang akan datang, atau
memberikan pemaknaan. Pemaknaan tersebut
dapat ditampilkan sebagai konfirmasi absolut
atau probalistik. Menampilkan konfirmasi absolut
biasanya menggunakan asumsi, postulat, atau
axioma yang sudah dipastikan benar. Tetapi
tidak salah bila mengeksplisitkan asumsi dan
postulatnya. Sedangkan untuk membuat
penjelasan, prediksi atau pemaknaan untuk
mengejar kepastian probabilistik dapat ditempuh
secara induktif, deduktif, ataupun reflektif.
4). Logika inferensi

Penarikan kesimpulan baru dianggap sahih


kalau penarikan kesimpulan tersebut
dilakukan menurut cara tertentu, yakni
berdasarkan logika. Secara garis besarnya,
logika terbagi ke dalam 2 bagian, yaitu
logika induksi dan logika deduksi. (Jujun
Suriasumantri)
PENGERTIAN ILMU

46
1. PENGERTIAN ILMU
a. Pengertian ilmu dapat dirujukkan pada kata ‘ilm (Arab),
science (Inggris), watenschap (Belanda), dan
wissenschaf (Jerman). (Imam Syafi’ie, Konsep Ilmu
Pengetahuan dalam al-Qur’an (Yogyakarta: UII Press,
2000), hal. 26.)

b. R. Harre menulis ilmu adalah a collection of well-


attested theories which explain the patterns regularities
and irregularities among carefully studied phenomena,
atau kumpulan teori-teori yang sudah diuji coba yang
menjelaskan tentang pola-pola yang teratur atau pun
tidak teratur di antara fenomena yang dipelajari secara
hati-hati. (R. Harre, The Philosophies of Science, an
Introductory Survey (London: The Oxford University Press,
1995), hal. 62.)
c. Pengetahuan yang dapat disepakati sehingga
menjadi suatu “ilmu”, menurut Archie J. Bahm
dapat diuji dengan enam komponen utama yang
disebut dengan six kind of science, yang meliputi
problems, attitude, method, activity,
conclusions, dan effects. (Archie J. Bahm, What’s
Science, (TTP: TP, TT), hal. l )
d. Seringkali ilmu diartikan sebagai pengetahuan,
tetapi tidak semua pengetahuan dapat
dinamakan sebagai ilmu, melainkan
pengetahuan yang diperoleh dengan cara-cara
tertentu berdasarkan-kesepakatan para
ilmuwan. (Dawam Raharjo, “Ilmu, Ensiklopedi al-Qur’an”,
dalam Jurnal Ulumul Qur’an, No. 4. Vol. 1, Jakarta, 1090,
hal. 56.)
e.Akhirnya Ilmu dapat didefinisikan : Ilmu
adalah rangkaian aktivitas manusia yang
rasional dan kognitif dengan berbagai
metode berupa aneka prosedur dan tata
langkah sehingga menghasilkan kumpulan
pengetahuan yang sistematis mengenai
gejala-gejala kealaman, kemasyarakatan
atau individu untuk tujuan mencapai
kebenaran, memperoleh pemahaman,
memberikan penjelasan ataupun
melakukan penerapan. (The Liang Gie, Pengantar
Filsafat Ilmu, Liberty,Yogyakarta,1991,hal.90)
2. HAKEKAT ILMU
AKTIFITAS
(SEBAGAI PROSES)

ILMU
METODE PENGETAHUAN
(SEBAGAI (SEBAGAI PRODUK)
PROSEDUR)
ILMU SBG AKTIFITAS (PROSES)

1. Rasional Proses pemikiran yang


berpegang pada kaidah-
kaidah logika

Ilmu
Sbg 2. Kognitif Proses mengetahui dan
Aktifitas memperoleh pengetahuan

- Mencapai kebenaran

3. Teknologis - Memperoleh pemahaman


- Memberikan penjelasan
- Melakukan penerapan
dengan melalui peramalan
atau pengendalian
ILMU SBG METODE ILMIAH (PROSEDUR)
-Pengamatan - Percobaan
- Pengukuran - Survey
1. Pola Prosedural
- Deduksi - Induksi
- Analisis - Lainnya

1. Menentuan Masalah
2. Tata Langkah 2. Perumusan Hipotesis (bila
Perlu)
Ilmu
3. Pengumpulan Data
Sbg
Metode 4. Penurunan Kesimpulan
Ilmiah 5. Pengujian Hasil
3. Berbagai - Daftar pertanyaan
Teknik - Wawancara
- Perhitungan
- Pemanasan
- Lainnya
4. Aneka Alat
- Timbangan
- Meteran
- Perapian
- Komputer
- Lainnya
ILMU SBG PENGETAHUAN ILMIAH (PRODUK)

Obyek Material
1. Segi Obyek
Pengetahuan
Obyek Formal
Ilmu Sbg
Pengetahua
n Ilmiah - Empiris
2. Segi Sifat - Sistematis
Pengetahuan
- Obyektif
- Analitis
- Verifikatif
3. DIMENSI ILMU
1. Dimensi ekonomik
2. Dimensi linguistik
1. Cabang Ilmu 3. Dimensi matematis
4. Dimensi politik
5. Dimensi psikologis
6. Dimensi sosiologi

Dimensi
2. Pengetahuan 1. Dimensi filsafati
Ilmu reflektif-abstrak 2. Dimensi logis

1. Dimensi Kebudayaan
2. Dimensi sejarah
3. Aspek realitas 3. Dimensi kemanusiaan
4. Dimensi rekreasi
5. Dimensi sistem
6. Dimensi lainnya
5. PENGGOLONGAN
PENGETAHUAN ILMIAH
A. Ilmu Teoritis
1. Ragam Ilmu B. Ilmu Praktis

Pembagian
Sistematis I. Ilmu Matematis
Pengetahua
n Ilmiah II. Ilmu Fisis
III. Ilmu Biologis
2. Jenis Ilmu IV. Ilmu Psikologis
V. Ilmu Sosial
VI. Ilmu Linguistik
VII.Ilmu Interdipliner
METODE ILMIAH
SEJARAH PERKEMBANGAN METODE
ILMIAH
1. JAMAN SEBELUM MASEHI
Di dalam buku kedokteran Mesir kuno, yakni
the Edwin Smith papyrus, (kira-2 1600 SM)
disebutkan bahwa beberapa komponen dasar
metode ilmiah telah dilakukan seperti
pengujian (examination), diagnosa, treatment
dan prognosis terhadap suatu penyakit;
Di Babilonia, sebagaimana termaktub dalam
buku The Ebers papyrus (kira-2 1550 SM) juga
sudah terdapat upaya pembuktian secara
empirik.
2. YUNANI KUNO (500 SM)
BEBERAPA KOMPONEN DASAR METODE
ILMIAH TELAH DILAKUKAN PADA MASA
INI.
BAHKAN GEOMETRI TELAH DIJADIKAN
UKURAN UNTUK MEMBUAT SEPATU DI DI
YUNANI PADA MASA ITU.
• TEORI PRAGMATIS
(Charles S. Peirce).
Suatu pernyataan adalah Benar, jika
pernyataan itu atau konsekuensi dari
pernyataan itu mempunyai kegunaan
praktis dalam kehidupan manusia.
“ Kebenaran ini didasarkan
kepada perspektif waktu”.
Kelompok ini percaya pada agama
sebab agama memberi pegangan
moral

59

Anda mungkin juga menyukai