Anda di halaman 1dari 20

KOORDINASI DAN KERJA SAMA

ANTARPEMERINTAH DAERAH

MUHAMMAD JASELA SAPUTRA


R I VA R Z I A U L H A Q
A. PENGERTIAN KOORDINASI
Koordinasi adalah kegiatan yang dipimpin oleh ketua/kepala (yang mengkoordinasikan) untuk menyatupadukan
kegiatan semua anggota/komponen/unit di bawah tanggungnya secara teratur dan menjamin kesatuan
tindakan dalam mencapai tujuan. Koordinasi mengandung 3 unsur berikut :
1. Sebagai kegiatan menyatupadukan kegiatan unit-unit organisasi:
2. Kegiatan tersebut untuk menghilangkan kekacauan dan ketidak selarasan antar unit/pejabat:
3. Kegiatan tersebut digunakan untuk menyatupadukan program, waktu, dan biaya dalam rangka mencapai
tujuan.
Dapap kita simpulkan bahwa kegiatan koordinasi adalah menyatupadukan kegiatan organisasi pemerintahan
untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan.
Beberapa pakar berpendapat bahwa masalah kerja sama, persengketaan, perselisihan, atau pertikaian
merupakan bagian dari koordinasi sebagaimana diutarakan oleh ateng Safrudin (1976: 67).
Jika kita kaitkan dengan ruang lingkupnya. Koordinasi pemerintahan itu meliputi hal berikut:
1. Kegiatan pemerintahan dan pembangunan akan melibatkan sumber daya dan masyarakat. Oleh karena itu,
hasil guna dan daya guna menjadi pedoman.
2. Bagaimana menjamin keterpaduan dalam kegiatan untuk mencapai tujuan bersama dalam pemerintahan
dan pembangunan. Komponen yang terlibat
3. sama penting, berbeda kontribusi karena perbedaan peran dan fungsi. Oleh kerena itu, tidak ada yang
tidak diperhitungkan.
Kita banyak mendengar dan melihat di berbagai media massa ataupun laporan resmi
pemerintah tentang tumpang tindihnya kewenangan antara instansi vertikal milik
pemerintah pusat dan dinas daerah. Seharusnya, instansi vertikal dengan dinas daerah
saling sinergi (saling memperkuat), tetapi faktanya saling berbenturan kewenangan dan
kepentingan. Akibatnya, terjadinya inefisiensi pemerintahan dan pembangunan.
Misalnya, dalam penanganan bencana alam tampak sekali kurang atau bahkan tidak ada
koordinasi antara instansi vertikal dan dinas daerah. Akibatnya, penduduk yang tertimpa
musibah tidak ada yang dengan cepat ditolong oleh negara. Pemerintah pusat dan
pemerintah daerah saling lempar tanggung jawab. Pusat menyatakan bahwa masalah ini
sudah merupakan kompetensi daerah, sedangkan daerah menyatakan bahwa urusan
bencana tidak didesentralisasikan.
Ketidakpaduan penanganan masalah pemerintahan dan pembangunan ini mendorong gagasan wadah koordinasi.
Pada zaman orde baru, pada setiap tingkatAn pemerintahan, bentuk wadah koordinasi.
Pada daerah tingkat 1, dibentuk musyawarah pimpinan daerah tingkat 1 (muspida tk 1) yang terdiri dari gubernur,
panglima daerah militer, kepala kejaksaan tinggi, dan kepala kepolisian daerah.
Pada daerah tingkat 2, dibentuk musyawarah pimpinan daerah tingkat 2 (Muspida tk 2) yang terdiri atas
bupati/walikota, komandan daerah militer, kepala kejaksaan negeri, kepala kepolisian resor.
Pada tingkat kecamatan, dibentuk musyawarah pimpinan kecamatan (muspika) yang terdiri atas camat, komandan
Koramil, kepala Polsek.
Sejak 2000 sampai 2014, forum koordinasi pimpinan daerah tersebut dihilangkan. Akan tetapi, di bawah UU nomor
23/2014, forum koordinasi pimpinan daerah dibentuk kembali dengan nama baru: forum koordinasi pimpinan
daerah disingkat forkopimda. Forum ini digunakan untuk membahas penyelenggaraan urusan pemerintahan
umum. Forkopimda dibentuk di provinsi, kabupaten/kota dan kecamatan.
B. PERAN GUBERNUR DAN BUPATI/WALIKOTA DALAM
KOORDINASI PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DI DAERAH
Presiden selaku kepala pemerintahan dan pembangunan merupakan koordinator pemerintahan. Dalam
melaksanakan kewenangannya, presiden mengangkat menteri-menteri. Selain itu, presiden dibantu pula oleh
kepala lembaga pemerintahan non kementerian (lpnk). Lpnk adalah lembaga khusus yang membantu
presiden dalam menangani masalah khusus yang bukan tugas dan fungsi kementerian serta merupakan
unsur pemerintah pusat. Dengan bervariasinya tugas kementerian dan lpnk, diperlukan suatu instansi yang
bertugas mengoordinasikan tugas dan kegiatan yang dilaksanakan oleh kementerian dan lpnk. Atas dasar
pertimbangan tersebut, dibentuklah menteri koordinator yang bertugas mengkoordinasikan bidang-bidang
kegiatan tertentu untuk kelancaran tugas kabinet.
1. PERAN KEPALA DAERAH DALAM KOORDINASI
PEMERINTAHAN DAN PEMBANGUNAN DI DAERAH
Kepala daerah, baik gubernur maupun Bupati walikota, mempunyai peran yang sangat menentukan dalam
mencapai keberhasilan pembangunan. Di sini, peran sebagai koordinator juga sangat menentukan karena
tanpa adanya koordinasi yang baik, jalannya pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan tidak efektif.
Berikut ini adalah penjelasan peranan kepala daerah dalam koordinasi pemerintahan dan pembangunan.
* Koordinasi perencanaan
kepala daerah membuat rencana pembangunan jangka panjang (rpjp), Rencana pembangunan jangka
menengah (rpjm), dan rencana kerja pembangunan (rkp). Dalam pembuatan perencanaan pembangunan
tersebut. Kepala daerah berkoordinasi dengan DPRD untuk mendapat persetujuan. Rpjp dan RPJM ditetapkan
dalam peraturan daerah, kemudian disosialisasikan kepada SKPD melalui sekretaris daerah dan untuk
selanjutnya diterjemahkan menjadi program dan kegiatan masing-masing bidang tugas dinas daerah dan
lembaga teknis daerah.
* koordinasi pelaksanaan
hasil perumusan kebijakan teknis masing-masing dinas/lembaga teknis daerah berupa program kegiatan
dilaksanakan dalam bentuk program kegiatan pemerintahan dan pembangunan satuan pimpinan unit organisasi
yang ada wajib mengawasi dan mengkoordinasikan bawahannya masing-masing agar tidak terjadi penyalahgunaan,
penyimpangan, dan sejenis lainnya. Kalaupun ada, kesalahan tersebut segera dapat diperbaiki. Jadi, setiap pimpinan
satuan organisasi bertanggung jawab memimpin dan mengkoordinasikan bawahannya masing-masing serta
memberi petunjuk dan bimbingan dalam pelaksanaan tugas.
* koordinasi pelaporan
setiap pimpinan satuan organisasi wajib mengikuti dan mematuhi petunjuk dan Bertanggung jawab pada atasan
masing-masing serta menyampaikan laporan berkala tepat waktu pada atasannya. Laporan yang diterima oleh
atasan wajib diolah dan dipergunakan sebagai bahan laporan lebih lanjut dan untuk memberikan petunjuk kepada
bawahannya. Setiap pimpinan satuan organisasi dibantu oleh satuan organisasi yang berada di bawahnya serta
dalam rangka memberikan bimbingan kepada bawahan wajib mengadakan rapat secara berkala.
* Koordinasi pertanggungjawaban
masing-masing pimpinan perangkat daerah bertanggung jawab kepada kepala daerah melalui sekretaris daerah.
Selanjutnya sekretaris daerah menyampaikan laporan tersebut kepada bupati/walikota/gubernur. Setiap kepala
daerah wajib mempertanggungjawabkan kegiatan berbasis Renstra tersebut kepada DPRd. Pertanggungjawaban
kepala daerah terdiri atas berikut: 1 pertanggungjawaban akhir tahun anggaran 2 pertanggungjawaban akhir masa
jabatan 3 pertanggungjawaban untuk hal tertentu.
*koordinasi pelaksanaan tugas dekonsentrasi dan pembantuan
pelaksanaan tugas dekonsentrasi dilakukan oleh perangkat dekonsentrasi. Baik di provinsi maupun di
kabupaten/kota, sedangkan pelaksanaan tugas pembantuan dilakukan oleh dinas-dinas daerah. Dalam hal
pelaksanaan dekonsentrasi, kepala daerah memberitahu kepada DPRD kegiatan dekonsentrasi agar DPRD
mengetahui kegiatan dekonsentrasi sejak dari perencanaan, pelaksanaan, hingga pelaporan. Dengan adanya
koordinasi ini, diharapkan terjadi sinergi dalam pelaksanaan dan berdaya guna serta berhasil guna.
Tugas pembantuan dilaksanakan oleh dinas daerah. Kepala daerah memberitahu kepada DPRD bahwa di daerahnya
ia mendapat tugas dari pemerintah atasan untuk melaksanakan sebagian kewenangannya. Pelaksanaan tugas
pembantuan perlu dikoordinasikan dengan pelaksanaan urusan pemerintahan yang didesentralisasikan agar tidak
tumpang tindih.
C. KERJASAMA ANTAR PEMERINTAHAN DAERAH
1. Pengertian kerjasama antar daerah
kerjasama ini merupakan upaya yang sangat penting dalam memajukan daerah, terutama daerah yang secara
potensial kaya sumber daya alam, tetapi kekurangan modal dan teknologi untuk mengelola sumber daya alam
yang ada. Sumber daya manusia yang ada perlu ditingkatkan kualitasnya sejalan dengan masukan modal dan
teknologi tersebut supaya tidak menjadi penonton dalam pembangunan daerah. Kerjasama antar daerah dalam
bidang pemerintahan dapat dilakukan seperti berikut: a. Antar kabupaten/kota b. Antar kabupaten dari kota
dan provinsi c. Antar kabupaten dan pemerintah pusat.
2. Bentuk kerjasama
kerjasama dapat dikategorikan menjadi dua bentuk, yaitu kerjasama bilateral dan kerjasama multilateral.
Kerjasama bilateral merupakan kerjasama yang melibatkan dua pihak. Kerjasama dua pihak ini terutama antar
daerah bertetangga. Kendatipun demikian. Antar daerah yang tidak bertetangga atau cukup jauh kerjasama itu
dapat dilakukan selama ada kebutuhan atau kepentingan masing-masing daerah. Sebagai contoh, kerjasama
pemerintah DKI Jakarta dengan provinsi tetangganya, Jawa barat dan Banten dalam bidang berikut: a. Pembinaan
tenaga kerja dan kependudukan; b. Ketentraman dan ketertiban; c. Transportasi; d. Tata ruang; dan sebagainya.
Kerjasama bilateral tidak hanya dilakukan antar pemerintah daerah, tetapi dapat juga antar pemerintah daerah
dengan badan atau lembaga lain yang berada di daerah atau wilayah dan lembaga yang berada di pusat atau di luar
negeri atas dasar saling menguntungkan.
Kerjasama multilateral merupakan kerjasama yang dilakukan oleh tiga pihak atau lebih untuk mengatur
kepentingan bersama. Pada kerjasama multilateral ini, bidang kerjasama dapat terdiri atas beberapa bidang
kegiatan dalam lingkup antar daerah, antar wilayah, antar negara untuk mewujudkan tujuan bersama.
* Kerjasama multilateral antar daerah
* Kerjasama multilateral antar daerah provinsi (antar wilayah)
*kerjasama pemerintah daerah antar negara
3. Prosedur kerjasama
untuk mencapai keputusan bersama dilakukan proses kerjasama yang dikenal dengan istilah prosedur kerjasama.
Secara umum, prosedur kerjasama daerah dilakukan melalui hal berikut,
A. Pada tahap awal, gagasan tentang kerjasama dicetuskan oleh salah satu pihak yang merasa berkepentingan,
kemudian meminta persetujuan Kepala daerah bupati/walikota. Kepala daerah kemudian menyampaikan
kepada DPRD untuk meminta persetujuannya.
B. Tahap kedua, yaitu adanya prakarsa untuk melakukan kontak-kontak dengan pihak yang akan diajak
kerjasama. Bentuknya adalah pembicaraan antar pejabat yang ditunjuk untuk mengurusi kerjasama tersebut.
C. Setelah objek kerjasama dan prinsip-prinsip umum dalam kerjasama disepakati bersama, langkah lebih lanjut
dapat dilakukan. Tahap ini merupakan penggarapan teknis kerjasama agar dapat berjalan dan menguntungkan
pihak yang bekerja sama.
D. Pembentukan badan kerjasama atau semacam panitia ad Hoc yang bertugas melakukan perundingan-
perundingan, diskusi-diskusi, dan pengkajian lebih lanjut terhadap detail dari kerjasama yang akan dilakukan.
E. Badan kerjasama beranggotakan wakil daerah dan wakil badan lembaga atau wakil pihak yang berkepentingan.
Detail dari materi kerjasama biasanya menyangkut objek/materi yang akan di kerja samakan, susunan
organisasi/personalia, ketentuan teknis pelaksanaan kerjasama. Pembiayaan/anggaran, jangka waktu, serta
ketentuan lainnya yang dipandang perlu.
F. Setelah badan kerjasama selesai menyusun draft keputusan bersama, tahap selanjutnya adalah proses finalisasi
draft untuk selanjutnya dimintakan persetujuan kepada DPRD masing-masing daerah.
G. Tahap penandatanganan keputusan bersama oleh masing-masing pihak: adanya penandatanganan oleh pihak
yang bekerja sama dalam konteks, biasanya antara gubernur, bupati atau walikota serta antar gubernur, bupati,
dan walikota dengan pihak lain (kepala badan/lembaga) yang berwenang menandatangani keputusan bersama
tersebut.
H. Pengesahan oleh DPRD masing-masing untuk kerjasama yang membebani masyarakat.
RANGKUMAN/KESIMPULAN
Makan bagian integral dalam menjalani manajemen pemerintahan daerah. Sebagai kegiatan manajemen,
kegiatan ini akan lebih bermakna apabila ditunjang oleh kegiatan integrasi dan sinkronisasi dalam upaya
mencapai sasaran dan tujuan serta menjalankan misi untuk mewujudkan visi. Dalam pelaksanaan
koordinasi pemerintah daerah, sekretaris daerah mempunyai peranan yang sangat penting. Ia mempunyai
kedudukan, tugas, dan fungsi dalam mengkoordinasikan antar perangkat daerah yang mencakup dinas
daerah atau unit pelaksana teknis daerah. Penyusunan atau pembentukan perangkat daerah didasarkan
atau berpedoman pada peraturan pemerintah. Jumlah perangkat daerah harus disesuaikan dengan
kebutuhan riil daerah atau kondisi nyata daerah sehingga terbentuk organisasi yang efisien dan efektif untuk
mencapai tujuan, menjalankan misi, dan mewujudkan visi masing-masing daerah.
Untuk pembangunan dan kemajuan daerah, pemerintah Daerah dapat Melakukan kerjasama dengan berbagai
pihak yang memungkinkan, baik dari sumber dalam negeri maupun luar negeri. Pemerintah daerah dapat
bekerja sama apabila mendapat persetujuan DPRD. Kerjasama bilateral dalam negeri dapat dilakukan antar
pemerintah daerah, pemerintah pusat dan dengan instansi atau lembaga yang dibutuhkan. Namun, dalam
kerjasama luar negeri, daerah harus mendapat persetujuan pemerintah pusat yang diwakili oleh menteri
keuangan. Menteri keuangan mengevaluasi kesesuaian proyek yang akan dibiayai, kemampuan keuangan
daerah, dan kemampuan daerah untuk membayar pinjaman. Atas dasar ini persetujuan atau ketidaksetujuan
diberikan oleh pemerintah pusat.
TERIMA KASIH ATAS PERHATIANNYA

Anda mungkin juga menyukai