Anda di halaman 1dari 13

ASUHAN KEPERAWATAN FRAKTUR BASIS

CRANI

KELOMPOK 8 :
1. Ike Safira Afta Maulida (1801100486)
2. Kitera Telenggeng (1801100487)
PENGERTIAN

Cedera kepala merupakan cedera yang meliputi trauma kulit kepala,


tengkorak, dan otak. Cedera kepala menjadi penyebab utama kematian
disabilitas pada usia muda.

Penderita cedera kepala seringkali mengalami edema serebri yaitu


akumulasi kelebihan cairan di intraseluler atau ekstraseluler ruang otak atau
perdarahan intrakranial yang mengakibatkan meningkatnya tekanan
intrakranial. (Morton,2012
1. Fraktur petrosa os temporal

2. Fraktur longitudinal os temporal


KLASIFIKASI

3. Fraktur transversal os temporal

4. Fraktur condylar os oksipital


ETIOLOGI

Menurut Tarwoto (2007), penyebab cedera kepala adalah karena adanya trauma yang
dibedakan menjadi 2 faktor yaitu :
1) Trauma primer
Trauma primer terjadi karena benturan langsung atau tidak langsung
(akselerasi dn deselerasi)
2) Trauma sekunder
Terjadi akibat dari truma saraf (melalui akson) yang meluas, hipertensi
intrakranial, hipoksia, hiperkapnea atau hipotensi sistemik.
3) Kecelakaan lalu lintas
4) Pukulan dan trauma tumpul pada kepala
5) Terjatuh
6) Benturan langsung dari kepala

7) Kecelakaan pada saat olahraga

8) Kecelakaan industri.
MANIFESTASI KLINIS
Menurut Mansjoer, 2000 :
a. Pingsan tidak lebih dari sepuluh menit
b. Setelah sadar timbul nyeri
c. Pusing
d. Muntah
e. GCS : 13-15
f. Tidak terdapat kelainan neurologis
g. Pernafasan secara progresif menjadi abnormal
h. Respon pupil lenyap atau progresif menurun
i. Nyeri kepala dapat timbul segera atau bertahap
Menurut Engram (2007), Tanda dan Gejala fraktur basis cranii berdasarkan
klasifikasi sebagai berikut:
1. Faktor petrous os temporal
a. Otorrhea

b. Battle sign (Memar pada mastoids)

c. Rhinorrhea

d. Raccoon eyes (Memar di sekitar palpebral)


e. Kehilangan kesadaran dan GCS dapat bervariasi
tergantung pada kondisi patologis intracranial
2. Fraktur longitudinal os temporal

Fraktur longitudinal os temporal berakibat pada terganggunya tulang pendengaran

3. Fraktur tranversal os temporal

Fraktur transfersal os temporal melibatkan saraf cranialis VIII dan lairin, sehingga

menyebabkan nystagmus, ataksia, dan kehilangan pendengaran permanen

(permanent neural hearing loss)

4. Fraktur condylar os oksipital

Fraktur condylar os oksipital adalah cedera yang sangat lagka dan serius.

Sebagian besar pasien dengan fraktur condylar os oksipital, terutama dengan tipe

III berbeda dalam keadaan koma dan terkait cidera tulang belakang serviklis.
PATOFISIOLOGI
Fraktur basis cranii merupakan fraktur akibat benturan langsung pada daerah- daerah dasar tulang tengkorak (oksiput, mastoid,
supraorbital), transmisi energy yang berasal dari benturan pada wajah atau mandibula, atau efek “remote” dai beraturan pada kepala
(“gelombang tekanan”) yang dipropagasi dari titik benturan atau perubahan bentuk tengkorak) (Crowin, 2009).
Fraktur basis crani telah dikaitkan dengan berbagai mekanisme termasuk benturan dari arah mandibular atau wajah dan kubah
tengkorak, atau akibat beban inersia pada kepala (sering disebut cedera tipe whiplash). Terjadinya beban inersia, misalnya, ketika dada
pengendara sepeda motor berhenti secara mendadak akibat mengalami benturan dengan sebuah objek misalnya pagar. Kemudian secara
tiba-tiba mengalami percepatan gerakan namun pada area medulla oblongata mengalami tahanan oleh foramen magnum, beban inersia
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Menurut Arif Mutaqin 2008 Pemeriksaan f. BAER


Penujunang Pasien cedera g. PET
Kepala : h. CSS
a. CT Scan i. Kadar elektrolit
b. MRI j. Screen toxilogy
c. Cerebral Angiography k. Rontgen thoraks 2 arah (PA/AP dan
d. Serial EEG lateral)
e. Sinar X l. Toraksentesis menyatakan darah/cairan
m. Analisa Gas Darah (AGD/Astrup)
PENATALAKSANAAN
1. Keperawatan
a. Observasi 24 jam
b. Jika pasien masih muntah sementara dipuasakan terlebih dahulu. Makanan atau
cairan, pada trauma ringan bila muntah-muntah, hanya cairan infus dextrose 5%,
amnifusin, aminofel (18 jam pertama dari terjadinya kecelakaan), 2-3 hari kemudian
diberikan makanan lunak
c. Berikan terapi intravena bila ada indikasi
d. Pada anak diistirahatkan atau tirah baring
2. Medis
a. Terapi obat-obatan
KOMPIKLASI

Kemunduran pada kondisi pasien mungkin karena perluasan hematoma intracranial, edema
serebral progresif, dan herniasi otak.
a) Edema serebral dan herniasi
b) Defisit neurologic dan psikologic
c) Komplikasi lain secara traumatic
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
 
1. PENGKAJIAN
a. Identitas Pasien
b. Riwayat kesehatan
c. Pemeriksaan Fisik
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Risiko perfusi serebral tidak efektif (D.0017)
b. Bersihan jalan nafas tidak efektf (D.0001)
c. Defist nutrisi
3. Implementasi
4. Evaluasi

Anda mungkin juga menyukai