Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PROSES PENYUSUNAN RENCANA DAN PERENCANAAN DALAM

MANJEMEN KEPERAWATAN

OLEH :

HAFSHAH AGUSTINA PUTRI (1801100483)

SEA GATY TRISNANI (1801100498)

PROXIMA CENTAURI

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDEDES MALANG

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur sepatutnyalah kita panjatkan kehadirat Tuhan yang maha Kuasa, karena atas
berkat, pertolongan dan petunjuknya sehingga penulis dapat menyelesaikan paper yang berjudul
PROSES PENYUSUNAN RENCANA DAN PERENCANAAN DALAM MANJEMEN
KEPERAWATAN tepat pada waktu yang telah ditentukan.

Kami sadar Makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu segala saran,
kritik, dan masukan yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini

Malang, 16 oktober 2021

DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Setiap perencanaan kadang-kadang memiliki suatu kelemahan, tetapi manfaat yang didapat dari proses
perencanaan jauh lebih banyak. Oleh karana itu, perencanaan tidak hanya seharusnya dilakukan, tetapi
memang harus dilakukan. seperti yang telah ketahui, fungsi-fungsi manajemen tidak akan berjalan tanpa
adanya suatu proses perencanaan.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana proses penyusunan rencana?

2. Bagaimana perencanaan dalam manajemen asuhan keperawatan ?

C.TUJUAN

Untuk memberikan informasi kepada pembaca tentang penyusunan perencanaan dalam konsep
keperawatan

BAB II

PEMBAHASAN

I. Proses penyusunan rencana penyelesaian masalah manajemen


Proses manajemen merupakan proses yang holistic, melibatkan banyak sisi yang akan saling
berinteraksi. Sebagai langkah awal dari proses ini, langkah teknis yang dapat dipelajari adalah
bagaimana keperawatan mampu memetakan masalah dengan suatu metode analisis tertentu
seperti mengguanakan analisis SWOT dan TOWS. Langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk
membuat perencanaan adalah:
1) Pengumpulan data.
2) Analisis lingkungan
a) Analisis Situasi
Jika keperawatan ingin berhasil, jangan takut untuk berpikir besar. Oleh karena itu,
keperawatan harus memulai bertindak berdasarkan tujuan. Perawat sebagai manusia
seringkali melewatkan hal-hal semestinya perawat lakukan dan melakukan hal-hal yang
mestinya perawat lewatkan. Hal ini terjadi karena sebagian besar perawat lupa merumuskan
tujuan dari setiap langkah yang diambilnya sehingga sering kali terjadi perawat tersesat
ditengah jalan dan hanya berputar-putar. Selalu diperlukan upaya untuk memusatkan
konsentrasi organisasi layanan keperawatan untuk melihat apa yang diinginkanya,
bagaimana cara mencapainya dan melakukan evaluasi sejauh mana hal tersebut terlaksana.
Proses manajemen merupakan proses yang holistik, melibatkan banyak sisi yang akan
saling berinteraksi. Sebagai langkah, langkah teknis yang dapat dilaksanakan adalah
bagaimana keperawatan dapat memetakan masalah dengan suatu metode analisis tertentu
seperti SWOT< TOWS dan analisis “tulang ikan”.
b) Analisis SWOT: Strenght, Weakness, Opportunities, Threats.
Analisis SWOT adalah bentuk analisis situasi dan kondisi yang bersifat deskriptif
(memberi gambaran). Analisis ini menempatkan situasi dan kondisi sebagai sebagai factor
masukan, yang kemudian di kelompokkan menurut kontribusinya masing-masing. Satu hal
yang harus di ingat baik – baik oleh para pengguna analisis SWOT bahwa analisis SWOT
adalah semata – mata alat analisis yang di tujukan untuk menggambarkan situasi yang
sedang di hadapi atau yang mungkin akan di hadapi oleh organisasi, dan bukan sebuah alat
analisis “ajaib” yang mampu memberikan jalan keluar yang “ajaib” bagi masalah – masalah
yang di hadapi oleh organisasi layanan keperawatan. Analisis tersebut terbagi atas empat
komponen dasar berikut:
1. Srength (S) adalah situasi atau kondisi yang merupakan kekuatan dari keperawatan pada
saat ini.
2. Weakness (W) adalah situasi atau kondisi yang merupakan kelemahan dari keperawatan
atau program layanan asuhan keperawatan pada saat ini.
3. Opportunity (O) adalah situasi atau kondisi yang merupakan peluang berkembang bagi
layanan keperawatan di masa depan.
4. Threat (T).
Selain empat komponen dasar analisis SWOT ini, berkembang pula beberapa
subkomponen hasil proses analisis yang jumlahnya bergantung pada kondisi organisasi.
Sebenarnya masing – masing subkomponen adalah pengejawatahan dari masing – masing
komponen, seperti komponen Strength mungkin memiliki 12 subkomponen, komponen
weakness mungkin memiliki 8 subkomponen, dan seterusnya. Terdapat 2 model analisis
SWOT yang umum di gunakan dalam melakukan analisis situasi antara lain model kuantitatif
dan model kualitatif.
a. Model kualitatif. Suatu asumsi dasar dari model ini adalah kondisi yang berpasangan
antara S dan W serta O dan T. kondisi berpasangan ini terjadi karena di asumsikan
bahwa dalam setiap kekuatan, selalu ada kelemahan yang tersembunyi dan dari setiap
kesempatan yang terbuka, selalu ada ancaman yang harus di waspadai. Ini berartibahwa
setiap satu rumusan Srength (S), harus selalu memiliki satu pasangan Weakness (W),
dan setiap satu rumusan Opprtunity (O) harus memiliki pasangan satu Threat (T).
b. Model kualitatif, unit urutan dalam membuat analisis SWOT kualitatif, tidak berbeda
jauh dengan urut – urutan model kuantitatif. Perbedaan besar di antara keduanya
adalah pada saat pembuatan subkomponen dari masing – masing komponen. Apabila
pada model kuantitatif, setiap subkomponen S memiliki pasangan subkomponen W, dan
satu subkomponen T. akan tetapi, dalam model kualitatifhal tersebut tidak terjadi.
Selain itu, subkomponen pada masing – masing komponen (S-W-O-T) adalah berdiri
bebas dan tidak memiliki hubungan satu sama lain.
Sebagai alat analisis, analisis SWOT berfungsi sebagai panduan pembuatan peta.
Ketika berhasil membuat peta, langkah tidak boleh berhenti karena peta tidak menunjukkan
kemana harus pergi, tetapi peta dapat menggambarkan banyak jalan yang dapat di temput
jika ingin mencapai tujuan tertentu. Peta baru akan berguna jika tujuan telah di tetapkan.
Tujuan dapat di tetapkan dengan membangun visi – misi atau program dalam layanan
keperawatan yang akan di bahas. (Simamora, 2012). Pada analisis SWOT ini ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan:
1) Pengisian Item Internal Dactors (IFAS) dan External factors (EFAS)
Cara pengisian IFAS dan EFAS disesuaikan dengan komponen yang ada dalam
pengumpulan data (bisa merujuk pada data fokus dan contoh pengumpulan data pada
bagian lain di dalam buku ini).Data tersebut dibedakan menjadi dua, yaitu IFAS yang
meliputi aspek kelemahan (weakness) dan kekuatan (strength) dan EFAS yang meliputi
aspek peluang (opportunity) dan ancaman (Threatened).
2) Bobot
Beri bobot masing-masing faktor mulai 1,0 (paling penting) sampai dengan 0,0
tidak penting, berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap strategi perusahaan.
3) Peringkat (Rating)
Hitung peringkat masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai 4
(sangat baik) sampai dengan 1 (kurang) berdasarkan pengaruh faktor tersebut. Data
peringkat didapatkan berdasarkan hasil pengukuran baik secara observasi, wawancara,
pengukuran langsung. Faktor kekuatan dan peluang menggambarkan nilai kinerja
positif, sebaliknya faktor kelemahan dan ancaman menggambarkan nilai kinerja yang
negatif. Kemudian, bobot dikali dengan peringkat untuk mendapatkan nilai masing-
masing faktor.
4) Setelah didapatkan nilai masing-masing faktor, untuk mendapatkan nilai IFAS adalah:
kekuatan dikurangi kelemahan (S – W) dan EFAS adalah peluang dikurangi ancaman (O –
T). Hasil dari nilai IFAS dan EFAS kemudian dimasukkan di dalam diagram layang (Kit
Kuadran) untuk mengetahui masalah dan strategi perencanaan berdasarkan letak
kuadran.
a) Pada kuadran WO, strategi perencanaan bersifat progresif/turn around dengan
tujuan meningkatkan kelemahan internal untuk mendapatkan kesempatan
(peluang).
b) Pada kuadran SO, strategi perencanaan bersifat agresif dengan tujuan
mengembangkan kekuatan internal yang ada untuk mendapatkan peluang yang
lebih dalam menghadapi persaingan.
c) Pada kuadran ST, strategi perencanaan bersifat diversifikasi dengan tujuan merubah
kekuatan internal yang ada untuk mengantisipasi faktor ancaman dari luar.
d) Pada kuadran WT, strategi perencanaan bersifat bertahan dnegan tujuan
mempertahankan eksistensi supaya institusi/perusahaan tetap ada dan dapat
menjalankan fungsinya secara minimal.
c) Analisis TOWS
Menurut Simamora (2012) model ini di kembangkan oleh david (1989) yang tidak
menggunakan singkatan SWOT seperti yang lazimnya, namun menggunakan TOWS David
tampaknya ingin mendahulukan analisis ancaman dan peluang, untuk kemudian melihat
sejauh mana kapabilitas internal sesuai dan cocok dengan factor – factor eksternal tersebut.
Terdapat empat strategi yang tampil dari hasil analisis TOWS tersebut.
Strategi SO digunakan untuk menarik keuntungan dari peluang yang tersedia dalam
lingkungan eksternal. Para manager tidak akan meninggalkan kesempatan untuk
memanfaatkan kekuatannya mengejar peluang yang di maksud. Strategi WO bertujuan
memperbaiki kelemahan internal dengan memanfaatkan peluang dari lingkungan luar.
Sering di jumpai dilema bahwa ada peluang terlihat, namun organisasi tidak mampu
mengejarnya. Strategi ST akan di gunakan organisasi untuk menghindari, setidaknya
memperkecil dampak ancaman yang datang dari luar. Strategi WT adalah taktik pertahanan
yang di arahkan pada usaha memperkecil kelemahan internal dan menghindari ancaman
eksternal. Dalam hal ini, aktivitas organisasi mungkin harus menghentikan sementara dan
membubarkannya, lalu organisasi yang baru atau melebur masuk ke organisasi sejenis yang
lain, mengadakan rasionalisasi, dan lain – lain
d) Analisis Tulang Ikan
Analisis tulang ikan digunakan untuk mengategorikan berbagai sebab potensial dari satu
masalah atau pokok persoalan dengan cara yang mudah dimengerti dan rapi. Cara ini juga
membantu dalam menganalisis apa yang sesungguhnya terjadi dalam proses, yaitu dengan
cara memecah proses menjadi sejumlah kategori yang berkaitan dengan proses, mencakup
manusia, material, mesin, prosedur, kebijakan, dan lain-lain. Menfaat analisis tulang ikan
adalah memperjelas sebab-sebab suatu masalah atau persoalan. Langkah-langkah dalam
membuat analisis tulang ikan:
1. Mengidentifikasi akibat atau masalah. Tulis akibat atau masalah yang akan ditangani
pada kotak paling kanan diagram tulang ikan, misalnya laporan keperawatan akhir bulan
terlambat
2. Mengidentifikasi berbagai kategori sebab utama. Dari garis horizontal utama, terdapat
empat garis diagonal yang menjadi “cabang”. Sebab tipa cabang mewaliki “sebab
utama” dari masalah yang ditulis.
3. Menemukan sebab-sebab potensial dengan cara sumbang saram. Setiap kategori
memiliki penyebab yang perlu diuraikan dengan menggunanakan curah pendapat. Bila
penyebab dikemukakan, tentukan bersama-sama karena penyebab tersebut harus
ditempatkan pada diagram tulang ikan. Sebab-sebab dituliskan pada garis horizontal
sehingga banyak “tulang” kecil keluar dari garis horizontal utama.
4. Mengkaji kembali setiap kategori sebab utama. Setelah setiap kategori diisi, cari sebab-
sebab yang muncul pada lebih dari satu kategori. Sebab sebab inilah yang merupakan
petunjuk :sebab yang tampaknya paling mungkin”. Catat jawabanya pada kertas
flipchart terpisah
5. Mencapai kesepakatan atas sebab yang paling mungkin. Di antara sebab sebab harus
dicari sebab yang paling mungkin. Kaji kembali sebab yang telah didaftarkan dan
tanyakan, “mengapa ini sebabnya?”. Tanyakan mengapa sampai pertanyaan itu tidak
dapat dijawab lagi, dan pada tahap ini sebab pokok teridentifikasi.
Unsur manajemen atau sumber daya bagi manajemen adalah hal-hal yang merupakan
modal bagi pelayanan anajemen, dengan modal itu akan lebih menjamin pencapaian tujuan
yang terdiri dari 6M yaitu:
a. M1 (Man) : Ketenagaan/sumber daya manusia.
b. M2 (Material) : Sarana dan prasarana.
c. M3 (Method) : Metode asuhan keperawatan.
d. M4 (Money) : Pemasukan.
e. M5 (Mutu) : Keselamatan pasien, kepuasan pasien,
kenyamanan, kecemasan, perawatan diri,
pengetahuan/perilaku pasien.
f. M6 (Machine) : Alat, mesin.
- Pengorganisasian data: memilih data yang mendukung dan data yang menghambat.
- Pembuatan rencana: tentukan objektif, uraian kegiatan, prosedur, target, waktu,
penanggung jawab, sasaran, biaya, peralatan, metode yang digunakan.
II. PERENCANAAN DALAM MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN

Tujuan profesi keperawatan adalah memberikan pelayanan kepada klien dan juga
mempertahankan kehidupan profesi itu sendiri (Keyzer,1992 dikutip dalam Draper 1996).
Untuk mencapai tujuan tersebut perawat perlu memiliki keterampilan intelektual teknikal,
interpersonal dan etik. Semua keterampilan ini harus tampak dalam pemberian asuhan
keperawatan kepada klien. Praktik keperawatan profesional adalah praktek yang didasari
dengan keterampilan intelektual teknikal, interpersonal dengan menerapkan suatu metode
asuhan yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Manajemen Asuhan Keperawatan yang baik sangat dibutuhkan dalam memberikan
asuhan keperawatan kepada klien secara sistematis dan terorganisir. Manajemen asuhan
keperawatan merupakan pengaturan sumber daya dalam menjalankan kegiatan dengan
menggunakan metode proses keperawatan untuk memenuhi kebutuhan klien atau
menyelesaikan masalah (Keliat, 2000).
Proses asuhan keperawatan adalah suatu rangkaian asuhan yang terdiri dari
pengkajian, menyusun diagnosa keperawatan, perencanaan tindakan, implementasi dan
evaluasi. Proses keperawatan adalah suatu pendekatan penyelesaian masalah yang
sistematis dalam pemberian asuhan keperawatan. Kebutuhan dan masalah klien merupakan
titik sentral dalam proses penyelesaian masalah.
Tujuan proses keperawatan secara umum adalah membuat suatu kerangka konsep
berdasarkan Kebutuhan individu keluarga dan masyarakat Seperti yang disampaikan oleh
Yura dan Walsh (1983) bahwa proses keperawatan adalah suatu tahapan desain tindakan
yang ditujukan untuk memenuhi tujuan keperawatan meliputi: mempertahankan kesehatan
optimal, kembali ke keadaan normal, dan manfaat fasilitas kualitas hidup. Perencanaan
merupakan fungsi manajemen pertama yang sangat menentukan dan mempengaruhi
keberhasilan dari fungsi-fungsi manajemen lainnya.
Perencanaan harus dikerjakan lebih dahulu sebelum mengerjakan fungsi manajemen
yang lainnya. Perencanaan yang baik akan mengarahkan pada pencapaian tujuan, sehingga
hasil sistem kontrol diharapkan berjalan dengan baik yang pada akhirnya akan memudahkan
pencapaian tujuan organisasi. Perencanaan adalah satu langkah penting yang harus
diperhatikan Seorang perawat sebelum memberikan tindakan keperawatan. Perencanaan
meliputi pengembangan strategi desain untuk mencegah mengurangi atau mengoreksi
masalah-masalah yang diidentifikasi pada diagnosa keperawatan (Lyer et al,. 1996 dalam
Nursalam,2008). Rencana tindakan dilaksanakan berdasarkan komponen penyebab dari
diagnosa keperawatan.
Oleh karena itu, rencana mendefinisikan suatu aktivitas yang diperlukan untuk
membatasi faktor-faktor pendukung terhadap suatu permasalahan. Intervensi atau Rencana
tindakan keperawatan merupakan serangkaian tindakan yang dapat mencapai setiap tujuan
khusus. Perencanaan keperawatan meliputi perumusan tujuan, tindakan dan penilaian
rangkaian asuhan keperawatan pada klien berdasarkan analisis pengkajian agar masalah
kesehatan dan keperawatan klien dapat diatasi.
Pelayanan keperawatan di rumah sakit dan Puskesmas adalah salah satu jenis pelayanan
profesional yang dilaksanakan oleh rumah sakit dan Puskesmas untuk melayani kebutuhan
Masyarakat khususnya dalam bidang keperawatan yang diorganisir melalui pelayanan
keperawatan. Perawat membuat rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah
dan meningkatkan kesehatan klien (Nursalam, 2007).

Kriteria proses meliputi:


• Perencanaan terdiri atas penerapan prioritas masalah, tujuan dan rencana tindakan
keperawatan
• Bekerjasama dengan klien dalam menyusun rencana tindakan keperawatan
• Perencanaan bersifat individual sesuai dengan kondisi atau kebutuhan klien
• Mendokumentasikan rencana keperawatan

Komponen perencanaan keperawatan terdiri atas:


1) Prioritas Masalah Kriteria antara lain sebagai berikut :
• Masalah yang mengancam kehidupan merupakan prioritas utama
• Masalah yang mengancam kesehatan seseorang merupakan prioritas kedua
• Masalah yang mempengaruhi perilaku merupakan prioritas ketiga
2) Tujuan Asuhan Keperawatan, memenuhi syarat SMART (Specific, Measurble Achievable
Reasonable Time) Kriteria NOC (Nursing Outcome Criteria) disesuaikan standar
pencapaian sebagai berikut :
• Tujuan dirumuskan secara singkat
• Disusun berdasarkan diagnosis keperawatan
• Spesifikasi berdasarkan diagnosis keperawatan
• Dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah
• Ada target waktu pencapaian
3) Rencana tindakan didasarkan pada NIC (Nursing Intervention Classification) yang telah
ditetapkan oleh instansi pelayanan setempat. Jenis rencana tindakan keperawatan
mengandung tiga komponen, meliputi DET tindakan keperawatan, yaitu sebagai berikut:
• Diagnosis/observasi
• Edukasi (HE)
• Tindakan independen, dependen dan interdependen.
Kriteria meliputi hal sebagai berikut:
• Berdasarkan tujuan asuhan keperawatan
• Merupakan alternatif tindakan secara tepat
• Melibatkan pasien atau keluarga
• Mempertimbangkan latar belakang sosial budaya pasien atau keluarga
• Mempertimbangkan kebijaksanaan peraturan yang berlaku
• Menjamin rasa aman dan nyaman bagi pasien
• disusun dengan mempertimbangkan lingkungan, sumber daya, dan fasilitas
yang ada
• Harus berupa kalimat instruksi, ringkasan, tegas dan penulisan menggunakan
bahasa yang mudah dimengerti
• Menggunakan formulir yang baku

Ada beberapa komponen dari rencana tindakan keperawatan yaitu:


• Waktu, di mana semua rencana keperawatan harus diberi waktu untuk
mengidentifikasi tanggal dilaksanakan.
• Menggunakan kata kerja, semua rencana tindakan harus secara jelas
menjabarkan setiap kegiatan.
• Fokus pada pertanyaan, spesifik hal ini sangat penting untuk membuat
rencana tindakan menjadi bermakna.
• Modifikasi pengobatan, tujuannya adalah untuk membatasi penulisan
tindakan yang berulang-ulang.
• Tanda tangan, hal ini merupakan aspek hukum yang bisa
dipertanggungjawabkan.

Metode tim akan berjalan dengan baik jika didukung oleh kepala ruangan yang
berperan sebagai manager di ruangan. Dalam perencanaan kepala ruangan bertanggung
jawab dalam:
• Menunjuk ketua tim yang akan bertugas di ruangan.
• Mengidentifikasi tingkat ketergantungan pasien gawat, transisi dan persiapan
pulang bersama ketua tim.
• Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan aktivitas dan
kebutuhan pasien bersama ketua tim, mengatur penugasan penjadwalan.
• Merencanakan strategi pelaksanaan asuhan keperawatan.
• Membantu staf dalam menetapkan sasaran asuhan keperawatan.

Perencanaan keperawatan adalah suatu proses di dalam pemecahan masalah yang merupakan
keputusan awal tentang sesuatu apa yang akan dilakukan, bagaimana dilakukan, kapan dilakukan, siapa
yang melakukan dari semua tindakan keperawatan.
BAB III

PENUTUP

Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan profesional bersifat humanistik,


menggunakan pendekatan holistik, dilakukan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan,
berorientasi kepada kebutuhan objektif klien. Pelayanan keperawatan di rumah sakit dan
Puskesmas adalah salah satu jenis pelayanan profesional yang dilaksanakan oleh rumah sakit
dan Puskesmas untuk melayani kebutuhan Masyarakat khususnya dalam bidang keperawatan
yang diorganisir melalui pelayanan keperawatan. Perencanaan keperawatan adalah suatu
proses di dalam pemecahan masalah yang merupakan keputusan awal tentang sesuatu apa yang
akan dilakukan, bagaimana dilakukan, kapan dilakukan, siapa yang melakukan dari semua
tindakan keperawatan. Perencanaan manajemen keperawatan diawali dengan perumusan
tujuan institusi/ organisasi yang dijelaskan dalam visi misi, filosofi dan tujuan sebagai arah
kebijakan organisasi.

Anda mungkin juga menyukai