Anda di halaman 1dari 9

MENCAPAI KARAKTER

NASIONALISME QUR’ANI DI
SISTEM PENDIDIKAN TINGGI
Pendahuluan

Perkembangan nasionalisme di
negara-negara Islam atau
negara-negara mayoritas
Muslim berjalan seiring dengan
gerakan modernisasi Islam. Ge

Semua itu terdapat dari


berberapa gerakan islam di
masa lalu dan berkembang
sampai sekarang
Tinjauan Pustaka
Karakter Nasionalisme
Get a Karakter diartikan sebagai tabiat, budi
pekerti, sifat kejiwaan, moral, atau budi yang
meliputi hal-hal seperti tingkah laku, kebiasaan,
ketidaksukaan, kemampuan, kecenderungan,
potensi, nilai, dan pola pikir (Masrukhin).
Sedangkan menurut Hermawan Kertajaya,
karakter adalah “karakteristik” yang dimiliki oleh
suatu objek atau individu. Sifat ini “asli” dan
berakar pada kepribadian individu dan
merupakan “mesin” penggerak bagaimana
seseorang bertindak, berperilaku, berkata, dan
QUR’an
menanggapi sesuatu (Mungin).
Nasionalisme
Istilah nasionalisme tidak secara eksplisit
dimasukkan dalam mushaf Al-Qur'an. Namun,
meskipun secara tertulis istilah nasionalisme
tidak ditemukan dalam Al-Quran, bukan berarti
konsep tersebut tidak ada sama sekali. Karena
Alquran diyakini menjelaskan segala
permasalahan yang ada di bumi, bahkan di
akhirat. (Shihab).
Pembentukan Karakter Nasionalisme

“Pembentukan karakter didasarkan pada totalitas


psikologis yang mencakup seluruh potensi individu
siswa, dimana potensi tersebut berupa kognitif,
afektif, dan psikomotorik serta fungsi totalitas
sosiokultural dalam konteks interaksi dalam keluarga,
lingkungan dan latar belakang pendidikan. . (Hidayat).
Ketiga konteks tersebut menjadi faktor yang
mempengaruhi pembentukan karakter nasionalisme,
faktor pertama adalah dari latar belakang
keluarganya. Perilaku keluarga dan kerabatnya yang
tidak menunjukkan rasa cinta tanah air menyebabkan
generasinya mengikuti akhlak (Hidayat) tersebut.
Dalam pembentukan karakter terdapat 3 metode pendidikan karakter yang dapat diterapkan,
yaitu sebagai berikut

1. Pengajaran
2. Teladan
3. Menentukan prioritas
berarti setiap lembaga
pendidikan memiliki prioritas
karakter,
Metode
Menurut Hair, et all (2010: 93) “Exploratory Factor Analysis” (EFA) merupakan analisis
faktor yang memiliki prosedur yaitu pengecekan data dan memberikan pencarian ulang
dengan informasi berapa banyak faktor yang diperlukan untuk menggambarkan data di
Ex- Ploratory Factor Analysis, semua variabel yang diukur dihubungkan untuk setiap
faktor dengan estimasi pemuatan faktor. .

Peneliti dapat menggunakan perangkat lunak JASP untuk menganalisis EFA.


Input yang digunakan adalah data dari variabel indikator. Karena tidak ada
asumsi tentang di mana indikator akan dikelompokkan, biasanya dalam analisis
EFA tidak diketahui berapa banyak faktor atau variabel laten yang akan
terbentuk. Meskipun diperbolehkan bagi peneliti untuk menentukan berapa
banyak faktor yang diharapkan. Ukuran yang digunakan dalam CFA sama
dengan yang digunakan dalam SEM yaitu kesesuaian model dengan data
(fitness in-dex). Chi Square dan RMSEA adalah beberapa contoh ukuran model
fit yang akan digunakan di luar nilai bobot masing-masing indikator.
Penelitian ini menggunakan 30 responden dari mahasiswa UIN Sunan Kalijaga.
Peneliti menggunakan teknik kuesioner dalam mengumpulkan data. Teknik
pengumpulan data menggunakan Purposive Random Sampling.
Data, Pembahasan, dan Hasil
5. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, penelitian dengan menggunakan metode faktor penjelas mengenai pencapaian
karakter nasionalisme al-Qur'an siswa sebanyak 10 item dengan faktor loading daitas sebesar 0,30. Tes Kaiser-
Meyer-Olkin menunjukkan 0,500. Tes Chi-kuadrat memiliki 27 derajat kebebasan. Pencapaian karakter

nasionalisme al-Qur'an menjelaskan faktor-faktor lain yang berpengaruh signifikan terhadap varians .
THANK YOU
Insert the Subtitle of Your Presentation

Anda mungkin juga menyukai