Nim: 221030016
Pengertian Pendidikan
Makna pendidikan secara sederhana dapat diartikan sebagai usaha manusia untuk membina
kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaannya. Dengan
demikian, bagaimanapun sederhananya peradaban suatu masyarakat, di dalamnya terjadi atau
berlangsung suatu proses pendidikan. Karena itulah sering dinyatakan pendidikan telah ada
sepanjang peradaban umat manusia.
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, pendidikan berasal dari kata dasar “didik” (mendidik),
yaitu memelihara dan memberi latihan (ajaran pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan
pikiran.
Sedangkan pendidikan mempunyai pengertian proses pengubahan dan tata laku seseorang atau
kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan,
proses perluasan, dan cara mendidik. Ki Hajar Dewantara mengartikan pendidikan sebagai upaya
untuk memajukan budi pekerti, pikiran serta jasmani anak, agar dapat memajukan kesempurnaan
hidup dan menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan masyarakatnya.
1. Tinjauan Etimologis
Istilah pendidikan, menurut Carter V. Good dalam “Dictionary of Education” dijelaskan sebagai
berikut:
a. Pedagogy:
1. The art, practice of profession of teaching “seni, praktik atau profesi sebagai pengajar
(pengajaran)
2. The sistematized learning or instruction concerning principles and methods of teaching and of
student control and guidance; lagerly replaced by the term of education. “ilmu yang sistematis
atau pengajaran yang berhubungan dengan prinsip-prinsip dan metode-metode mengajar
pengawasan dan bimbingan murid dalam arti luas diartikan dengan istilah pendidikan”
b. Education:
2. proses sosial;
3. profesional cources;
4.seni untuk membuat dan memahami ilmu pengetahuan yang tersusun yang
diwarisi/dikembangkan generasi bangsa.
Tinjauan Terminologis
a. Ki Hajar Dewantara mengartikan pendidikan sebagai upaya untuk memajukan budi pekerti,
pikiran serta jasmani anak, agar dapat memajukan kesempurnaan hidup dan menghidupkan anak
yang selaras dengan alam dan masyarakatnya.
Lebih lanjut beliau ( Kerja Ki Hajar Dewantara 1962:14)menjelaskan bahwa “Pendidikan
umumnya berarti daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti ( kekuatan batin,
karakter),pikiran (intellect) dan tubuh anak; dalam pengertian Taman Siswa tidak boleh dipisah-
pisahkan bagian-bagian itu, agar supaya kita dapat memajukan kesempurnaan hidup, yakni
kehidupan dan penghidupan anak-anak yang kita didik selaras dengan dunianya “.
Nim: 221030016
Sejarah biasanya ditulis dan dikaji dari sudut pandang suatu fakta atau kejadian tentang
peradaban bangsa. Maka objek Sejarah Pendidikan Islam mencakup fakta-fakta yang
berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam baik informal maupun
formal. Dengan demikian dapat diperoleh “sejarah serba objek”. Dalam hal ini sejalan dengan
peranan agama Islam sebagai agama da’wah menyeru kebaikan dan mencegah pada kemunkaran,
menuju kehidupan yang sejahtera baik lahir maupun batin. Namun sebagai cabang ilmu
pengetahuan, objek sejarah pendidikan Islam umumnya tidak jauh berbeda dengan yang
dilakukan dalam objek-objek sejarah pendidikan, seperti mengenai sifat-sifat yang dimilikinya.
Pendidikan tidak akan ada artinya apabila manusia tidak ada di dalamnya. Hal ini disebabkan
karena manusia merupakan objek dan subyek pendidikan, artinya manusia tidak akan
berkembang dan mengembangkan budayanya secara sempurna apabila tidak ada pendidikan.
dengan demikian maka akan di peroleh apa yang di sebut “ sejarah serba subyek”.
Memahami sejarah adalah hal yang cukup rumit, setidaknya ada dua fase untuk sampai pada hal
tersebut. pertama adalah fase penggalian sejarah, dan kedua adalah fase penulisan sejarah.
Adapun metode yang dapat ditempuh untuk fase yang pertama adalah :
1. Metode Lisan dengan metode ini pelacakan suatu obyek sejarah dengan menggunakan
interview.
2. Metode Observasi dalam hal ini obyek sejarah diamati secara langsung
3. Metode Documenter dimana dengan metode ini berusaha mempelajari secara cermat dan
mendalam segala catatan atau dokumen tertulis [7].
Mengenai metode sejarah pendidikan Islam, walaupun terdapat hal-hal yang sifatnya khusus,
berlaku kaidah-kaidah yang ada dalam penulisan sejarah.Kebiasaan dari penelitian dan penulisan
sejarah meliputi suatu perpaduan khusus keterampilan intelektual. Sejarahwan harus menguasai
alat-alat analisis untuk menilai kebenaran materi-materi sebenarnya, dan perpaduan untuk
mengumpulkan dan menafsirkan materi-materi tersebut kedalam kisah yang penuh makna,
sebagai seorang ahli, sejarahwan harus mempunyai sesuatu kerangka berpikir kritis baik dalam
mengkaji materi maupun dalam menggunakan sumber-sumbernya.
Adapun fase yang kedua yaitu metode penulisan untuk memahami Sejarah Pendidikan Islam
diperlukan suatu pendekatan atau metode yang bisa ditempuh adalah keterpaduan antara
metode deskriptif, metode komparatif dan metode analisis sintesis.
1. Metode Deskriptif
Dengan cara deskriptif dimaksudkan bahwa ajaran-ajaran Islam sebagai agama yang dibawa oleh
Rasulullah SAW dalam Al-Quran dan Hadits, trutama yang berhubungan dengan pendidikan
harus diuraikan sebagaimana adanya, dengan maksud untuk memahami makna yang terkandung
dalam ajaran Islam.
2. Metode Komparatif
Melalui metode ini dimaksudkan bahwa ajaran-ajaran Islam itu dikomparasikan dengan fakta-
fakta yang terjadi dan berkembang dalam kurun waktu serta tempat-tempat tertentu untuk
mengetahui adanya persamaan dan perbedaan dalam suatu permasalahan tertentu
3. Metode Analisis-sintesis
Memahami sejarah adalah hal yang cukup rumit, setidaknya ada dua fase untuk sampai pada hal
tersebut. pertama adalah fase penggalian sejarah, dan kedua adalah fase penulisan sejarah.
Adapun metode yang dapat ditempuh untuk fase yang pertama adalah :
1. Metode Lisan dengan metode ini pelacakan suatu obyek sejarah dengan menggunakan
interview.
3. Metode Documenter dimana dengan metode ini berusaha mempelajari secara cermat dan
mendalam segala catatan atau dokumen tertulis [7].
Mengenai metode sejarah pendidikan Islam, walaupun terdapat hal-hal yang sifatnya khusus,
berlaku kaidah-kaidah yang ada dalam penulisan sejarah.Kebiasaan dari penelitian dan penulisan
sejarah meliputi suatu perpaduan khusus keterampilan intelektual. Sejarahwan harus menguasai
alat-alat analisis untuk menilai kebenaran materi-materi sebenarnya, dan perpaduan untuk
mengumpulkan dan menafsirkan materi-materi tersebut kedalam kisah yang penuh makna,
sebagai seorang ahli, sejarahwan harus mempunyai sesuatu kerangka berpikir kritis baik dalam
mengkaji materi maupun dalam menggunakan sumber-sumbernya.
Adapun fase yang kedua yaitu metode penulisan untuk memahami Sejarah Pendidikan Islam
diperlukan suatu pendekatan atau metode yang bisa ditempuh adalah keterpaduan antara
metode deskriptif, metode komparatif dan metode analisis sintesis.
1. Metode Deskriptif
Dengan cara deskriptif dimaksudkan bahwa ajaran-ajaran Islam sebagai agama yang dibawa oleh
Rasulullah SAW dalam Al-Quran dan Hadits, trutama yang berhubungan dengan pendidikan
harus diuraikan sebagaimana adanya, dengan maksud untuk memahami makna yang terkandung
dalam ajaran Islam.
2. Metode Komparatif
Melalui metode ini dimaksudkan bahwa ajaran-ajaran Islam itu dikomparasikan dengan fakta-
fakta yang terjadi dan berkembang dalam kurun waktu serta tempat-tempat tertentu untuk
mengetahui adanya persamaan dan perbedaan dalam suatu permasalahan tertentu
3. Metode Analisis-sintesis
Memahami sejarah adalah hal yang cukup rumit, setidaknya ada dua fase untuk sampai pada hal
tersebut. pertama adalah fase penggalian sejarah, dan kedua adalah fase penulisan sejarah.
Adapun metode yang dapat ditempuh untuk fase yang pertama adalah :
1. Metode Lisan dengan metode ini pelacakan suatu obyek sejarah dengan menggunakan
interview.
3. Metode Documenter dimana dengan metode ini berusaha mempelajari secara cermat dan
mendalam segala catatan atau dokumen tertulis [7].
Mengenai metode sejarah pendidikan Islam, walaupun terdapat hal-hal yang sifatnya khusus,
berlaku kaidah-kaidah yang ada dalam penulisan sejarah.Kebiasaan dari penelitian dan penulisan
sejarah meliputi suatu perpaduan khusus keterampilan intelektual. Sejarahwan harus menguasai
alat-alat analisis untuk menilai kebenaran materi-materi sebenarnya, dan perpaduan untuk
mengumpulkan dan menafsirkan materi-materi tersebut kedalam kisah yang penuh makna,
sebagai seorang ahli, sejarahwan harus mempunyai sesuatu kerangka berpikir kritis baik dalam
mengkaji materi maupun dalam menggunakan sumber-sumbernya.
Adapun fase yang kedua yaitu metode penulisan untuk memahami Sejarah Pendidikan Islam
diperlukan suatu pendekatan atau metode yang bisa ditempuh adalah keterpaduan antara
metode deskriptif, metode komparatif dan metode analisis sintesis.
Nama: Muhammad Ridzki Effendi
Kls: MPI 1 Semester 2
Nim: 221030016
Mata kuliah: Metode Studi Islam
Materi: Orientasi umum studi islam