Anda di halaman 1dari 123

ALAT BANTU ANGKAT

DISARIKAN & DISAMPAIKAN OLEH :


IR. D. SEMBIRING, MT,MM, PhD
AHLI K3 PA&A PT.MEDATAMA

Desember 2022
Pada Pelatihan AK3 SPESIALIS PA&A
PT. FIRE SAFETY INDONESIA (FSI)
ALAT BANTU ANGKAT DAN ANGKUT
PERMEN 8 TAHUN 2020 PASAL 124

Alat Bantu Angkat dan Angkut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4


huruf b meliputi sling, spreader bar, lifting beam, personal basket,
jaring, dan alat kelengkapan [shackle, tumbuckle, swivel, eyebolt,
eyenuts, eyepad, hooker, rings, master link, clamp, grapple, dan
magnetic lifter).
ALAT BANTU ANGKAT DAN ANGKUT
Yang dimaksud dengan rigging dan pemilihan penggunaan Alat bantu angkat (Liftting Gear)
adalah merupakan semua pekerjaan di tempat ketinggian sesuai ketentuan standar keselamatan
dan teknik yang telah baku secara internasional. Termasuk pemilihan alat-alat Lifting Gear yang
dipergunakan merupakan pekerjaan rigging misalnya perakitan komponen struktur baja
bangunan tinggi, pemasangan perancah, penyediaan fasilitas topang dan atau gantung bagi
pekerjaan las di ketinggian, serta pengangkatan, penempatan dan penataan peralatan berat untuk
keperluan konstruksi. Adapun tujuan rigging adalah agar segala kegiatan tersebut di atas dapat
terlaksana secara benar sesuai ketentuan standar internasional dan aman, baik bagi diri
pelaksana sendiri, masyarakat sekitar, peralatan bersangkutan, peralatan di sekitar pelaksanaan
kerja rigging, maupun lingkungan pekerjaan tersebut.
PENGERTIAN

Rigging adalah terminologi untuk penyiapan prasarana


pekerjaan di ketinggian ( High altitude works) dan
pengangkatan peralatan berat (heavy lifting)
JENIS DAN PERLATAN RIGGING

Rantai (Chain)
Pihak Rigger apabila tidak sangat terpaksa tidak akan menggunakan rantai mereka lebih menyukai penggunaan tambang
kawat baja(wire rope) sebab apabila salah satu mata rantai gagal, dapat berakibat fatal.
Sebaliknya tambang kawat baja terdiri dari 114 kutas kawat sehingga untuk menggagalkan tambang baja seluruh kawat harus
serentak gagal (tidak pernah terjadi)

Rantai bila dibebani beban berlebih akan memanjang sedikit, rantai akan mulur dan menyempit sehingga saling menjepit satu
dengan lainnya dan Nampak secara visual

Rantai kurang resisten terhadap beban kejut (Shok) dibanding dengan tambang kawat baja dan dapat putus mendadak
Rantai tidak akan kusut terhadap perlakuan kasar, mudah disimpan, memiliki fleksibilitas mati, tahan terhadap abrasi dan karat
PROSEDUR RIGGING & PEMILIHAN ALAT
BANTU ANGKAT

1. Bukan hanya rigger saja yang bertanggung jawab atas ke-selamatan dirinya
sendiri dan orang-orang sekitarnya, namun pihak pim-pinan perusahaan pun
mestinya bertanggung jawab atas keselamatan kar-yawannya.
2. Merupakan tanggung jawab pimpinan perusahaan dan pengawas / AK3 PAA
untuk meyakinkan bahwa seluruh personil yang terlibat dalam penyiapan pera-
latan, pengguna peralatan dan yang bekerja pada dan di sekitar peralatan
punggah/ rigging, terampil dalam prosedur penggunaan peralatan rigging serta
Iangkah-langkah keselamatan yang dikehendaki.
PROSEDUR RIGGING (LJT)
3. Para Pihak pemilik harus mengupayakan semua peralatan rigging hoisting dioperasikan
dan ditangani oleh personil yang berkualifikasi serta sangat berpengalaman dalam pekerjaan
ini.
4. Pihak pemilik juga harus mengupayakan agar semua personil yang meng-koordinasi,
melaksanakan rigging dan menangani beban yang harus diang-kat, telah terlatih dalam
keterampilan pemunggahan tersebut dan berkom-petensi. Mereka harus mampu
memperkirakan berat beban yang akan di-angkat dan memperkirakan jarak, ketinggian,
clearance, mampu memilih takel dan peralatan pemunggahan yang sesuai untuk mengangkat
beban tertentu, mampu mengarahkan gerakan alat pengangkat (crane),
5. Mereka serta mam-pu menentukan kondisi peralatan angkat apakah layak pakai atau tidak
dan radar akan bahaya kecelakaan kerja apabila perlakuan dan pemeliharaan terhadap
peralatan angkat tidak terperhatikan.
TANGGUNG JAWAB PARA PIHAK

Perencanaan

Setiap kegiatan pemunggahan / rigging harus direncanakan dengan


matang dan diawasi oleh personil pengawas yang kompeten
(handal) untuk menjamin bahwa peralatan yang digunakan dan
metode peng-angkatan adalah yang paling balk dan aman.
TANGGUNG JAWAB PARA PIHAK

PASOKAN DAN PEMELIHARAAN PERALATAN RIGGING

Manajemen rigging harus dapat memastikan :


• Peralatan rigging yang sesuai tersedia untuk tugas tertentu.
• Rating atau penjenjangan beban yang benar tersedia untuk mate-rial dan
peralatan yang digunakan.
• Material dan peralatan rigging tcrpclihara dcngan balk dan layak operasi.
TANGGUNG JAWAB PARA PIHAK

PELAKSANAAN RIGGING

Pengawas pelaksanaan rigging harus bertanggung jawab atas:


• Pengangkatan beban yang benar.
• Pengawasan terhadap personil pelaksana rigging.
• Meyakinkan bahwa seluruh material dan peralatan rigging dalam kondisi aman
untuk dioperasikan (SWL, jenis material dan kapa-sitas yang sesuai dengan
tugas pengangkatan).
TANGGUNG JAWAB PARA PIHAK

PELAKSANAAN RIGGING

• Meyakinkan sistem rigging yang benar yang menyangkut material dan peralatan untuk
pemunggahan yang sedang dilaksanakan (misalnya pemasangan baut mata yang tepat, sudut
sling, pemasangan alas pada sisi benda angkat yang tajam dan lain-lain).
• Meyakinkan bahwa seluruh fasilitas keselamatan personil terse-dia dan layak digunakan
(misalnya: tali penyelamat, sabuk penga-man, sarung tangan kulit yang sesuai, topi
keselamatan dan lain-lain).
PROSEDUR PENCEGAHAN KECELAKAAN
RIGGING
yang sangat penting di dalam rigging adalah menentukan/
memperkirakan berat semua beban sebelum berupaya untuk
mengangkat-nya.
Dalam hal penentuan – perhitungan berat beban sulit dilaksanakan
harus dipasang piranti indicator beban atau load shell.
penting untuk mengatur sistem rigging sedemiki-an rupa sehingga
beban seimbang dan stabil.
HAL HAL PENTING YANG HARUS DIPATUHI OLEH
PERSONIL YANG TERLIBAT DALAM RIGGING DAN
HOISTING

• Mengetahui SWL peralatan dan takel yang digunakan. Jangan


pernah melampaui angka SWL ini .
• Tentukan/ perhitungkan berat beban sebelum berupaya
mengangkat-nya.
• Periksa semua perangkat keras, peralatan, takel, tambang
kawat dan sling sebelum menggunakannya, dan hancurkan alat-
alat tersebut yang telah rusak sebelum dibuang.
LANJUTAN…

• Jika seseorang yang diberi wewenang untuk mengkoordinasi


pekerja-an rigging merasa bahwa peralatan yang digunakan dalam
keadaan kurang aman, maka dia wajib melaporkannya kepada
atasan yang berkompetensi. Jika kemudian atasan tersebut
memerintahkan untuk meneruskan pelaksanaan rigging dan
hoisting, maka dia telah meng-ambil tanggung jawab atas
keselamatan seluruh personil yang terlibat dalam pekerjaan yang
kurang aman tersebut.
LANJUTAN…

• Jangan pernah memaksakan diri untuk melaksanakan


pekerjaan rig-ging dan hoisting apabila kondisi cuaca kurang
bersahabat sehingga dapat mebahayakan personil yang
melaksanakan pekerjaan, peralatan yang terkait maupun
yang berada di sekitar pekerjaan pemunggahan serta
masyarakat yang berada di lokasi pekerjaan.
LANJUTAN…

• Ukuran dan bentuk benda angkat harus diperiksa dengan seksama


se-waktu pengangkatan pada kondisi cuaca berangin kencang
untuk me-yakinkan apakah pemunggahan tersebut aman atau tidak.
Hindarkan mengangkat benda angkat yang luas permukaannya
sangat mudah ter-pcngaruh oleh hembusan angin, sehingga akan
lepas kendali, walau-pun sebenarnya kondisi kekuatan angin biasa
saja. Kecepatan angin yang dianggap aman untuk rigging dan
hoisting ada-lah di bawah 23 mph (Permen 8 Tahun 2020)
LANJUTAN…

mengangkat benda angkat yang luas permukaannya


sangat mudah ter-pcngaruh oleh hembusan angin,
sehingga akan lepas kendali, walau-pun sebenarnya
kondisi kekuatan angin biasa saja.
Kecepatan angin yang dianggap aman untuk rigging dan
hoisting ada-lah di bawah 23 mph (kurang-lebih 38
km/h)
LANJUTAN…

• Apabila batas pandangan personil/ rigger terganggu


oleh debu, kabut, hujan dan kegelapan, maka
pengawasan ketat harus di laksanakan, dan jika
pengawas menganggap keadaan tidak mengizinkan,
maka sebaik-nya pemunggahan ditunda.
LANJUTAN…
• Pembunuh utama personil pemunggahan adalah tersengat aliran lis-trik
tegangan tinggi. Hal ini disebabkan oleh tersenggolnya sling atau tambang
kawat dengan kabel listrik bertegangan tinggi, sewaktu pe-laksanaan hoisting.
Jika pemunggahan berada di sekitar kabel listrik bertegangan tinggi sejarak
panjang boom, maka harus ditugaskan se-orang pemandu (signal man) dan
operator alat angkat yang sangat te-rampil dan berpengalaman. Jarak minimum
yang diperbolehkan antara alat pengangkat dengan sumber listrik adalah 10 kaki
untuk tegangan sedang dan 20 kaki untuk tegangan tinggi. Tingkat kehati-hatian
ekstra diperlukan apabila pekerjaan rigging berada di dekat kabel listrik te-
gangan tinggi yang dapat berayun-ayun terhembus angin
LANJUTAN…

• Berayun-ayunnya beban akan menambah regangan pada peralatan rig-ging


dan hoisting yang dapat menyebabkan tumbangnya peralatan ter-sebut.
Terayunnya beban akan menyebabkan menjauhnya beban dari alat
pengangkat, menambah panjang radius pengangkatan dan menga-kibatkan
pembebanan samping pada alat pengangkat. Beban harus diupayakan selalu
berada tepat di bawah titik boom (boom point) atau blok beban atas (upper
load block).
DO NOT NEED
SIGNAL MAN IF x
than 10 – 20 ft

PERSYARATAN
APABILA
MELAKUKAN
PENGANGKATAN
MUST HAVE SIGNAL MAN EVEN THOUGH Y
IS GREATER THAN 10 – 20 FT

DEKAT DENGAN
ALIRAN LISTRIK ALL HOISTING MUST BE DONE ON PLUMP LINES

MUST HAVE SIGNALMAN BECAUSE LOAD


WRONG, THE HOIST LINE MUST BE PLUMP AT ALL TIMES
LINE CAN REACH POWER LINE
PERHATIKAN
BEBAN YANG DI
ANGKAT

RAPID SWINGNING CAUSES LOAD TO


DRIFT OUT – INCREASING RADIUS
AND LOAD ON THE CRANE
SEMUA ALAT-ALAT RIGGING HARUS DI
HITUNG SEBAGAI BEBAN

EVERYTHING BELOW BOOM


POINT IS LOAD
PENTING DIKETAHUI :

Kesalahan Pemilihan dan penggunaan alat bantu angkat akan mengakibatkan kegagalan pada saat
pengangkatan beban. Untuk itu diperlukan pengetahuan dan keterampilan dalam pemilihihan dan
penggunaan alat bantu angkat. (Mengakibatkan Risiko besar)
KESELAMATAN KERJA
PENGOPERASIAN
CRANE
SYARAT LAYAK PEMAKAIAN CRANE

• Crane yang akan digunakan harus memiliki pengesahan


pemakaian yang dikeluarkan oleh KEMNAKER RI.
• Semua safety device berfungsi dan bekerja baik.
• Perawatan secara berkala harus dilaksanakan sesuai dengan
petunjuk pabrik pembuat.
SYARAT OPERATOR CRANE

•Memiliki pengetahuan, kemampuan, keterampilan


dan mengetahui bahaya potensial crane.
•Memiliki Surat Ijin Operasi (SIO) yang masih
berlaku dikeluarkan oleh KEMNAKER RI.
•Sehat secara fisik maupun mental
SYARAT PENGGUNAAN CRANE YANG AMAN

Wajib :
1) Perlu dilakukan peninjauan lapangan terlebih dahulu untuk
mengetahui:
a) Kondisi permukaan tanah.
b) Ruang kerja aman yang dipergunakan.
c) Bahaya-bahaya potensial yang mungkin terjadi, misal instalasi pipa
bertekanan, kabel listrik TT, dll.
SYARAT PENGGUNAAN CRANE YANG AMAN
(LJT)
2) Menentukan jenis, kapasitas angkat dan batas-batas kerja crane.
a. Syarat penempatan beban :
•Pemilihan lokasi penempatan keran mobil harus mempunyai permukaan
landasan yang rata.
•Landasan harus mampu menahan berat crane dan berat beban.
•Lokasi penempatan harus bebas dari rintangan dan lalu lalang orang.
•Lokasi pengoperasian harus bebas dari bahaya-bahaya potensial.
SYARAT PENGGUNAAN CRANE YANG AMAN
(LJT)
b. Pemeriksaan sebelum pengoperasian :
•Periksa semua safety device yang terpasang dan harus berfungsi.
•Periksa stir roda, rem dan sistim operasinya (bila tidak dioperasikan dapat dilakukan perbaikan / penyetelan komponen).
•Periksa bahan bakar. Dilarang mengisi bahan bakar selama engine hidup.
•Gunakan pompa tangan pada saat pengisian bahan bakar.
•Periksa air pendingin dengan engine berputar dan dalam keadaan dingin.

•Dilarang melakukan service selama engine jalan.


•Periksa tekanan udara ban.
•Periksa kebersihan di dalam dan di luar kabin.
Periksa APAR untuk memastikan dapat digunakan sewaktu-waktu, periksa secara berkala, ketahui cara penggunaannya.
•Daftar Beban harus terpasang pada kabin sesuai dengan aslinya.
PEMILIHAN CRANE (LJT)
c. Pengoperasian crane :
•Sebelum engine dihidupkan :
*) Ketahui letak dan fungsi semua kontrol.
*) Daerah operasi harus bebas dari lalu lintas orang.
•Pasang semua penumpu dengan sempurna dan sepatu diletakkan pada landasan yang rata. Kemiringan 3º
dapat mengurangi kapasitas crane ≥ 50%.
•Tempatkan crane pada daerah yang aman dari arus listrik.
•Beban termasuk beratnya pancing blok, berat ABA dan ABA lainnya harus dikurangkan terhadap
kapasitas dalam Daftar Beban untuk menentukan kapasitas beban bersih.
•Dilarang mengoperasikan crane pada radius dan panjang boom yang tidak tertera pada Daftar Beban.
•Pengoperasian harus dihentikan bila kecepatan angin > 23 MPH.
PEMILIHAN CRANE (LJT)

c. Pengoperasian crane :
•Beban termasuk beratnya pancing blok, berat ABA dan ABA lainnya
harus dikurangkan terhadap kapasitas dalam Daftar Beban untuk
menentukan kapasitas beban bersih.
•Dilarang mengoperasikan crane pada radius dan panjang boom yang
tidak tertera pada Daftar Beban.
•Pengoperasian harus dihentikan bila kecepatan angin > 23 MPH.
PEMILIHAN CRANE (LJT)

c. Pengoperasian crane :
•Pengangkatan beban harus tegak lurus dengan ujung boom.
•Peralatan pengangkatan (pancing blok, ABA dll) jaraknya harus
selalu dijaga dengan ujung boom pada saat menurunkan dan
memanjangkan untuk menghindari pancing blok menyentuh ujung
boom (two blocking).
•Beban yang diangkat selalu disesuaikan dengan panjang boom dan
radius operasi.
PEMILIHAN CRANE (LJT)

c. Pengoperasian crane :
•Gerakan naik dan turunnya boom diusahakan tidak terlalu sering dan dilarang
digunakan untuk pengangkatan awal dari barang.
•Dilarang mengangkat barang melalui samping boom atau pembebanan
samping, letakkan boom tegak lurus dengan beban yang akan diangkat.
•Bila crane dioperasikan tanpa outriggers, pasang kunci ayunan as roda
belakang.
•Pengoperasian tanpa outriggers tidak diijinkan dengan boom tambahan
terpasang.
PEMILIHAN CRANE (LJT)
c. Pengoperasian crane :
•Untuk pengoperasian crane dengan mengangkat beban sambil berjalan,
boom harus lurus ke depan dan pasak pengunci swing dalam keadaan
terpasang.
•Untuk pengangkatan beban menggunakan lebih dari satu crane, kapasitas
crane harus sama dan gunakan panjang boom yang sama serta gerakan
yang sama. Posisi masing-masing crane antara boom dan pengikatan
barang harus selalu tegak lurus. Pastikan beban tidak berat sebelah.
PEMBERI SINYAL
PEMBERIAN SINYAL

Salah satu hal yang sangat penting juga dalam hal pekerjaan rigger adalah pemberi sinyal terhadap operator
crane.
Banyak terjadi kegagalan dan kecelakaan dalam pengangkatan / pengoperasian crane karena personil pemberi
sinyal (Signal Man) tidak memahami bagaimana cara memberiksan aba-aba atau sinyal terhadapt operator crane,
sehingga sering terjadi mis interpretasi atau salah penterjemahan aba-aba atau sinyal yang diberikan oleh pember
sinyal (Signal Man).
Biasanya dalam satu project Rigger(Signal man) sudah saling memahami dengan operator crane.
Rigger diharuskan bekerja dengan menuruti komando dari orang lain berupa sinyal-sinyal, berupa gerakan tangan
dan jari. Mereka yang terlibat di dalam kegiatan ini adalah operator crane dengan signalman (orang yang
memberi sinyal). Untuk keperluan signalling tersebut diperlukan prosedur dan langkah-langkah pengamanan.
Apabila pandangan operator crane terhalang untuk menjalankan crane pada jalumya, mengangkat, menurunkan,
dan menggerakkan beban ke samping, maka diperlukan seorang signalman yang terampil dan handal.
LANJUTAN

Sig-nalman tersebut harus:


1 . Tampak jelas oleh operator crane.
2. Memberikan signal/ sinyal yang sesuai dengan standar signal yang telah
baku dan diakui serta harus dimengerti oleh operator crane.
3. Berkompetensi dan berkualifikasi sebagai seorang signalman yang
profesional.
4. Menggunakan sarung tangan yang benwarna mencolok.
LANJUTAN
5. Memberikan signal dengan tangan harus tampak dengan jelas
oleh operator crane.
6. Bertanggung jawab mencegah personil yang tidak
berkepentingan ber-ada dalam radius crane sewaktu crane
bekerja.
7. Mengarahkan beban untuk tidak melewati atas kepala personil
di sekitar kegiatan rigging.
8. Harus selalu berkomunikasi dengan operator crane setiap saat
selama kegiatan hoisting berlangsung balk secara visibel (tampak)
maupun audibel (dengan radio komunikasi).
LANJUTAN
• Apabila operator kehilangan hubungan dengan signalman, maka dia harus menghentikan
scluruh pergerakan crane sampai hubungan didapat kembali.
• Apabila suatu beban diangkat dari satu lokasi dan diletakkan pada lokasi lainnya, maka
diperlukan dua orang signalman, yakni satu orang untuk gerakan pengangkatan dan satu
orang lagi untuk meletakkan beban di tempat yang dikehendaki.
• Apabila signalman ingin berbicara langsung pada operator, maka terlebih dahulu dia
memberikan instruksi melalui signal untuk menghentikan gerakan crane kemudian
mendatangi operator. Sinyal tangan hanya akan efektif apabila jarak antara signalman
dengan operator cukup dekat. Namun jika jaraknya cukup jauh dan cuaca tidak
memungkinkan untuk melihat sinyal tangan, maka radio komunikasi yang paling efektif
untuk mereka berdua.
LANJUTAN

• Jika pekerjaan rigging harus dilaksanakan di waktu malam, sarana penerangan yang sangat
memadai dan signalman yang handal harus tersedia, jika tidak pemunggahan (pengangkatan)
dilarang dilaksanakan.
• Jika diperlukan Iebih dari satu crane untuk mengangkat beban, maka operasi pemunggahan harus
dikoordinir oleh tenaga ahli yang berpengalaman dan berwibawa. Hal ini penting mengingat
seluruh gerakan crane harus benar-benar sinkron (serempak), oleh karenanya instruksi ahli
tersebut harus benar-benar ditaati oleh seluruh personil yang terkait dengan pelaksanaan rigging
tersebut. Koordinator rigging harus menganalisa langkahIangkah operasi rigging seperti gerakan
crane, pcneinpatan peralatan, pemilihan perangkat keras, urut-urutan Iangkah rigging, langkah-
langkah pencegahan kecelakaan, dan komunikasi antar personil.
• Biasanya sebelum melakukan pengangkatan personil yang bersangkutan terlebih dahulu
mengadakan meeting(rapat)
JENIS SINYAL

STOP HENTIKAN
SEMUA KEGIATAN

PERLAHAN -
LAHAN
JENIS SINYAL

TURUNKAN
NAIKKAN /
BARANG
HOIST BARANG
JENIS SINYAL

TURUNKAN
NAIKKAN /
BARANG
HOIST BARANG
TANDA – TANDA
KOMANDO ALAT
PENGANGKAT

JENIS SINYAL

GUNAKAN PENGANKAT
GUNAKAN PENGANGKAT BANTU (AUXILLARY HOIST)
(HOIST) UTAMA
JENIS SINYAL
NAIKKAN BOOM

TURUNKAN BOOM
JENIS SINYAL

PERPANJANGAN
TELESCOPIC BOOM
PERPENDEK
TELESCOPIC BOOM
JENIS SINYAL

JALAN JALAN
(KEDUA TRACK) (SATU TRACK)
JENIS SINYAL

TURUNKAN BOOM &


NAIKKAN BEBAN JALAN
(RAIL MOUNT/TROLLEY)
PROSEDUR RIKSA UJI PAA
MOBILE CRANE
PENDAHULUAN

Pesawat Angkat dan Angkut adalah suatu pesawat atau alat yang digunakan untuk memindahkan,
mengangkat muatan baik bahan atau barang atau orang secara vertical dan atau horizontal dalam
jarak yang ditentukan, yang dioperasikan di perusahaan-perusahaan industri dan lainnya dimana
dalam penggunaannya mempunyai resiko tinggi terjadinya kecelakaan, untuk itu mutlak diperlukan
suatu prosedur pemeriksaan dan pengujian sebagai dasar menentukan kelayakan penggunaan
Pesawat Angkat dan Angkut (Mobile Crane).
DASAR HUKUM

1. Undang-Undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja


2. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No. 8 Tahun 2020 tentang Pesawat
Angkat dan Pesawat Angkut
3. Perturan Menteri tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia No. Per-03/MEN/1978
tentang Penunjukan dan Wewenang, Serta Kewajiban Pegawai Pengawas keselamatan dn
Kesehatan Kerja dan Ahli Keselamatan Kerja
LANJUTAN…

4. Perturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia No. Per-02/MEN/1982
tentang Kwalifikasi Juru Las
5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No. Per-01/MEN/1989 tentang
Kwalifikasi dn Syarat-syarat Operator crane Angkat
6. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No. Per-02/MEN/1992 Tentang Tata Cara
Penunjukan, Kewajiban dan Wewenang Ahli keselamatan dan Kesehatan Kerja
LANJUTAN…

7. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No. Per-04/MEN/1995 tentang


Perusahaan Jasa Keselamatan dan Kesehatan Kerja
8. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No. Per-05/MEN/1996 tentang Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatn Kerja.
9. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No. Per-03/MEN/1999 tentang Syarat-
syarat Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lift untuk Pengangkutan Orang dan Barang
DEFINISI

Pesawat adalah kumpulan dari beberapa alat secar berkelompok atau berdiri sendiri gun menghasilkan tenaga baik
mekanik maupun bukan mekanik dan dapat digunakan tujuan tertentu

Alat adalah suatu unit konstruksi yang dibuat untuk digunakan atau menghasilkan suatu hasil tertentu dan dapat
merupakan suatu bagian yang berdiri sendiri dari pesawat itu

Instalasi adalah suatu jaringan baik pipa maupun bukan yang dibuat guna suatu tujuan tertentu

Pesawat Angkat dan Angkut adalah suatu pesawat atau alat yang digunakan untuk memindahkan, mengankat muatan
baik bahan atau barang atau orang secara vertical dan atau horizontal dalam jarak yang ditentukan
LANJUTAN…

Inspektur adalah tenaga ahli inspeksi yang melakukan pemeriksaan kelayakan penggunaan
Pesawat Angkat dan Angkut dan terdaftar atau diakui secara tertulis dari Departemen Tenaga Kerja
sebagai Ahli Keselamatan Kerja tentang Penunjukan Perusahaan Jasa Inspeksi Teknik yang
mempunyai tugas melaksanakan pemeriksaan teknis kelayakan penggunaan Pesawat Angkat dan
Angkut sesuai dengan prosedur pemeriksaan teknis ini.

Pemeriksaan kelayakan penggunaan Pesawat Angkat dan Angkut adalah pemeriksaan kemampuan
kerja dan daya tahan serta factor pengaman pengoperasian Pesawat Angkat dan Angkut.
LINGKUP PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN

Pesawat Angkat dan Angkut Baru


Pemeriksaan selama pembuatan Pesawat Angkat dan Angkut
Pemeriksaan Pesawat Angkat dan Angkut terpasang (assembly)

Pesawat Angkat dan Angkut Lama


Pesawat Angkat dan Angkut yang akan disertifikasi ulang atau yang belum mempunyai sertifikat kelayakan penggunaan
(SKP) dari Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia tetapi kondisinya tidak baru.

Pesawat Angkat dan Angkut yang mengalami Perbaikan/Modifikasi


Pesawat Angkat dan Angkut yang sudah mempunyai Sertifikat kelayakan penggunaan (SKP) dari Departemen Tenaga Kerja
Republik Indonesia tetapi mengalami perbaikan/modifikasi
STANDARD
Standard dan Spesifikasi yang digunakan dalam pemeriksaan Pesawat Angkat dan Angkut adalah Peraturan
Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No. 8 Tahun 2020 tentang Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut dan
standard lain, yaitu:
Pemeriksaan Struktur 
 ANSI B.30.5 : Mobile and Locomotive Crane
 ANSI B.30.8 : Floating Crane and Floating Derricks
 ANSI B.30.15 : Mobile Hydraulic Crane
 AWS D.1.1 : Structural Welding Code
 AWS D.14.3 : Welding Specification for Earth Moving and Construction

Equipment.
Pemeriksaan Tali Kawat Baja , Pancing, Puli dan Alat Bantu Angkat.
 ANSI B.30.9 : Slings
 ANSI B.30.10 : Hooks
TUGAS, TANGGUNG JAWAB DAN WEWENANG

Tenaga ahli inspeksi yang dalam hal ini Inspektur akan bertugas atas nama Direktur Jenderal
Pembinaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja untuk melaksanakan pemeriksaan teknis sesuai
prosedur pemeriksaan ini.

Inspektur bertanggung jawab atas pemeriksaan teknis dan pengujian yang dilakukan pada waktu
dan tempat dimana Pesawat Angkat dan Angkut itu berada dan mempunyai wewenng menyatakan
bahwa Pesawat Angkat dan Angkut itu layak atau tidak layak digunakan sesuai hasil pemeriksaan
dan pengujian berdasarkan syarat-syarat atau ketentuan suatu standard /atau spesifikasi teknis yang
mendasari perencanaan pembuatan Pesawat Angkat dan Angkut.
PESAWAT ANGKAT DAN ANGKUT

Ditinjau berdasarkan landasannya (pembawa), Pesawat Angkat dan Angkut jenis mobil dibedakan
antara :
 Pesawat Angkat dan Angkut dengan pembawa yang menggunakan rantai kelabang untuk
bergerak (Crawler Crane)
 Pesawat Angkat dan Angkut dengan pembawa yang menggunakan ban untuk bergerk (wheel
Mounted Crane)
 Pesawat Angkat dan Angkut yang berada pada barge/pantoon (floating crane)
PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN

Pemeriksaan dan pengujian Pesawat Angkat dan Angkut digolongkan berdasarkan kepada :
 
 Pesawat Angkat dan Angkut baru
 Pesawat Angkat dan Angkut lama
 Pesawat Angkat dan Angkut yang mengalami perbaikan/modifikasi
TAHAPAN-TAHAPAN PEMERIKSAAN

 Menelaahan Data Pemerencanaan (Document Review Point)

Obyek penelaan adalah : dokumen perencanaan Pesawat Angkat dan Angkut dengan tujuan untuk memeriksa
ketentuan-ketentuan persyaratan minimum sesuai dengan code standar maupun spesifikasi pemilik (owner
specification) yang digunakan dalam perencanaan pembuatan Pesawat Angkat dan Angkut.

 Pemeriksaan Fisik (Hold point)

Pemeriksaan dilaksanakan di lapangan dengan pengertian inspektur (tenaga ahli inspeksi) secara visual
melaksanakan pemeriksaan kebenaran penggunaan spesifikasi serta mengawasi mutu hasil pekerjaan sesuai
dengan perencanaan. Pemeriksaan fisik dilaksanakan dengan mengidentifikasi , memverifikasi dan melakukan
visual ckeck.
LANJUTAN…
 Menyelesaikan pengujian (Witness Point)

Tahapan pekerjaan yang disaksikan adalah pekerjaan pengujian, serta pengukuran (jika ada) di lapangan dengan pengertian inspektur
turut serta memberikan penilaian (evaluasi) hasil pekerjaan tersebut.

 Pemeriksaan Setelah Pengujian

Melaksanakan pemeriksaan untuk memastikan ada tidaknya kelainan seperti deformasi atau cacat-cacat pada bagian-bagian struktur dan
komponen, khususnya piranti pengaman akibat uji beban.

 Pelaporan (Final Documentation Package)

Menyusun laporan hasil pemeriksaan secara keseluruhan berbentuk dokumen untuk disampaikan kepada Direktorat Jenderal Pembinaan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja sebagai dasar diterbitkannya Sertifikat Kelayakan Penggunaan Pesawat Angkat dan Angkut.
PENELAAHAN DOKUMEN

Dalam penelaahan ini inspektur harus menelaah dokumen Pesawat Angkat dan
Angkut yang disediakan oleh pemilik atau pemakai dan disesuaikan terhadap
Peraturan Departemen Tenaga Keja atau Standard/Code yang diakui oleh Direktur
Jenderal Pembinaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja KEMENAKER R.I.
PENELAAHAN DOKUMEN PAA BARU

1. Perhitungn perencenaan (jika ada)


2. Gambar desain perencanaan
3. Spesifikasi bahan yang digunakan untuk struktur , blok pancving (Hook block) dan
tali kawat baja (wire rope)
4. Spesifikasi sambungan yang digunakan meliputi pengelasan , ukuran dan grade baut
atau pin.
5. Data sumber tenaga yang digunakan
6. Data komponen dan piranti pengam
LANJUTAN...

7. Sistim control kualitas pabrik pembuat (jika terlibat dalam pembuatan crane kendaraan).
 Bagan organissi pabrik pembuat (pemanufaktur) dan job deskripsi dari masing-masing departemen serta struktur
hubungan
 Prosedur penerimaan dan penanganan material dan konsumabel
 Prosedure pembuatan/pengujian eban pelaksanaan PQR dan juru las
 Prosedure flame/preheating dari sambungan atau lasan
 Procedure fit – up
 Prosedure pelksanaan PWHT
 Prosedure pelaksanaan inspeksi dan testing
 Prosedur pelaksanaan pemasangan/installation
 Prosedure pembuatan report
LANJUTAN…

8. Hasil pemeriksaan uji tanpa rusak serta prosedur pemeriksaan uji tanpa rusak
dan personel pelaksanaannya.
9. Kapasitas angkat dan diagram atau table kapasitas (load chart)
10. Buku pedoman untuk pengoperasian dan perawatan Pesawat Angkat dan Angkut
11. Catatan-cacatan (record) pengujian yang telah dilaksanakan oleh pabrik
pembuat.
PENELAAHAN DOKUMEN PAA LAMA

Dokumen Pesawat Angkat dan Angkut yang disedikan oleh pemilik atau pemakai, meliputi
informasi-informasi sebagai berikut :

1. Surat Kelayakan Penggunaan (SKP) Pesawat Angkat dan Angkut meliputi :


 Tanggal pemeriksaan sebelumnya
 Perusahaan jasa inspeksi teknis yang melakukan pemeriksaan
 Nomor seri
 Tahun pembuatan
 Tag No. Pesawat Angkat dan Angkut dan lokasi penempatannya.
LANJUTAN…
2. Data-data pabrik pembuat yang meliputi :
 Model Pesawat Angkat dan Angkut dan nomor seri
 Gambar (as built) dan desain Pesawat Angkat dan Angkut
 Kapasitas angkat dan diagram atu table kapasitas (load chart)
 Buku pedoman untuk pengoperasian dan perawatan Pesawat Angkat dan Angkut
 
3. Catatan-cacatan (record) meliputi :
 Penggantian bagian-bagian dari Pesawat Angkat dan Angkut
 Perawatan bagian-bagian dari Pesawat ngkat dn Angkut
 Pengujian yang telah dilakukan
PENELAAHAN DOKUMEN PAA YANG
MENGALAMI PERBAIKAN/MODIFIKASI
Dokumen Pesawat Angkat dan Angkut yang disedikan oleh pemilik atau pemakai, meliputi informasi-informasi sebagai
berikut:

1. Prosedur Repair/Modifikasi
Meliputi prosedur yang akan digunakan, apakah sudah sesuai dengan spesifikasi atau standard yang digunakan.

2. Buku pedoman untuk perawatan, penggantian dan perbaikan.


Buku tersebut digunakan untuk petunjuk dalam melaksanakan repair/modifikasi agar tidak menyimpang dari
peraturan pabrik pembuat.
LANJUTAN…
3. Surat kelayakan penggunaan (SKP) Pesawat Angkat dan Angkut meliputi :
 Tanggal pemeriksaan sebelumnya
 Perusahaan jasa inspeksi teknis yang melakukan pemeriksaan
 Nomor seri
 Tahun pembuatan
 Tag No. Pesawat Angkat dan Angkut dan lokasi penempatannya.

4. Data-data pabrik pembuat yang meliputi :


 Model Pesawat Angkat dan Angkut dan nomor seri
 Gambar (as built) dan desain Pesawat Angkat dan Angkut
 Kapasitas angkat dan diagram atu table kapasitas (load chart)
 Buku pedoman untuk pengoperasian dan perawatan Pesawat Angkat dan Angkut  71
LANJUTAN…

5.Catatan-cacatan (record) meliputi :


 Penggantian bagian-bagian dari Pesawat Angkat dan Angkut
 Perawatan bagian-bagian dari Pesawat Angkat dan Angkut
 Pengujian yang telah dilakukan
PEMERIKSAAN FISIK

Pada tahap ini yang dilakukan oleh inspektur tidak berbeda dengan
pemeriksaan terhadap Pesawat Angkat dan Angkut baru maupun lama
tetapi untuk Pesawat Angkat dan Angkut yang mengalami
perbaikan/modifikasi, penekanannya adalah mengawasi pemeriksaan
perbaikan/modifikasi sesuai dengan prosedur yang telah disetujui dan
memeriksa secara visual maupun uji tanpa rusak pada bagian yang
diperbaiki/modifikasi tersebut.
73
LANJUTAN…
A. Pemeriksaan Identifikasi, Verifikasi dan Riksa Visual
Pemeriksaan identifikasi, verifikasi dan visual peralatan crane kendaraan meliputi peralatan vital
berikut untuk dicocokan dengan sertifikasi peralatan pebrik pembuat dan diperiksa kondisi serta
dimensinya sesuai standard dan spesifikasi yang digunakan :

1. Pemeriksaan Struktur
a. Lattice Boom
 Ukuran yang terpasang sesuai dengan data-data yang ada, meliputi panjang boom dan
panjang insert boom (bervariasi antara 10 feet, 20 feet, 30 feet, 40 feet dan 50 feet)
yang direkomendasikan pabrik pembuat.
 Grade dan kondisi baut-baut pengikat yang longgar serta pin atau koneksinya
 Kondisi boom apakah terdapat retak, bengkok (dent) dan karatan.
74
LANJUTAN…
b. Telescopic Boom
Ukuran yng terpasang sesuai dengn data-data yang ada, meliputi panjang boom tergantung gerak masuk
atau keluar (extended or retracted) insert boom yang direkomendasikan pabrik pembuat.
 Grade dan kondisi baut-baut pengikat yang longgar serta pin atau koneksinya
 Kondisi boom apakah terdapat retak atau bengkok (dent)
 Kondisi hydraulic cylinder, sambungan pipa/selang (lines and connector)

2. Pemeriksaan Mesin Derek (Winch)


a. Spesifikasi mesin Derek meliputi informasi-informasi berikut :
 Pabrik pembuat
 Nomor seri/model
 Konstruksi hoist
75
LANJUTAN…
 Maksimum rating
 Model desain
 Ukuran motor
 Ukuran drum
 Dimensi

b. Pemeriksaan Drum
Diameter minimum drum yang terpasang :
 Untuk drum penggulung tali kawat baja pengangkat/penurun beban adalah 18 x diameter
tali kawat baja yang digunakan dan minimum 5 gulungan tali kawat baja tersisa pada
drum saat boom pada posisi radius minimum serta hook pada posisi radius minimum
76
serta hook pada posisi rendah.
LANJUTAN…

 Untuk drum penggulung tali kawat baja pengangkat/penurun boom adalah 15 x diameter
tali kawat baja yang digunakan dan minimum 2 gulungan tali kawat baja tersisa pada drum
saat boom pad posisi radius maksimum.
 Selisih tinggi antara gulungan maksimum tali kawat baja dengan flange drum adalah 13
mm
3. Rem pada drum
Untuk kerja pada drum :
 Rem dikatakan baik bila jarak berhentinya tidak lebih dari 10% x kecepatan
 Kondisi pada sambungan pipa/selang system pengereman
 Grade dan kondisi pada baut-baut pengikat
 Kondisi dari brake band 77
LANJUTAN…
4. Pemeriksaan Unit Tenaga
a. Spesifikasi mesin (engine) meliputi informasi-informasi sebagai berikut:
 Pabrik Pembuat
 Tipe/Model
 Nomor Seri
 Tenaga (HP) dan putaran permenit (RPM)

b. Pemeriksaan mesin (engine)


 Level air radiator
 Kondisi radiator
 Kondisi seal dan penutup lubang air radiator
78

 Level oli pelumas mesin


LANJUTAN…
 Kondisi accu
 Kondisi dan kekencangan but-baut pengikat
 Kondisi Tangki solar
 Kondisi fan belt
5. Pemeriksaan tali Kawat Baja , Pancing, Puli dan Alat Bantu Angkat
a. Tali Kawat Baja (Wire/Rope)
 Data-data tali kawat baja
 Sertifikat tali kawat baja
 Pabrik pembuat
 Nomor produk
 Tipe
 Kontruksi
 Ukuran (Nominal Diameter, Panjang)
79
 Kekuatan putus (Breaking Strength)
LANJUTAN…

 Tali Kawat Baja (Wire/Rope), harus diganti apabila terdapat cacat, Melintir
(kinking) dan membentuk sarang burung (bird caging) dll

b. Pancing (hook)
 Data-data pancing (hook meliputi):
 Sertifikat pancing
 Pabrik pembuat
 Nomor seri
 Tipe/model
 Kapasitas
80

 Jumlah puli
LANJUTAN…
 Kondisi pancing apakah terdapat retak, atau mengalami deformasi, dengan ketentuan:
 Bukaan pancing (throat opening) tidak boleh lebih dari 15% ukuran normal. Dalam hal ini
pengukuran panjang bukaan pancing disesuaikan dengan rekomendasi pabrik pembuat dimana
setiap data yang diberikan kadang kala tolok ukur pengambilan ukurannya.
 Puntiran (twist) tidak lebih dari 10% dari ukuran normal
 Periksa kondisi Safety Latch.

c. Puli (Sheave)
 Kondisi puli apakah terdapat retak dan aus
 Pelumasan
 Ketentuan ukuran yang digunakan adalah :
 Pitch diameter pull untuk boom hoist tidak boleh kurang dari 15 x diameter wire rope yang
digunakan 81
LANJUTAN…
 Pitch diameter pull untuk mengangkat beban tidak boleh kurang dari 18 x diameter wire rope
yang digunakan
 Pitch diameter pull untuk load block tidak boleh kurang dari 16 x diameter wire rope yang
digunakan

d. Alat Bantu Angkat


 Sling, Shackle, Socket :
 Sertifikat (sling, Shackle, socket)
 Pabrik pembuat
 Nomor seri
 Tipe/model
 Kapasitas dan ukuran yang digunakan sesuai dengan beban yang akan diangkat
82
 Kondisi shackle dan socket tidak boleh retak atau bengkok
LANJUTAN…
 Sling tidak boleh terpelintir (kinking) dan berbentuk seperti sarang burung (bird
caging) serta memeriksa cara pengikatan sling pada beban.

 Blok Perentang (Speader Beam dan Lifting Beam)


 Sertifikat (Speader Beam dan Lifting Beam)
 Pabrik pembuat
 Nomor seri
 Tipe/model
 Kapasitas dan ukuran yang digunakan sesuai dengan beban yang akan diangkat
 Kondisi Perentang apakah terdapat retak atau bengkok
83
LANJUTAN…
6. Umum
a. Komponen Sistem Hidrolik
 Spesifikasi komponen system hidrolik, meliputi informasi-informasi sebagai berikut :
 Pabrik pembuat
 Tipe/model
 Nomor seri
 Kapasitas

 Kondisi Pompa Hidrolik :


 Tekanan pompa hidrolik
 Grade dan kondisi baut-baut pengikat
 Kondisi pada sambungan pipa atau selang hidrolik
84
 Suara yang tidak normal, vibrasi dan panas pada body pompa
LANJUTAN…
 Kondisi Tangki Hidrolik :
 Level oli dan kekentalan oli
 Retak, bocor dan penyok (damage)

 Kondisi Katup (Valve) dan Saluran Hidrolik :


 Kondisi control valve
 Setting tekanan relief valve (Hydraulic Pressure Relief valves)
 Kekencangan baut-baut dan koneksi saluran
 Retak, bocor atau rusak (twist, damage)

b. Sistem Pemutar (Swing) boom :


 Kondisi meja putar (turn table) apakah terdapat retak-retak dan deformasi
 Bearing (bantalan)
 Retak, deformasi dan bocor dari selubung bearing
 Suara yang berisik dan vibrasi 85

 Longgar dan pelumasan bearing


LANJUTAN…
 Swing Control Valve :
 Bocor pada sambungan-sambungan pipa atau selang
 Kelonggaran atau hilang baut-baut pengikat

c. Sistem pengangkatan (Elevating) boom


 Kondisi pasak di engsel boom
 Grade dan kondisi baut-baut pengikat
 Kondisi silinder pengangkat boom
 Periksa silinder pengangkat boom, turun atau tidak ketika mengangkat beban
 Suara yang berisik dan vibrasi
 Bocor pada sambungan-sambungan pipa atau selang

d. Penumpu (out rengger) 86

 Grade dan kondisi baut-baut pengikat


LANJUTAN…

 Kekencangan atau bocor pada sambungan-sambungan pipa atau selang hidroliknya


 Periksa kondisi penumpu ketika crane kendaraan mengangkat beban apakah posisi
penumpu tersebut masuk ke dalam (retraction), kondisi penumpu ketika tidak
dipergunakan apakah posisinya turun (lowering) dan fungsi dari control lever.

e. Pemberat (out ringer)


 Identifikasi, berat dan ukuran yang terpasang sesuai dengan rekomendasi pabrik pembuat
 Grade dan kondisi baut-baut pengikat

f. Alat Penggerak
 Berbentuk Kelabang (Crawler)
• Kondisi dan setelan rantai penggerak kelabang
87
• Kondisi roler atas dan bawah kelabang
LANJUTAN…
 Kondisi spocket dan idler
 Sistem rem kelabang kiri dan kanan
 Kehilangan dan kelonggaran baut dn pask

 Ban
 Kondisi ban dan tekanan angina
 Kekencangn ikat mur roda
 Kondisi penumpu dan bole penghubung (ball joint)
 Kondisi bantalan s roda dan pelumasan
 Kondisi rem
88
LANJUTAN…
7. Kabin Operator
a. Tabel kapasitas (load chart) dan diagram (memverifikasi terhadap ketentuan-ketentuan peralatan maupun
persyaratan yang ad pada load chart, apakah sudah sesuai dengan kondisi yang terpasang) meliputi :
 Radius operasi
 Sudut boom
 Area kerja (work area)
 Panjang boom dan konfigurasi
 Panjang jib dan sudut (offset)
 Kapasitas angkat
 Out-ringgers dan ekstra counter-weight
 Reeving untuk pengangkatan (hoist line)
 Ukuran dan tipe tali kawat baja 89
LANJUTAN…
 Pernyataan batasan peralatan dan prosedur operasi
 Posisi gantry
 Mekanisme secara otomatis atau manual
 Hydraulic relief valve yang di set oleh pabrik pembuat
 Hook block

b. Tuas dan Pedal


 Berfungsi dengan baik atau tidak
 Tidak bengkok atau patah dan markingnya (ident. Tag.) masih dapat dibaca

c. Kabin
 Kerangka, dinding, jendel, pintu, kaca (wind shield/glasses), lampu, tempt duduk, tangga, hand 90rail,
AC dalam kondisi baik dan aman.
LANJUTAN…
8. Peralatan Pengaman (Safety Devices)
a. Boom back Stop :
 Kondisi silinderudara (air cylinder), piston dan telescopic strut dari jenis pneumatic boom stop.
 Kondisi Per (spring) dari jenis spring boom stop
b. Rem (brake) gerakan naik/turun boom, gerakan swing, rem jalan dan rem parker
 Berfungsi dengan baik
 Kondisi smbungan pipa/selang system system pengereman
c. Pengunci dari drum (drum pawl lock), swing (swing brake lock dan swing lock), hook (safety latch), load dan
boom (load and boom hoist brake lock), penumpu (out renger lock) berfungsi dengan baik.
d. Indikator sebagai penunjuk radius boom, sudut boom, beban/momen (SWL), panjang boom dan putaran drum
(winch)
• Berfungsi dengan baik dan telah dikalibrasi
• Akurat 91
LANJUTAN…
e. Level, temperature dan Pressure gauge
 berfungsi dengan baik dan telah dikalibrasi
 Kaca dan jarum penunjuknya tidak rusak atau patah dan markingnya (ident. Tag.) masih dapat
dibaca

f. Pembatas dari gerakn telescopic boom (boom extending device) dan boom over hoist limit, pembatas
gerakan naik hook block (anti wo blocking) dan over winding alarm berfungsi dengan baik

g. Peralatan Pengaman lain :


 Caution dan warning tag.
 Hand signal chart.
 Warning lamp (boom lamp, head lamp, side lamp, hazard lamp, brake park lamp dn traveling out
92
lamp).
 Klakson (horn), buzzer
PEMERIKSAAN HASIL UJI TANPA RUSAK
1. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan metode radiography, Ultrasonic, Magnetic Particle, atau
Penetrant Cair pda struktur dan hook serta peralatan Pesawat Angkat dan Angkut.

2. Wire rope tester untuk memeriksa seluruh tali kawat baja (wire rope) yang digunakan pada
Pesawat Angkat dan Angkut tersebut.
 
Check list untuk mempermudah pelaksanaan pemeriksaan Pesawat Angkat dan Angkut di tunjukkan
pada lampiran, sebagai laporan Direktur Jenderal Pembinaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
bahwa Pesawat Angkat dan Angkut layak untuk dilakukan pengujian fungsional dan pengujian beban.

93
PENGUJIAN FUNGSIONAL

Pengujian fungsional dilakukan tanpa beban untuk mendemontrasikan semua fungsi


komponennya meliputi :
1. Mekanisme pengangkatan beban (load lifting) dan penurunan beban (lod lowering)
2. Mekanisme pengangkatan boom (boom lifting) dan penurunan boom (boom lowering) atau
mekanisme gerakan keluar boom (boom extension) dan penarikan boom (boom retraction)
section.
3. Meknisme swinging (slewing)
4. Mekanisme travel (travel mechanisme)
5. Piranti pengamanan (safety devices)
94
PENGUJIAN BEBAN

1. Safety
Pada saat dilakukan uji beban hal-hal berikut harus diperhatikan:
a. Lapangan pengujian harus bebas dan tidak terhalang
b. Bila Pesawat Angkat dan Angkut pada saat slewing melewati bangunan lain maka
harus ada izin dari otoritsnya.
c. Semua peraturan keselamtan kerja setempat harus di ikuti untuk menghindari
kecelakaan
d. Harus diyakini oleh inspektur bahwa Pesawat Angkat dan Angkut harus dalam
keadaan siap, tidak cacat untuk pengujian beban.
e. Pengujian Pesawat Angkat dan Angkut harus dilaksanakan oleh operator Pesawat
95
Angkat dan Angkut yang kompeten.
LANJUTAN…

f. Berat beban ini harus diperiksa dengan load cell shackle atau load indicator yang
terklibrasi dengan baik, dan beban uji sebaiknya type water bag.
g. Automatic safety load indicator boleh dilepas sesuai dengan anjuran
pamanufactur selama pengujian dan segera dipasang kembli setelh pengujian.
h. Indicator radius harus diperiksa keakurasinnya (terkalibrasi) sebelum pengujian
i. Hanya sling yang mempunyai sertifikat dan mempunyai kapasitas cukup yang
boleh dipergunakan dalam pengujian.
j. Pengujian tidak boleh dilakukan pada daerah ramai tanpa izin dari pihak otoritas.

96
LANJUTAN…

2. Persyaratan Pengujian Beban


a. Pengujian beban dilkukan utmanya untuk memeriksa fungsi mekanisme dari Pesawat
Angkat dan Angkut, struktur dan brake. Pengujian beban dapat dikatakan berhasil apabila:
 Komponen peralatan Pesawat Angkat dan Angkut berfungsi dengan baik.
 Tidak ada kerusakan pada komponen struktur Pesawat Angkat dan Angkut
 Komponen sambungan-sambungan tidak ada yang lepas, kendur atau lepas
Pengujian Pesawat Angkat dan Angkut harus dilakukan sesuai dengan aturan yang tertera
pada operating manual dan sesuai dengan batas kecepatan normal operasi Pesawat Angkat
dan Angkut.
97
LANJUTAN…
b. Save working load dihitung sesuai dengan beban maximum yang diangkat pada pengujian beban sesuai dengan
persyaratan standard/code yang diakui oleh Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia dan diuji pada
kondisi :
 Beban maximum
 Momen maximum
 Radius maximum
Perlu diperhatikan pada pengujian beban bahwa beban uji yang dimaksud adalah nett capacity yang man
pengurangan-pengurangannya meliputi :
 Berat dari hook blook
 Berat dari wire rope yang menggantung
 Berat dari Jib (bila ada)
Atau yang dipersyaratkan menurut ketentuan-ketentuan dalam load chart 98
LANJUTAN…
3. Berat Beban Uji
Berat beban uji ditentukan menurut paraturan Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia atau telah
dihitung dalam desain atau menurut standard/code yang diakui oleh Departemen Tenaga Kerja Republik
Indonesia. Berat beban uji dijabarkan lebih lanjut di bawah ini :
 Beban uji pada Pesawat Angkat dan Angkut yang mudah berpindah tempat/mobile
 Beban uji dimana SWL dipergunakan oleh stabilitas dari fondasinya (table 2.2)

 Beban uji dimana SWL dipengaruhi oleh kemampuan struktur


Beban uji = 1.25 x SWL

99
TABEL 2.2 BEBAN UJI
LANJUTAN…
 Sertifikat uji Pesawat Angkat dan Angkut hanya berlaku bagi Pesawatnya saja tidak untuk
struktur supportnya
 Kondisi fisik dan fungsi dari Pesawat Angkat dan Angkut harus dalam keadaan baik sebelum
dan sesudah pengujian
 Akurasi dari indicator radius beban dan panjang boom harus diperiksa untuk disesuaikan
dengan rate kapasitasnya.

d. Pelaksanaan Pengujian Beban.


 Safe working Load Test (100% SWL)
 Berdasarkan table kapasitas (load chart) jenis Pesawat Angkat dan Angkut pabrik pembuat,
pengujian dimuli pada radius maksimum (sudut minimum)
 Pasang Load shackle indicator dan pasang beban uji secara bertahap sebesar 25%, 50%,
101

75%, 100% SWL


LANJUTAN…
 Beban diangkat (load lifting) pada ketinggian yang tidak membahayakan dimana kemungkinan
terjadi sesuatu sehubungan dengan stabilitas Pesawat Angkat dan Angkut.
 Boom diputar (swinging) kedua arah sesuai area kerja (kuadran kerja) jenis Pesawat Angkat dan
Angkut dan kembali pada posisi semula

 Overload Test (Maksimum 110% SWL)


 Penambahan beban uji secara bertahap 100% dan 110% SWL
 Beban diangkat (load lifting) pada ketinggian yang tidak membahayakan dimana kemungkinan
terjadi sesuatu sehubungan dengan stabilitas Pesawat Angkat dan Angkut.
 Ketinggian beban diukur dan beban uji ditahn (hold) selama 10 menit, kemudian mesin dimatikan
serta dilakukan pengukuran ketinggian beban kembali untuk mengetahui system pengeremannya
(brake system)
102
LANJUTAN…
• Mesin dihidupkan kembali dan angkat boom (boom up) pada konfigurasi pengujian
beban selanjutnya sesuai dengan prosedur yang telah disetujui Direktur Jenderal
Pembinaan Keselamat dan Kesehatan Kerja Republik Indonesia.
• Pengujian beban dilanjutkan sampai batas 110% maksimum beban kerja amannya
(SWL) dengan urutan pelaksanaan pengujian beban diatas.
Khusus untuk Pesawat Angkat dan Angkut yang berada diatas barge atau pontoon
sebagai landasannya, rate beban (rated load) ditentukan oleh pabrik pembuat.

103
PEMERIKSAAN SETELAH PENGUJIAN
Pemeriksaan akhir adalah untuk mengetahui kondisi Pesawat Angkat dan Angkut setelah
dilakukan pengujian dengan beban.

A. Pemeriksaan Visual
1. Struktur
a. Kondisi boom
b. Kondisi Gantry ( A Frame)
c. Kondisi Penumpu (Out-Ringger)
2. Tali Kawat Baja (Wire Rope)
Pemeriksaan semua tali kawat baja yang digunakan pada Pesawat Angkat dan Angkut 104
LANJUTAN…
3. Mesin Derek (Winch)
a. Kondisi drum
b. Kondisi rem dari drum

4. Pancing (Hook)

B. Pemeriksaan Uji Tanpa Rusak


Untuk memeriksa bagian-bagian yang mengalami deformasi setelah dilakukan
pengujian beban
105
PELAPORAN
Pada tahap pelaporan, inspektur membuat lampiran hasil pemeriksaan dan pengujian serta
saran-saran mengenai keadaan Pesawat Angkat dan Angkut sebagai dasar Direktur
Jenderal Pembinaan Keselamatn dan Kesehatan Kerja Menerbitkan Surat Kelayakan
Penggunaan (SKP) Pesawat Angkat dan Angkut.
Laporan yang diajukan kepada Direktur Jenderal Pembinaan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja terdiri dari :
1. Laporan pemeriksaan dan pengujian
2. Gambar (as built) dan desain Pesawat Angkat dan Angkut
3. Perhitungan perencanan (jika ada)
4. Sertifikat material 106

5. Kualifiksi prosedur pengelasan (WPS)


LANJUTAN…
6. Kualifikasi juru las/operator las
7. Laporan uji tanpa rusak
8. Laporan pemeriksaan dan pengujian yang telah dilaksanakan pabrik pembuat serta
kapasitas angkat dan diagram atau table kapasitas (load chart)
9. Catatan pengukuran dimensi yang disaksikan (witnessed) oleh PJK3
10. Catatan hasil pemeriksaan (check list) yang disaksikan (witnessed) oleh PJK3
11. Catatan hasil pengujian beban yang disaksikan (witnessed) oleh PJK3

107
LANJUTAN…
Disamping laporan tersebut diatas, juga dilengkapi dokumen crane kendaraan lain yang
diperlukan pada (II.1.1), antara lain :
1. Buku pedoman untuk pengoperasian, perawatan Pesawat Angkat dan Angkut yang
dikeluarkan pabrik pembuat.
2. Prosedur perbaikan (repair/modifikasi) sesuai dengan spesifikasi atau standard/code
yang di gunakan
3. Buku pedoman untuk perbaikan (repair/modifikasi) Pesawat Angkat dan Angkut
sesuai dengan rekomendasi pabrik pembuat.
Kemudian dilaporkan kepada Direktur Jenderal Pembinaan Keselamatan dan Kesehtn
Kerja untuk mendapatkan Sertifikat Kelayakan Penggunaan (SKP) Pesawat Angkat dan
108

Angkut.
KUALIFIKASI INSPEKTUR

109
KUALIFIKASI INSPEKTUR
Inspektur Pesawat Angkat dan Angkut adalah personil yang melakukan pemeriksaan dan
pengujian Pesawat Angkat dan Angkut dan diakui oleh Badan Pemerintah yang berwenang
(DEPNAKER) . seseorang yang menjadi Inspektur Pesawat Angkat dan Angkut memerlukan
kualifikasi-kualifikasi sebagai berikut :
1.Kondisi Fisik
Kondisi fisik seorang inspektur harus sehat dn mampu untuk melakukan pemeriksaan
sebelum, selama dan setelah fabrikasi

Naik turun struktur Peswat Angkat dn Angkut jika diperlukan harus dapat dilakukan setiap
saat tanpa adanya ganguan kondisi fisik
110
LANJUTAN…
2. Penglihatan
Penglihatan yang baik adalah persyaratan mutlak. Seorang Inspektur harus dapat melihat pada jarak
dekat untuk memeriksa kondisi bagian-bagian Pesawt Angkat dan Angkut dan las-lasannya.

Berdasrkan AWS, seorang Inspektur dipersyaratkan memiliki penglihatan 20-40 yang terbaca pada table
koreksi mata, dan jeager J-1 untuk ketajaman penglihatan jarak dekat dengan menggunakan atau tanpa
kacamata.

3. Sikap
Seorang Inspektur harus mempunyai sikap yang professional, kooperatif, konsisten dan tegas dalam
membuat keputusan. Dapat berargumentasi dengan baik dan benar pada kondisi stress yang tinggi.
111
LANJUTAN…
4.Pengetahun Tentang Inspeksi
Seorang Inspektur harus mengetahui tentang pekerjaan inspeksi Pesawat Angkat dan
Angkut. Dia dapat berbicara dan mengetahui mengenai istilah-istilah yang ada pada pesawat
angkat.

Pengetahuan membaca gambar, spesifikasi dn prosedur inspeksi harus dimengerti dengan


benar. Demikian pula pengetahuan tentang metoda-metoda pengujian tidak merusak,
pengujian operasional atau pengujian beban beserta persyaratan-persyaratannya harus
dipahami dengan benar.

112
LANJUTAN…
5. Pendidikan dan Persyaratan
Latar belakang pendidikan seorang Inspektur Pesawat Angkat dan Angkut setidaknya memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
a. Sarjana Tehnik atau sederajat dan memiliki pengalaman dalam bidang Pesawat Angkat dan
Angkut selama satu tahun ditambah bidang inspeksi yang menunjang lainnya selama dua
tahun.
b. Sarjana Muda Teknik atau sederajat dan memiliki pengalaman dalam bidang inspeksi Pesawat
Angkat dan Angkut selama dua tahun ditambah bidang inspeksi yang menunjang lainnya
selama du tahun.
c. Lulusan Sekolah Teknik Mesin atau sederajat dan memiliki pengalaman kerja dalam bidang
inspeksi Pesawat Angkat dan Angkut selama lima tahun ditambah penglaman kerja dari113
bidang inspeksi yang menunjang lainnya selama tiga tahun.
DAFTAR STANDAR LAIN SEBAGAI PEDOMAN
INSPEKSI

ISO (INTERNATIONAL ORGANIZATION FOR STANDARIZATION)


1. ISO 2408 : Steel Wire Rope for General Purposes Characteritics.
2. ISO 4301 : Crane and Lifting Appliances-Classification
3. ISO 4302 : Wind Load Assessment
4. ISO 4306 : International Standard
5. ISO 4308 : Cranes – Selection of Wire Ropes
6. ISO 4309 : Wire Rope for Lifting Appliances – Code of Practice
for Examination and Dischard.
7. ISO 4310 : Test Code and Procedure 114
LANJUTAN…
JIS (JAPANESE INDUSTRIAL STANDARD)
1.JIS D 6301 : Standard for Construction and Performance of
Truck Cranes, Wheel Cranes and Crawler Cranes.
2.JIS D 6303 : Test Code of Truck Cranes, Wheel Cranes and
Crawler Cranes.
3.JIS B 8821 : Specification for the Design of Crane

DIN (DEUTSCHE INDUSTRIE NORMEN)


4.DIN 3064 : Construction Rope
5.DIN 15401 : Hook
6.DIN 15404 : Work Test Certificate
7.DIN 15020 : Wire Rope, Drum, Sheave
115
8.DIN 15070 : Wheel Track
LANJUTAN…

BS (BRITISH STANDARD)
1. BS 302 : Specification for Wire Ropes for Cranes,
Exchavators Angeneral Engineering Purposes
2. BS 1757 : Specification for Power-Driven Mobile Cranes
3. BS 3726 : Specification for Counter Balance Lift Truck
Stability – Basic Test.

116
FLOATING CRANE DAN FLOATING DERRICK

Untuk Pesawat Angkat dan Angkut ini tidak berbeda dengan Pesawat Angkat dan Angkut jenis mobile atau
pedestal tergantung pada baseny, akan tetapi terdapat ketentuan-ketentuan tambahan yang perlu diperhatikan
untuk pemeriksaan dan pengujian.

1. Structural Competence
a. Floting Crane dan Floating Derrick harus dikonstruksi untuk imposed stess pada sambungan dan
komponen pada keadaan operasi nasional jika crane tersebut dipasang dan beban-beban handling tidak
melebihi batasan beban yang disyaratkan manufaktur dengan rekomendasi reeving dan sesuai dengan
kondisi-kondisi lainnya yang disyratkan.
b. Barge atau pontoon harus dikonstruksi untuk menahan imposed load
c. Pengelaan harus sesuai dengan petunjuk praktis dari American Welding Society seperti AWS D.14.3 atau
117
AWS D.1.1 yang mana beraplikasi.
LANJUTAN…
2.Stabilitas
a.Crane di disain untuk Barge atau Pontoon :
 Kapasitas 25 tons (22.680 kg) atau kurang, batasan maksimum yang diperbolehkan
untuk list atau trim sebesar 5O .
 Kapasitas 25 tons (22.680 kg) atau lebih, batasan maksimum yang diperbolehkan
unruk list atau trim sebesar 7O , bagaimanapun 5O adalah yang direkomendasikan.

b.Derrick di disain untuk Barge atau Pontoon :


Untuk kapasitas berapapun , batasan maksimum yang diperbolehkan untuk list atau trim
adalah sebesar 10O .
118
LANJUTAN…
c. Land Crane dan Derrick dipasang pada Barge atau Pontoon :
Batasan maksimum yang diperbolehkan untuk list atau trim sebesar 5O atau batasan maksimum yang
diperbolehkan oleh crane manufacture

Design Loading Condition.


 Crane atau Derrick di disain untuk Barge atau Pontoon harus stabil dlam keadaan dibawah ini :
• Land Crane yang dipasang pada barge atau pontoon disyaratkan untuk dimodifikasi ratingnya karena
penambahan beban dari list, trim, wave action dan angina. Rating ini akan berbeda untuk tiap ukuran
dri pontoon atau barge yang digunakan. Oleh krena itu, load rating dari barge atau pontoon yang
dipasang land crane dan derrick tidak boleh melebihi yang di rekomendasikan oleh manufaktur atau
personel yang berkualifikasi untuk barge atau pontoon tertentu pada kondisi cuca/lingkungan yang
diharapkan
• Seluruh permukaan deck dari pontoon atau barge harus bersih dari air 119
LANJUTAN…
• Seluruh dasar are dari barge atau pontoon hrus tenggelam
• Tie-down harus tersedia untuk derrick untuk menyalurkan beban ke barge atau pontoon.
• Crane harus di lock dan di anchore untuk keamanan pengangkatan

3. Rated Load
a. Rated load harus merupakan beban kerja maksimum pada varisi radius yang dihitung oleh manufactur
atau personel yang berkualifikasi dengan mengingat/mempertimbangkan list dan trim untuk setiap
pemasanagan.
b. Jika beban deck dilakukan pada saat pengangktan, situasinya harus dinalis secr spesial untuk
modifikasi rating.
c. Jika dipasang pada barge atau pontoon, rated load radius dari land crane dan derrick harus
dimodifikasi sesuai rekomendasi dari manufaktur atau personel yang berkualifikasi 120
LANJUTAN…
4. Rated Load Marking
Rating Chart dengan tulisan yang jelas dan gambar harus disediakan pada tiap crane atau derrick dan
terpasang pada lokasi yang memungkinkan untuk dilihat oleh Operator ketika duduk pada kontol
station. Data-data ini juga harus tersedia pada kantor job site. Data dan informasi disediakan harus
termasuk tetapi tidak dibatasi seperti dibawah ini :
a. Full dan complete range dari crane atau derrick load rating pada semua radius operasi dan boom
angle, dan untuk semua panjang boom. Panjang jib dan sudut yang diperbolehkan.
b. Kondisi list dan trim yang mana load chart rating chart ditetapkan
c. Rekomendasi part dari hoist reeving, ukuran dan tipe dari tali kawat baja untuk variasi beban harus
ditujukan baik dalam rating chart operasi manual.

121
LANJUTAN…
5. Visual Inspection
a. Crane dan Derrick
 Tie-down pada land cranes terhadap keausan , korosi dan kekencangan
 Gudgeon pin (a pin connecting mat cap to a derrick mast allowing rotation of the mast)
terhadap keretakan, keausan dan korosi
b. Barge dan Pontoon :
 Cleats, bitts, chocks, fender, cpstain, landder, starshion terhadap korosi, keausan dan
deformsi
 Compertement terhadap kebocoran dan structural damage, void compertement atmosphere,
harus di test sebelum dimasuki.
 Rescue skiff, lifeline, work vest, life preservers dan ring bouy terhadap kerusakan dan 122

kemampuan/fungsinya.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai