Anda di halaman 1dari 29

SKRINING

1
Introduksi :

 Upaya preventif pada bidang kesehatan masyarakat


secara garis besar dapat dibagi menjadi 3 yakni :

 Upaya preventif primer


 Upaya preventif sekunder
 Upaya preventif tertier

 Jika upaya preventif primer tidak efektif dilaksanakan


maka upaya preventif sekunder menjadi sangat penting

2
Tingkat – Tingkat Pencegahan
Penyakit
Menurut Leavel & Clark
1. Health promotion 1. Prevensi primer
2. Spesific protection
Fase prepatogenesis

3. Early diagnosis & 2. Prevensi sekunder


Prompt treatment

4. Disability limitation 3. Prevensi tersier Fase Patogenesis


5. Rehabilitation
 Upaya preventif sekunder terdiri dari :
 Diteksi awal suatu penyakit
 Pengobatan yang akurat

Ada 2 pendekatan untuk menditeksi awal suatu


penyakit :

 Melihat adanya tanda-tanda awal adanya


penyakit dan gejala-gejala/simptom penyakit
 Melakukan skrining (pada pasien
asimptomatik) 4
Screening/Skrining/uji saring

Adalah identifikasi sangkaan terhadap suatu


penyakit atau kelainan yang tidak dikenal
dengan menggunakan tes, pemeriksaan atau
prosedur lainnya yang dapat digunakan
dengan cepat untuk membedakan pada orang
sehat apakah ia mempunyai kemungkinan
untuk sakit atau tidak.
Ketentuan
Uji saring berarti suatu cara penentuan dari
sesuatu individu untuk mendapatkan
pengobatan dini, dimana pengobatan ini
sangat memungkinkan dan efektif atau
terdeteksi dari suatu keadaan yang sangat
bermanfaat bagi seseorang.

6
Mengapa skrining dilakukan?
1. Untuk memperbaiki prognosis pada
seseorang melalui pengobatan dini.
2. Mencegah penularan penyakit di
masyarakat (TBC, Infeksi HIV)

7
Kualitas skrining
1. Etika
• Penguji harus mengadakan pendekatan terhadap
subjek, mempunyai manfaat bila hasil tes positif dan
tidak berbahaya bila tes negatif serta perlu untuk
pengobatan yang efektif
• Tes harus mudah dilakukan, tanpa resiko dan
mempunyai manfaat yang nyata, keuntungan dan
kerugiaannya harus diberitahu.

8
2. Seleksi terhadap penyakit atau keadaan:

• Prevalensi  lebih tepat dilakukan pada


keadaan yg sering diderita daripada yg jarang
• Keseriusan  Jika keadaannya serius,
walaupun prevalensinya rendah dapat dilakukan
pengujian.

9
3. Uji saring yang patut:
• mudah, murah dan dapat digunakan pada
suatu populasi yg besar
• baik (resiko rendah, sedikit efek samping)
• sedikit kesalahan yang dilakukan peneliti
• validitasnya diketahui (tinggi sensitifitasnya
dan spesifisitasnya)

10
Faktor – faktor yg harus dipertimbangkan
dalam melakukan skrining

1. Dapatkah skrining ini diperbaiki hasilnya?


2. Dapatkah metoda-nya diperbaiki?
3. Evaluasi ketepatan (effectiveness) suatu
prosedur skrining
4. Efisiensi skrining
5. Grup resiko tinggi

11
Skrining

 Tes yang dipakai untuk melakukan skrining disebut


tes skrining atau tes diagnostik

 Tes diagnostik ini digunakan untuk :

 Menentukan bahwa sesorang sakit pada individu-


individu yang belum menunjukkan gejala ataupun
tanda-tanda penyakit

 Menentukan bahwa seseorang bebas dari suatu


penyakit pada individu-individu yang belum
menunjukkan gejala atau tanda-tanda penyakit
12
Idealnya suatu tes diagnostik :

 tes selalu :
 memberikan hasil tes positif untuk setiap
orang yang sakit
 memberikan hasil tes yang negatif untuk
setiap individu yang bebas dari sakit
 cepat
 aman
 tidak menyakitkan
 dapat dipercaya
 tidak mahal
13
Kriteria untuk suksesnya suatu program skrining di
populasi
1.Kondisi penyakit merupakan masalah kesehatan yang
penting
2.Penyakit harus ada obatnya
3.Fasilitas untuk diagnosis dan pengobatan harus tersedia
4.Intervensi yang efektif harus diketahui untuk
mengurangi morbiditas dan mortalitas
5.Tes diagnostik/skrining harus mempunyai sensitifitas
dan spesifisitas yang tinggi
6.Tes skrining harus dapat diterima di populasi
7. Riwayat alamiah dari kondisi penyakitharus sudah
dimengerti

14
Validitas Dari SuatuTes Skrining/Tes Diagnostik

 Validitas suatu tes skrining atau tes diagnostik


adalah kemampuan dari suatu tes diagnostik
untuk membedakan antara orang yang sakit dan
orang yang tidak sakit
 Validitas mempunyai 2 komponen yaitu :
 Sensitifitas
 Spesifisitas
15
 Sensitifitas dari suatu tes adalah : Kemampuan dari suatu
tes untuk mengidentifikasikan secara benar siapa - siapa
yang sakit.

 Spesifisitas dari suatu tes adalah : Kemampuan dari suatu


tes untuk mengidentifikasikan secara benar siapa-siapa
yang tidak sakit

16
Kalkulasi dasar dari sensitifitas dan spesifisitas

STATUS PENYAKIT
HASIL TES SAKIT (+ ) SAKIT ( - )

POSITIF TP (True + ) FP (False + )

NEGATIF FN (False - ) TN (True - )

TP + FN FP + TN

17
 Sensitifitas dari tes adalah TP / (TP + FN)  yaitu
proporsi dari orang yang sakit yang hasil tesnya positif

 Spesifisitas dari tes adalah TN/(TN +FP)  yaitu proporsi


dari orang yang sehat yang hasil tesnya negatif

 TP atau True Positive adalah orang yang sakit dan hasil


tesnya dinyatakan positif oleh tes diagnostik

 FP atau False Positive (positif palsu) adalah orang yang


sehat/ tidak sakit tapi hasil tesnya dinyatakan positif
oleh tes diagnostik

18
 TN atau True Negative adalah orang yang sehat/tidak
sakit dan hasil tesnya dinyatakan negatif oleh tes
diagnostik

 FN atau False Negatif (negatif palsu) adalah orang sakit


tapi hasil tesnya dinyatakan negatif oleh tes diagnostik

19
Karakteristik Performance Dari Suatu Tes Diagnostik

1.Sensitifitas
2.Spesifisitas
3.False Negative Rate
4.False Postive rate
5.Prevalence
6.Predictive Value Positive
7.Predictive value Negative

20
Sensitifitas

 Definisi :
 Sensitifitas suatu tes diagnostik adalah : besarnya
probabilitas bahwa seseorang yang sakit akan
memberikan hasil tes positif pada tes diagnostik
tersebut
 Sensitifitas adalah True Positive Rate (TPR) dari
suatu Tes diagnostik

Individu yang sakit dengan hasil tes +


Sensitifitas =-------------------------------------------------------
Semua individu sakit

21
Spesifisitas

 Definisi : Sepisifisitas suatu tes diagnostik adalah


besarnya probabilitas bahwa individu yang tidak
sakit/sehat akan memberikan hasil tes yang negatif
pada tes tersebut

Individu yang sehat dengan hasil tes negatif


Spesifisitas = -------------------------------------------------------------
Semua individu sehat

22
False Negative Rate (FNR)

 Definisi : False Negative Rate dari suatu tes diagnostik


adalah besarnya probabilitas dari individu-individu
yang sakit memberikan hasil tes negatif

Individu-individu yang sakit dengan hasil


tes negatif
FNR = ------------------------------------------------------------------
Semua individu yang sakit

23
False Positive Rate (FPR)

 Definisi : False Positive Rate suatu tes diagnostik


adalah probabilitas dari orang yang sehat
memberikan hasil tes yang positif

Individu-individu sehat dengan hasil


tes positif
FPR = -----------------------------------------------------------------
Semua individu sehat

24
Predictive Value Positive (PVP)

 Definisi : Predictive Value Positive dari suatu tes


diagnostik adalah probabilitas dari individu-individu
dengan hasil tes positif yang benar-benar sakit

Individu-individu dengan tes positif yang


benar-benar sakit
PVP=----------------------------------------------------------------
Semua individu dengan hasil tes positif

25
Predictive Value Negative (PVN)

 Definisi : Predictive Value Negative dari suatu tes


diagnostik adalah probabilitas individu dengan hasil
tes negatif yang benar-benar sehat

Individu-individu yang sehat dengan hasil


tes negatif
PVN =---------------------------------------------------------------------
Semua individu dengan hasil tes negatif

26
Prevalence

 Definisi : Prevalence adalah proporsi individu di


populasi yang telah sakit

Jumlah individu sakit


Prevalence =------------------------------------
Jumlah populasi

27
Nilai dari suatu tes diagnostik tidak hanya tergantung
kepada sensitivitas dan spesifitasnya, tapi juga
tergantung pada prevalens penyakit di populasi

Jika prevalens penyakit menurun:

seseorang yang mempunyai hasil tes positif


kemungkinan bahwa orang tersebut benar-benar
sakit akan menurun


kemungkinan untuk terjadinya false positif menjadi
meningkat.

28
Sehingga semakin jarang frekwensi penyakit,

maka tes diagnostik yang digunakan sebaiknya
yang mempunyai spesifisitas yang tinggi agar
dapat berguna secara klinis

Sebaliknya
 semakin sering frekwensi
penyakit, maka tes diagnostik yang
digunakan sebaiknya yang mempunyai
sensitifitas yang tinggi, jika tidak, hasil tes
yang false negatif akan meningkat

29

Anda mungkin juga menyukai