Anda di halaman 1dari 8

HUKUM DAN MORAL

Fitri Wahyuni
• Hukum mengatur perbuatan manusia sesuai
dengan peraturan yang berlaku, yang
ditetapkan oleh negara dengan tujuan
menyejahterahkan masyarakat serta memberi
perlindungan dan keamanan.
Sedangkan moral juga merupakan peraturan-
peraturan yang mengatur perbuatan manusia
tentang prilaku baik dan buruk
• Menurut W.J.S. Poerwadarminta, Moral
berasal dari bahasa latin mos (jamak: mores)
yang berarti juga kebiasaan, adat dan berasal
dari bahasa Belanda moural, yang berarti
kesusilaan, budi pekerti , moral berarti “ajaran
tentang baik buruk perbuatan dan kelakuan.”
Dalam Islam moral dikenal dengan istilah
“akhlak”, berasal dari kata “khuluqun”, artinya
budi pekerti, perangai, tingkah laku, tabiat.
• Menurut Lon Fuller, hubungan antara moralitas dan
hukum adalah hal pentinng. Aturan – aturan dari suatu
sistem hukum harus sesuai persyaratan – persyaratan
substatif dri moralitas. Ia memppstulasikan bahwa
aturan – aturan hukum tunduk pada moralitas.
Imanuel Kant, dalam bukunya metafisika kesusilaan
membuat distingsi atau perbedaan antara
legal/legalitaet/Gezetzmassigheit dan Moralitas
moralitaet/sittlichkeit. Legalitas dipahaminya sebagai
kesesuaian atau ketidaksesuaian semata-mata.
• Raghib Al-Isfahani, seorang filsuf muslim klasik Islam memaknai akhlak sebagai
upaya manusia untuk melahirkan perbuatan yang bajik dan baik. Alasannya, kata
akhlak merupakan plural dari khuluq yang berasal dari katakhalaqa. Menurutnya,
ini ditujukan kepada ciptaan Tuhan yang brmuatan daya yang dapat
disempurnakan oleh upaya manusia.
Menurut Ibnu Maskawih dalam bukunya Tahdzibul akhlaq wa that-hirul-a’raq,
seperti dikutip oleh Rahmat Djatnika, menyebut akhlaq sebagai perangai, yang
maksudnya adalah keadaan gerak jiwa yang mendorong ke arah melakukan
perbuatan dengan tidak menghajatkan pikiran.
Menurut al-Ghazali: “akhlak merupakan tabiat jiwa, yang dapat dengan mudah
melahirkan perbuatan-perbuatan dengan perwatakan tertentu secara serta
merta tanpa pemikiran dan pertimbangan. Apabila tabiat tersebut melahirkan
perbuatan baik dan terpuji menurut akal dan agama, tabiat tersebut dinamakan
akhlak yang baik. Apabila melahirkan perbuatan-perbuatan yang jelek, maka
tabiat tersebut dinamakan akhlak yang jelek.”
• Norma moralitas memberikan patokan kepada kita. dan perbuatan-perbuatan kita agar
disebut bermoral harus sesuai dengan patokan tersebut. Tetapi faktwa bahwasanya
terdapat suatu norma, tidaklah membebankan keharusan sesuatu pun mengenai
pemakaiannya. Norma memungkinkan kita untuk mengerti, apakah perbuatan kita
bermoral atau tidak, tetapi tidaklah menurut hakikatnya mengahruskan diri perbuatan
kita bermoral. Adakah sesuatu yang mengharuskan diri kita menyesuaikan
perbuatannya dengan norma moralitas? Disinilah kita menyentuh adanya hukum, sebab
hukum menyatakan pengertian mengenai sesuatu yang membebankan keharusan
tersebut. Hukum menjelaskan keharusan (oughtness). Tanpa hukum kita hanya punya
suatu hubungan antara jalan ke tujuan, yang oleh Kant disebut sebagai imperatif
hipotesis; kalau anda ingin bermoral, norma moralitas adalah sebagi petunjuk
bagaimana anda menggapai keiningan tersebut. Bila da orang yang berkata “ saya tidak
berminat bermoral”, norma moralitas sebagai norma tidak semata tidak bisa berkata
sesuatu pun lebih lanjut. Tetapi ada hukum yang membebankan suatu keharusan
mutlak, suatu imperatif katagoris. Anda harus bermoral senang atau tidak senang, maka
anda harus menyesuaikan perbuatan-perbuatan anda dengan norma moralitas.
• Hukum kodrat adalah hukum yang hidup dalam masyarakat yang mengandung nila-
nilai norma moralitas. Namun seiring berkembangnya zaman dan munculnya problem-
problem baru, hukum kodrat harus bisa menyesuaikan dan mengatasi permasalahan
yang ada. Maka terbentuklah hukum postif atau hukum sipil. jabatan hukum sipil
adalah menerapkan hukum kodrat pada masyarakat. Tuhan menciptakan manusia
sebagai makhluk sosial. Dengan seperti itu Tuhan membenarkan pembentukan negara
sebagai alat yang penting guna mengatur hidup sosial manusia, dan Tuhan
memberikan kekuasaan kepada negara untuk maksud demikian. Jadi dalam aturan
kodrat negara adalah suatu badan yang diserahi tugas menyusun hukum sipil sebagai
hukum postif yang dibutuhkan untuk melengkapi hukum kodrat. disinilah kewajiban
moral dalam hukum sipil. apa yang harus ada bagi kehidupan manusia diperintahkan
oleh hukum kodrat. Sebab hukum kodrat menuntut manusia agar menyesuaikan
perbutannya pada norma moralitas, yang mencakup hubungan manusia terhadap
manusia. Dan ketaatan kepada hukum sipil harus ada dalam kehidupan manusia.
Masyarakat harus dibimbing oleh hukum, dan hukum kodrat haruslah dilengkapi oleh
hukum sipil
• Hukum postif manusia mempunyai dua bentuk. Hukum postif deklaratif
menyatakan dengan kata-kata apa yang ditentukan oleh hukum kodrat,
atau membuat kseimpulan apa yang dikehendaki oleh hukum kodrat.
Hukum seperti itu umpamannya hukum yang melarang pembunuhan,
pencurian, dan sumpah palsu. Hukum ini berbeda dengan hukum kodrat
dalam permaklumannya. Hukum postif determinatif mengatur cara-cara
bertindak sesuai dengan hukum kodrat. Tetapi tidak dismimpulkan dari
hukum kodrat. Hukum semacam itu hukum lalu lintas, mengumpulkan
pajak, kontrak dan sebagnya. Maka bila da hukum yang tidak sesuai
dengan hukum kodrat itu bukan hukum. Perlunya hukum kodrat ditambah
hukum postif disini adalah. a. karena pada sementara orang petnitah akal
budi telah tergelapkan. b. hukum kodrat tidak menentukan ketentuan-
ketentuan duniawi, melainkan alam baka. c. hidup sosial yang komplek
dan selalu berubah

Anda mungkin juga menyukai