Anda di halaman 1dari 176

STANDAR BAB 5

PENINGKATAN MUTU PUSKESMAS


STANDAR TERKAIT UPAYA PENINGKATAN MUTU
PELAYANAN PUSKESMAS PMK 46/2015

BAB III BAB VI BAB IX


PENINGKATAN MUTU & KINERJA SASARAN KINERJA UKM PENINGKATAN MUTU DAN
PUSKESMAS KESELAMATAN PASIEN
2
STANDAR TERKAIT UPAYA PENINGKATAN MUTU
PELAYANAN PUSKESMAS PMK 46/2015

BAB III BAB VI BAB IX


PENINGKATAN MUTU & KINERJA SASARAN KINERJA PENINGKATAN MUTU
PUSKESMAS UKM DAN KESELAMATAN PASIEN

3
BAB 5
PENINGKATAN MUTU
PUSKESMAS

PROGRAM MANAJEMEN SASARAN PELAPORAN PENCEGAHAN &


PENINGKATAN MUTU RISIKO KESELAMATAN IKP PENGENDALIAN
TERMASUK
PASIEN INFEKSI (PPI)
PENGUKURAN
INDIKATOR MUTU
DRAFT REVISI STANDAR AKREDITASI PUSKESMAS
BAB V PENINGKATAN MUTU PUSKESMAS
5 STANDAR, 19 KRITERIA, 47 ELEMEN PENILAIAN
PROGRAM PENINGKATAN MUTU TERMASUK
PENGUKURAN INDIKATOR MUTU
4 KRITERIA, 12 EP
PENINGKATAN MUTU
PUSKESMAS
MANAJEMEN RISIKO
2 KRITERIA, 6 EP

SASARAN KESELAMATAN
PASIEN
5 KRITERIA, 12 EP

PELAPORAN INSIDEN KESELAMATAN PASIEN


2 KRITERIA, 4 EP

PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI (PPI)


6 KRITERIA, 13 EP
DRAFT STANDAR AKREDITASI PUSKESMAS REVISI
5.1
Peningkatan Mutu dilaksanakan secara berkesinambungan

5.1.1 Tim dan Program


Peningkatan Mutu
Puskesmas 5.1.2
Indikator mutu
5.1.3
analisis dan validasi 5.1.4
Peningkatan mutu dicapai
& dipertahankan
DRAFT STANDAR AKREDITASI PUSKESMAS REVISI
BAB 5

5.1.1 Kepala Puskesmas menetapkan Tim dan Program Peningkatan Mutu Puskesmas

Pokok Pikiran: 
• Penetapan tim atau petugas yang diberi tanggung jawab terhadap Peningkatan Mutu, Keselamatan
Pasien, PPI, dan Manajemen Risiko.
• Persyaratan kompetensi: sarjana kesehatan, mempunyai kapasitas terkait pengelolaan mutu,
keselamatan pasien, manajemen risiko, dan PPI, serta mempunyai pengalaman kerja di Puskesmas.
• Uraian Tugas: melakukan fasilitasi, koordinasi, pemantauan, dan membudayakan kegiatan peningkatan
mutu, keselamatan pasien, manajemen risiko, dan pencegahan dan pengendalian infeksi. Para tim
tersebut juga harus menjamin pelaksanaan kegiatan dilakukan secara konsisten dan berkelanjutan.
• Kebijakan dan prosedur serta pedoman sebagai acuan Kepala Puskesmas, penanggung jawab upaya
pelayanan Puskesmas dan koordinator dan pelaksana kegiatan Puskesmas dalam hal 1) peningkatan
mutu, 2) keselamatan pasien, 3) manajemen risiko, 4) dan pencegahan dan pengendalian infeksi.
• Kepala Puskesmas memfasilitasi, mengalokasikan, dan menyediakan sumber daya
• Program Mutu dan Keselamatan, Program Manajemen Risiko, Program PPI
• Pengawasan, pengendalian, penilaian, tindak lanjut, dan upaya perbaikan berkesinambungan
DRAFT STANDAR AKREDITASI PUSKESMAS REVISI
BAB 5

5.1.1 Kepala Puskesmas menetapkan program


peningkatan mutu dan tim atau petugas diberi
tanggung jawab untuk peningkatan mutu, Program peningkatan
keselamatan pasien, manajemen risiko, dan PPI
01 yang memenuhi persyaratan kompetensi yang
dilengkapi dengan uraian tugas masing-masing. (R,
3 mutu dikomunikasikan
kepada lintas program
dan lintas sektor. (D, W)
D, W)

ELEMEN PENILAIAN ELEMEN PENILAIAN

Tim Mutu menyusun dan


memperbaharui program
peningkatan mutu secara
2 04
Dilakukan pengawasan, pengendalian,
berkala, mengimplementasikan, penilaian, tindak lanjut, dan upaya perbaikan
mengevaluasi dan melakukan berkesinambungan terhadap pelaksanaan
upaya perbaikan mutu. (D, W) program peningkatan mutu, keselamatan
pasien, program manajemen risiko, dan
program PPI. (D,O,W)
5.1.1

1 SK TENTANG TIM MUTU


2
URAIAN TUGAS TIM MUTU

PROGRAM MUTU, KP, MANAJEMEN


RISIKO

ELEMEN PENILAIAN

HASIL PEMANTAUAN DILAKUKAN PENILAIAN


DITETAPKAN REGULASI KESESUAIAN DENGAN TARGET UNTUK DISUSUN RTL
PERBAIKAN MUTU. BUKTI PERTEMUAN EVALUSI
YANG DAPAT DILAKUKAN PADA PERTEMUAN RTM
MAUPUN LOKMIN LP
PENGORGANISASIAN MUTU DI PUSKESMAS

TIM MUTU
INTERNAL

*) Berlakuuntuk kawasanperkotaandan pedesaan


DRAFT STANDAR AKREDITASI PUSKESMAS REVISI
BAB 5

5.1.2 Kepala Puskesmas dan tim atau petugas yang diberi tanggung jawab untuk peningkatan mutu dan
keselamatan pasien berkomitmen untuk membudayakan peningkatan mutu secara
berkesinambungan melalui pengelolaan indikator mutu.

Pokok Pikiran: 
• Penetapan area prioritas Puskesmas untuk perbaikan mutu sesuai prioritas masalah di wilayah kerja Puskesmas
• Indikator Mutu:
 Indikator Mutu Prioritas Tingkat Puskesmas (IMPP)
 Indikator mutu prioritas Program :
– Indikator Nasional Mutu ( 6 hal)
– Indikator Sasaran Keselamatan pasien (SKP)
• Indikator mutu yang sudah tercapai dan dapat dipertahankan selama tahun berjalan dapat diganti dengan indikator
mutu yang baru. Indikator mutu yang belum mencapai target dapat tetap menjadi prioritas untuk tahun berikutnya
INDIKATOR MUTU PUSKESMAS

PENINGKATAN MUTU PUSKESMAS MELALUI PENGUKURAN INDIKATOR MUTU

INDIKATOR MUTU PRIORITAS PUSKESMAS (IMPP)


Adalah indikator mutu yang ditetapkan berdasarkan area
prioritas Puskesmas untuk perbaikan mutu sesuai prioritas
masalah di wilayah kerja Puskesmas

INDIKATOR NASIONAL MUTU (INM)


Adalah indikator mutu yang ditetapkan oleh
Kemenkes untuk dilakukan pengukuran oleh
PUSKESMAS
seluruh Puskesmas di Indonesia (mandatori)

INDIKATOR MUTU SASARAN KESELAMATAN PASIEN (SKP)


Adalah Indikator mutu SKP yang ditetapkan oleh Puskesmas
berdasarkan masalah keselamatan pasien di Puskesmas di luar
dari indikator mutu SKP yang telah ditetapkan dalam INM
INDIKATOR YANG BERSIFAT
MANDATORI ( REGULASI)

BERDASARKAN REGULASI

INDIKATOR NON MANDATORI


(REGULASI)

INDIKATOR MUTU PELAYANAN


KESEHATAN DI PUSKESMAS

INDIKATOR UNTUK
MEREPRESENTASI MUTU
BERDASARKAN
TUJUAN

INDIKATOR UNTUK UPAYA


PERBAIKAN
1. INDIKATOR KEPATUHAN IDENTIFIKASI
PASIEN
2. INDIKATOR KKT
6 INM 3. INDIKATOR KEPATUAHAN PENGGUNAAN
INDIKATOR
MANDATORI DI APD
PUSKESMAS 4. INDIKATOR IBUHAMIL
5. INDIKATOR TB
6. INDIKATOR KEPUASAAN PASIEN
INDIKATOR
MUTU
BERDASARKAN 1. INDIKATOR MUTU PRIORITAS PUSKESMAS
REGULASI INDIKATOR INI (IMPP) . Adalah indikator mutu yang ditetapkan
ADALAH berdasarkan area prioritas Puskesmas untuk perbaikan
INDIKATOR YANG mutu sesuai prioritas masalah di wilayah kerja
INDIKATOR DISUSUN Puskesmas
BERDASARKAN
NON PERMASALAHAN 2. Indikator mutu di masing-masing unit Puskesmas.
MANDATORI YANG Contoh :
ADA/DIHADAPI DI 1) Indikator Mutu yang merupakan representasi mutu
MASING-MASING
PUSKESMAS unit kerja/pelayanan tersebut,
2) Indikator Mutu masing-masing unit kerja/program
yang capaiannya tidak tercapai (atau berpeluang
untuk ditingkatkan), dan
3) Indikator Sasaran Keselamatan Pasien (SKP) yang
sesuai untuk pelayanan tersebut
INDIKATOR YANG 1. Indikator Nasional Mutu
MEREPRESENTASIKAN Puskesmas
MUTU LAYANAN
KESEHATAN/PRODUK 2. Indikator Sasaran Keselamatan
INDIKATOR
UNTUK
LAYANAN KESEHATAN. Pasien (SKP)
DENGAN KATA LAIN
MEREPRESENT INDIKATOR INI
ASIMUTU DIGUNAKAN UNTUK
MENILAI APAKAH SUATU
LAYANAN YANG DITERIMA
INDIKATOR BERMUTU ATAU TIDAK
MUTU
BERDASARKAN Upaya Perbaikan karena :
TUJUAN
1. Capaian yang tidak tercapai
terhadap standar
2. Capaian yang lebih rendah dari mitra
INDIKATOR YANG
UNTUK MENGGAMBARKAN UPAYA
kaji banding
MELAKUKAN YANG HARUS DILAKUKAN 3. Capaian yang tidak sesuai harapan
UPAYA KARENA TARGET/CAPAIAN pengguna
PERBAIKAN INDIKATOR TIDAK TERCAPAI
SESUAI STANDAR 4. Capaian yang lebih berpeluang
untuk ditingkatkan
DRAFT STANDAR AKREDITASI PUSKESMAS REVISI
BAB 5

5.1.2 Terdapat rencana peningkatan


1 4
pengetahuan dan keterampilan
Terdapat kebijakan tentang staf yang terlibat dalam
prioritas peningkatan mutu perncanaan dan perbaikan mutu
pelayanan, dan pencapaian sesuai dengan peran masing-
sasaran keselamatan pasien, masing. (D,W)
dan PPI. (R)

ELEMEN PENILAIAN

2
Dilakukan pengumpulan dan 3
analisis capaian Indikator Mutu Dilakukan evaluasi efektivitas upaya
dan Sasaran Keselamatan Pasien. peningkatan mutu Puskesmas berdasarkan
(D,W) hasil analisis capaian Indikator Mutu
Puskesmas. (D,W)
DRAFT STANDAR AKREDITASI PUSKESMAS REVISI
BAB 5
5.1.3 Dilakukan analisis dan validasi hasil pengumpulan data indikator mutu sebagai informasi
yang menjadi bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk peningkatan mutu
Puskesmas .
POKOK PIKIRAN: 
• Tujuan Validasi untuk menjamin data indikator akurat/sahih, agar dapat digunakan untuk dasar pengambilan keputusan, peruba-
han kebijakan, perbaikan dan memberikan informasi pada masyarakat
• Kapan Validasi dilakukan, jika:
– terdapat indikator baru yang diterapkan untuk menilai mutu pelayanan
– terdapat indikator mutu yang akan ditampilkan kepada masyarakat melalui media informasi yang ditetapkan
– terdapat perubahan pada metode pengukuran yang ada, antara lain: perubahan numerator atau denominator, perubahan
metode pengumpulan, perubahan sumber data, perubahan subjek pengumpulan data, perubahan definisi operasional dari in-
dikator.
• Dalam rangka mencapai sebuah kesimpulan dan membuat keputusan maka data harus digabungkan, dianalisis dan diubah menjadi
informasi yang berguna
• Dalam menetapkan frekuensi pengumpulan data dan analisisnya harus mempertimbangkan kebutuhan untuk perbaikan mutu
kegiatan pelayanan
• Analisis data dapat dilakukan membandingkan data-data Puskesmas melalui kaji banding dalam empat hal :melihat
kecenderungan (trend), membandingkan dengan Puskesmas lain , membandingkan dengan standar, jika memungkinkan,
membandingkan dengan praktik yang diinginkan yang dalam literatur (best practise)
DRAFT STANDAR AKREDITASI PUSKESMAS REVISI
BAB 5

5.1.3
ELEMEN PENILAIAN
Dilakukan penyampaian
1 informasi tentang kinerja
Dilakukan pengumpulan data mutu kepada
hasil pengukuran indikator
4 masyarakat. (D, W)
mutu menggunakan metode dan
teknik statistik sesuai
kebutuhan (D,W)
Terdapat analisis data yang
3 dilakukan melalui kaji
2 banding seperti yang
Dilakukan validasi data hasil disebutkan dalam pokok
pengumpulan pengukuran pikiran dan hasilnya
indikator sebagaimana diminta disampaikan kepada Kepala
pada pokok pikiran. (D, O, W) Puskesmas untuk tindak lanjut
perbaikan. (D,W)
5.1.3

1 2

BUKTI VALIDASI DATA DILAKUKAN SESUAI KETENTUAN

BUKTI PUSKESMAS MELAKUKAN BUKTI PUSKESMAS MELAKUKAN ANALISIS


PENGUMPULAN DATA BAIK MELALUI CONTOHNYA MELIHAT TREND DARI WAKTU KE
APLIKASI ATAUPUN MANUAL WAKTU
DRAFT STANDAR AKREDITASI PUSKESMAS REVISI
BAB 5
5.1.4. Peningkatan Mutu dicapai dan dipertahankan.

POKOK PIKIRAN: 
• Informasi dari analisis data digunakan untuk mengidentifikasi potensi perbaikan dan mengurangi atau mencegah kejadian
yang merugikan. Informasi tersebut menjadi dasar dalam mengenal masalah dan potensi perbaikan, terutama untuk in-
dikator-indikator mutu prioritas yang sudah ditetapkan oleh Kepala Puskesmas.
• Metode untuk meningkatkan dan mempertahankan mutu dan keselamatan pasien/masyarakat antara lain dapat
menggunakan siklus Plan (merencanakan perbaikan), Do (uji coba perbaikan), Study (mempelajari/menganalisis hasil uji
coba perbaikan), Action (menindak lanjuti hasil analisis uji coba perbaikan).
• Setelah perbaikan direncanakan, dilakukan uji coba perubahan dan dipelajari hasilnya dengan mengumpulkan data
selama kegiatan uji coba, dan dilakukan penilaian kembali untuk membuktikan bahwa perubahan yang dilakukan benar-
benar menghasilkan perbaikan.
• Dengan demikian dapat dipastikan bahwa dilakukan proses perbaikan berkelanjutan berdasarkan pengumpulan dan
analisis data secara berkesinambungkan.
• Perubahan yang efektif yang dapat dilakukan antara lain adalah: perbaikan kebijakan, perbaikan alur pelayanan,
perbaikan standar operasional prosedur, pendidikan staf, ketepatan waktu ketersediaan peralatan, dan berbagai bentuk
perubahan yang lain. Jika perubahan tersebut dinilai efektif, maka dapat dilakukan replikasi ke unit kerja yang lain.
• Perbaikan-perbaikan tersebut baik yang bersifat mempertahankan capaian, maupun upaya peningkatan didokumen -
tasikan sebagai bagian dari manajemen peningkatan mutu dan keselamatan pasien dan program perbaikan.
DRAFT STANDAR AKREDITASI PUSKESMAS REVISI
BAB 5

5.1.4
ELEMEN PENILAIAN

1 Dilakukan pelaporan program


Terdapat bukti Puskesmas 4 peningkatan mutu kepada
telah membuat rencana
dinas kesehatan daerah
perbaikan mutu dan
kabupaten/kota minimal
keselamatan pasien dan
setahun sekali. (D, W)
telah diuji cobakan
berdasarkan hasil capaian
indikator mutu. (D,W)

2 3 Keberhasilan-keberhasilan
telah didokumentasikan,
Terdapat bukti Puskesmas dikomunikasikan serta
telah melakukan evaluasi dan disosialisasikan dan
tindak lanjut terhadap hasil uji dijadikan laporan PMP.
coba perbaikan. (D.W) (D,W)
DRAFT STANDAR AKREDITASI PUSKESMAS REVISI

5.2
Program manajemen risiko
digunakan untuk melakukan identifikasi, analisa dan penatalaksanaan risiko untuk mengurangi
cedera, dan mengurangi risiko lain terhadap keselamatan pasien, staf dan sasaran pelayanan
UKM serta masyarakat

5.2.1 Risiko dalam penyelenggaraan berbagai 5.2.2 Risiko dalam penyelenggaraan berbagai
upaya Puskesmas terhadap pengguna upaya Puskesmas terhadap pengguna
layanan, keluarga, masyarakat, petugas, layanan, keluarga, masyarakat, petugas,
dan lingkungan diidentifikasi, dianalisis dan lingkungan yang telah diidentifikasi
dan dilakukan penatalaksanaannya dianalisis dan ditindak lanjuti
DRAFT STANDAR AKREDITASI PUSKESMAS REVISI
BAB 5
5.2.1 Risiko dalam penyelenggaraan berbagai upaya Puskesmas terhadap pengguna
layanan, keluarga, masyarakat, petugas, dan lingkungan diidentifikasi, dianalisis dan
dilakukan penatalaksanaannya
.POKOK PIKIRAN: 
• Manajemen risiko merupakan pendekatan proaktif yang komponen-komponen pentingnya meliputi:
– identifikasi risiko,
– prioritas risiko,
– pelaporan risiko,
– manajemen risiko
– investigasi terhadap insiden yang terjadi baik pada pengguna layanan, petugas keluarga dan pengunjung
– manajemen terkait tuntutan (klaim) 
• Identifikasi Risiko terhadap kejadian /Insiden yang sudah terjadi didokumentasikan dalam Register Risiko. Sedangkan risiko
yang belum terjadi dan berpotensi menimbulkan kejadian/ insiden didokumentasikan pada Identifikasi Daftar Potensi Risiko
• Kategori risiko di Puskesmas adalah Risiko yang mungkin ataupun telah terjadi terkait dengan KMP, UKPP, & UKM
• Register Risiko dan Identifikasi Daftar Potensi Risiko harus dibuat sebagai dasar penyusunan Program Manajemen risiko, &
untuk membantu petugas Puskesmas mengenal dan mewaspadai kemungkinan risiko & akibatnya
DRAFT STANDAR AKREDITASI PUSKESMAS REVISI
BAB 5
5.2.1

Dilakukan identifikasi dan analisis risiko yang sudah


01
terjadi dalam area KMP, UKM, dan UKPP. (D,W)

ELEMEN PENILAIAN ELEMEN PENILAIAN

Hasil identifikasi, analisis dan upaya untuk


meminimalkan dan atau memitigasi risiko yang dapat 02
terjadi didokumentasikan dalam register risiko. (D)
5.2.1

BUKTI DILAKUKAN
1 IDENTIFIKASI DAN
ANALISIS RISIKO
DAN POTENSI
RISIKO

ELEMEN PENILAIAN

2
DRAFT STANDAR AKREDITASI PUSKESMAS REVISI
BAB 5

5.2.2 Risiko dalam penyelenggaraan berbagai upaya Puskesmas terhadap


pengguna layanan, keluarga, masyarakat, petugas, dan lingkungan yang telah
diidentifikasi dianalisis dan ditindak lanjuti.
.

POKOK PIKIRAN: 
• Program Manajemen Risiko (MR) yang berisi strategi dan kegiatan untuk mereduksi atau
memitigasi risiko, disusun setiap tahun, terintegrasi dalam perencanaan Puskesmas
• Pelaksanaan program manajemen risiko yang terdiri dari proses manajemen risiko berupa
identifikasi, analisis, penatalaksanaaan risiko dan monitor perbaikannya untuk menentukan
strategi reduksi dan mitigasi risiko
• Satu alat/metode analisis proaktif terhadap proses kritis dan berisiko tinggi adalah failure mode
effect analysis (analisis efek modus kegagalan) untuk menganalisis minimal satu proses kritis
atau berisiko tinggi yang dipilih setiap tahun
DRAFT STANDAR AKREDITASI PUSKESMAS REVISI
BAB 5

5.2.2
Ada bukti Puskesmas telah
1 4 melakukan dan menindak
Program manajemen risiko lanjuti failure mode effect
disusun berdasar analisis analysis (analisis efek modus
kejadian yang sudah terjadi kegagalan) setahun sekali pada
dan hasil identifikasi proses proses berisiko tinggi yang
berisiko tinggi dan menjadi diprioritaskan (D,W)
bagian terintegrasi dalam
perencanaan Puskesmas (D, W
ELEMEN PENILAIAN

2 3
Dilakukan penatalaksanaan risiko berupa Dilakukan pelaporan kepada Kepala Puskesmas
strategi reduksi dan mitigasi risiko dan dan Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten/Kota
pemantauan pelaksanaan tata laksana terkait serta dikomunikasikan kepada pemangku
kesehatan dan keselamatan kerja, sarana kepentingan tentang hasil program manajemen
prasarana, dan infeksi (D,W) risiko, dan rencana tindak lanjut risiko yang telah
diidentifikasi.(D, W)
PROSES MANAJEMEN RISIKO

Identifikasi / Analisa Paparan Kelola Risiko melalui Tehnik MR

Identifikasi Analisa Risiko Risk Control Risk Financing


Risiko Frequency
Identifikasi kerugian
Hindari Risiko
Kerugian Seberapa sering
(Risk Avoidance)
Transfer Retensi
kerugian akan
terjadi” Cegah kerugian Non Asuransi Pasif Aktif
+ Severity (Loss Prevention) asuransi Non
Seberapa serius (frekuensi) Kontrak, asuransi
dampak kerugian perjanjia + Self
terjadi? Reduksi kerugian n
Kerugian (Loss) Insurance
(Loss
Reduction )
Property Finansial Liabiity Personil (dampak)
Segregasi
Kontrak
ASHRM transfer (Non
5.2.2

1
2 3

ANALISIS & IDENTIFIKASI MITIGASI, REDUKSI &


KEJADIAN  PROGRAM PEMANTAUAN
MR  RUK PUSKESMAS

4
4

BUKTI FMEA
BUKTI HASIL PROGRAM MR DAN TL
DRAFT STANDAR AKREDITASI PUSKESMAS REVISI

5.3 SASARAN KESELAMATAN PASIEN

5.3.1 IDENTIFIKASI
PASIEN

5.3.4
5.3.3 TEPAT PASIEN,
KEAMANAN OBAT TEPAT PROSEDUR,
5.3.2 TEPAT POSISI
5.3.5
KOMUNIKASI EFEKTIF
PASIEN JATUH
DRAFT STANDAR AKREDITASI PUSKESMAS REVISI
BAB 5

5.3.1 Proses Identifikasi pasien dilakukan dengan benar .

POKOK PIKIRAN: 
• Salah identifikasi pasien dapat terjadi di Puskesmas baik pada proses pelayanan
sebagai akibat dari kelalaian petugas, kondisi kesadaran pasien, perpindahan tem-
pat tidur, dan kondisi lain yang menyebabkan terjadinya salah identitas
CARA IDENTIFIKASI PASIEN
 Kebijakan dan/atau prosedur, dua cara untuk mengidentifikasi pasien:

 nama pasien
 nomor rekam medis
 tanggal lahir
 gelang identitas pasien dengan bar-code, dll
 Dilarang identifikasi dg nomor kamar pasien atau lokasi

 Proses kolaboratif digunakan untuk mengembangkan kebijakan dan /


atau prosedur agar dapat memastikan semua kemungkinan situasi
dapat diidentifikasi termasuk identifikasi pasien pada kondisi tertentu.

misalnya pasien tidak dapat menyebutkan identitas, penurunan ke-


sadaran, koma, gangguan jiwa, datang tanpa identitas yang jelas, dua atau
lebih pasien mempunyai nama yang sama atau mirip
PETUGAS HARUS MELAKUKAN IDENTIFIKASI PASIEN SAAT:

1. Skrining
2. Pendaftaran
3. Prosedur diagnostik
4. Prosedur tindakan
5. pemberian obat
6. pemberian diit
FARMASI

Telaah Resep
FARMASI

Etiket obat
DRAFT STANDAR AKREDITASI PUSKESMAS REVISI
BAB 5
5.3.1
Dilakukan identifikasi pasien sebelum dilakukan prosedur diagnostik,
tindakan, pemberian obat, pemberian imunisasi, dan pemberian diit,
sesuai dengan kebijakan dan prosedur yang ditetapkan. (D,O,W
01

ELEMEN PENILAIAN ELEMEN PENILAIAN

02
Dilakukan prosedur tepat identifikasi pada kondisi khusus
seperti disebutkan pada pokok pikiran (D,O,W)
5.3.1

BUKTI IDENTIFIKASI TERMASUK PENGUKURAN INM KEPATUHAN


IDENTIFIKASI PASIEN

1 Bukti dilakukan identifikasi sesuai prosedur

2 ELEMEN
Bukti dilakukan prosedur tepat PENILAIAN
identifikasi pada kondisi khusus
DRAFT STANDAR AKREDITASI PUSKESMAS REVISI
BAB 5

5.3.2 Proses untuk meningkatkan efektifitas komunikasi dalam pemberian asuhan


ditetapkan dan dilaksanakan
POKOK PIKIRAN: 
• Kesalahan pembuatan keputusan klinis, tindakan, dan pengobatan dapat terjadi akibat komunikasi yang tidak efektif dalam
proses asuhan pasien
• Komunikasi yang rentan terjadi kesalahan antara lain : 1) terjadi pada saat pemberian perintah secara verbal, 2) pemberian per-
intah verbal melalui telpon, 3) penyampaian hasil kritis pemeriksaan penunjang diagnosis, 4) serah terima antar shift, dan 5)
pemindahan pasien dari unit yang satu ke unit yang lain
• Kebijakan dan prosedur komunikasi efektif perlu disusun dan diterapkan dalam penyampaian pesan verbal, pesan verbal
lewat telpon, penyampaian nilai kritis hasil pemeriksaan penunjang diagnosis, serah terima pasien pada serah terima jaga
maupun serah terima dari unit yang satu ke unit yang lain, misalnya untuk pemeriksaan penunjang, dan pemindahan pasien ke
unit lain.
• Pelaporan kondisi pasien dalam komunikasi verbal atau lewal telpon antara lain dapat dilakukan dgn menggunakan tehnik
SBAR (Situation, Background, Asessment, Recommendation)
• Pelaksanaan komunikasi efektif verbal atau lewat telpon ditulis lengkap (T), dibaca ulang oleh penerima perintah (B), & dikon-
firmasi kepada pemberi perintah(K).
• Nilai kritis hasil pemeriksaan penunjang yang berada di luar rentang angka normal secara mencolok harus ditetapkan dan
segera dilaporkan oleh tenaga kesehatan yang bertanggung jawab dalam pelayanan penunjang kepada dokter penanggung
jawab pasien sesuai dengan ketentuan waktu yang ditetapkan oleh Puskesmas
DRAFT STANDAR AKREDITASI PUSKESMAS REVISI
BAB 5

5.3.2
ELEMEN PENILAIAN

1
Pemberian perintah secara 3
verbal ditulis lengkap dan Proses komunikasi serah terima
dibaca ulang oleh penerima pasien yang memuat hal-hal kritial
perintah serta dikonfirmasi oleh dilakukan secara konsisten sesuai
pemberi perintah. (D,W) dengan prosedur, metoda, dan
menggunakan form yang dibakukan
(D,O,W,S)
2
Pelaporan kondisi pasien , dan pelaporan nilai kritis  hasil pemeriksaan
laboratorium ditulis lengkap, dibaca ulang oleh penerima pesan, dan
dikonfirmasi oleh pemberi pesan dilakukan sesuai prosedur, dan dicatat dalam
rekam medis termasuk identifikasi kepada siapa nilai kritis hasil pemeriksaan
laboratorium dilaporkan. (D,O,W,S)
5.3.2

JANGAN LUPA BUKTI DILAKUKAN KOMUNIKASI EFEKTIF DALAM PEMBERIAN ASUHAN


DRAFT STANDAR AKREDITASI PUSKESMAS REVISI
BAB 5
5.3.3
Proses untuk meningkatkan keamanan terhadap obat-obat yang perlu
diwaspadai ditetapkan dan dilaksanakan

POKOK PIKIRAN: 
• Pemberian obat pada pasien perlu dikelola dengan baik dalam upaya keselamatan pasien. Kesala-
han penggunaan obat-obat yang perlu diwaspadai dapat menimbulkan cedera pada pasien.
• Obat yang perlu diwaspadai (high alert) adalah obat-obat yang dalam penggunaannya sering
menyebabkan kesalahan dan/ atau kejadian sentinel, berisiko tinggi untuk penyalahgunaan, an-
tara lain: obat-obatan dengan rentang terapi yang sempit, insulin, anti koagulan, kemoterapi, obat-
obatan psikoterapi, narkotika, dan obat-obatan dengan nama dan rupa mirip
• Kesalahan pemberian obat dapat juga terjadi akibat adanya obat dengan nama dan rupa obat mirip
(look alike sound alike)
DRAFT STANDAR AKREDITASI PUSKESMAS REVISI
BAB 5
Disusun daftar obat yang perlu diwaspadai dan obat
5.3.3 dengan nama atau rupa mirip serta dilakukan pelabelan
dan penataan obat yang perlu diwaspadai dan obat
dengan nama atau rupa mirip sesuai dengan kebijakan
01 dan prosedur yang disusun.(D,O,W)

ELEMEN PENILAIAN ELEMEN PENILAIAN

Dilakukan pengawasan dan pengendalian 02


penggunaan obat-obatan psikotropika/narkotika dan
obat-obatan lain yang perlu diwaspadai (high alert).
(D, W)
5.3.3

ELEMEN PENILAIAN

BUKTI DILAKUKAN SESUAI DENGAN KEBIJAKAN


LASA (LOOK ALIKE SOUND ALIKE)
NORUM ( NAMA OBAT RUPA MIRIP)

metRONidazole  metFORMin
amLODipin  amITRIPtilin
vinBLASTine  vinCRIStine
gliMEPiride  gliBENclamide
as.MEFEnamat  as, TRANexamat

Tulis yang berbeda dengan huruf KAPITAL


OBAT HA

Terpenting :
 Ketersediaan
 Akses
 Resep
 Pemesanan
 Persiapan
 Distribusi
 Label
 Verifikasi
 Administrasi dan pemantauan
DRAFT STANDAR AKREDITASI PUSKESMAS REVISI
BAB 5
5.3.4 Proses untuk memastikan tepat pasien, tepat prosedur, tepat sisi pada
pasien yang menjalani operasi/tindakan medis ditetapkan dan dilaksanakan
POKOK PIKIRAN: 
• Terjadinya cedera dan kejadian tidak diharapkan dapat diakibatkan oleh salah orang, salah
prosedur, salah sisi pada pemberian tindakan invasif atau tindakan pada pasien.
• Puskesmas harus menetapkan tindakan operatif, tindakan invasif dan prosedurnya, yang
meliputi semua tindakan yang meliputi sayatan/ insisi atau tusukan, pengambilan jaringan,
pencabutan gigi, pemasangan implan, dan tindakan atau prosedur invasif yang lain yang menjadi
kewenangan puskesmas sebagai fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama.
• Puskesmas harus mengembangkan suatu sistim untuk memastikan benar pasien, benar
prosedur, benar sisi jika melakukan tindakan dengan menerapkan Protokol Umum (Universal
Protocol),
yang meliputi:
• Proses verifikasi sebelum dilakukan tindakan;
• Penandaan sisi yang akan dilakukan tindakan / prosedur; dan
• Time out yang dilakukan segera sebelum dimulainya prosedur.
DRAFT STANDAR AKREDITASI PUSKESMAS REVISI
BAB 5

5.3.4 ELEMEN PENILAIAN

1
Dilakukan penandaan sisi 3
operasi/ tindakan medis Dilakukan time-out sebelum
secara konsisten oleh operasi/ tindakan medis, untuk
pemberi pelayanan yang memastikan semua
akan melakukan tindakan pertanyaan sudah terjawab
sesuai kebijakan dan atau meluruskan kerancuan.
prosedur yang ditetapkan. (D, W)
(O,W)
2
Dilakukan verifikasi sebelum
operasi/tindakan medis untuk
memastikan prosedur telah dilakukan
dengan benar. (D, O, W
5.3.4

BUKTI PROSES VERIFIKASI SEBELUM TINDAKAN DILAKUKAN SESUAI KEBIJAKAN


DRAFT STANDAR AKREDITASI PUSKESMAS REVISI
BAB 5

5.3.5
Proses untuk mengurangi risiko pasien jatuh disusun dan dilaksanakan
POKOK PIKIRAN
• Dilakukan penandaan sisi operasi/ tindakan medis secara konsisten oleh pemberi pelayanan yang
akan melakukan tindakan sesuai kebijakan dan prosedur yang ditetapkan. (O,W)
• Penapisan risiko jatuh dilakukan pada pasien di rawat jalan dengan mempertimbangkan :
1. kondisi pasien, contoh : pasien geriatri, dizziness, vertigo, gangguan keseimbangan,
gangguan penglihatan, penggunaan obat, sedasi, status kesadaran dan atau kejiwaan,
konsumsi alkohol
2. diagnosis, contoh pasien dengan diagnosis penyakit Parkinson
3. situasi : Pasien yang mendapatkan sedasi atau pasien dengan riwayat tirah baring lama yang
akan dipindahkan untuk pemeriksaan penunjang dari ambulans, perubahan posisi akan
meningkatkan risiko jatuh
4. lokasi : hasil identifikasi area-area di Puskesmas yang berisiko terjadi pasien jatuh, antara
lain lokasi yang dengan kendala penerangan atau mempunyai barrier/penghalang yang lain,
misalnya tempat pelayanan fisioterapi, tangga.
DRAFT STANDAR AKREDITASI PUSKESMAS REVISI
BAB 5
5.3.5
Dilakukan penapisan pasien dengan risiko jatuh sesuai
dengan kebijakan dan prosedur serta dilakukan upaya untuk
mengurangi risiko tersebut (O,W,S)
01

ELEMEN PENILAIAN ELEMEN PENILAIAN

02
Dilakukan evaluasi dan tindak lanjut untuk
mengurangi risiko terhadap situasi dan lokasi yang
diidentifikasi berisiko terjadi pasien jatuh (D, O, W).
5.3.5

ELEMEN PENILAIAN

BUKTI PROSES MENGURANGI PASIEN


JATUH
DRAFT STANDAR AKREDITASI PUSKESMAS REVISI
BAB 5

5.4
Puskesmas menetapkan sistem pelaporan insiden keselamatan pasien
dan pengembangan budaya keselamatan

Pelaporan IKP Budaya mutu dan


budaya keselamatan
DRAFT STANDAR AKREDITASI PUSKESMAS REVISI
BAB 5
5.4.1
Dilakukan pelaporan, dokumentasi, analisis, dan penyusunan rencana penyelesaian
masalah, upaya perbaikan, dan pencegahan insiden keselamatan pasien

POKOK PIKIRAN
• Insiden keselamatan pasien adalah setiap kejadian yang tidak disengaja dan kondisi yang
mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera yang dapat dicegah pada pasien.
• Insiden keselamatan pasien terdiri atas : 1) Kejadian tidak diharapkan (KTD), 2) Kejadian nyaris
cedera (KNC), 3) Kejadian tidak cedera, 4) kondisi potensial cedera (KPC), dan 5) Kejadian sentinel
(KS)
• Pelaporan insiden keselamatan pasien yang selanjutnya disebut pelaporan insiden adalah suatu
sistem untuk mendokumentasikan laporan insiden keselamatan pasien. Pelaporan insiden terdiri
dari Laporan Insiden Internal dan Laporan Insiden Eksternal.
• Puskesmas perlu melakukan analisis dengan menggunakan matriks grading risiko yang akan
menentukan jenis investigasi insiden yang dilakukan setelah Laporan insiden internal. Investigasi
terdiri dari Investigasi sederhana Root Cause Analysis (RCA)
• Pelaporan insiden keselamatan pasien dilaporkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan
DRAFT STANDAR AKREDITASI PUSKESMAS REVISI
BAB 5
5.4.1
Dilakukan pelaporan jika terjadi insiden sesuai kebijakan
dan prosedur yang ditetapkan kepada tim keselamatan
pasien yang disertai dengan analisis, investigasi insiden,
01 dan tindak lanjut terhadap insiden. (D,W)

ELEMEN PENILAIAN ELEMEN PENILAIAN

02
Dilakukan pelaporan ke Komite Nasional
Keselamatan pasien (KNKP) terhadap insiden,
analisis, dan tindak lanjut sesuai kerangka waktu
yang ditetapkan. (D)
5.4.1 EP 1 dan 2

Investigasi &
Analisis

Hasil
Aplikasi Laporan IKP
Puskesmas

Formulir RCA
Pelaporan IKP ELEMEN PENILAIAN
Internal

Investigasi
Sederhana
ALUR INVESTIGASI INSIDEN

1 : Lengkapi laporan Kejadian

2 : Ka Bgn memeriksa laporan Insiden dan membuat Grading Awal Reporting

3a Low 3b Moderate 3c High 3d Extreme


Ka Bgn / Unit
4b
4a Tim
Investigasi Sederhana Investigasi Sederhana
Investigasi
1 minggu 2 minggu 4c
Investigasi Komprehensif /
& Analisa
AAM (RCA)
Max : 45 hari (1,5 bln)
5 Tim Keselamatan, Risiko & Mutu
• Menerima Insiden report yg lengkap diisi
• Menganalisa Grading / Regrading

Lap Kuartal 6 Membuat Materi Feedback bulanan ke Unit terkait : Pembelajaran


Ke Komite Medik untuk Pembelajaran (Insiden yg sdh diupdate untuk (Improve)
membuat Trend Analisis)

Semua unit pelayanan / Instalasi


Arjaty/KP-FKTP/2019
DRAFT STANDAR AKREDITASI PUSKESMAS REVISI
BAB 5
5.4.2
Tenaga kesehatan pemberi asuhan berperan penting dalam memperbaiki perilaku dalam
pemberian pelayanan yang mencerminkan budaya mutu dan budaya keselamatan
POKOK PIKIRAN
• Upaya peningkatan mutu layanan klinis, dan keselamatan pasien menjadi tanggung jawab seluruh tenaga
kesehatan yang memberikan asuhan pasien
• Perilaku terkait budaya keselamatan berupa:
a. penyediaan layanan yang baik, termasuk pengambilan keputusan bersama;
b. bekerjasama dengan pasien atau klien
c. bekerjasama dengan tenaga kesehatan lain
d. bekerjasama dalam sistem layanan kesehatan
e. meminimalisir risiko
f. mempertahankan kinerja profesional
g. perilaku profesional dan beretika
h. memastikan pelaksanaan proses pelayanan yang terstandar
i. upaya peningkatan mutu dan keselamatan termasuk keterlibatan dalam pelaporan dan tindak lanjut insiden
• Mutu layanan klinis tidak hanya ditentukan oleh sistem pelayanan yang ada, tetapi juga perilaku dalam pemberian
pelayanan. Tenaga kesehatan perlu melakukan evaluasi terhadap perilaku dalam pemberian pelayanan dan
melakukan upaya perbaikan baik pada sistem pelayanan maupun perilaku pelayanan yang mencerminkan budaya
keselamatan, dan budaya perbaikan pelayanan klinis yang berkelanjutan
DRAFT STANDAR AKREDITASI PUSKESMAS REVISI
BAB 5
5.4.2
Dilakukan identifikasi dan pelaporan perilaku yang tidak
mendukung budaya keselamatan/ "tidak dapat diterima" dan
upaya perbaikannya (D,O,W)
01

ELEMEN PENILAIAN ELEMEN PENILAIAN

02
Dilakukan edukasi tentang mutu klinis dan
keselamatan pasien pada semua tenaga kesehatan
pemberi asuhan. (D,W)
5.4.2 EP 1

In
ap
pr
op
ri a
SK tentang Standar Perilaku Di te
sr be
up ha
tiv vio
e r
be
ha
vio
r
Perilaku tidak mendukung budaya keselamatan
pasien

Form Pelaporan
Tindak Lanjut Laporan Perilaku Yang Tida Sesuai
Perilaku Yang Tidak
Sesuai
SK tentang Standar Perilaku SOP tentang
yang Mendukung Budaya Pelaporan jika
Keselamatan, Perilaku yang Mengalami Perlakuan
Tidak Boleh Yang Tidak Sesuai

Bukti penyusunan Standar


Perilaku CONTOH
5.4.2 EP 2

 Cara pelaporan insiden


 Budaya-perilaku keselamatan pasien

Perilaku yang semestinya dilakukan:


Kerangka Acuan Kegiatan
Diklat/Workshop
Mutu dan Keselamatan Pasien (1) Sikap, perilaku, ucapan yang
menghargai pasien dan rekan kerja, (2)
Bukti pelaksanaan Diklat Kerjasama dengan rekan kerja, (3)
Menghargai dan menghormati hak-hak
atau Workshop Mutu dan pasien, (4) Berkerjasama untuk
Keselamatan Pasien menyelesaikan konflik secara
musyawarah, (5) Melayani pasien tanpa
membedakan suku, ras, agama,
Edukasi kepada tenaga kesehatan pemberi asuhan keyakinan, (6) Berkerja secara
professional sesuai dengan standard
dan kode etik profesi, (7) Menjaga
Kerangka Acuan Kegiatan kerahasiaan pasien, (8) Sikap dan
tentang Pendidikan dan perilaku yang mematuhi peraturan
perundangan dan tata tertib, (9)
Pelatihan atau Workshop Mutu Melaporkan jika melakukan tindakan
dan Keselamatan Pasien yang berakibat terjadinya insiden
keselamatan, (10) Melaporkan jika
menjumpai kejadian atau kondisi yang
berisiko terjadi insiden keselamatan,
(11) Lengkap mengisi rekam medis
Perilaku yang tidak semestinya untuk dilakukan (inappropriate behavior):

• Pernyataan yang melecehkan terhadap orang lain (pasien, kelurga pasien,


pengunjung, dan rekan kerja)
• Mengatakan perkataan yang merendahkan orang lain (pasien, kelurga pasien,
pengunjung, dan rekan kerja)
• Menuliskan komentar yang tidak semestinya (kasar) dalam rekam medis
• Tidak merespon kebutuhan pasien atau permintaan staf
• Sikap yang sinis dan sarkastik
• Menolak untuk menjawab telpon, atau message yang terkait asuhan dan
pelayanan pasien
• Menyampaikan komentar negative terhadap pasien dan keluarga
• Menyampaian komentar atau perilaku negative pada saat pertemuan/rapat
• Sikap tidak bersedia bekerjasama
Perilaku yang disruptive (perilaku atau komentar yang kasar/abusif):

• Menyampaikan kalimat ancaman pada orang lain (pasien, keluarga


pasien, pengunjung, dokter, perawat, dan petugas kesehatan lain)
• Melakukan perlawanan fisik terhadap individu yang mengancam atau
mengintimidasi
• Membuang/melempar instumen, rekam medis atau barang lain
• Pelecehan seksual
• Berperilaku atau berkomentar kasar
• Menyampaikan komentar yang tidak semestinya secara berulang atau
mengganggu pada saat rapat
5.5
PENCEGAHAN
& PENGENDALIAN INFEKSI
Program pencegahan dan pengendalian infeksi
dilaksanakan untuk mencegah dan meminimalkan
terjadinya infeksi terkait dengan pelayanan kesehatan

6 KRITERIA, 13 EP
GAMBARAN IMPLEMENTASI PENCAPAIAN STANDAR AKREDITASI 5.5 ( PPI)
RENCANA LIMA TAHUNAN
ANALISIS SITUASI PERHATIKAN SD
 SDM
 SARPRAS
 PERALATAN
 KEFARMASIAN
 LAB
RUK RPK
LIBATKAN LP, LS, MASY DALAM
PENYUSUNAN RUK, RPK
PROSES PERENCANAAN SD
PENYUSUNAN RUK, RPK PPI (5.5)
MENJADI BAGIAN YANG
TERINTEGRASI DENGAN
PERENCANAAN PUSKESMAS

LAKUKAN
KOMUNIKASI &
KOORDINASI DALAM
PELAKSANAAN
DENGAN LP, LS,
MASYARAKAT,
DRAFT STANDAR AKREDITASI PUSKESMAS REVISI
BAB 5

5.5.1
Regulasi dan program pencegahan dan pengendalian infeksi dilaksanakan oleh seluruh
karyawan Puskesmas secara komprehensif untuk mencegah dan meminimalkan
risiko terjadinya infeksi yang terkait dengan pelayanan kesehatan

POKOK PIKIRAN
• Puskesmas perlu menyusun program PPI yang meliputi implementasi kewaspadaan isolasi yang
terdiri dari kewaspadaan standar dan kewaspadaan berdasar transmisi, pendidikan dan
pelatihan PPI (dapat berupa pelatihan atau workshop) baik bagi petugas maupun pasien dan
keluarga, serta masyarakat, penyusunan dan penerapan bundles infeksi terkait pelayanan
kesehatan, monitoring pelaksanaan kewaspadaan isolasi, surveilans penyakit infeksi terkait
pelayanan kesehatan, serta penggunaan anti mikroba secara bijak
• Kegiatan yang tercantum dalam program PPI tergantung pada kompleksitas kegiatan klinis dan
pelayanan Puskesmas, besar kecilnya area Puskesmas, tingkat risiko dan cakupan populasi
yang dilayani, geografis, jumlah jenis pelayanan pasien, dan jumlah pegawai dan merupakan
bagian terintegrasi dengan Program Peningkatan Mutu
• Untuk memantau dan manilai pelaksanaan program PPI disusun indikator-indikator sebagai
bukti dilaksanakannya kegiatan-kegiatan yang direncanakan
SUMBER RUJUKAN UTAMA
2
1
FRAMEWORK PENERAPAN PPI DI FKTP
a
UNTUK HAIs
PENERAPAN PPI SESUAI DITUANGKAN MENCEGAH,
STANDAR DI FKTP : DALAM RENCANA DAN
• DALAM GEDUNG KERJA TAHUNAN PPI MENGENDALIK b INFEKSI YG BERSUMBER
• LUAR GEDUNG FKTP AN DARI MASYARAKAT
KEJADIAN
INFEKSI c
KETERANGAN:
RESISTENSI ANTIMIKROBA
PENERAPAN PPI DI FKTP PI
DITUANGKAN DALAM
RENCANA KERJA TAHUNAN
FKTP (P1), DILAKSANAKAN SURVEILANS
(P2), MONITORING DAN
PENILAIAN (P3). P2 AUDIT ICRA
DETEKSI DINI DAN CEGAH KLB
SETIAP FKTP:
• Membuat regulasinya : SK tim, struktur P3
organisasi, dll
• Kebijakan PPI: menambahkan PPI pada
Pedoman Internal dan Renstra FKTP. MONITORING DAN EVALUASI KEBERHASILAN PROGRAM PPI
• Membuat Pedoman/Panduan PPI
• Membuat/melengkapi SOP setiap
pelayanan nya sesuai dengan Juknis INDIKATOR KINERJA PPI
PPI Insiden rate (Kamus Indikator)
PPI
HH
Mortalitas APD
Masalah
HAIs Morbiditas
Biaya
Tuntutan
hukum
Limbah
Lingkungan
Peralatan Perawatan Ps
PPRA Penanganan Linen
Kes. Karyawan
Penempatan Pasien
Etika batuk
Penyuntikan yang aman
Praktil lumbal punksi
VAP,IADP
ILO,ISK
Airborne
Droplet
Menerapkan Contact
Bundles of
HAIs
Komite PPI
Tim PPI
IPCN
Audit
IPCN
ICRA
STRUKTUR DAN TIM PPI PUSKESMAS

*) Berlaku untuk kawasan perkotaan dan pedesaan


DRAFT STANDAR AKREDITASI PUSKESMAS REVISI
BAB 5

5.5.1
Puskesmas menyusun rencana dan melaksanakan program PPI secara
komprehensif dalam penyelenggaraan pelayanan di puskesmas. (R, D,
O)
01

ELEMEN PENILAIAN ELEMEN PENILAIAN

02
Dilakukan pemantauan, evaluasi dan tindak lanjut terhadap
pelaksanaan program PPI dengan menggunakan indikator
yang ditetapkan. (D, W)
MANAJEMEN DAN SUMBER DAYA
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI

1. MONEV KEGIATAN
PPI (AUDIT, ICRA)
1. PERSIAPAN ( MEMPELAJARI RENSTRA
2. ANALISIS
DAN KEBIJAKAN, REGULASI TERKAIT TERHADAP CAPAIAN
2. ANALISIS SITUASI PPI DI WILKER INDIKATOR PPI
PUSKESMAS
3. PERUMUSAN MASALAH PPI
4. PENYUSUNAN RENCANA 5 TAHUN DAN
TAHUNAN
5. PENGUSULAN RENCANA KEGIATAN PPI P3
KEBIAJAKAN DAN
PENGORGANISASIAN P2
(STRUKTUR DAN
TUPOKASI) P1 1. ADANYA KEGIATAN IDENTIFIKASI DAN PRIORITAS MASALAH
TERKAIT DENGAN KEGIATAN PPI
2. ADANYA PERTEMUAN TIM PPI YANG RUTIN
3. PELAKSANAAN SURVEILANS
4. ADANYA RENCANA UPAYA PERBAIKAN PROGRAM PPI SETIAP
BULAN
5. TERLAKSANANYA UPAYA TINDAK LANJUT PROGRAM PPI
INDIKATOR PPI DI FKTP
INDIKATOR :
TOLOK UKUR YANG DIGUNAKAN UNTUK
MENILAI TINGKAT KEBERHASILAN PROGRAM
PPI FKTP
KEPENTINGAN TRANSPARANSI
T UNTUK MENILAI APAKAH UPAYA YANG
TELAH DILAKUKAN DAPAT
PUBLIK
INFEKSIKELUARAN
MENINGKATKAN SALURAN KEMIH (ISK) PLEBITIS
U PELAYANAN KESEHATAN;
I
N
J KEJADIAN IKUTAN PASCA
D INFEKSI DAERAH OPERASI (IDO) MEMBERIKAN UMPAN
I
UPPI
IMUNISASI (KIPI)
K BALIK KEPADA FASYANKES
A
T
O
A ABSES GIGI
R UNTUK PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN
N
PRAKTIK TERBAIK YANG DIPEROLEH
MELALUI PROSES KAJI BANDING

CONTOH
INDIKATOR TAR- CAPA- GAP ANALI- PEMECAHAN
GET IAN SIS MASALAH
1.

2.
DOKUMEN 1. DOKUMEN
PERENCANAAN
PROGRAM PPI DI
PUSKESMAS
2. BUKTI PELAKSANAAN
PROGRAM PPI DI
PUSKESMAS
3. DOKUMEN BUKTI
MONEV DAN RTL
PROGRAM PPI
SISTEMATIKA PROGRAM
1. Pendahuluan

2. Latar belakang

3. Tujuan umum & khusus

4. Kegiatan pokok & rincian kegiatan

5. Cara melaksanakan kegiatan

6. Sasaran

7. Skedul (jadwal) pelaksanaan kegiatan

8. Evaluasi pelaksanaan kegiatan & pelaporannya

9. Pencatatan, pelaporan & evaluasi kegiatan


CONTOH Matriks Perencanaan
BIAYA SUMBER
NO KEGIATAN VOLUME WAKTU PIC
(Rp) BIAYA

A. Sumber Daya Manusia


1 Pelatihan Dasar 2 orang Maret dr.Anita 10.000.000 JKN/Kapi-
PPI 2021 tasi
2 Sosialisasi PPI 2 kali Juni – Juli Bidan 500.000 BOK
kepada petugas pertemuan 2021 Yunita

3 dst          
B. Sarana dan Prasarana
1  Penyediaan han-          
drubs
2 dst          
C. Alat Kesehatan
1 Alat Sterilsator           
2  APD          
3 dst          
EVALUASI KEBERHASILAN
OH
CO
N T BERDASARKAN RENCANA TAHUNAN
N BIAYA SUMBER

Capaian kegiatan
KEGIATAN VOLUME WAKTU PIC
O (Rp) BIAYA

A. Sumber Daya Manusia


1 Pelatihan
Dasar PPI
2
oran
Ma
ret
d
r.
10.0
00.0
JKN
/ sesuai rencana?
g 20 A 00 Kap
21 ni
ta
itasi
A. SDM :
2 Sosialisasi
PPI
2 kali
perte
Ju
ni
Bi
d
500.
000
BO
K
B. Sarana
Prasarana:
kepada mua – a
petugas n Juli n
20 Y
21 u
ni C. Alkes
ta

3 dst          
D. Penerapan
B. Sarana dan Prasarana
1             E. Monev
2 dst          
C. Alat Kesehatan
1            
DRAFT STANDAR AKREDITASI PUSKESMAS REVISI
BAB 5
5.5.2 Dilakukan identifikasi risiko-risiko infeksi dalam penyelenggaraan pelayanan sebagai dasar untuk
menyusun dan menerapkan strategi untuk mengurangi risiko-risiko tersebut
POKOK PIKIRAN
• Puskesmas melakukan identifikasi dan kajian risiko infeksi baik dalam penyelenggaraan pelayanan
upaya kesehatan perseorangan maupun upaya kesehatan masyarakat yang mungkin atau pernah
terjadi terhadap pasien, pengunjung, petugas, keluarga, dan masyarakat
• Berdasarkan hasil kajian tersebut disusun strategi dalam pencegahan dan pengendalian infeksi
melalui dengan menerapkan program PPI yang terdiri dari kewaspadaan isolasi yang terdiri dari
dua lapis yaitu kewaspadaan standar dan kewaspadaan berdasar transmisi, penggunaan antimikroba
secara bijak, dan pelaksanaan bundles infeksi terkait pelayanan kesehatan, antara lain infeksi aliran
darah primer, infeksi daerah operasi, infeksi saluran kemih akibat pemasangan kateter, dan infeksi-
infeksi lain yang mungkin terjadi akibat pelayanan kesehatan.
DRAFT STANDAR AKREDITASI PUSKESMAS REVISI
BAB 5
5.5.2
Dilakukan identifikasi dan kajian risiko infeksi terkait dengan
penyelenggaraan pelayanan di Puskesmas. (O,W)

01

ELEMEN PENILAIAN ELEMEN PENILAIAN

02
Disusun dan dilaksanakan strategi untuk meminimalkan
risiko infeksi terkait dengan penyelenggaraan pelayanan di
Puskesmas dan dipastikan ketersediaan a) sampai g) di
dalam pokok pikiran. (D,W)
ICRA
Infection Control Risk
Assessment
ICRA
Infection Control Risk Assessment

proses multidisiplin yang berfokus pada pengurangan infeksi,


pendokumentasian bahwa dengan mempertimbangkan populasi
pasien, fasilitas dan program :

• Fokus pada pengurangan risiko dari infeksi,


• Tahapan perencanaan fasilitas, desain, konstruksi,
renovasi, pemeliharaan fasilitas, dan
• Pengetahuan tentang infeksi, agen infeksi, dan
lingkungan perawatan, yang memungkinkan organisasi
untuk mengantisipasi dampak potensial.
JENIS ICRA
ICRA KONSTRUKSI
ICRA PROGRAM PPI
Penilaian Risiko Pengendalian
Infeksi melalui proses Kajian risiko infeksi mencakup:
multidisiplin yang berfokus 1. Risiko terkait prosedur pelayanan
pada pengurangan risiko dari 2. Risiko terkait data hasil surveilans Hais
infeksi ke pasien, dg 3. Risiko terkait data hasil audit kepatuhan
perencanaan fasilitas, desain, 4. Risiko terkait pelayanan penunjang
dan kegiatan konstruksi. 5. dan lain lain
Setiap tahun untuk ICRA Siapa?
Bagaimana? Program

Risk management flow Multidisiplin


chart
Tim PPI melakukan
Kapan? koordinasi
The risk management flowchart as it is applied to HAI

Pastikan risiko teridentifikasi, dianalisa dan dilakukan tindakan


Hindari risiko

Inforrmasi yang berkaitan dg risiko harus diinformasikan kepihak terkait


Kebijakan/Standar prosedur
- tugas yg jelas
Communicate and consult

Monitor dan review


Identifikasi risiko
Apa penyebab terjadinya infeksi?
Bagainama cara transmisi?
Siapa saja yg berisiko?
(pasien, petugas atau lingkungan)?

Perlakuan risiko Analisa risiko


Hindari risiko Mengapa bisa terjadi
Kurangi risiko ( langkah pencegahan, (activitas, prosedur)?
ada sistem dan kontrol Berapa sering terjadi/konsekuensi apa?

Evaluasi risiko
Hal2 apa saja risiko
rendah/meminimalkan risiko
atau risiko penularan (staff,
pasien)? T. Aseptik, APD dll
ICRA

UKM
ESSENSIAL DAN PENGEMBANGAN.

UKM UKP
UKP
UNIT, Ruang, Pelayanan

KEGIATAN
Kegiatan
Pendataan, Screening, Kunjungan
Sasaran, Vaksinasi, Penyuluhan.
Pemberdayaan, dsb
LANGKAH PENGKAJIAN ICRA PROGRAM

1 IDENTIFIKASI MASALAH
melihat seberapa beratnya dampak potensial dan kemungkinan seberapa
sering frekuensi munculnya risiko, identifikasi aktifitas yang dilakukan
pada risiko dan cara transmisinya

2 ANALISA RISIKO

3 PENILAIAN DAN PENENTUAN SKORING

4 PENGELOLAAN RISIKO

5. PLAN OF ACTION
PENILAIAN PROBABILITAS
TINGKAT
DESKRIPSI FREKUENSI KEJADIAN
RISIKO

0-5% extremely unlikely or virtually impossible.


1 Very low
Hampir tidak mungkin terjadi (terjadi dalam lebih dari 5 tahun).

Jarang (frekuensi 1-2 x/tahun), Jarang tapi bukan tidak mungkin terjadi
 2  low
(terjadi dalam jangka waktu 2-5 tahun).

31-70% fairly likely to occur


 3  Medium Kadang (frekuensi 3-4 x/tahun). Mungkin terjadi/ bisa terjadi (dapat terjadi
tiap 1-2 tahun).

Agak sering (frekuensi 4-6 x/tahun),


 4  High Sangat mungkin terjadi (terjadi setiap bulan/beberapa kali dalam
setahun).
PENILAIAN DAMPAK

TINGKAT RISIKO DESKRIPSI DAMPAK

1 Minimal Klinis Tidak ada Cedera.

Cedera ringan, misalnya lecet, dapat


2 Moderate klinis
diatasi dengan P3K.

Cedera sedang (luka robek), berkurangnya fungsi


  motorik/sensorik/ psikologis atau intelekteual tidak
   
Lama hari rawat panjang berhubungan dengan penyakitnya dan Setiap kasus
3 akan memperpanjang hari
perawatan

Cedera luas/berat (cacat atau lumpuh), kehilangan


  Kehilangan fungsi tubuh fungsi motorik/sensorik/ psikologis atau intelektual )
4 sementara tidak
berhubungan dengan penyakit

Kematian yang tidak berhubungan dengan


PENILAIAN SISTEM

SISTEM, PERATURAN DAN


TINGKAT RISIKO DESKRIPSI
PELAKSANAAN

1 Solid Peraturan Ada, Fasilititas Ada, Dilaksanakan

Peraturan Ada, Fasilititas Ada, Tidak Selalu


2 Good
Dilaksanakan

Peraturan Ada, Fasilititas Ada, Tidak


3 Fair
Dilaksanakan

Peraturan Ada, Fasilititas Tidak Ada, Tidak


4 Poor
Dilaksanakan

5 None Tidak Ada Peraturan


3. Penilaian dan Penentuan Skor

Menyusun skor jumlah

Probability, Impact, Current Systems

score for probability : 3


score dampak : 2
sistem berkelanjutan : 4

total score 3X2X4 =24

Program prioritas berdasarkan nilai terbesar


EVALUASI RISIKO

1. Rangking masalah
2. Prioritas masalah
3. Analisa manfaat biaya yang • Risk Matrix Grading
dikeluarkan (setelah diranking, • FISH BONE
biaya unt mengurangi resiko
dibandingkan dengan biaya kalau • Root Cause Analysis
terjadi resiko) ( RCA )
4. Pastikan risiko yang ditimbulkan
bisa diterima atau tidak
102
Identifikasi pelayanan Gigi
• Peralatan Kritikal, semi kritikal,non kri-
tikal masih belum terpisahkan pada saat
pelayanan
• Petugas Menggunakan APD belum sesuai
standar pelayanan
• Tempat pencucian alat kesehatan masih di
tempat wastafel cuci tangan
• Kebersihan lingkungan : Meja, Lampu dll
• Air kumur yang digunakan belum sesuai
ketentuan
PELAYANAN GIGI
POTENSIAL PROBABILITY IMPACT CURRENT SYSTEM SKO Priori-
RIKS/ R tas
PROBLEM 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1

Peralatan Kritikal, semi 5 3 5 75 I


kritikal,non kritikal
belum terpisah

Petugas Menggunakan 4 2 1 8 V
APD sesuai tidak in-
dikasi
Tempat pencucian alat 5 2 5 50 III
kesehatan masih di ru-
ang pelayanan gigi

Kebersihan lingkungan 3 3 2 18 IV
: Meja, Lampu belum
rutin
NO
5. Membuat plan of action (rencana kegiatan)
JNS KELOMPOK RISIKO

MASALAH
POTENSIAL RISIKO/

SKOR

PRIORITAS

TUJUAN UMUM

TUJUAN KHUSUS
 
PROGRESS /
STRATEGI EVALUASI ANALISIS

1 Pelayanan 1. Peralatan 75 I Pengelolaan alat di 1. Ada pemilahan 1. Sosialisasi 1. Terlak- 1.Pelaksaan sosialisasi
gigi Kritikal, semi pelayanan gigi alat kritikal, semi mengeai pemila- sananya hanya mengenai pemi-
kritikal,non sesuai standar dan non han alat sosialisasi lahan alat
kritikal belum 2. Pemrosesan alat 2. Sosilaisai pem- 2. Monitoring 2. Hasil monitoring
terpisah dan sesuai dengan rosesan alat 3. Tersedianya pemilahan dan pemros-
be;um kategori 3. Pengajuan alat alat steril- esan alat meningkat
diproses 60 II 3. Tersedianya alat sterilisator auto- isator auto- 3. Belum teredia alat
sesuai standar sterilisator clave clave
2.Air kumur
yang
digunakan
masih air
kran
ICRA KONSTRUKSI
LANGKAH-LANGKAH ICRA
KONSTRUKSI
• PRE RENOVASI
o Rapat Tim Multidispilin
o Penetapan & rencana tidakan konstruksi bangunan

 Identifikasi type dan jenis konstruksi


 Identifikasi kelompok risiko
 Membuat Matrix penilaian risiko
 Perencanaan tindakan PPI sesuai hasil penilaian
• SELAMA RENOVASI
o Monitoring pelaksanaan sesuai kesepakatan
o Monitoring tindakan perbaikan atas rekomendasi usulan perbaikan
• SETELAH RENOVASI
o Pengawasan hasil limbah pekerjaan
o Menetapkan penilaian kelayakan bangunan sesuai penilaian risiko
infeksi
- Pengumuman adanya
proses renovasi
- Pemantauan aliran udara
- Pemantauan area sekitar
renovasi ( bebas debu, puing,
dll )
- Pembersihan rutin
Menentukan Tipe Konstruksi/Renovasi Bangunan Berdasarkan
Tingkat Risiko (debu, aerosolisasi, durasi dan HVAC)
1. Type A :
kegiatan renovasi/konstruksi dengan risiko rendah misalnya pemindahan plafon, pengecatan,
pemasangan pipa keecil, merapikan pekerjaan listrik .

2. Type B :
kegiatan renovasi skala kecil, durasi pendek dengan risiko debu minimal misalnya
pemotongan dinding plafon dimana penyebaran debu dapat dikontrol, instalasi kabel telepon
dan komputer.

3. Type C :
kegiatan pembongkaran gedung dan renovasi gedung yang menghasilkan debu yang banyak
dan tinggi misalnya konstruksi pembongkaran dan pembangunan dinding baru.

4. Type D :
kegiatan pembangunan proyek konstruksi dan pembongkaran gedung dengan skala besar
misal konstruksi baru atau pembangunan gedung baru .
Langkah Ke-2:
Identifikasi Kelompok Risiko

KELOMPOK 1 KELOMPOK 2 KELOMPOK 3 KELOMPOK 4


RENDAH SEDANG TINGGI SANGAT TINGGI
• Rawat jalan - UGD, ruang tindakan - Ruang isolasi tekanan negatif
- Area kantor
• Cafeteria - Ruang pelayanan gigi - Unit luka bakar
• Dietary - Ruang perawatan pasien - Kamar Operasi
- Ruang Maternitas / VK
- Manajemen Material - CSSD
- Kamar bayi
- Laboratorium - Kateterisasi Jantung
- Koridor Umum (yang - Area pasien immuno-
dilewati pasien, suplai, compromised
dan linen)
- Newborn Intensive
Care Unit (NICU)

- Intensive Care Unit


Langkah Ke-3 :
Menentukan Level/Kelas ICRA Renovasi
Ditentukan berdasarkan tabel matrix antara Tipe Aktivitas Konstruksi dan
Kelompok Risiko Pasien

TIPE A TIPE B TIPE C TIPE D


Level
risiko
kon-
struksi
Rendah Kelas I Kelas II Kelas II Kelas III/IV

Sedang Kelas I Kelas II Kelas III Kelas IV

Tinggi Kelas I Kelas II Kelas III/IV Kelas IV


Note : Persetujuan pengendalian infeksi akan diperlukan ketika aktivitasi kontruksi dan tingkat
risiko Sangat
berada pada kelas 3 Kelas
Tinggi II
dan kelas 4 danKelas
danIII/IV Kelas III/IV dampak
dilakukan identifikasi Kelas
lainIVdi
daerah sekitar area proyek.
Contoh :
Penilaian Risiko
TIPE A TIPE B TIPE C TIPE D
Level
risiko
Renovasi
kon-
struksi
Rendah Kelas I Kelas II Kelas II Kelas III/IV

Sedang Kelas I Kelas II Kelas III Kelas IV

Tinggi Kelas I Kelas II Kelas III/IV Kelas IV

Sangat Tinggi Kelas II Kelas III/IV Kelas III/IV Kelas IV


Class of Precautions
Langkah-langkah Intervensi PPI
Ditentukan Berdasarkan Kelas
Risiko Berdasarkan Type Konstruksi Kelas I, sbb:
• Lakukan pekerjaan dengan metode meminimalkan debu
• Pembersihan lingkungan kerja segera lakukan setelah pekerjaan selesai

Kelas II, sbb:


• menyediakan sarana penghalang penyebaran debu ke udara
TYPE KONSTRUKSI • Memberikan kabut air pada permukaan lingkungan kerja untuk menghalangi dan
KELOMPOK mengendalikan debu selama proyek konstruksi berlangsung
PASIEN • Melakukan pembersihan lingkungan kerja segera lakukan setelah pekerjaan selesai
BERISIKO
TYPE A TYPE B TYPE C TYPE D Kelas III, sbb:
• Membuat penghalang debu dengan menutup area masuknya debu (melakban pintu)
• Menutup ventilasi udara
• Menutup sistim heating ventilation air conditioning (HVAC)
RENDAH I II II III/IV
• Limbah konstruksi ditempatkan dalam wadah tertutup rapat dan segera dibuang dan
dilakukan pembersihan
• Setelah selesai pekerjaan semua debu di bersihkan dari seluruh permukaan
SEDANG I II III IV
Kelas IV, sbb:
• Buat pembatas area kerja harus dipasang sampai proyek selesai dan dibersihkan
TINGGI I II III/IV IV • Menutup jendela di area yang menampung pasien yang dinilai rentan untuk
diminimalkan masuknya spora jamur yang dihasilkan oleh pekerjaan bangunan di
dekatnya.
• Jika penyedot debu digunakan, pastikan mereka memiliki filter efisiensi tinggi pada
SANGAT TINGGI II III/IV III/IV IV udara yang habis.
• Mengisolasikan sistem HVAC di area kerja untuk mencegah kontaminasi sistem
saluran
• Mengangkut puing-puing dalam kantong atau wadah tertutup dengan tutup yang rapat,
atau menutupi puing dengan kain basah.
• Jangan mengangkut puing-puing melalui area perawatan pasien tetapi melalui pintu
keluar yang berbeda.
Izin No:
Lokasi konstruksi: Tanggal mulai proyek:
Koordinator Proyek: Perkiraan durasi:
Pekerjaan konstruksi: Tanggal kadaluarsa:
Supervisor: Telephone:
Ya Tidak AKTIFITAS KONSTRUKSI Ya Tidak KELOMPOK BERISIKO
TIPE A: Inspeksi, aktifitas non invasif Kelompok 1: Risiko rendah
TIPE B: Skala kecil, durasi pendek, tingkat sedang – Kelompok 2: Risiko sedang
tinggi
TIPE C: Kegiatan yang menghasilkan debu tingkat Kelompok 3: Risiko tinggi
sedang sampai tinggi, membutuhkan waktu penyelesaian
lebih dari 1 shift.
TIPE D: Kegiatan konstruksi level tinggi. Membutuhkan Kelompok 4: Risiko sangat tinggi
waktu penyelesaian yang panjang.
1. Lakukan pekerjaan konstruksi dengan metode debu 3. Pembongkaran minor untuk perombakan
KELAS I minimal. ulang
2. Segera mengganti plafon yang digunakan untuk
pemeriksaan visual
1. Menyediakan sarana aktif (peralatan lengkap) untuk 6. Letakkan limbah kontruksi dalam wadah yang
KELAS II mencegah penyebaran debu ke udara. tertutup rapat sebelum dibuang.
2. Memberikan kabut air pada permukaan kerja untuk 7. Lakukan pengepelan basah dan/atau vakum dengan

SURAT IJIN KERJA PPI mengendalikan debu saat proses pemotongan.


3. Menyegel pintu yang tidak terpakai dengan lakban.
4. Menutup ventilasi udara.
5. Bersihkan permukaan kerja dengan
HEPA filter sebelum meninggalkan area kerja.
8. Letakkan dust mat (keset debu) di pintu masuk dan
keluar area kerja
9. Isolasi sistem HVAC di daerah di mana pekerjaan

(ICRA) & PENGAWASAN


pembersih/disinfektan. sedang dilakukan, rapikan kembali setelah
pekerjaan selesai.
1. Memperoleh perizinan dari KPPI sebelum kegiatan 6. Vakum area kerja dengan penyaring HEPA.
KELAS III konstruksi dimulai 7. Lakukan pengepelan basah dengan

SELAMA KONSTRUKSI
2. Mengisolasi sistem HVAC di area kerja untuk pembersih/disinfektan
mencegah kontaminasi pada sistem saluran. 8. Lakukan pembongkaran bahan-bahan pembatas
3. Siapkan pembatas area kerja atau terapkan metode area kerja dengan hati-hati untuk meminimalkan
kontrol kubus (menutup area kerja dengan plastik penyebaran kotoran dan puing-puing konstruksi.
dan menyegel dengan vakum HEPA untuk 9. Letakkan limbah kontruksi dalam wadah yang
menyedot debu keluar) sebelum konstruksi dimulai. tertutup rapat sebelum dibuang.
4. Menjaga tekanan udara negatif dalam area kerja 10. Tutup wadah atau gerobak transportasi limbah.
dengan menggunakan unit penyaringan udara 11. Setelah pekerjaan selesai, rapikan kembali sistem
HEPA. HVAC.
Tanggal 5. Pembatas area kerja harus tetap dipasang sampai
proyek selesai diperiksa oleh Komite K3, KPPI, dan
Paraf dilakukan pembersihan oleh petugas kebersihan.
1. Memperoleh perizinan dari KPPI sebelum kegiatan 7. Semua personil yang memasuki area kerja
KELAS IV konstruksi dimulai diwajibkan untuk memakai penutup sepatu. Sepatu
2. Mengisolasi sistem HVAC di area kerja untuk harus diganti setiap kali keluar dari area
mencegah kontaminasi sistem saluran. kerja.Pembatas area kerja harus tetap dipasang
3. Siapkan pembatas area kerja atau terapkan metode sampai proyek selesai diperiksa oleh Komite K3,
kontrol kubus (menutup area kerja dengan plastik KPPI, dan dilakukan pembersihan oleh petugas
dan menyegel dengan vakum HEPA untuk kebersihan.
menyedot debu keluar) sebelum konstruksi dimulai. 8. Vakum area kerja dengan penyaring HEPA.
4. Menjaga tekanan udara negatif dalam tempat kerja 9. Lakukan pengepelan basah dengan
dengan menggunakan unit penyaringan udara pembersih/disinfektan.
HEPA. 10. Lakukan pembongkaran bahan-bahan pembatas
5. Menyegel lubang, pipa, dan saluran. area kerja dengan hati-hati untuk meminimalkan
6. Membuat anteroom dan mewajibkan semua personel penyebaran kotoran dan puing-puing konstruksi.
untuk melewati ruangan ini sehingga mereka dapat 11. Letakkan limbah kontruksi dalam wadah yang
Tanggal disedot menggunakan vacuum cleaner HEPA tertutup rapat sebelum dibuang.
sebelum meninggalkan tempat kerja atau mereka 12. Tutup wadah atau gerobak transportasi limbah.
Paraf bisa memakai pakaian kerja yang lepas setiap kali 13. Setelah pekerjaan selesai, rapikan kembali sistem
mereka meninggalkan tempat kerja. HVAC.

Persyaratan tambahan:
DRAFT STANDAR AKREDITASI PUSKESMAS REVISI
BAB 5
5.5.3 Puskesmas mengurangi risiko infeksi yang terkait dengan pelayanan kesehatan perlu
melaksanakan dan mengimplementasikan program PPI, untuk mengurangi risiko infeksi baik bagi
pasien, petugas, keluarga pasien, masyarakat, dan lingkungan

POKOK PIKIRAN
• Program pencegahan dan pengendalian infeksi di Puskesmas adalah untuk mengidentifikasi dan
mengurangi risiko tertular dan menularkan infeksi di antara pasien, petugas, keluarga dan
masyarakat dan lingkungan melalui penerapan kewaspadaan isolasi yang terdiri dari kewaspadaan
standar dan kewaspadaan berdasar transmisi, penggunaan antimikroba secara bijak, dan bundles
untuk infeksi terkait pelayanan kesehatan, pendidikan dan pelatihan dan Surveilans HAIs
• Pelaksanaan program tersebut perlu dipantau secara terus menerus untuk menjamin penerapan yang
konsisten melalui kepatuhan pelaksanaan program PPI Misalnya : Audit kepatuhan Kebersihan
tangan , audit bundles HAis dll
• Pemantauan pelaksanaan program dilakukan oleh tim PPI atau petugas yang diberi tanggung jawab
agar dilaksanakan secara periodik dalam penyelenggaraan kegiatan pelayanan Puskesmas
DRAFT STANDAR AKREDITASI PUSKESMAS REVISI
BAB 5
5.5.3
Terdapat bukti penerapan dan pemantauan prinsip-prinsip kewaspadaan
standar sesuai pokok pikiran huruf a sampai dengan huruf i sesuai
prosedur yang ditetapkan . (D,O,W)
01

ELEMEN PENILAIAN ELEMEN PENILAIAN

02
Bila ada pengelolaan pada pokok pikiran huruf f sampai dengan huruf h
yang dilaksanakan oleh pihak ketiga, Puskesmas harus memastikan
standar mutu diterapkan oleh pihak ketiga sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan. (D,W)
KEWASPADAAN STANDAR

Kebersihan tangan Pengendalian Lingkungan

Alat Pelindung Diri Pengendalian Limbah

Penyuntikan yang aman Manajemen Linen

Kebersihan pernafasan/etika
batuk
Penempatan pasien

Pengelolaan alkes
Kesehatan petugas
REGULASI
REGULASI PPI di a. SK tentang penerapan kewaspadaan standar
Puskesmas b. KAK Program PPI
c. SOP kebersihan tangan
d. SOP penggunaan APD
e. SOP penyuntikan yang aman
f. SOP penggunaan peralatan perawatan pasien
g. S0P Pengendalian kesehatan lingkungan
h. SOP Penangan limbah infeksius dan non infeksius ; benda tajam & jarum, darah
dan komponen darah
i. SOP pemrosesan peralatan pasien & penatalaksanaan linen dan laundry
j. SOP kesehatan karyawan/perlindungan petugas kesehatan
k. SPO penempatan pasien
l. SOP hygiene respirasi/etika batuk
m. SOP Tertusuk Jarum
n. SOP single use reuse

NOTE
Koordinator atau TIM PPI dalam menyusun regulasi, wajib mengacu Pedoman Pencega-
han dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer dan pedoman PPI
lainnya yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan RI serta harus sesuai dengan
DRAFT STANDAR AKREDITASI PUSKESMAS REVISI
BAB 5

5.5.4 Kebersihan tangan diterapkan untuk menurunkan risiko infeksi yang terkait dengan pelayanan
kesehatan

POKOK PIKIRAN
• Prosedur kebersihan tangan perlu disusun dan disosialisasikan, serta media edukasi
ditempel pada tempat yang mudah dibaca. Tenaga medis, tenaga kesehatan, dan
karyawan Puskesmas harus dilatih dalam penerapan tentang kebersihan tangan.
Sosialisasi kebersihan tangan perlu juga dilakukan untuk pasien, dan keluarga pasien
• Setiap karyawan Puskesmas harus memahami mampu menerapkan 6 (enam) langkah
dan 5 (lima) kesempatan melakukan kebersihan tangan dengan benar.
• Puskesmas wajib menyediakan perlengkapan dan peralatan untuk melakukan kebersihan
tangan antara lain:
a. fasilitas cuci tangan meliputi air mengalir, sabun, tisu pengering tangan/handuk sekali
pakai; dan/atau
b. hand rubs berbasis alkohol yang ketersediaannya harus terjamin di Puskesmas
DRAFT STANDAR AKREDITASI PUSKESMAS REVISI
BAB 5
5.5.4
ELEMEN PENILAIAN

1
Dilakukan edukasi kebersihan 3
tangan pada tenaga medis, Dilakukan evaluasi dan tindak
tenaga kesehatan, seluruh lanjut terhadap pelaksanaan
karyawan Puskesmas, pasien kebersihan tangan. (D, W)
dan keluarga pasien. (D,W)

2
Perlengkapan dan peralatan untuk kebersihan
tangan tersedia di tempat pelayanan. (D,O)
1. SOP Kebersihan Tangan
2. Tersedia Banner/Poster/ Leaflet tentang edukasi kebersihan
DOKUMEN tangan
3. Instrumen Audit Kepatuhan kebersihan tangan
4. Instrumen Monitoring Kelengkapan fasilitas Kebersihan Cuci
tangan
5. Bukti pelaksaaan edukasi kebersihan tangan yang dilakukan
di Puskesmas dan wilayah kerja Puskesmas
6. Bukti hasil audit kepatuhan kebersihan tangan

SARANA DAN
PRASARNA
Instrumen penilaian kebersihan tangan lima momen

Elements penilaian Ya Tidak NA

Sebelum menyentuh pasien √    

Setelah menyentuh pasien √    

Sebelum tindakan aseptik   √  

Setelah kontak cairan tubuh pasien √    

Setelah meninggalkan lingkungan pasien √    

Total 4 1  

Keterangan :
Ya = dilakukan sesuai standar
Tidak = tidak dilakukan sesuai standar
NA = tidak bisa diukur (tidak berlaku)
TOH INSTRUMEN MONITORING KELENGKAPAN FASILITAS KEBERSIHAN TANGAN
N
CO
Bila tangan tidak terlihat kotor, untuk sementara waktu
atau jika tidak ada sarana cuci tangan, membersihkan
tangan dapat dilakukan dengan cairan berbasis
alkohol
TOH
N
CO
Tehnik
Pendekatan “My 5
Moments for Hand
Hygiene ”

Sax H et al. Journal Hospital Infection 2007


Hand hygiene yang dilihat observer

Lingkungan perawatan pasien dapat dibagi menjadi dua wilayah, yaitu zona
pasien dan area perawatan
–Zona Pasien meliputi: pasien dan benda-benda di sekitar pasien, termasuk
permukaan benda di sekitar pasien seperti tempat tidur, meja di samping tem-
pat tidur, sprei, tabung infus dan peralatan medis lainnya.
–Area perawatan meliputi seluruh permukaan di dalam ruang perawatan
diluar zona pasien X, termasuk pasien lain dan zona pasien lainnya tersebut.
Di area perawatan ini banyak terdapat berbagai mikroorganisme, termasuk
mikroorganisme yang multi-resisten.
Konsep Risiko Transmisi
AREA PERAWATAN

ZONA PASIEN
Lokasi kritis
dengan risiko
infeksi pada
pasien

Lokasi kritis
dengan risiko
pajanan cairan
tubuh
Definisi point-of-care

– Point-of-care – adalah tempat dimana 3 elemen terjadi


bersama: pasien, petugas kesehatan, dan
perawatan pasien yang melibatkan kontak (dalam zona
pasien)
– Konsepnya adalah melakukan Hand Hygiene di saat yang
tepat sewaktu melakukan perawatan
– Hal ini membutuhkan produk Hand Hygiene yang mudah
diakses dan sedekat mungkin dengan area perawatan 
tanpa meninggalkan pasien.
Hand Hygiene yang OPTIMAL

DI POINT-OF-CARE
ZONA PASIEN dan AREA PERAWATAN

2
3

1
4
H Sax, University Hospitals, Geneva 2006
Formulir Observasi

Detailed
instructions
are
available
on the back
of the form,
to be
consulted
during
observation
The grid of the Observation form

 Masing-masing kolom diperuntukan untuk 1 orang yang


diobservasi
 Lakukan observasi pada petugas yang kontak langsung
dengan pasien
 Tidak mengobservasi lebih dari 3 petugas dalam waktu
bersamaan.
 KODE : diisi oleh petugas entry data
 WAKTU OBSERVASI : diisi waktu memulai observasi di
ruangan terpilih, sampai dengan waktu selesai melakukan
observasi. (10-20 menit )
The grid of the Observation form

 OBSERVER : diisi nama jelas yang PROFESI


melakukan observasi
 TANGGAL OBSERVASI : diisi tanggal  Perawat/ Bidan : (Perawat, Bidan,
observasi dilakukan, tanggal – bulan – Siswa kebidanan/keperawatan)
tahun 70 %
 UNIT/INSTALASI : diisi unit/instalasi
saat observasi dilakukan, contoh : IRNA C
 Dokter : (Dokter umum, Dokter
 RUANG/LANTAI : diisi ruang/lantai saat
spesialis, Dokter konsultan, Co-
observasi dilakukan, contoh : GPS Lt. 6 Ass/PPDS )  10 %
Diperlukan data 200 opportunities per unit  Petugas lain : (Pekarya, Terapis,
per satu periode observasi. Teknisi, ( Ahli gizi, pekerja sosial,
dan profesi lain yang terlibat di
pelayanan pasien )  20 %
Konsep Penting

Opportunity adalah waktu diperlukannya HH HH Action adalah: Respon terhadap indikasi


Indikasi adalah alasan melakukan HH yang membutuhkan HH, dapat berupa aksi
1 Opportunity terdiri dari beberapa indikasi positif dengan melakukan Handrub atau
Handwash, atau aksi negatif dengan
bef.pat : sebelum kontak dengan pasien
meninggalkan Handrub atau Handwash.
bef.asept : sebelum melakukan tindakan aseptik
HR: Melakukan Handrub dengan
aft.b.f : setelah terkena cairan tubuh pasien
menggunakan disinfektan handrub berbahan
aft.pat : setelah kontak dengan pasien dasar alcohol.
aft.p.surr : setelah kontak dengan lingkungan
sekitar pasien HW: Melakukan Handwash dengan
menggunakan sabun dan air
Missed : Tidak melakukan HR atau HW.
 
The observer point of view
Opportunity dan Hand Hygiene action

■ Observer harus dapat melihat 1 indikasi untuk


menghitung 1 opportunity (multiple indications
simultaneously occur dan determine one opportunity)
■ The Hand Hygiene action harus mewakili satu
opportunity
■ The Hand Hygiene action dapat dilakukan dengan
handrub atau handwashing; bila tidak dilakukan maka
harus dihitung sebagai "missed“
Kejadian dua indikasi

Aktifitas perawatan Aktifitas perawatan Aktifitas perawatan Aktifitas perawatan


Key points
x x
x x
x
x
x

x
x

Kombinasi indikasi memungkinkan, KECUALI kombinasi “setelah


kontak dengan pasien” dengan “setelah kontak dengan lingkun-
gan sekitar pasien”.
Perhitungan Hand Hygiene
COMPLIANCE

performed
Hand Hygiene actions (x 100)
--------------------------------------------
Hand Hygiene actions yang
dibutuhkan (opportunities)
The observer point of view
Kepatuhan Hand Hygiene
X
X 1 Hand Hygiene action x 100
----------------------------------------- = 50%
X ?
2 indications
?
The observer point of view
Kepatuhan Hand Hygiene

X
X 1 Hand Hygiene action x 100
X
---------------------------------------- = 50%
-
? 2 indications

X
X

X 1 Hand Hygiene action x 100


---------------------------------------- = 100%
-
1 opportunity
DRAFT STANDAR AKREDITASI PUSKESMAS REVISI
BAB 5

5.5.5 Dilakukan upaya pencegahan penularan infeksi dengan penerapan kewaspadaan berdasar transmisi dalam
proses penyelenggaraan pelayanan pasien yang dapat ditularkan melalui transmisi air borne

POKOK PIKIRAN
• Program PPI dalam kewaspadaan isolasi terdiri dari kewaspadaan standar dan kewaspadaan berdasarkan
transmisi. Kewaspadaan berdasar transmisi meliputi kewaspadaan terhadap penularan melalui kontak,
droplet dan air borne.
• Penularan penyakit air borne disease termasuk penularan yang diakibatkan oleh prosedur atau tindakan
yang menimbulkan aerosolisasi merupakan salah satu risiko yang perlu diwaspadai dan mendapat perhatian
khusus di Puskesmas.
• Untuk mengurangi risiko penularan air borne disease diantaranya dengan menggunakan APD, penataan
ruang periksa, penempatan pasien, maupun transfer pasien dilakukan sesuai dengan prinsip PPI.
• Untuk mencegah penularan airborne disease perlu melakukan identifikasi pasien yang berisiko dengan
memberikan masker, menempatkan pasien di tempat tersendiri atau kohorting dan mengajarkan etika batuk.
• Untuk pencegahan penularan transmisi airborne ditetapkan alur dan SOP pengelolaan pasien sesuai
ketentuan
Kewaspadaan
Berdasar Transmisi
2 Pilar Kewaspadaan Isolasi

KEWASPADAAN
Diterapkan pada semua klien
STANDAR yang ke fasilitas
pelayanan kesehatan,
setiap waktu

KEWASPADAAN Hanya diterapkan pada


BERDASARKAN
TRANSMISI pasien yang dicurigai
terinfeksi
 Partikel kecil < 5 μm mengandung
mikroba melayang/menetap di udara be-
berapa jam, ditransfer sebagai aerosol
melalui aliran udara dalam ruangan /jarak
lebih jauh dari 2 m, idealnya 3m

Kewaspadaan
Mycobacterium
?
tuberculosis  Prosedur yang dapat menimbulkan mis suc-
transmisi air- tion, bronkoskopi, nebulising,i ntubasi
borne  APD masker bedah ( pasien )
respirator partikulat (N95,petugas )
sarung tangan
gaun
apron ( cairan yg banyak )
 Mycobacterium TB,Campak,Cacar Air,
Zoster
Langkah-langkah penerapan kewaspadaan transmisi melalui udara

• Pengaturan penempatan posisi pemeriksa, pasien


dan ventilasi mekanis di dalam suatu ruangan den-
gan memperhatikan arah suplai udara bersih yang
masuk dan keluar.
• Penempatan pasien TB yang belum pernah menda-
patkan terapi OAT, harus dipisahkan dari pasien lain,
sedangkan pasien TB yang telah mendapat terapi
OAT secara efektif berdasarkan analisis resiko tidak
berpotensi menularkan TB baru dapat dikumpulkan
dengan pasien lain.
• Peringatan tentang cara transmisi infeksi dan penggu-
naan APD pada pasien, petugas dan pengunjung pent -
ing dicantumkan di pintu ruangan rawat pasien sesuai
kewaspadaan transmisinya.
• Ruang rawat pasien TB/MDR TB sebaiknya menggu-
nakan ruangan bertekanan negatif. Untuk RS yang
belum mampu menyediakan ruang tersebut, harus
memiliki ruang dengan ventilasi yang memadai, mini-
mal terjadi pertukaran udara 12x/jam (diukur dengan
alat Vaneometer).  untuk rumah sakit dengan ruang
isolasi
DRAFT STANDAR AKREDITASI PUSKESMAS REVISI
BAB 5
5.5.5
Dilakukan identifikasi penyakit infeksi yang ditularkan melalui transmisi airborne dan prosedur
atau tindakan yang menimbulkan aerosolisasi yang dilayani di Puskesmas serta upaya pencegahan
penularan infeksi melalui transmisi airborne dengan pemakaian APD, penataan ruang periksa,
penempatan pasien, maupun transfer pasien, sesuai dengan regulasi yang disusun. (D,O,W)
01

ELEMEN PENILAIAN ELEMEN PENILAIAN

02
Dilakukan evaluasi dan tindak lanjut terhadap hasil pemantauan terhadap
pelaksanaan penataaan ruang periksa, penggunaan APD, penempatan
pasien, transfer pasien untuk mencegah transmisi infeksi (D.O.W)
 
1. Bukti Identifikasi penyakit
infeksi terutama saat
penerimaan pasien di
Puskesmas
2. Alur Penatalaksanaan Pasien
Infeksius
3. Bukti Monitoring dan
tindaklanjut dari pemantauan
pencegahan transmisi Infeksi
CONTOH
DRAFT STANDAR AKREDITASI PUSKESMAS REVISI
BAB 5

5.5.6 Ditetapkan dan dilakukan proses untuk menangani outbreak infeksi baik di Puskesmas atau di
wilayah kerja Puskesmas

POKOK PIKIRAN
• Puskesmas menetapkan kebijakan tentang outbreak bagaimana penanggulangan sesuai
dengan wewenangnya, untuk menjamin perlindungan kepada petugas, pengunjung dan
lingkungan pasien
• Kriteria outbreak infeksi terkait pelayanan kesehatan di Puskesmas adalah:
a) terdapat kejadian infeksi yang sebelumnya tidak ada atau sejak lama tidak pernah
muncul yang diakibatkan oleh kegiatan pelayanan kesehatan yang berdampak risiko
infeksi baik di Puskesmas atau di wilayah kerja Puskesmas.
b) peningkatan kejadian 2 kali lipat atau lebih dibanding periode sebelumnya.
c) kejadian dapat meningkat secara luas dalam kurun waktu yang sama
d) kejadian infeksi yang ditetapkan sebagai outbreak oleh pemerintah.
• Dalam  keadaan outbreak disusun dan diterapkan panduan, protokol-protokol kesehatan dan
prosedur yang sesuai untuk mencegah penularan penyakit infeksi
 
DRAFT STANDAR AKREDITASI PUSKESMAS REVISI
BAB 5
5.5.6

Dilakukan identifikasi kemungkinan terjadinya outbreak infeksi baik yang terjadi di


Puskesmas atau di wilayah kerja Puskesmas. (D,W)
01

ELEMEN PENILAIAN ELEMEN PENILAIAN

Jika terjadi outbreak infeksi, dilakukan penanggulangan sesuai dengan


kebijakan, panduan, protokol kesehatan, dan prosedur yang disusun serta 02
dilakukan evaluasi dan tindak lanjut terhadap pelaksanaan
penanggulangan sesuai dengan regulasi yang disusun (D.W)
 
 
KEJADIAN LUAR BIASA DI FKTP ?
1 2 3

Hosts; kondisi pasien


Dipengaruhi virulensi Cara Penularan dan rentan dan kondisi yang
Mikroba pathogen Kondisi yang mempengaruhinya membuat rentan
Manajemen dan Langkah Investigasi KLB
01 Persiapan Lapangan
07 Evaluasi hasil

02 Memastikan KLB
08 Komunikasi hasil temuan

03 Verifikasi Dx

09 Pencegahan dan
Penanggulangan
04 Tetapkan kasus KLB (umumkan)

10 Observasi hasil tindakan

05 Pengolahan Data Deskriptif


11 Kasus dihentikan

06 Buat langkah penanggulangan


 Etiologi agent
 Profilaksis  Modus penularan
 Isolasi  Cara penularan
 Peringatan publik  Sumber kontaminasi
 Tindakan higiene  Populasi berisiko
 Sumber paparan

Gambar 38. Skema penetapan diagnosis KLB


DOKUMEN
1. Dokumen Identifikasi kejadian
outbreak infeksi di Puskesmas
atau di wilayah kerja Puskesmas
2. Bukti penetalaksanaan kejadian
outbreak infeksi
3. Bukti Monitoring dan tindaklanjut
dari penanggulangan kejadian
outbreak infeksi
NOTE
R REKAM MEDIS
BAGUS
BERSIH
RAPIH
1. PENCEGAHAN & PENURUNAN STUNTING
2. PENURUNAN AKI & AKB
3. PENINGKATAN CAKUPAN & MUTU IMUNISASI
4. PROGRAM PENANGGULANGAN TB
5. PENGENDALIAN PENYAKIT TIDAK MENULAR & FAKTOR RISIKO

1. INDIKATOR KEPATUHAN IDENTIFIKASI PASIEN


2. INDIKATOR KKT
3. INDIKATOR KEPATUAHAN PENGGUNAAN APD
4. INDIKATOR IBUHAMIL
5. INDIKATOR TB
6. INDIKATOR KEPUASAAN PASIEN

Sasaran keselamatan pasien:


1. Tidak terjadi salah identifikasi
2. Komunkiasi efektif dalam pelayanan
3. Tidak terjadi kesalahan pemberian obat
4. Tidak terjadi kesalahan prosedur tindakan
5. Pengurangan terjadinya risiko infeksi
6. Tidak terjadinya pasien jatuh
LANGKAH YANG DAPAT DIGUNAKAN
1. TENTUKAN AREA PRIORITAS ( 1, 2, 3)
2. TENTUKAN PRIORITAS MASALAH PADA AREA PRIORITAS
(1. a,b,c 2. a,b,c 3. a, b, c)
3. TENTUKAN INDIKATOR2 NYA (1. a,b,c 2. a,b,c 3. a, b, c)
4. TENTUKAN PENYEBAB2 MASALAH ----ANALISIS
5. TENTUKAN RTL (W5H1)

p
6. LAKUKAN TL

d
7. EVALUASI HASIL TL

c
8. RTL/TL TERHADAP HASIL

a
Indikator :
- bisa merupakan kebijakan Puskesmas atau ambil dari INM bermasalah
- tidak harus selalu 100%
AREA PELAYANAN INDIKATOR LAYANAN KLINIS

AREA PRIORITAS INDIKATOR MUTU YAN NIS


PELAYANAN
P
D TARGET
INDIKATOR PM YANNIS

CAPAIAN

A P D
C ANA EVA RTL TL
PENETAPAN PRIORITAS MASALAH SEBAIKNYA

PENDEKATANNYA DENGAN 6 HAL KESELAMATAN PASIEN

Sasaran keselamatan pasien:


1. Tidak terjadi salah identifikasi
2. Komunkiasi efektif dalam pelayanan
3. Tidak terjadi kesalahan pemberian obat
4. Tidak terjadi kesalahan prosedur tindakan
5. Pengurangan terjadinya risiko infeksi
6. Tidak terjadinya pasien jatuh
Bagaimana kita tahu bahwa perubahan
yang dilakukan adalah perbaikan ?

Dengan cara :

menetapkan dan memilih indikator pengukuran

• Menetapkan ukuran kuantitatif maupun kualitatif untuk menilai apakah perubahan


yang dilakukan membawa perbaikan
• Gunakan sample, yang penting manfaat bukan kesempurnaan, integrasikan pen-
gukuran dengan kegiatan sehari-hari, catat data dari waktu ke waktu untuk meni-
lai perubahan, gunakan baik data kuantitatif maupun kualitatif
Identifikasi KTD,KPC,KNC & KTC
Jadikan 6 Sasaran keselamatan pasien kalimat tanya :
1. Apakah (Tidak) terjadi salah identifikasi ?
2. Adakah Komunkiasi efektif dalam pelayanan berjalan ?
3. Apakah (Tidak) terjadi kesalahan pemberian obat ?
4. Apakah (Tidak) terjadi kesalahan prosedur tindakan
5. Apakah Pengurangan terjadinya risiko infeksi sudah
dilakukan ?
6. Apakah (Tidak) terjadi pasien jatuh ?

Catat, identifikasi, analisis


MENURUT KEMKES
Kinerja yang menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan
kesehatan, yang disatu pihak dapat menimbulkan kepuasan
pada setiap pasien (pelanggan) sesuai dengan tingkat
kepuasan rata-rata penduduk, serta dipihak lain tata cara
penyelenggaraannya sesuai dengan standar dan kode etik
profesi yang telah ditetapkan
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai