Anda di halaman 1dari 22

OMSK + KLOMPLIKASI

PRESENTASI PAPER

COASS FAKULTAS
KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MALAHAYATI
DAN UNIVERSITAS
MUHAMADIAH MEDAN
U AN
PENDAHUL

LATAR BELAKANG

Dalam masyarakat sehari hari sering kita kenal istilah conge, curek, atau
kepokan, untuk menyatakan penyakit radang telinga bagian tengah yang di
tandai dengan keluarnya carian dari liang telinga. Penyakit yang angka
kejadiannya cukup tinggi di masyarakat ini, dalam istilah kedokteran di sebut
OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK (OMSK). Prefalensi dari omsk berfariasi
dari negara ke negara.

WHO mengklasifikasi kan negara yang memiliki prefalensi OMSK yaitu paling
tinggi (.4%) , tinggi (2-4%) ,rendah (1-2%) ,dan paling rendah (-1%) negara
berprefalensi paling tinggi termasuk TANZANIA ,INDIA, kepulauan
solomon ,guam ,aborigin ,australia,dan grandland
TINJAUAN
PUSTAKA
ANATOMI TELINGA
ANATOMI TELINGA LUAR
ANATOMI TELINGA TENGAH
ANATOMI TELINGA DALAM
FISIOLOGI PENDENGARAN

Bagaimana Kita Bisa Mendengar.webm


DEFINISI

Infeksi kronis liang telinga tengah dengan perforasi


membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga
terus menerus atau hilang tibul bila prosesnya >2
bulan.
ETIOLOGI

-Lingkungan
-Genetik
-Otitis media sebelumnya
-Infeksi
-Infeksi saluran nafas atas
-Autoimun
-Alergi
-Gangguan fungsi tuba eusthacius
-Di dahului salesma
SIGN & SIMPTOM

• adanyan sekret berbentuk nanah dan berbau


khas
• polip atau jaringan granulasi di MAE yang berasal
dari dalam telinga tengah
• abses atau fistel netro-aurikular (belakang
telinga)
• otore
• adanya gangguan pendengaran
• nyeri
• vertigo
Klasifikasi

OMSK

Tipe jinak Tipe ganas


(benigna) (maligna)
DIAGNOSIS

Anamnesis Px Fisik Px Penunjang

•Inspeksi • Rontgen
•R/ Bekerja ? •Palpasi • CT Scan
•R/ Trauma ? •Alat (otoskop, • Uji fistula
•Onset ? head lamp, positif
garpu tala) • Darah lengkap
DIAGNOSIS BANDING

 OMA
 OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS EKSASERBASI AKUT
 OTITIS MEDIA AKUT STADIUM PERFORASI
 BROTRAUMA
PENATALAKSANAAN

OMSK TIPE BENIGNA


Medikamentosa : Bila sekret keluar terus menerus di berikan obat pencuci telinga berupa larutan
H2O2 3% sela 3-5hari setelah sekret berkurang di lanjutkan denngan obat tetes telinga yang
mengandung antibiotika dan kortikosteroid. Pada OMSK yang sudah tenang di berikan secara oral
antibiotika dari golongan ampisilin atau eritromisin. Sedangkan OMSK yang di akibatkan oleh
resisten terhadap ampisilin dapat di berikan ampesilin asam klavulanat.
Pembedahan : Miringoplasti & Timpanoplasti

OMSK TIPE MALIGNA


Pembedahan yaitu Mastoidektomi, Timpanoplasti
KOPLIKASI
OMSK

Komplikasi Komplikasi di Kloplikasi di Komplikasi


telinga tengah : telinga dalam: ekstradural: kesusunan saraf
pusat :
PENCEGAHAN
PROGNOSIS

Dengan pengobatan lokal otore dapat


mengering . tetapi sisa perforasi sentral yang
berkepanjangan memudahkan infeksi dari
nasofaring atau bakteri dari meatus eksterna
khusunya terbawa oleh air, penutupan
membran timpani di sarankan.
KESIMPULAN

Otitis media supuratif kronik (OMSK) iyalah infeksi kronik di telinga tengah dengan perforasi
membran timpani dan sekret yang keluar dari telina tengah terus menerus atau hilang timbul.
OMSK dapat terjadi akibat tidak terjadinya resolusi pada OMA. Dimana hal ini akan terjadi
perforasi menetap dan sekret tetap keluar lebih dari satu setengah bulan atau dua bulan. Maka
keadaan ini di sebut sebagai otitis media supuratif kronik (OMSK). Perforasi ini dapat terjadi
karna trauma, iatrogenik, atau karena otitis media akut dengan pengobatan yang lambat.
Prinsipnya penegakan diagnosis OMSK berpedoman atas hasil dari pemeriksaan kelinis
(anamnesis dan pemeriksaan fisik) serta di bantu dengan pemeriksaan penunjang lainnya. Dari
anamnesis di dapatkan riwayat otorea menetap atau berulang lebih dari 2bulan. Terapi OMSK
tipe benigna ialah konservatif atau dengan medika mentosa. Sedangkan prinsip trapi OMSK tipe
maligna ialah pembedahan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Adeleke. 2009. Acoustic Trauma in Handout by Prof. Ogunsote. Penerbit: Academic Press.
Inggris. H. 1-13
2. Agung. 2006. Tuli akibat Bising dalam: Kumpulan Naskah Ilmiah PERHATI. Penerbit: USU
Respiratory. Medan. H. 1-10.
3. Arifiani, N. 2004. Pengaruh Kebisingan terhadap Dunia Kerja. Penerbit: Subdepartemen
Kedokteran Okupasi Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas FKUI. Jakarta. H. 24-28
4. Buchari. 2007. Kebisingan Industri dan Hearing Conversation Program. Penerbit: USU
Respiratory. Medan. H. 1-16
5. James F. 2009. Noise Exposure and Isssue in Hearing Conservation dalam: Jack K,
Handbook of Clinical Audiology, Edisi 6. Penerbit: Lippincott Williams &Wilkins.
Philadelphia. H.678-689.
6. Kersebaum. 1998. Acute Acoustic Trauma - It’s Features and Management . Penerbit: J R
Army Med Corps. Jerman. H. 156-158
7. Komang dkk. 2008. Efek Letusan Senjata Api Ringan terhadap Fungsi Pendengaran pada
Siswa Diktuba Polri dalam: Cermin Dunia Kedokteran. Penerbit: FK Udayana. Bali. H.1-11
8. Lubis, H. 2002. Luka Bakar dan Trauma Akustik dengan Tuli Sementara Karena
Kecelakaan Kerja. Penerbit: USU digital library. Medan. H 1-6.
9. Lutman. 2010. Discussion Paper on Hearing Loss. Penerbit: Veterans. Canada. H. 1-26
10. Prabu, Putra. 2009. Gangguan Pendengaran dan Penyebabnya. http://lingkungan
.infogue.com.gangguan pendengaran dan penyebabnya diakses pada 11 April 2012.
11. Sultan. 2000. Occupational Hearing Loss dalam: Saudi medical Journal. Penerbit: Dhahran
Health Center. Saudi Arabia. H. 523-528
12. Timothy. 2008. Hearing Loss in American Hearing Research Foundation. Penerbit: Gen
Med. Canada. H. 1-7
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai