Anda di halaman 1dari 35

PERKENALAN DAN SELAYANG PANDANG

DOSEN DIKLAT MARITIM

Oleh
Capt. Indra Priyatna

TOT BERBASIS IMO MODEL COURSE 6.09


PUSAT PENGEMBANGAN SDM PERHUBUNGAN LAUT
2019
1
I. PERKENALAN

Nama lengkap : Capt. Indra Priyatna


Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 2 Oktober 1958
Pengalaman kerja :
1. Ka. Sub Seksi Administrasi Pengajaran dan Ka. Seksi Pengajaran dan
Bimbingan Siswa BPLPD (sekarang BP2IP) Barombong: 14 September
1987 sd 28 Juni 2000
2. Ka. KPLKP (sekarang BP2TL): 28 Juni 2000 sd 17 Maret 2003
3. Ka. Bidang Program Pusdiklat Perhubungan Laut: 17 Maret 2003 sd 18
Agustus 2004
4. Ka Sub Direktorat Kepelautan – Ditjen Perhubungan Laut: 18 Agustus
2004 sd 17 Nov 2011
5. Ka. Pusat Pengembangan SDM Perhubungan Laut: 17 November 2011 sd
2014
6. Syahbandar Pelabuhan Utama Tg. Priok Jakarta: 2015
7. Sekarang: Pembina dan Koordinator Program pada Politeknik Maritim
AMI Makassar, Training Supervisor BP2TL, dll
2
II. HAL IHWAL DOSEN (UU No. 14 Tahun 2005)

Pasal 1
Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama
mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan
pengabdian kepada masyarakat.

Pasal 45
Dosen wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat
pendidik, sehat jasmani dan rohani, dan memenuhi kualifikasi lain yang
dipersyaratkan satuan pendidikan tinggi tempat bertugas, serta memiliki
kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

3
II. HAL IHWAL DOSEN (UU No. 14 Tahun 2005)

Pasal 1
Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama
mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan
pengabdian kepada masyarakat.

Pasal 45
Dosen wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat
pendidik, sehat jasmani dan rohani, dan memenuhi kualifikasi lain yang
dipersyaratkan satuan pendidikan tinggi tempat bertugas, serta memiliki
kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

4
Pasal 46
(1) Kualifikasi akademik dosen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45
diperoleh melalui pendidikan tinggi program pascasarjana yang
terakreditasi sesuai dengan bidang keahlian.
(2) Dosen memiliki kualifikasi akademik minimum:
a. lulusan program magister untuk program diploma atau program
sarjana; dan
b. lulusan program doktor untuk program pascasarjana.
(3) Setiap orang yang memiliki keahlian dengan prestasi luar biasa dapat
diangkat menjadi dosen.

5
Pasal 47
(1) Sertifikat pendidik untuk dosen
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45
diberikan setelah memenuhi syarat
sebagai berikut:
a. memiliki pengalaman kerja sebagai
pendidik pada perguruan tinggi
sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun;
b. memiliki jabatan akademik sekurang-
kurangnya asisten ahli; dan
c. lulus sertifikasi yang dilakukan oleh
perguruan tinggi yang
menyelenggarakan program
pengadaan tenaga kependidikan
pada perguruan tinggi yang
ditetapkan oleh Pemerintah.
(2) Pemerintah menetapkan perguruan
tinggi yang terakreditasi untuk
menyelenggarakan program pengadaan
tenaga kependidikan sesuai dengan
kebutuhan. 6
Sertifikasi guru untuk jenjang
pendidikan menengah tingkat
atas (BP2IP atau SMK), pada
masa lalu AKTA IV (sekarang
Pekerti) memiliki bobot 22 SKS.

7
Sertifikasi dosen untuk jenjang pendidikan tinggi (masa lalu)

8
Sertifikasi dosen sekarang

9
Jika akan mengajar / melatih
pada program studi Nautika /
Tehnika / ETO / Radio, maka
sertifikasi guru / dosen untuk
semua jenjang pendidikan
berbasis kepada IMO Model
Course 6.09 dan IMO Model
Course 6.10

10
Jika akan menguji /
menilai pada
program studi
Nautika / Tehnika /
ETO / Radio, maka
sertifikasi guru /
dosen berbasis
kepada IMO
Model Course 3.12

11
Sertifikasi untuk program
diklat SAT Sertifikasi untuk OTTP 12
Pasal 48

(1) Status dosen terdiri atas dosen tetap dan dosen tidak tetap.
(2) Jenjang jabatan akademik dosen-tetap terdiri atas asisten ahli,
lektor, lektor kepala, dan profesor.
(3) Persyaratan untuk menduduki jabatan akademik profesor harus
memiliki kualifikasi akademik doktor.
(4) Pengaturan kewenangan jenjang jabatan akademik dan dosen
tidak-tetap ditetapkan oleh setiap satuan pendidikan tinggi
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

13
III. HAK DAN KEWAJIBAN
DOSEN

Pasal 51

(1) Dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, dosen berhak:


a. memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan jaminan
kesejahteraan sosial;
b. mendapatkan promosi dan penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja;
c. memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugas dan hak atas kekayaan
intelektual;
d. memperoleh kesempatan untuk meningkatkan kompetensi, akses sumber
belajar, informasi, sarana dan prasarana pembelajaran, serta penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat;
e. memiliki kebebasan akademik, mimbar akademik, dan otonomi keilmuan;
f. memiliki kebebasan dalam memberikan penilaian dan menentukan kelulusan
peserta didik; dan
g. memiliki kebebasan untuk berserikat dalam organisasi profesi/organisasi
profesi keilmuan.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai hak dosen sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur dengan Peraturan Pemerintah.

14
Pasal 60

Dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, dosen berkewajiban:


a. melaksanakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada
masyarakat;
b. merencanakan, melaksanakan proses pembelajaran, serta menilai dan
mengevaluasi hasil pembelajaran;
c. meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan
kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni;
d. bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis
kelamin, agama, suku, ras, kondisi fisik tertentu, atau latar belakang
sosioekonomi peserta didik dalam pembelajaran;
e. menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode
etik, serta nilai-nilai agama dan etika; dan
f. memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.

15
Pasal 61
(1) Dalam keadaan darurat, Pemerintah dapat memberlakukan
ketentuan wajib kerja kepada dosen dan/atau warga negara
Indonesia lain yang memenuhi kualifikasi akademik dan kompetensi
untuk melaksanakan tugas sebagai dosen di daerah khusus.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai penugasan warga negara Indonesia
sebagai dosen dalam keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

16
Pasal 67
(1) Dosen dapat diberhentikan dengan hormat dari jabatan sebagai
dosen karena:
a. meninggal dunia;
b. mencapai batas usia pensiun;
c. atas permintaan sendiri;
d. tidak dapat melaksanakan tugas secara terus-menerus selama 12
(dua belas) bulan karena sakit jasmani dan/atau rohani; atau
e. berakhirnya perjanjian kerja atau kesepakatan kerja bersama
antara dosen dan penyelenggara pendidikan.
(2) Dosen dapat diberhentikan tidak dengan hormat dari jabatan sebagai
dosen karena:
a. melanggar sumpah dan janji jabatan;
b. melanggar perjanjian kerja atau kesepakatan kerja bersama; atau
c. melalaikan kewajiban dalam menjalankan tugas selama 1 (satu)
bulan atau lebih secara terus-menerus.

17
IV. TANTANGAN DAN
ANTISIPASINYA

Pasal 60

Dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, dosen berkewajiban:


a. melaksanakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada
masyarakat;
b. merencanakan, melaksanakan proses pembelajaran, serta menilai dan
mengevaluasi hasil pembelajaran;
c. meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan
kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni;
d. bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis
kelamin, agama, suku, ras, kondisi fisik tertentu, atau latar belakang
sosioekonomi peserta didik dalam pembelajaran;
e. menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode
etik, serta nilai-nilai agama dan etika; dan
f. memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.
18
UU No. 14 Tahun 2005, Pasal 60 c
Glozation
Globalization

Globalization is the process of international integration


arising from the interchange of world views, products, ideas and
other aspects of culture 19
Globalization – GATT

GATT =
General Agreement on
Tariffs and Trade

Mulai 1947

Indonesia = Anggota sejak 1950


20
UU No. 14 Tahun 2005, Pasal 60 e

Tantangan bagi dosen


dalam mengikuti perubahan
peraturan

Focus on Competence :
• Human error (systematic
error, semi – systematic error,
faults / blunder) and serious
accidents;
• Changes in attitudes to
technology;
• Transport of pollutants and
passenger trade emphasized.

Safety
21
Standar internasional yang
mengatur kapal, pengoperasian
dan pengawakan kapalnya ada 2
kelompok:
FISHERY
o Kapal penangkap ikan (fishing
STANDARDS
vessel), dan
o Kapal niaga (merchant
vessel).

UN FAO/ILO/IMO FAO
UNCLOS & UNIA 1995 Voluntary Guidelines, Code of Conduct for
Code of Safety for Responsible Fisheries
Fishing Vessels & 1995 & Compliance
Fishermen Agreement 1993

ILO C-188, ILO R-199 and The STCW-F 1995, Torremolinos SFV
ILO C-69 77/93 and Protocol 1993,
London Convention 72 Protocol 96
22
Cara yang dapat ditempuh oleh dosen untuk memahami seluk beluk
Konvensi/peraturan internasional tertentu
antara lain dengan mengikuti
seminar / workshop yang relevan

23
STRUKTUR STCW-F 1995

Attachment-1
Appendix to Regulations
15 Articles
Final Act

Annex Regulations 1 – 4 : Regulations 6 :


4 Chapters Deck Dept Radio Personnel
with
Regulations Regulation 5 : Regulation 7 – 8 :
Engine Dept. Updating Training

I General Provisions

II Certification of skippers, officers,


engineer officer and radio operators
III Basic safety training for all fishing
vessel personnel Regulation 5 : C/E and 2nd/E of >750 kW
IV Watchkeeping C/E, 2nd E di bawah 750 kW, Watchkeeping
engineer dan Rating tidak diatur

Attachment-2
Resolution 1 sd 9
24
Perikanan sebagai bagian dari maritim

Kompetensi Keselamatan awak kapal, Alat tangkap


awak kapal kapal (industri perkapalan)
(dan worker) dan lingkungan

Conservation & management


by FV on the high seas Conservation & management Kesejahteraan
of straddling & high migratory nelayan
fish stocks 25
Pelestarian terumbu karang sebagai bagian dari konservasi maritim

26
Pertanyaan:

Apakah kita
menginginkan urusan
maritim sebagai
penambah sakit
kepala atau sebagai
modal untuk
menyejahterakan
masyarakat?

Contoh
pengembangan
kawasan maritim

27
Budi daya ikan air laut (budi daya mutiara juga sangat penting)

Pengembangan usaha budidaya ikan dalam


keramba jaring apung membutuhkan
pengetahuan, modal dan kontrol yang lebih
besar daripada melakukan penangkapan secara
langsung.
Selain itu, budidaya dengan metode keramba
jaring apung ini membutuhkan perhatian dan
studi pendahuluan tentang kesesuaian lokasi,
baik keterlindungan dari ombak besar dan pola
air serta tingkat kekeruhan.

Keramba Jaring Apung dapat digunakan untuk pembesaran


beberapa jenis perikanan. Selain ikan baronang dan kerapu, ada
beberapa jenis lain yang potensial dikembangkan :
o Udang Putih
o Lobster
o Ikan Napoleon
o Ikan Sunu
o Ikan Lencam Merah
o Kepiting Rajungan. 28
Budi daya rumput laut (sea weed) Dalam meningkatan pendapatan masyarakat
pesisir antara lain dilakukan peningkatan
pengetahuan budidaya dan metode
pengolahan hasil (paska panen) rumput laut
Chlorophyceae (ganggang hijau),
Chyanophyceae (ganggang biru-hijau),
Phaeophyceae (ganggang coklat), dan
Rhodophyceae (ganggang merah). Bentuk
pengolahan rumput laut yang dapat
dikembangkan adalah pengolahan rumput laut
menjadi Chips Alkali Treated Carrageen (ATC)
dan pengolahan industri makanan rumput laut
skala rumah tangga.

Di Indonesia terdapat 5 jenis rumput laut yang


bernilai ekonomis tinggi yaitu: Geledium,
Gelidiella, Hypnea, Euchema dan Gracillaria.
Gracillaria dan euchema merupakan jenis yang
paling banyak dibudidayakan.

Sebagai dosen, apakah yang akan Saudara


lakukan sebagai wujud Tri Darma Perguruan
Tinggi? 29
SEAFARERS STANDARDS
(Kapal Niaga)

ILO C-185, 2003 (Revised), SOLAS Consolidated,


MLC 2006, etc The STCW 1978 as amended, etc

ILO White List IMO White List


30
Dosen perlu memahami cara negara dalam menerapkan hukum/peraturan
internasional untuk kapal bendera negaranya

31
Jika dosen terlibat dalam perkuliahan prodi Nautika, Tehnika, ETO dan atau
Radio GMDSS, maka dosen wajib memahami seluk beluk
The 2010 Manila Amendment to the STCW Convention and Code

32
V. PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. IPTEK dan peraturan pada industri pelayaran terus berkembang dan ukuran kapal
semakin besar sehingga dosen perlu meningkatkan KUPS melalui pendidikan,
kursus, seminar, workshop, dan diskusi ilmiah.
2. Dalam meningkatkan daya saing dan kesejahteraan, diperlukan pemahaman
posisi Indonesia sebagai negara maritim dan sistem logistik terpadu yang
menempatkan dosen sebagai salah satu agent of change yang penting.
3. Menghadapi kapal generasi mendatang (NGV) dan disain pelabuhan yang baru
dalam angkutan manusia dan barang, diperlukan dosen yang mampu
menyesuaikan diri dengan perubahan.
B. SARAN
1. Perkembangan IPTEK dan peraturan tak pernah berhenti sehingga dosen dituntut
untuk terus mengembangkan KUPS sebagai suatu proses yang tak pernah
berakhir (proses belajar sepanjang hayat).
2. Dosen (khususnya pada perguruan tinggi maritim) harus faham dengan konsep
negara maritim dan menguasai mata rantai logistik yang mengadopsi berbagai
pendekatan dan teknologi informasi.
3. Kita perlu mendefinisikan ulang deskripsi tugas dari setiap jenjang jabatan
akademik dosen dan penguji. 33
Maksud saran:
“Kita perlu mendefinisikan ulang
deskripsi tugas dari setiap jenjang
jabatan akademik dosen dan
penguji”.

Di Belanda, kursus singkat program


diklat Radar Observer diuji oleh
Komite Penguji (seperti PUKP di
Indonesia) karena kompetensi terkait
pengoperasian Radar ada dalam
STCW Chapter II.

34
Terima kasih
atas perhatiannya

35

Anda mungkin juga menyukai