Anda di halaman 1dari 21

BAB 13

DETEKSI DAN
PENANGANAN
PENIPUAN
13.1 PENDAHULUAN
PENANGANAN PENGUNGKAPAN MITIGASI SANKSI &
KASUS FAKTA KERUGIAN LITIGASI

PELANGGARAN
AUDIT FORENSIK
KOMPLAIN

DETEKSI AUDIT BERBASIS AUDIT JARINGAN


PENIPUAN RISIKO INVESTIGASI INFORMAN

BAGAN PENDETEKSIAN DAN PENANGANAN TINDAK KECURANGAN


FAKTOR PENYEBAB CEPAT/DETEKSI PENIPUAN LAMBAT

PENIPUAN DETEKSI
DETEKSI CEPAT
LAMBAT

Tidak hati-hati dalam Pandai memanipulasi


KELEBIHAN menutupi fakta/bukti data/sistem
KEPRIBADIAN penipuan pengawasan

KAPASITAS Auditor tidak mampu _ ke


Tim auditor adalah
AUDITOR mengembangkan pertama
sanggup ke fokus audit _
indikasi

Jaringan informan
Jaringan informan relatif berada di luar
EFEKTIFITAS dekat dengan aktor & wilayah praktik
INFORMAN percaya pada pelaku atau diragukan
komitmen auditor kapasitas auditor
13.2.1 AUDIT BERBASIS RISIKO UNTUK DETEKSI PENIPUAN

DEFINISI
Serangkaian kegiatan pengawasan yang terencana, terpadu dan berkesinambungan dalam
rangka pemetaan, pengamatan, verifikasi, dan analisis terhadap semua titik kritis risiko yang
berpotensi menimbulkan fraud.

Pemetaan bertujuan untuk mengidentifikasi titik-titik krisis risiko penipuan

Observasi bertujuan untuk memperdalam semua titik risiko berdasarkan situasi aktual di
lapangan

Verifikasi dan Analisis Data bertujuan untuk memperkuat kesimpulan bahwa penipuan mungkin
ada atau rawan terjadi
Tiga objek untuk menggambarkan berbagai titik kritis risiko, yaitu:
1. Transparansi sistem
2. Konsentrasi aset dan biaya
3. Integritas SDM dan keseimbangan organisasi
1. TRANSPARANSI SISTEM

Sistem yang tidak transparan menutup peluang bagi banyak


orang yang memiliki otoritas atas sistem dan memberikan
masukan kepada sistem yang sedang berjalan

Penipu bermain dalam ruang lingkup sistem yang dapat


menghasilkan keuntungan pribadi baik secara langsung maupun
tidak langsung, seperti :

• Pembelian barang atau jasa


• Pengeluaran uang (tunai & bank) dan pengeluaran rutin
• Biaya berdasarkan proyek / acara
• Penagihan kewajiban dari pelanggan, terutama yang kurang
lancar
• Pengeluaran aset fisik (persediaan atau aset tetap)
2. Konsentrasi Aset dan Biaya

Penipu mengincar banyak aset likuid dan item biaya / anggaran.


Namun tidak jarang korporasi kurang menyadari bahwa sejumlah aset
dan biaya aktual selalu menjadi incaran pelaku. Berbeda dengan
masalah transparansi sistem, dimana para aktor biasanya bergerak
karena melihat peluang dari kelemahan sistem yang tidak transparan,
pada aspek aset dan biaya para aktor telah menetapkan target
sebelum bertindak.
2. Konsentrasi Aset dan Biaya

Apa yang membuat postingan ini rentan terhadap penipuan? Hanya


ada satu alasan, yaitu nilai konsentrasi (tumpukan) yang besar. Hal
ini dapat dijelaskan dalam istilah berikut:
1. Jumlah aset fisik yang relatif banyak, sehingga mudah untuk
berkeliling tanpa diketahui secara langsung.
2. Alokasi anggaran relatif besar, sehingga ada peluang untuk
memanipulasi biaya. Nilai barang relatif tinggi, yang jika berhasil
dimiliki dan dijual di bawah harga pasar tetap dapat memberikan
keuntungan yang fantastis.
3.2.2 Audit Intelijen Untuk Deteksi Penipuan

1. Audit Intelijen

Audit intelijen adalah strategi atau upaya berkelanjutan


untuk membangun jaringan informasi aktual bagi tim
audit dalam rangka mendukung kegiatan audit berbasis
risiko, khususnya untuk mengantisipasi risiko yang
berdampak negatif terhadap organisasi dan mencegah
praktik kecurangan.
1. Audit Intelijen

Intelijen audit meliputi kegiatan berikut:


1. Membangun komunikasi informal
2. Membuka berbagai media komunikasi untuk menerima masukan
dari berbagai pihak
3. Melakukan kegiatan spionase dengan sasaran pihak di luar
perusahaan dalam rangka penugasan audit investigasi
2. KOMUNIKASI AUDIT INFORMAL DENGAN PIHAK INTERNAL

Komunikasi dalam suasana formal merupakan bagian yang


tidak terpisahkan dari korps audit, baik secara lisan
maupun tertulis. Itu karena auditor harus menyampaikan
masalah demi masalah (temuan audit) ditambah
rekomendasi audit dengan penuh kesungguhan, sehingga
urgensi dan implikasinya dapat ditangkap.
3.
Audit Media Untuk Menerima Umpan Balik / Pengaduan

audit center ini merupakan pelapis/pelengkap


perkembangan komunikasi informal . Jika komunikasi
informal menjangkau kalangan yang sangat terbatas,
maka penyedia media pengaduan akan memberikan akses
yang lebih terbuka, namun tetap harus menjaga
kerahasiaan identitas narasumber dan materi yang
disampaikan.
3. Audit Media Untuk Menerima Umpan Balik / Pengaduan

Di era telematika yang semakin canggih ini, tidak sulit untuk memberikan pilihan
media yang beragam. Mulai dari PO box, no kontak (call center ), alamat email,
hingga website/blog khusus. Hanya bagaimana menangani semua keluhan media
yang mencakup 3 aspek berikut:

1. Menginformasikan keberadaan semua media ini kepada berbagai pemangku


kepentingan dengan risiko bahwa para pemain juga akan mengetahuinya

2. Mendorong pemberani yang memiliki informasi untuk memanfaatkan media ini


dengan kompensasi berupa jaminan kerahasiaan identitas sumber atau
jaminan bebas dari keterlibatan.

3. Menangani setiap informasi penting yang masuk dengan cepat, menanggapi


informan.
13.2.3
Indikasi Awal dan Audit Investigasi
Delik aduan dapat dikatakan sebagai indikasi awal sepanjang
memiliki 2 alat bukti sebagai berikut:

1. Penalti

2. Bukti fisik

Indikasi awal yang dapat dianggap kuat jika terdiri dari kombinasi
berikut:

3. Minimal 1 saksi + 1 bukti fisik

4. Setidaknya 2 bukti fisik yang telah diuji

5. Minimal 2 orang saksi yang bisa menjelaskan secara spesifik


tentang praktik penipuan
13.2.3
Indikasi Awal dan Audit Investigasi
Audit Investigasi adalah suatu bentuk pemeriksaan khusus berupa
rangkaian pemeriksaan yang bertujuan untuk memastikan
kebenaran suatu tindakan kecurangan, dimana pemeriksaan
tersebut dilakukan berdasarkan adanya indikasi awal.

Audit investigatif perlu dibagi menjadi 2 tahap:

1. Pendalaman indikasi dimana indikasi awal tidak cukup untuk


menyimpulkan benar atau tidaknya tindakan fraud

2. Konfrontasi kepada Pelaku, dimana indikasi awal sudah cukup


untuk mengarahkan penyidikan kepada pelaku
13.2.3 Indikasi Awal dan Audit Investigasi

Hal-hal yang perlu diperhatikan dari metode atau proses audit


investigatif adalah:

1. Audit investigatif mungkin tidak langsung mengarah pada


calon tersangka, tetapi dimulai dengan mengumpulkan saksi
dan bukti kuat untuk kemudian dihadapkan pada pelaku.

2. Pengumpulan informasi dari saksi dan bukti fisik dari berbagai


pihak perlu berjalan secara paralel. Karena itu, audit
investigasi harus dilakukan secara tim.

3. Wawancara pada tahap pendalaman bersifat indikatif


(dengan saksi) yang harus dilakukan secara persuasif.
13.2.3
Indikasi Awal dan Audit Investigasi
4) Mengantisipasi kemungkinan proses litigasi (dibawa ke
pengadilan), dari tahap penyidikan semua bukti (termasuk
keterangan saksi dan pelaku) harus didokumentasikan secara
tertulis.

5) Rekomendasi sanksi dari tim investigasi tidak boleh masuk ke


ranah interpretasi sanksi berdasarkan peraturan perusahaan/
undang-undang ketenagakerjaan .
13.3 Perlakuan Penipuan

Setelah audit investigatif menyelesaikan pekerjaannya dan

menarik kesimpulan bahwa telah terjadi kecurangan dan

diketahui siapa pelakunya, modus operandinya dan besarnya

kerugian, maka harus ada kelanjutan atau penanganan kasus

tersebut.
13.3.1 menangani pengaduan pelanggaran dan audit forensik
Banyak kasus yang ditangani oleh Internal Audit sebenarnya
bukan murni “keringat” tim audit, namun ada pula yang
diprakarsai oleh seseorang yang berani mengungkapkannya
(whistle blower). Pengaduan dapat datang dari banyak pihak,
baik internal maupun eksternal (pelanggan, klien, pemasok,
masyarakat), yang sebenarnya dapat dikategorikan sebagai
berikut:

1. Pengaduan yang langsung ke Audit Internal


2. Pengaduan tidak langsung yang datang melalui personel atau
unit kerja lain
3. Keluhan tidak langsung melalui "surat anonim"
4. Pengaduan tidak langsung dari pelaku yang merasa dirinya
terancam
13.3.1 menangani pengaduan pelanggaran dan audit forensik
Audit Forensik (Audit Forensik) merupakan bentuk Audit Khusus berupa rangkaian
pendalaman materi fraud untuk mengukur sejauh mana kasus dan kecukupan bukti
dalam rangka mengarahkan kasus kepada saksi, atau lebih lanjut bertujuan untuk
mengantisipasi jika terjadi fraud. kasus harus dibawa ke proses litigasi (ke jalur
hukum).

Audit Forensik pada dasarnya juga terdiri dari kegiatan Audit Investigasi, dimana
indikasi awal adalah hasil Audit Investigasi yang ada.

Setidaknya ada 3 alasan mengapa Audit Forensik diperlukan (dalam pembahasan Audit
Investigasi disebut sebagai "Risiko Menyebar") :
1. Kemungkinan kecurangan 'menyebar' ke lingkup lain (data, pelaku, lokasi, modus)
atau berdampak sistemik
2. Penipuan menyebabkan sanksi berat, di mana persyaratan hukum formal harus
dipenuhi secara memadai
3. Akibat penipuan dibawa ke ranah hukum terutama yang diajukan oleh para
pelakunya, baik berdasarkan UU Ketenagakerjaan maupun Hukum Positif
(Perdata/Pidana)
13.3.2 Penanganan Implikasi Penyelesaian Kasus
Ada 3 isu yang sering menjadi pertanyaan banyak pihak di dalam perusahaan, yaitu:

1) Bagaimana bentuk (modus) pelanggaran yang dilakukan pelaku, sehingga


dikatakan penipuan?

2) Berapa kerugian perusahaan dari kecurangan yang dilakukan oleh para pelakunya?

3) Apakah sanksi yang dijatuhkan kepada setiap pelaku cukup untuk setiap tingkat
keterlibatan dalam suatu tindakan fraud?

Menyadari tuntutan realistis tersebut, ada 3 hal yang perlu dilakukan seperti:

4) “ Gelar Perkara ”

5) “ Mitigasi Kerugian ”

6) “ Rekomendasi Sanksi ”
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai