24 Januari 2022
Sistimatika
1. PENDAHULUAN
2. EPIDEMIOLOGI
3. INTERAKSI TB - HIV
4. TERAPI PENCEGAHAN TUBERKULOSIS
1.
PENDAHULUAN
DOTS
Epidemi TB
Epidemi HIV
Pandemi COVID-19
2. Epidemiologi
Indonesia memiliki
beban yang berat
pada kasus TB,
MDR/RR-TB dan TB/
HIV
Kumar, Abbas, Aster. Robbins and Cotran pathologic basis of diseases. 9 th ed. Philadelphia: Elsevier Saunders; 2015: hlm 372.
Respon Imun terhadap Infeksi HIV
Kumar, Abbas, Aster. Robbins and Cotran pathologic basis of diseases. 9 th ed. Philadelphia: Elsevier Saunders; 2015: hlm 247.
Perjalanan Penyakit TB-HIV
– TB yang tidak diobati:
– 50% meninggal
– 30% sembuh sendiri
– 20% penyakit kronis menular
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan RI. Petunjuk teknis
tatalaksana klinis ko-infeksi TB-HIV. Jakarta. 2012
3. Interaksi TB-HIV
■ TB mempercepat perjalanan infeksi HIV
■ Pasien dgn koinfeksi TB-HIV mempunyai viral load sekitar
1 log lebih besar daripada pasien tanpa TB
■ Angka mortalitas pada ko-infeksi TB-HIV k.l. 4 x lebih besar
daripada pasien dengan hanya TB sendiri
Interaksi TB-HIV
HIV merupakan faktor risiko utama menyebabkan TB aktif
Jumlah progresi menjadi TB aktif:
> 40 % pada pasien dengan HIV
5 % pada pasien tanpa HIV
Risiko reaktifasi infeksi TB:
2.5-15 % setiap tahun pada pasien dgn HIV
< 0.1 % setiap tahun pada pasien tanpa HIV
‘Dangerous-Couple’ Model TB-HIV
Shankar EM, Vignesh R, Ellegard R, Barathan M, Chong YK, Bador MK, et al. HIV-Mycobacterium tuberculosis co-infection: a ‘danger-couple
model’ of disease pathogenesis. Pathog Dis. 2014; 70: hlm. 110-8.
Alur tatalaksana HIV
Tes HIV
Dalam upaya mencegah dan menurunkan beban TBC, terapi pencegahan tuberkulosis perlu diberikan
pada kelompok sasaran sebagai berikut:
1. ODHIV berusia ≥12 bulan yang tidak memiliki TBC termasuk ODHIV dalam pengobatan ART,
ibu hamil dan ODHIV yang telah menyelesaikan terapi OAT.
2. ODHIV berusia <12 bulan yang tidak memiliki TBC, namun memiliki riwayat kontak dengan
pasien TBC.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum pemberian TPT
a. Riwayat penyakit
b. Riwayat pengobatan: informasi mengenai riwayat pengobatan untuk membantu
dalam pemilihan regimen TPT yang tepat sesuai dengan kondisi komorbid.
c. Pemeriksaan fungsi hati
d. Situasi sosial dan finansial
e. Konseling kepatuhan pasien dalam minum obat melalui pendekatan 5M
(menilai, menyarankan, menyetujui, menyepakati dan merencanakan
Pencatatan dan Pelaporan
Ikhtisar Follow-Up
Paduan TPT 6H dan 3HP
Paduan 3HP KDT yang akan digunakan pada ODHIV
Pemantauan dan Evaluasi TPT saat kontrol
A. Evaluasi gejala yang mengarah pada sakit TBC. Gejala tersebut adalah batuk, demam, keringat di malam
hari dan penurunan berat badan.
B. Evaluasi Tanda dengan melakukan pemeriksaan fisik: berat badan, suhu tubuh, tanda ikterus dan
pembesaran kelenjar getah bening. Khusus untuk anak usia ≤ 5 tahun, kurva pertumbuhan datar atau berat
badan sesuai usia sebesar < -2 Z-skor dianggap merupakan tanda TBC.
C. Efek samping obat
D. Kepatuhan ODHIV dalam minum TPT melalui pendekatan 5M (menilai, menyarankan, menyetujui,
menyepakati dan merencanakan).
E. Ada tidaknya dukungan sosial pada ODHIV selama masa pengobatan TPT dari keluarga dan/atau
pendampingan dari komunitas/kader.
F. Setelah ODHIV menyelesaikan pengobatan TPT, pemantauan gejala TBC dan pemeriksaan fisik tetap harus
dilakukan selama kunjungan pengobatan rutin.
Manajemen dan Efek Samping TPT
Yang perlu diperhatikan terkait pemeriksaan Fungsi Hati
A. Pemeriksaan fungsi hati (SGOT/SGPT) pada ODHIV tidak menjadi prasyarat untuk memulai TPT. Pemeriksaan
fungsi hati dapat dilakukan sejalan dengan pemberian TPT.
B. Pemeriksaan fungsi hati dilakukan bila ada kecurigaan hepatitis aktif berdasarkan gejala klinis (lemah, lesu,
hilang nafsu makan, mual, muntah) atau pada individu yang memiliki faktor risiko seperti riwayat penyakit hati,
alcoholism, penyakit hati kronis, usia lebih dari 35 tahun dan kehamilan atau masa nifas (dalam waktu 3 bulan
setelah melahirkan).
C. Pemberian TPT pada ODHIV harus dihentikan apabila hasil pemeriksaan menunjukan transaminase meningkat
≥3 kali batas atas normal disertai gejala awal hepatitis (lemah, lesu, hilang nafsu makan, mual, muntah) atau
meningkat 5 kali dari batas atas normal.
Tatalaksana Pemberian Dosis TPT yang Terlewat
1. Paduan 6H
2. Paduan 3HP
Interaksi Obat TPT pada ODHIV
■ Penelitian menunjukkan tidak adanya interaksi obat yang signifikan antara rifapentine dengan
rejimen ARV berbasis NNRTI efavirenz dan INSTI raltegravir. Tidak ada interaksi obat yang
signifikan antara rifapentine dan regimen ARV yang mengandung abacavir (ABC), emtricitabine
(FTC), tenofovir-disoproxil fumarate (TDF), lamivudine (3TC), or zidovudine (AZT). Efavirenz
atau regimen berbasis raltegravir yang digunakan dengan kombinasi dengan ABC/3TC atau
TDF/FTC dapat digunakan bersamaan dengan 3HP.
■ Dalam penelitian awal, paduan 3HP yang diberikan bersamaan dengan dolutegravir (DTG)
menyebabkan efek samping serius pada 2 dari 4 subyek penelitian yang sehat. Pada fase penelitian
berikutnya, dilakukan pemberian paduan 3HP dan DTG pada pasien dewasa dengan HIV. Penelitian
ini melaporkan toleransi obat yang baik, penekanan viral load, tidak terjadinya efek samping berat
(adverse event Grade> 3) yang terkait dengan paduan 3HP, dan tidak menunjukkan bahwa
rifapentine mengurangi tingkat dolutegravir sehingga tidak memerlukan penyesuaian dosis.
Terima Kasih