• Studi ini memiliki keterbatasan meskipun relevansi temuan tersebut bagi para pemangku
kepentingan di negara-negara berkembang dalam prosesnyamenerapkan sistem e-learning.
Fokus penelitian adalah partisipan di negara berkembang. Ada beberapa kesamaan dalam
temuan itupenelitian ini dengan penelitian sebelumnya yang hanya berfokus pada negara
maju. Tantangan mendesak yang dihadapi oleh pengembangannegara (misalnya,
infrastruktur, politik, budaya, dll.) tidak sama dengan yang dimiliki oleh negara maju. Temuan
penelitian mungkin tidaklangsung berlaku untuk pemangku kepentingan di negara maju.
Karena peluang e-learning di negara maju dapat diaksespemangku kepentingan di negara
berkembang (misalnya, gelar online), temuan studi harus memiliki arti penting di antara
pemangku kepentingan di negara maju
Kesimpulan
• Studi ini menemukan enam dimensi untuk menerapkan sistem e-learning di negara
berkembang, termasuk karakteristik peserta didik,karakteristik instruktur, kualitas
institusi dan layanan, kualitas infrastruktur dan sistem, kualitas kursus dan informasi,
dan ekstrinsikmotivasi. Berdasarkan hasil, dimensi yang paling penting bagi ahli TIK
adalah karakteristik peserta didik sedangkan infrastruktur dankualitas sistem adalah
dimensi yang paling penting dari perspektif fakultas. Studi ini juga mengungkapkan
setidaknya 20 faktor penting untuk elearningsukses di negara-negara berkembang
baik dari ahli TIK dan perspektif fakultas. Untuk pakar TIK, karakteristik peserta didik
dan instrukturadalah faktor yang sangat penting. Untuk fakultas, infrastruktur dan
kualitas sistem adalah pertimbangan terpenting untuk e-learningkesuksesan.
Penelitian masa depan harus memeriksa hasil studi dan fokus pada kelompok
pemangku kepentingan yang berbeda (misalnya, peserta didik,
administrator),pemangku kepentingan dalam konteks yang berbeda, serta bagaimana
hasilnya dapat berubah dari waktu ke waktu.