Anda di halaman 1dari 34

PENYUSUNAN DOKUMEN

POLA TATA KELOLA


BADAN LAYANAN UMUM DAERAH

1
Tata kelola (governance) adalah sistem dan proses
untuk memastikan akuntabilitas yang tepat dan
keterbukaan dalam menjalankan organisasi bisnis

Tata Kelola BLUD merupakan rangkaian


proses, kebijakan, aturan, dan institusi yang
memengaruhi pengarahan, pengelolaan, serta
pengontrolan.

2
M UATA N D OKU M E N TATA K E LO LA B LU D

Permendagri 79 Tahun 2018, Pasal 39 menyatakan bahwa “Pola tata


kelola sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 memuat:

a. Kelembagaan (struktur organisasi)

b. prosedur kerja;

c. pengelompokan fungsi; dan

d. pengelolaan sumber daya manusia (Penerimaan Pegawai,


Penempatan, Sistem Remunerasi, Jenjang Karir, Pembinaan termasuk
Sistem Reward dan Punishment, serta Pemutusan Hubungan Kerja)
3
M UATA N D OKU M E N TATA K E LOL A . . . .. . . .. . .. . . .

Tambahan persyaratan sesuai Surat Edaran Menteri Dalam Negeri


Nomor : 900/2759/SJ/2008 Tanggal 10 September 2008 perihal
Pedoman Penilaian Penerapan PPK-BLUD

4. Sistem Akuntabilitas Berbasis Kinerja


5. Kebijakan Keuangan (Kebijakan mengenai tarif berdasarkan
unit cost dan subsidi, sistem akuntansi dan keuangan)
6. Kebijakan pengelolaan lingkungan dan limbah

4
KEPALA
UPT PUSKESMAS
KPA/KPB
Sub Bagian TU/Umum dan
Kepegawaian

1. Struktur Organisasi
Staf Urusan Staf Urusan Staf Urusan

Pengurus Bendahara
memuat posisi jabatan, pembagian Kelompok
Jabatan
Barang
Pembantu
Fungsional

tugas, fungsi, tanggung jawab, Penanggungjawab Penanggungjawab


UKM UKP

hubungan kerja dan wewenang Perbaikan BPU

Promkes BPG

P2M & PTM KIA

KESLING LAB

KES. O.R KONSELING

UKK FARMASI

UKS

BATTRA/TOGA

KEL.SIAGA Sesuai Permenkes 75 Tahun 2014


YANDU

YANDU LANSIA
5
UKGMD
Penilaian Struktur Organisasi

No URAIAN Nilai

1. Ada Struktur dan Lengkap, sesuai Permendagri 61 10


Tahun 2007

2. Ada struktur, kurang lengkap 6

3. Tidak ada struktur 0

6
2. Prosedur Kerja

menggambarkan wewenang atau tanggungjawab masing-masing


jabatan dan prosedur yang dilakukan dalam pelaksanaan tugas

No URAIAN Nilai

1. Ada prosedur yang lengkap 10


2. Ada wewenang dan tanggungjawab, namun prosedur pelaksanaan 6
tugas tidak lengkap

3. Ada prosedur kerja,tetapi tidak ada wewenang dan tanggungjawab 4

4. Tidak ada prosedur kerja 0

7
Standar Operasional Prosedur (SOP) merupakan elemen penilaian untuk akreditasi
puskesmas.  
Pengertian SOP:
SOP adalah serangkaian instruksi tertulis yang dibakukan mengenai berbagai
proses  penyelenggaraan aktivitas organisasi, bagaimana dan kapan harus
dilakukan dimana dan oleh siapa dilakukan.
Tujuan SOP :
1. Agar proses kerja rutin terlaksana efisien, efektif, konsisten & aman
2. Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan melalui pemenuhan standar yg
berlaku.
Manfaat  :
3. Memenuhi persyaratan standar pelayanan Puskesmas
4. Mendokumentasi langkah-langkah kegiatan
5. Memastikan staf Puskesmas memahami bagaimana melaksanakan pekerjaannya
( SOP  pemberian informasi, SOP pemasangan infus, SOP pemindahan pasien, dll
8
3. Pengelompokan Fungsi Yang Logis
merupakan stuktur organisasi yang logis dan sesuai dengan
prinsip pengendalian intern

No URAIAN Nilai

1. Ada pengelompokan fungsi yang logis dan lengkap 10

2. Ada pengelompokan fungsi yang logis tetapi penempatannya tidak 6


sesuai

3. Tidak ada pengelompokan fungsi yang logis 0

9
4. Pengelolaan SDM
• Menggambarkan tata kelola kepegawaian antara lain penerimaan pegawai,
penempatan, sistem remunerasi,jenjang karir, pembinaan termasuk sistem
reward dan punishment, pemutusan hubungan kerja

No URAIAN Nilai
1. Pengelolaan SDM yang lengkap 10
2. Pengelolaan SDM yang lengkap, kecuali kebijakan pemutusan hubungan 8
kerja
3. Pengelolaan SDM yang lengkap, kecuali kebijakan pemutusan hubungan 6
kerja, dan pembinaan

4. Pengelolaan SDM yang lengkap, kecuali kebijakan pemutusan hubungan 4


kerja, pembinaan dan jenjang karir
5. Pengelolaan SDM hanya memiliki kebijakan rekruitmen, penempatan dan 2
sistem remunerasi

6. Tidak ada sama sekali 0

10
Contoh Tata Kelola Sumber Daya Manusia
A. Pengadaan Pegawai BLUD
1. Perencanaan Pengadaan Pegawai
1.1. Mekanisme Pengadaan Pegawai CPNS
1.2. Mekanisme Pengadaan Pegawai Non PNS (pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja)
1.3. Pengumuman Pengadaan Pegawai
2. Pengangkatan Pegawai Tidak Tetap Non PNS (pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja)
3. Surat Perjanjian Kerja dan Pernyataan Kerja
4. Pengangkatan Pegawai Tetap Non PNS (pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja)
5. Nomor Induk Pegawai Non PNS (pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja)
B. Hak dan Kewajiban
1. Hak
2. Kewajiban
C. Pembinaan Karir
1. Pengangkatan dan Kenaikan Golongan Pegawai PNS
2. Pengangkatan dan Kenaikan Golongan Pegawai Tetap Non PNS
3. Penangguhan atau Penundaan Kenaikan Golongan
4. Kenaikan Golongan dalam Tugas Belajar atau Ijin Belajar dan Penyesuaian Ijasah
D. Remunerasi
E. Hari Kerja, Waktu Kerja, Istirahat dan Lembur
F. Izin, dan Cuti Pegawai BLUD
G. Kesejahteraan Pegawai BLUD
H. Disiplin Pegawai BLUD
I. Pensiun dan Pemutusan Hubungan Kerja 11
5. Sistem Akuntabilitas Berbasis Kinerja
• Menggambarkan adanya peraturan-peraturan mengenai sistem akuntabilitas
kinerja

No URAIAN Nilai

1. Adanya sistem akuntabilitas kinerja yang lengkap sesuai dengan peraturan yang berlaku 10

2. Adanya sistem akuntabilitas namun tidak ada kaitannya dengan RPJMD 8

3. Adanya sistem akuntabilitas namun tidak memiliki alat ukur kinerja 4

4. Adanya sistem akuntabilitas,namun tidak memiliki alat ukur dan tidak berhubungan dengan 2
renstra bisnis

5. Tidak ada sama sekali 0

12
Sistem Akuntabilitas Puskesmas

Manajemen Manajemen
Kelembagaan Keuangan
Mutu Pelayanan Operasional

Permendagri 13/2006
Permenkes 46/2015 Permenkes 44/2016 ttg Pedoman
Permenkes 75/2014 ttg Akreditasi ttg Manajemen
ttg Puskesmas Pengelolaan Keuangan
Puskesmas, Klinik Puskesmas Daerah
Pratama, Tempat
Praktek Mandiri Dokter,
dan Tempat Praktek Permendagri 79/2018
Mandiri Dokter Gigi ttg Badan Layanan
Umum Daerah

13
6. Kebijakan Keuangan
• Kebijakan Keuangan mengenai tarif berdasarkan unit cost
dan subsidi, sistem akuntansi dan keuangan

No URAIAN Nilai

1. Adanya sistem pengelolaan keuangan akrual (SAK) yang lengkap & kebijakan tarif 10
berdasarkan unit cost

2. Adanya sistem pengelolaan keuangan (SAP) dan memiliki kebijakann tarif berdasarkan 8
unit cost
3. Menggunakan sistem keuangan (SAK atau SAP) tetapi tidak memiliki kebijakan tarif yang 6
sesuai dengan unit cost
4. Ada sistem pengelolaan keuangan tetapi tidak menggunakan sistem akuntansi berbasis 4
SAP

5. Adanya kebijakan tarif berbasis unit cost tetapi tidak memiliki sistem akuntansi dan 2
keuangan

6. Tidak ada sistem keuangan dan kebijakan tarif 0

14
Kebijakan Keuangan

Sistem Akuntansi
yaitu metode dan prosedur untuk mencatat
dan melaporkan informasi keuangan yang
disediakan bagi perusahaan atau suatu
organisasi bisnis.
Kebijakan Akuntansi

Penyajian Pengukuran Pengakuan Definisi


yaitu prinsip, dasar, konvensi, peraturan dan
praktik tertentu yang diterapkan entitas dalam
penyusunan dan penyajian laporan keuangan
Kebijakan Tarif
yaitu sebagian atau seluruh biaya
penyelenggaraan kegiatan pelayanan di Analisis
Puskesmas yang dibebankan kepada masyarakat Biaya

sebagai imbalan atas jasa yang diterimanya


15
7. Kebijakan Pengelolaan Lingkungan & Limbah
• adalah kebijakan tentang tatacara/aturan pengelolaan lingkungan dan limbah
dalam usaha tercapainya kesehatan lingkungan baik internal maupun eksternal.

No URAIAN Nilai
1. Ada kebijakan mengenai pengelolaan limbah dan lingkungan yang lengkap (kimia, fisik, biologi) 10

2. Ada kebijakan pengelolaan limbah dan lingkungan kimia dan fisik 8

3. Ada kebijakan pengelolaan limbah dan lingk. kimia saja,bilogi saja atau fisik saja 6

4. Ada pengelolaan limbah tetapi tidak ada pengelolaan lingkungan 4

5. Ada pengelolaan lingkungan tetapi tidak ada pengelolaan limbah 2

6. Tidak ada kebijakan pengelolaan limbah dan lingkungan 0


16
Contoh
Limbah Puskesmas
Limbah puskesmas adalah semua limbah baik
yang berbentuk padat,cair maupun gas yang
berasal dari kegiatan puskesmas baik kegiatan
medis maupun non medis yang kemungkinan
besar mengandung mikroorganisme, bahan kimia
beracun dan radioaktif
Kategori Limbah Medis
1. Limbah benda tajam, adalah materi padat yang memiliki sudut
kurang dari 90 derajat, dapat menyebabkan luka iris atau
tusuk, misalnya : Jarum suntik; Kaca sediaan (preparat
glass); Infus set; Ampul/vial obat, dll.

2. Limbah infeksius, adalah limbah yang diduga mengandung


patogen (bakteri, virus, parasit, dan jamur) dalam jumlah
yang cukup untuk menyebabkan penyakit pada penjamu
yang rentan, misalnya : Kultur dan stok agen infeksius dari
aktifitas laboratorium; Limbah hasil operasi atau otopsi dari
pasien yang menderita penyakit menular; Limbah pasien
yang menderita penyakit menular dari bagian isolasi; Alat
atau materi lain yang tersentuh orang sakit.
3. Limbah Patologis, adalah limbah yang berasal dari jaringan
tubuh manusia, misalnya : organ tubuh, janin dan darah,
muntahan, urin dan cairan tubuh yang lain.

4. Limbah Farmasi, adalah limbah yang mengandung bahan-


bahan farmasi, misalnya : mencakup produk farmasi, obat,
vaksin, serum yang sudah kadaluwarsa, tumpahan obat, dll;
Termasuk sarung tangan, masker, dll.

5. Limbah Kimia, adalah limbah yang mengandung zat kimia


yang berasal dari aktifitas diagnostic, pemeliharaan
kebersihan, dan pemberian desinfektan, misalnya :
formaldehid, zat kimia fotografis, solven, dll.
6. Limbah Kemasan Bertekanan, adalah limbah medis yang
berasal dari kegiatan di instansi kesehatan yang
memerlukan gas, misalnya : gas dalam tabung, carteidge
dan kaleng aerosol

7. Limbah Logam Berat, adalah limbah medis yang mengandung


logam berat dalam konsentrasi tinggi termasuk dalam
sub kategori limbah berbahaya dan biasanya sangat
toksik, misalnya : Limbah logam merkuri yang berasal
dari bocoran peralatan kedokteran (thermometer, alat
pengukur tekanan darah).
Dampak Limbah Medis
Terhadap Kesehatan

1.Melalui tusukan, lecet, atau luka di kulit;


2.Melalui membrane mukosa;
3.Melalui pernafasan dan melalui ingesti
Prinsip Pengelolaan Limbah Medis.
1. The “Polluter Pays” principle (prinsip “pencemar yang
membayar”). Artinya bahwa melalui prinsip tersebut
diatas bahwa semua penghasil limbah secara hukum dan
financial bertanggungjawab untuk menggunakan metode
yang aman dan ramah lingkungan dalam pengelolaan
limbah.

2. The “Precautionary” principle (prinsip “Pencegahan”)


merupakan prinsip kunci yang mengatur perlindungan
kesehatan dan keselamatan melalui upaya penanganan
yang secepat mungkin dengan asumsi risikonya dapat
menjadi cukup signifikan.
Prinsip-Prinsip..

3. The “duty of care” principle (prinsip “kewajiban untuk


waspada”) bagi yang menangani atau mengelola limbah
berbahaya karena secara etik bertanggung jawab untuk
menerapkan kewaspadaan tinggi.

4. The “proximity” principle (prinsip “kedekatan”) dalam


penanganan limbah berbahaya untuk meminimalkan
risiko dalam pemindahan.
Teknik Pengelolaan Limbah Medis Tajam
(1) Safety Box.

Alternative 1 : Jarum dan syringe langsung dimasukkan ke


dalam safety box pada setiap selesai satu penyuntikan;
setelah penuh, safety box dan isinya dikirim ke sarana
kesehatan lain yang memiliki incinerator dengan suhu
pembakaran minimal 1000⁰C atau memiliki alat
pemusnah carbonizer.

Alternatif 2 : Jarum dan syringe langsung dimasukkan ke


dalam safety box pada setiap selesai satu penyuntikan;
Setelah penuh, safety box dan isinya ditanam di dalam
sumur galian yang kedap air (silo) atau needle pit yang
lokasinya didalam area unit pelayanan kesehatan.
(2) Needle Cutter.

Alternatif 1: Jarum dipatahkan dengan needle cutter pada


setiap selesai satu penyuntikan; Potongan jarum yang
terkumpul di dalam needle collection container
dimasukkan ke dalam safety box, kemudian
dilanjutkan dengan proses penanganan seperti yang
dijelaskan dalam penanganan menggunakan safety
box.
(2) Needle Cutter.
Alternatif 2 : Jarum dipatahkan dengan needle cutter pada setiap
selesai satu penyuntikan; Potongan jarum yang terkumpul di
dalam needle collection container dimasukkan ke dalam needle
pit; Syringe bekas pakai didisinfeksi dengan menggunakan
larutan sodium hipoklorit 5% dan direndam selama 30 menit,
sehingga syringe telah steril dan dapat didaur ulang. Pembuatan
needle pit dapat dilakukan dengan bahan buis beton diameter
60 cm panjang a meter ataupun pipa PVC dengan diameter
minimal 4 inchi panjang 3 meter. Untuk needle pit dengan buis
beton sepanjang 60 cm ditanam dan ditutup dengan bahan
beton tetapi menyediakan lubang untuk memasukkan needle.
Sedangkan untuk needle pit dengan pipa PVC ditanam
sepanjang 2,5 meter dan ditutup dengan dop ulir PVC yang
sewaktu-waktu dapat dibuka bila akan memasukkan needle.
Teknik...

(3) Needle Burner.


Alternatif yang bisa dilakukan adalah : Jarum dimusnahkan dengan
needle burner langsung pada setiap selesai satu penyuntikan;
Syringe selanjutnya diproses seperti dijelaskan dalam penanganan
dengan needle cutter; Hasil proses pemusnahan dengan needle
burner dimasukkan ke dalam kantong plastic warna hitam,
karena sudah tidak infeksius; Sisa proses bersama kantong
plastiknya langsung dibawa ke tempat penampungan sementara
limbah domestic.
Limbah Non Medis
1. Limbah Padat Non Medis
Limbah yang dihasilkan berupa kertas, karton, kaleng, botol, sisa
makanan, sisa kemasan, kayu, logam, daun, serta ranting, dan
sebagainya.
2. Limbah Cair Non Medis
Limbah cair non medis merupakan limbah puskesmas yang berupa :
Kotoran manusia seperti tinja dan air kemih yang berasal dari kloset dan
peturasan di dalam toilet atau kamar mandi. Air bekas cucian yang
berasal dari lavatory, kitchen sink, atau floor drain dari ruangan-
ruangan di puskesmas.
3. Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (Limbah B3)
adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung bahan
berbahaya dan/atau beracun yang karena sifat dan/atau
konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun
tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusakkkan
lingkungan hidup, dan/atau dapat membahyakan lingkungan hidup,
kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain. 29
Klasifikasi Limbah B3 Puskesmas

1. Limbah Infeksius
Limbah infeksius adalah limbah yang diduga mengandung
patogen (bakteri, virus, parasit, atau jamur) dalam konsentrasi
atau jumlah yang cukup untuk menyebabkan penyakit pada
penjamu yang rentan.  
2. Limbah Patologis
Limbah patologis terdiri dari jaringan, organ, bagian tubuh, janin
manusia dan bangkai hewan, darah dan cairan tubuh.
3. Limbah Benda Tajam
Benda tajam merupakan materi yang dapat menyebabkan luka
iris atau luka tusuk antara lain jarum, jarum suntik, skalpel dan
jenis belati lain, pisau, peralatan infus, gergaji, pecahan kaca,
dan paku. Baik terkontaminasi maupun tidak, benda semacam
itu biasanya dipandang sebagai limbah yang sangat berbahaya.
4. Limbah Farmasi
Limbah farmasi mencakup produk farmasi, obat-obatan, vaksin, dan
serum yang sudah kedaluwarsa, tidak digunakan, tumpah, dan
terkontaminasi yang tidak diperlukan lagi dan harus dibuang dengan
tepat. Limbah ini juga mencakup barang yang akan dibuang setelah
digunakan untuk menangani produk farmasi, misalnya botol atau
kotak yang berisi residu, sarung tangan, masker, slang penghubung,
dan ampul obat.
5. Limbah Genotoksik
Limbah genotoksik sangat berbahaya dan bersifat mutagenik,
teratogenik, atau karsinogenik. Limbah genotoksik mencakup obat
obatan sitotoksik tertentu, muntahan, urine atau tinja pasien yang
diterapi dengan obat-obatan sitotoksik (sering dipakai dalam terapi
kanker), zat kimia, maupun radioaktif.
6. Limbah Kimia
Limbah kimia mengandung zat kimia yang berbentuk padat, cair
maupun gas yang berasal, misalnya dari aktivitas diagnostik dan
eksperimen serta dari pemeliharaan kebersihan, aktivitas keseharian,
dan prosedur pemberian desinfektan dan limbah laboratorium.
7. Limbah yang mengandung logam berat
Limbah yang mengandung logam berat dalam konsentrasi tinggi
termasuk dalam limbah kimia berbahaya dan biasanya bersifat
toksik. Contohnya adalah limbah merkuri yang berasal dari
bocoran peralatan kedokteran yang rusak (misalnya
termometer, alat pengukur tekanan darah, dan sebagainya).
Limbah kadmium kebanyakan berasal dari baterai bekas, panel
kayu tertentu yang mengandung timbal masih digunakan
dalam pembatasan radiasi sinar X dan di bagian diagnostik dan
amalgam yang digunakan pada kegiatan tambal gigi.

8. Limbah Kemasan Bertekanan


Berbagai jenis gas digunakan dalam kegiatan puskesmas dan
kerap dikemas dalam tabung, cartridge, dan kaleng aerosol.
Banyak diantaranya, begitu kosong dan tidak terpakai lagi
walau mungkin masih mengandung residu yang dapat
digunakan kembali tetapi ada beberapa jenis yang harus
dibuang, misalnya kaleng aerosol.
33

9. Limbah Radioaktif
Limbah radioaktif juga mencakup benda padat, cair dan gas
yang terkontaminasi radionuklida. Limbah yang dihasilkan
berupa peralatan gelas, spuit, kertas isap, larutan, ekskreta
pasien yang menjalani pengobatan atau pemeriksaan dengan
radionuklida terbuka.
34

Anda mungkin juga menyukai