Jadi, Tafsir Ayat Ekonomi
Adalah upaya mengkaji ayat-ayat al-Qur’an yang berkaitan dengan
persoalan Ekonomi dari sisi penafsirannya. Atau kandungan ayat ekonomi
yang terdapat di dalam al-Qur’an, dengan merujuk pada kitab-kitab tafsir
yang mu’tabarah.
Adapun tema-tema yang akan dikaji adalah ;
1. Prinsip Dasar Ekonomi Islam
2. Konsep Harta
3. Riba dan Implikasinya bagi Perekonomian
4. Produksi
5. Konsumsi
6. Distribusi
7. Zakat dan Peranannya dalam Pembanungan Ekonomi
8. Strategi Bisnis dalam Islam
9. Jaminan Sosial
10. Akutansi
Prinsip Dasar Ekonomi Islam
1. Q.S. Luqman ayat 19 : Menghindari sifat sombong
2. Q.S. Al-Baqarah ayat 20 : Menjaga penglihatan dan
pendengaran
3. Q.S. Al-An’am ayat 165 : Bertanggung jawab
4. Q.S. as-Shaff ayat 1-4 : Konsisten dan Konsekuen
Q.S. Luqman ayat : 19
ص ْو ُت
َ ات ْ َص ْوتِ ۗ َكاِ َّناَ ْن َك َر ا اْل
َص َو ِ ل َ ُض ِمْن
ْ اغض ِ َوا ْق
ْ ص ْد فِ ْي َم ْشيِ َك َو
ا ْل َح ِمي ِْر
Terjemahan
Dan sederhanakanlah dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.”
Tafsir Ringkas Kemenag RI
Ayat ini menerangkan lanjutan wasiat Lukman kepada anaknya, yaitu agar anaknya berbudi pekerti yang baik,
dengan cara :
Jangan sekali-kali bersifat angkuh dan sombong, membanggakan diri dan memandang rendah orang lain. Tanda-tanda
seseorang yang bersifat angkuh dan sombong itu ialah :
Bila berjalan dan bertemu dengan orang lain, ia memalingkan mukanya, tidak mau menegur atau memperlihatkan
sikap ramah.
Berjalan dengan sikap angkuh, seakan-akan ia yang berkuasa dan yang paling terhormat. Firman Allah :
Dan janganlah engkau berjalan di bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya engkau tidak akan dapat
menembus bumi dan tidak akan mampu menjulang setinggi gunung. (al-Isra'/17: 37)
Lanjutan
Dalam sebuah hadis, Rasulullah bersabda:
Janganlah kamu saling membenci, janganlah kamu saling
membelakangi dan janganlah kamu saling mendengki, dan jadilah
kamu hamba Allah yang bersaudara. Tidak boleh bagi seorang
muslim memencilkan (tidak berbaik) dengan temannya lebih dari
tiga hari. (Riwayat Malik dari Anas bin Malik)
Tafsir :
Ayat ini berhubungan erat dengan ayat sebelumnya, seolah-olah ayat ini menyambung pertanyaan, "Bagaimanakah keadaan
mereka dengan kilat itu?" Hampir-hampir kilat itu menyambar penglihatan mereka. Betapa besar kesulitan yang mereka
hadapi. Mereka melangkah bilamana ada sinar kilat, dan berhenti bila cahaya itu hilang.
Demikianlah orang-orang munafik itu, mereka mendapatkan sinar iman karena kesaksian mereka pada kebenaran-kebenaran
ayat Ilahi dan timbul keinginan untuk mengikuti dakwah Rasul. Tetapi karena kefanatikan yang kuat, kecemasan terhadap
tantangan orang banyak, menghilangkan sinar iman itu, dan akhirnya tetap membeku kebingungan di tempatnya.
Allah berkuasa menghilangkan pendengaran dan penglihatan mereka sehingga mereka tidak dapat memahami suatu
pelajaran dan tidak dapat memanfaatkan suatu petunjuk. Namun Allah tidak berbuat demikian, meskipun Dia Mahakuasa.
Lanjutan
Tafsir Jalalain
Dialah yang menjadikan kalian meramaikan bumi generasi demi generasi, kurun demi kurun, dan
yang sudah lanjut diganti oleh penerusnya. Demikianlah menurut Ibnu Zaid dan lain-lainnya.
Yakni Dia membeda-bedakan di antara kalian dalam hal rezeki, akhlak, kebaikan, kejahatan,
penampilan, bentuk, dan warna, hanya Dialah yang mengetahui hikmah di balik itu.
Lanjutan
Maksudnya, untuk menguji kalian dalam nikmat yang telah
dikarunia-kan-Nya kepada kalian. Dia melakukan ujian kepada
kalian, orang kaya diuji dalam kekayaannya yang menuntutnya
harus mensyukuri nikmat itu, dan orang yang miskin diuji dalam
kemiskinannya yang menuntutnya untuk bersikap sabar.
Tafsir Kemenag
Setelah Allah menerangkan sifat-sifat kesempurnaan-Nya, ia mengingatkan kaum
Muslimin akan kekurangan-kekurangan yang ada pada mereka, yaitu mereka mengatakan
suatu perkataan, tetapi mereka tidak merealisasikan atau mengerjakannya. Di antaranya,
mereka berkata, "Kami ingin mengerjakan kebajikan-kebajikan yang diperintahkan Allah,"
tetapi jika datang perintah itu, mereka tidak mengerjakannya.
Ada dua macam kelemahan manusia yang dikemukakan ayat ini, yaitu:
Pertama, Ketidaksesuaian antara perkataan dan perbuatan mereka. Kelemahan ini
kelihatannya mudah diperbaiki, tetapi sukar dilaksanakan. Sangat banyak manusia yang
pandai berbicara, suka menganjurkan suatu perbuatan baik, dan mengingatkan agar orang
lain menjauhi larangan-larangan Allah, tetapi ia sendiri tidak melaksanakannya.
Lanjutan
Diriwayatkan oleh Ibnu 'Abbas bahwa 'Abdullah bin Rawahah berkata, "Para mukmin pada
masa Rasulullah sebelum jihad diwajibkan berkata, "Seandainya kami mengetahui perbuatan-
perbuatan yang disukai Allah, tentu kami akan melaksanakannya." Maka Rasulullah
menyampaikan bahwa perbuatan yang paling disukai Allah ialah beriman kepada-Nya,
berjihad menghapuskan kemaksiatan yang dapat merusak iman, dan mengakui kebenaran
risalah yang disampaikan Nabi-Nya. Setelah datang perintah jihad, sebagian orang-orang
yang beriman merasa berat melakukannya. Maka turunlah ayat ini sebagai celaan akan sikap
mereka yang tidak baik itu.
Kedua, Tidak menepati janji yang telah mereka buat. Suka menepati janji yang telah
ditetapkan merupakan salah satu ciri dari ciri-ciri orang-orang yang beriman. Jika ciri itu
tidak dipunyai oleh orang yang mengaku beriman kepada Allah dan rasul-Nya, berarti ia telah
menjadi orang munafik.
Rasulullah saw bersabda:Tanda orang munafik ada tiga macam: bila berjanji, ia menyalahi
janjinya, bila berkata, ia berdusta dan bila dipercaya, ia berkhianat. (Riwayat al-Bukhari dan
Muslim)
Namun tidak berarti bahwa orang-orang tidak boleh mengatakan kebenaran bila ia sendiri
belum mampu melaksanakannya. Mengatakan kebenaran wajib, sedangkan melaksanakannya
tergantung kemampuan.
TERIMAKASIH