Anda di halaman 1dari 168

Farmakoterapi Saluran Cerna, Saluran

Napas & Kondisi Khusus

”PPOK”
FISCA PATRISIA SYAFITA 2001109
ICA WINANDA ANGGRAINI

Dosen Pengampu :
Apt Yuanita Purnami, S,Si,.M.Sc
SUB TEMA
PREVALE
DEFINISI NSI JENIS
01 PPOK 04
KELAMIN
PREVALE
PREVALE
02 NSI DI 05
NSI USIA
DUNIA
PREVALE
NSI DI
03 INDONESI
A
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK).
Pedoman praktis dan penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta: Perhimpunan
Dokter Paru Indonesia; 2016. p. 1-111.

PPOK
“Penyakit Paru
Obstruksi Kronik”
Penyakit Paru Obstruksi Kronik atau sering
disingkat PPOK merupakan suatu istilah yang sering
digunakan untuk sekelompok penyakit paru-paru yang
berlangsung lama. Penyakit ini menghalangi aliran udara
sehingga menyebabkan penderita mengalami kesulitan
dalam bernafas.
BERDASARKAN DI DUNIA

Asia Pasifik
5.6% 6.3% Hongkong dan Sin-
gapura
Vietnam
Indonesia

6.7% 3.5
%

(Regional COPD Working Group, 2003).


BERDASARKAN DI INDONESIA

3.5%
NTT
10% Sulawesi Tengah
Sulawesi Barat
6.7 Bali
%

8%

(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2016)


BERDASARKAN USIA

1.6
2.%
4
Usia 25-34th

%
Usia 35-44th
9.4% Usia 45-54th
3.9% Usia 55-64th
Usia 65-74th
Usia >75th
5.6%
8.6
%

(Badan Penelitian Dan Pengembangan


Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, 2013).
BERDASARKAN JENIS KELAMIN

1.5112 Laki Laki


Perempuan

2.663

Berdasarkan Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS)


Farmakoterapi Saluran Cerna, Saluran Napas &
Kondisi Khusus

”PPOK”
Ilham Syahbandi (2001112)
Irana Dewi (2001113)

Kelas S1-5C

Dosen Pengampu :
Apt Yuanita Purnami, S,Si,.M.Sc
ETIOLOGI PPOK
Merokok merupakan penyebab utama
terjadinya Penyakit Paru Obstruktif Kronik
(PPOK). Sejumlah zat iritan yang ada
didalam rokok menstimulasi produksi mukus
berlebih, batuk, merusak fungsi silia,
menyebabkan inflamasi, serta kerusakan
bronkiolus dan dinding alveolus. Beberapa
pasien menderita PPOK tanpa merokok,
respons inflamasi paru diperberat oleh stres
oksidatif dan kelebihan proteinase.
Inflamasi pada saluran nafas pasien PPOK
merupakan suatu respon inflamasi yang
diperkuat terhadap iritasi kronik seperti asap
rokok.

Susanti, P. F. E. (2015). Influence of smoking on chronic obstructive pulmonary disease (COPD). Jurnal Majority, 4(5).
FAKTOR RISIKO PPOK

Asap rokok Polusi Udara Pajanan Zat Genetik Usia & Jenis
ditempat Kelamin
kerja
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.01.07/MENKES/687/2019
FAKTOR RISIKO PPOK

Asma/
Tumbuh Infeksi Bronkitis
Kembang Sosial Hiperaktivi
Paru Kronik
Paru Ekonomi tas
Berulang
Bronkus
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.01.07/MENKES/687/2019
Patofisiologi dan Gejala
PPOK
Irfan Sihombing (2001114)
Muhammad Yudika Chandra (2001119)

Dosen pengampu :
Apt. Yuanita Purnami, S.Si., M.Sc
Mekanisme PPOK

mekanisme utama terjadinya PPOK, yaitu adanya


proses inflamasi kronik pada saluran napas, stress
oksidatif, gangguan keseimbangan antara
proteolitik dan anti proteolitik. Inflamasi kronik
dari saluran napas karena masuknya sel inflamasi
ke paru sebagai respons terhadap asap rokok.
Beberapa sel inflamasi seperti makrofag, netrofil,
sel T CD8+ telah diketahui berperan dalam proses
inflamasi pada saluran napas pasien PPOK. Stres
oksidatif yang dapat menyebabkan gangguan fungsi
sel atau bahkan kematian sel serta dapat
menginduksi kerusakan matriks ekstraseluler paru.

Resti Yudhawati, Yuyus Dwi Prasetiyo : Imunopatogenesis Penyakit ParuObstruktif Kronik. Jurnal
Gejala PPOK

Menurut Ikawati (2016), tanda dan gejala yang biasa dialami pasien PPOK yang mengalami bersihan jalan napas
tidak efektif sebagai berikut :

 Batuk kronis selama 3 bulan dalam setahun, terjadi berselang atau setiap hari,
dan seringkali terjadi sepanjang hari.
 Produksi sputum secara kronis.
 Lelah dan lesu.
 Sesak nafas (dispnea) bersifat progresif sepanjang waktu, memburuk jika
berolahraga, dan memburuk jika terkena infeksi pernapasan.
 Penurunan toleransi terhadap aktivitas fisik (cepat lelah, terengah-engah).

Ikawati, Z. (2016). Penatalaksanaan Terapi Penyakit Sistem Pernafasan. Yogyakarta: Bursa Ilmu.
Manifestasi Klinis PPOK

Menurut Padila (2012), manifestasi Klinik Penyakit Paru Obstruktif Kronis adalah sebagai berikut:

 Batuk yang sangat produktif, purulen, dan mudah memburuk oleh iritan-iritan
inhalan, udara dingin, atau infeksi.
 Terperangkapnya udara akibat hilangnya elastisitas paru menyebabkan dada
mengembang.
 Dispnea atau sesak napas.
 Takipnea adalah pernapasan lebih cepat dari keadaan normal dengan frekuensi
lebih dari 24 kali permenit.
 Hipoksia, hipoksia merupakan keadaan kekurangan oksigen di jaringan atau
tidak adekuatnya pemenuhan kebutuhan oksigen seluler akibat defisiensi 12
oksigen yang diinspirasi atau meningkatnya penggunaan oksigen pada tingkat
seluler.

Padila. 2012. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta : Nuha Medika
Farmakoterapi Saluran Cerna,
Saluran Napas & Kondisi Khusus
Diagnosis Skkrining

Hadistri Sekar Anggraini 2001110


Kolista Sisilawati 2001115

Dosen Pengampu : Apt Yuanita Purnami, S,Si,.M.Sc


Pemeriksaan
Spirometri
adalah salah satu metode pemeriksaan untuk mengevaluasi fungsi dan mendiagnosis kondisi paru-
paru. Pemeriksaan ini penting untuk memperlihatkan secara obyektif adanya obstruksi saluran nafas
dalam berbagai tingkat.
urutan tes spirometri:
Pasien akan diminta duduk di tempat yang telah disediakan oleh dokter.
Setelah itu, dokter akan menempatkan semacam klip di hidung yang
berfungsi untuk menutup kedua hidung.
Dokter akan memberikan alat seperti pipa, kemudian meminta pasien untuk
menarik napas dalam-dalam, menahan napas selama beberapa detik, lalu
mengembuskan napas sekuat mungkin ke dalam pipa.
Dokter biasanya akan meminta pasien untuk mengulang hal tersebut
sebanyak 3 kali untuk memastikan hasilnya. Setelah pemeriksaan selesai
dilakukan dan hasilnya diperoleh, dokter akan menilai fungsi paru.
Setelah tes spirometri selesai, dokter akan memberi pasien obat bronkodilator hirup untuk melebarkan
jalan napas. Sekitar 15 menit kemudian, dokter akan meminta pasien untuk melakukan tes spirometri
ulang.Dokter akan membandingkan hasil kedua tes

Sebagai penegakan diagnosis PPOK, batas nilai spirometri adalah pada FEV1 (Forced Expiratory
Volume)/FVC (Forced Vital Capacity) <30%)

Deteksi Dini Penyakit Paru Obstruktif Kronis dengan Metode CaptureTM: Potensi Skrining Rutin di Layanan
Kesehatan Primer Volume 6 No.2 | Mei- September 2018
Pemeriksaan

CAT assessment
CAT merupakan kuesioner berisi 8 pertanyaan yang dapat menilai
aspek kualitas hidup penderita PPOK.

Kuesioner mempunyai rentang skor 0-40. Untuk setiap pernyataan,


pasien dengan PPOK memilih angka antara 0–5 yang mencerminkan
respons mereka. Angka nol menunjukkan tidak ada efek pada
kualitas hidup, sedangkan angka 5 menunjukkan efek yang sangat
signifikan.

Skor sampai nilai 10 menunjukkan pasien PPOK dalam keadaan


stabil dan terapi yang dipakai saat penilaian tersebut dapat
dilanjutkan.

Nilai COPD Assesment Test dan Modified Medical Research Council Dyspneu Scale dengan Derajat Obstruksi
dan Eksaserbasi Penyakit Paru Obstruktif Kronik, J Respir Indo Vol. 35 No. 4 Oktober 2015
Pemeriksaan
Skala sesak Medical Research council (MRC)    
Skala MRC telah digunakan sejak tahun 1956, mampu memprediksi risiko
kematian beberapa penyakit dan mempunyai manfaat epidemiologis. Namun
skala ini tidak sensitive terhadap perubahan kecil antar individu.

DESKRIPSI PERINGKAT DERAJAT


   
Tidak sesak saat berjalan bergegas atau sedikit mendaki 0 -
   
Sesak saat berjalan bergegas atau sedikit mendaki 1 Ringan
   
Berjalan lebih lambat dibanding orang seumur oleh karena sesak    
atau harus berhenti untuk bernapas saat berjalan biasa 2 Sedang
 
Berhenti untuk bernapas setelah berjalan 100 yard atau setelah 3 Berat 
berjalan beberapa menit pada ketinggian tetap

Terlapau sesak untuk keluar rumah atau sesak saat 4 Sangat berat
berpakaian atau melepas pakaian

Deteksi Dini Penyakit Paru Obstruktif Kronis dengan Metode CaptureTM: Potensi Skrining Rutin di Layanan
Kesehatan Primer Volume 6 No.2 | Mei- September 2018
Pemeriksaan
Skala sesak Medical Research council (MRC)    
Skala MRC telah digunakan sejak tahun 1956, mampu memprediksi risiko
kematian beberapa penyakit dan mempunyai manfaat epidemiologis. Namun
skala ini tidak sensitive terhadap perubahan kecil antar individu.

DESKRIPSI PERINGKAT DERAJAT


   
Tidak sesak saat berjalan bergegas atau sedikit mendaki 0 -
   
Sesak saat berjalan bergegas atau sedikit mendaki 1 Ringan
   
Berjalan lebih lambat dibanding orang seumur oleh karena sesak    
atau harus berhenti untuk bernapas saat berjalan biasa 2 Sedang
 
Berhenti untuk bernapas setelah berjalan 100 yard atau setelah 3 Berat 
berjalan beberapa menit pada ketinggian tetap

Terlapau sesak untuk keluar rumah atau sesak saat 4 Sangat berat
berpakaian atau melepas pakaian

Deteksi Dini Penyakit Paru Obstruktif Kronis dengan Metode CaptureTM: Potensi Skrining Rutin di Layanan
Kesehatan Primer Volume 6 No.2 | Mei- September 2018
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik menurut Nursalam (2001) adalah melakukan
pemeriksaan fisik pasien untuk menentukan masalah kesehatan pasien.
Pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan menggunakan 4 teknik yaitu

a. Inspeksi yaitu suatu proses observasi yang dilaksanakan secara


sistematik dilaksanakan dengan menggunakan indera penglihatan,
pendengaran dan penciuman.
b. Palpasi yaitu suatu teknik yang menggunakan indera peraba, tangan
dan jari-jari yang merupakan instrumen sensitif.
c. Perkusi yaitu pemeriksaan fisik dengan jalan mengetuk untuk
membandingkan kiri kanan pada setiap daerah permukaan tubuh
dengan tujuan menghasilkan suara.
d. Auskultasi adalah pemeriksaan dengan jalan mendengarkan suara yang
dihasilkan oleh tubuh dengan menggunakan stetoskop

Nursalam. (2001). Proses dan dokumentasi keperawatan: konsep dan praktik. (Edisi 1). Jakarta:
Salemba Medika
TATALAKSANA
NON FARMAKOLOGI PPOK
DOSEN PENGAMPU :
Apt. Yuanita Purnami, S.Si, M.Sc

LALA AZELA 2001116


MAZAYA PUTRI ANABESI 2001117
SMOKING CESSATION
Salah satu program untuk menekan angka perokok aktif

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.01.07 / MENKES / 687 / 2019
SMOKING CESSATION
PREPARASI / Oleh konselor dengan memberikan
PERSIAPAN motivasi untuk berhenti merokok

Berbagai macam pendekatan, seperti konseling,


kunjungan pada klinik yang dikhususkan bagi
perokok, terapi yang dilakukan melalui buku atau
3 TAHAPAN : INTERVENSI video, ataupun mengkonsumsi obat over the
counter untuk mengatasi withdrawal ketika tidak
lagi merokok.

Para konselor akan melakukan evaluasi dan jika


perokok masih belum menunjukan tanda untuk
PERBAIKAN berhenti merokok, maka akan digunakan strategi
ntervensi lainnya hingga perokok berhenti secara
permanen.

Eradeasty. 2021. "Smoking casstion program, salah satu upaya pemerintah untuk menekan angka perokok aktif".
https://ilmu.lpkn.id/2021/02/22/smoking-cessation-program-salah-satu-upaya-pemerintah-untuk-menekan-angka-perokok-aktif/ , diakses pada 21 Desember
2022 pukul 06.20
SMOKING CESSATION
Strategi untuk membantu pasien berhenti merokok dengan 5A :

ASK (TANYAKAN)
• Mengidentifikasi semua perokok pada setiap kunjungan

ADVISE (NASIHATI)
• Dorongan kuat pada semua perokok untuk berhenti merokok

ASSESS (NILAI)
• Keinginan untuk usaha berhenti merokok (misal : dalam 30 hari kedepan)

ASSIST (BIMBING)
• Bantu pasien dengan rencana berhenti merekok, menyediakan konseling
praktis, merekomendasikan penggunaan farmakoterapi

ARRANGE (ATUR)
• Buat jadwal kontak lebih lanjut

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.01.07 / MENKES / 687 / 2019
REHABILITASI PARU

• Tujuan : mengontrol dan mengurangi gejala dan komplikasi, mengoptimalkan


status fungsional pasien, meningkatkan aktivitas dan partisipasi pasien dalam
kehidupan social dan masyarakat serta menurunkan biaya perawatan
kesehatan dengan menurunkan morbiditas atau dengan mencegah efek
sistemik penyakit.

• Manfaat : mengurangi gejala terutama sesak nafas, mencegah komplikasi,


menurunkan hendaya fisik dan sosial, depresi dan kecemasan, biaya, lama
dan frekuensi eksaserbasi dan rawat inap, memperbaiki gangguan otot, dan
meningkatkan kapasitas latihan.

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.01.07 / MENKES / 687 / 2019
REHABILITASI PARU
Tatalaksana rehabilitasi medis pada PPOK :

• LATIHAN KETAHANAN
Latihan utama, yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas aerobic pasien alam aktivitas kehidupan
seharii-hari
• LATIHAN INTERVAL
Latihan ketahanan diberikan dengan metode kontinu maupun interval, di mana keduanya memberikan efek
fisiologis yang sama. Latihan ini bermanfaat meningkatkan toleransi latihan pasien PPOK.
• LATIHAN RESISTENSI
Dapat meningkatkan fungsi otot perifer secara signifikan dan meningkatkan kemampuan fungsional pasien
PPOK. Dilakukan dengan resistensi terukur yang didapat dari uji kekuatan otot.
• STIMULASI ELEKTRIK NEUROMUSCULAR
Resistensi akan ditingkatkan secara bertahap sesuai adaptasi neuromuskular yang dinilai regular secara
individual.
• LATIHAN OTOT PERNAFASAN
Dapat meningkatkan fungsi diafragma, meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot nafas, meningkatkan
kualitas hidup, dan memperingan dispnea. Latihan otot pernafasan bersama dengan latihan fisik lainnya
menigkatkan Tekanan Inspirasi Maksimal (TIMax) dan kapasitas latihan.

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.01.07 / MENKES / 687 / 2019
REHABILITASI PARU

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.01.07 / MENKES / 687 / 2019
EDUKASI

Tujuan : Secara umum, bahan edukasi yang harus


 Mengenal perjalanan penyakit diberikan :
dan pengobatan  Pengetahuan dasar tentang PPOK
 Melaksanakan pengobatan  Obat-obatan, manfaat dan efek
yang maksimal sampingnya
 Mencapai aktivitas optimal  Cara pencegahan perburukan penyakit
 Meningkatkan kualitas hidup  Menghindari pencetus (berhenti
merokok)
 Penyesuaian aktivitas

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.01.07 / MENKES / 687 / 2019
EDUKASI
Skala prioritas bahan edukasi :

Berhenti merokok
Penilaian dini eksaserbasi akut
dan pengelolaannya
Penggunaan obat-obatan
Mendeteksi dan menghindari
pencetus aksaserbasi
Pengunaan oksigen

Menyesuaikan kebiasaan hidup


Mengenal dan mengatasi efek dengan keterbatasan aktivitas
samping obat atau terapi oksigen

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.01.07 / MENKES / 687 / 2019
VAKSINASI
Influenza dapat menyebabkan masalah
serius untuk pasien PPOK. Oleh karena
Vaksin Flu
itu, WHO dan CDC (USA) menyarankan
agar para penderita PPOK mendapatkan
divaksinasi terhadap flu setiap tahun.

Vaksin ada 2 : Vaksin pneumococcal merendahkan


risiko untuk menjankiti radang paru paru
dan komplikasinya. Penderita PPOK
mempunyai risiko yang lebih tinggi
untuk mendapat pneumonia dari orang
Vaksin Pneumococcal biasa. Masyarakat profesional juga
mengatakan bahwa pasien PPOK harus
divaksinasi rutin terhadap
COPD Treatment and Specialist Philip Eng Respiratory
pneumococcus..
INTERVENSI DAN PEMBEDAHAN

Pola pernafasan
tidak efektif

Fabiana Meijon Fadul, 2019 Konsep Medis Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK)
INTERVENSI DAN PEMBEDAHAN

Pola pernafasan
tidak efektif

Fabiana Meijon Fadul, 2019 Konsep Medis Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK)
TERAPI SUPORTIF PALIATIF
Terapi suportif dan paliatif hanya untuk
mengubah kualitas hidup dengan jalan
memenuhi kebutuhan oksigen (O2). Untuk
memenuhi kebutuhan oksigen (O2) maka
pengobatan suportif dan paliatif sangat
memegang peranan penting, melalui latihan
chest therapy, antara lain: perkusi, vibrasi,
postural drainase, batuk efektif dan nafas
dalam untuk memudahkan mengeluarkan
secret sehingga jalan nafas menjadi lancar
kemudian saturasi oksigen (SaO2)
mengalami peningkatan (Lubis,2005)

HUBUNGAN PENGGUNAAN MASKER SUNGKUP SELAMA NEBULIZER TERHADAP SATURASI PERIFER OKSIGEN
PADA PASIEN PPOK Sastro Putre Gustiawan, Ni Luh Adi Satriani, NLP Inca Buntari AgustiniBRSUD Kab. Tabanan Jl. Pahlawan
No.14, Delod Peken, Kab. Tabanan, Bali 82100
Tata Laksana Farmakologi
Penyakit Paru Obstruktif Kronis
(PPOK) Stabil

Dibuat Oleh:
Mifza Azizah (2001118)
Nadia Ayu Sasnita (2001120)
Penatalaksanaan Farmakologi PPOK Stabil

Kriteria PPOK stabil adalah:


1. Tidak dalam kondisi gagal napas akut pada gagal napas kronik
2. Dapat dalam kondisi gagal napas ]ronik stabil, yaitu hasil analisis gas darah
menunjukkan pH normal, PCO, > 60 mmHg dan PO, < 60 mmHg
3. Dahak tidak berwama atau jernih
4. Aktivitas terbatas tidak disertai sesak sesuai derajat berat PPOK (hasil spirometri)
5. Penggunaan bronkodilator sesuai rencana pengobatan
6. Tidak ada penggunaan bronkodilator tambahan.

Sumber : IGN Paramartha Wijaya Putra., I Dewa Made Artika. 2012. Diagnosa dan Tata Laksana Penyakit Paru
Obstruktif Kronis. Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Bali
Penatalaksanaan PPOK Stabil di Rumah
Tujuan penatalaksanaan di rumah:
1. Menjaga PPOK tetap stabil
2. Melaksanakan pengobatan pemeliharaan jangka panjang
3. Mengevaluasi dan mengatasi eksaserbasi dini
4. Mengevaluasi dan mengatasi efek samping pengobatan
5. Menjaga penggunaan ventilasi mekanis
6. Meningkatkan kualitas hidup.

Penatalaksanaan di rumah meliputi:


7. Penggunaan obat-obatan dengan tepat
Obat-obatan sesuai klasifikasi. Pemilihan obat dapat dalam bentuk handihaler, diskhaler,
nebuhaler, turbuhaler atau breezhaler karena pasien FPOK biasanya berusia lanjut, koordinasi
neurologis dan kekuatan otot sudah berkurang sehingga penggunaan bentuk IDT menjadi
kurang efektif. Nebuliser sebaiknya tidak digunakan secara terus menerus,hanya bila timbul
eksaserbasi.
Sumber : IGN Paramartha Wijaya Putra., I Dewa Made Artika. 2012. Diagnosa dan Tata Laksana Penyakit Paru Obstruktif
Kronis. Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Bali
Penatalaksanaan PPOK Stabil di Rumah
2. Terapi oksigen
Dibedakan untuk PPOK derajat sedang dan berat. Pada PPOK derajat sedang oksigen hanya
digunakan bila timbul sesak yang disebabkan pefiambahan aktivitas. Pada PPOK derajat berat
yang menggunakan terapi oksigen di rumah pada waktu aktivitas atau terus menerus selama l5
jam terutama pada waktu tidur. Dosis oksigen tidak lebih dari 2 liter per menit.

3. Penggunaan mesin bantu napas dan pemeliharaannya


Beberapa pasien PPOK dapat menggunakan mesin bantu napas di rumah.

4. Rehabilitasi
• Menyesuaikan aktivitas
• Latihan ekspektorasi atau batuk yang efektif (huff cough)
• Latihan ekstremitas atas dan otot bantu napas

Sumber : IGN Paramartha Wijaya Putra., I Dewa Made Artika. 2012. Diagnosa dan Tata Laksana Penyakit Paru Obstruktif
Kronis. Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Bali
Penatalaksanaan Farmakologi PPOK Stabil
Terapi farmakologis dilakukan untuk mengurangi gejala, mengurangi keparahan
eksaserbasi dan meningkatkan status kesehatan. Setiap pengobatan harus spesifik
terhadap setiap pasien, karena gejala dan keparahan dari keterbatasan aliran udara
dipengaruhi oleh banyak faktor seperti frekuensi keparahan eksaserbasi, adanya gagal
nafas dan status kesehatan secara umum.
Pemberian terapi farmakologis pada PPOK untuk terapi PPOK stabil perlu disesuaikan
dengan keparahan penyakitnya.
1. Bronkodilator adalah obat pilihan pertama untuk menangani gejala PPOK, terapi
inhalasi lebih dipilih dan bronkodilator diresepkan sebagai pencegahan/ mengurangi
gejala yang akan timbul dari PPOK. Bronkodilator inhalasi kerja lama lebih efektif
dalam menangani gejala daripada bronkodilator kerja cepat.

Sumber : IGN Paramartha Wijaya Putra., I Dewa Made Artika. 2012. Diagnosa dan Tata Laksana Penyakit Paru
Obstruktif Kronis. Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Bali
Penatalaksanaan Farmakologi PPOK Stabil
2. Agonis β-2 kerja singkat baik yang dipakai secara reguler maupun saat diperlukan (as
needed) dapat memperbaiki FEV1 dan gejala, walaupun pemakaian pada PPOK tidak
dianjurkan apabila dengan dosis tinggi.
3. Agonis β-2 kerja lama, durasi kerja sekitar 12 jam atau lebih. Saat ini yang tersedia
adalah formoterol dan salmeterol. Obat ini dipakai sebagai ganti agonis β-2 kerja cepat
apabila pemakaiannya memerlukan dosis tinggi atau dipakai dalam jangka waktu lama.
Efek obat ini dapat memperbaiki FEV1 dan volume paru, mengurangi sesak napas,
memperbaiki kualitas hidup dan menurunkan kejadia eksaserbasi, akan tetapi tidak dapat
mempengaruhi mortaliti dan besar penurunan faal paru.
4. Agonis β-2 dengan durasi kerja 24 jam, preparat yang ada adalah indacaterol
5. Kortikosteroid inhalasi dipilih pada pasien ppok dengan FEV1 <60%, dapar mengurangi
gejala, meningkatkan fungsi paru dan kualitas hidup dan menurunkan frekuensi
eksaserbasi

Sumber : IGN Paramartha Wijaya Putra., I Dewa Made Artika. 2012. Diagnosa dan Tata Laksana Penyakit Paru
Obstruktif Kronis. Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Bali
Penatalaksanaan Farmakologi PPOK Stabil

6. Kortikosteroid inhalasi dikombinasikan dengan beta2 agonist kerja lama lebih efektif
daripada salah satu antara kortikosteroid dan bronkodilator dalam peningkatan fungsi
paru dan mengurangi eksaserbasi pada pasien dengan PPOK sedang sampai sangat
berat.
7. Antikolinergik, Penambahan antikolenergik pada pasien yang telah mendapatkan
golongan simpatomimetik akan mendapatkan efek bronkodilator yang lebih besar

Pengobatan Farmakologis yang lain :


8. Vaksin Influenza bisa mengurangi penyakit serius dan kematian pada PPOK, virus
inaktif pada vaksin di rekomendasikan dan sebaiknya di berikan sekali setahun.
9. Vaksin pneumococcal polusaccharide direkomendasikan untuk pasien diatas 65 tahun.

Sumber : IGN Paramartha Wijaya Putra., I Dewa Made Artika. 2012. Diagnosa dan Tata Laksana Penyakit Paru
Obstruktif Kronis. Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Bali
Algoritma PPOK Stabil

Sumber : Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2003. Penyakit paru Obstruktif Kronik (PPOK) Pedoman Diagnosis dan
Tatalaksana di Indonesia. PDP. Jakarta
Algoritma PPOK Stabil

Sumber : Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2003. Penyakit paru Obstruktif Kronik (PPOK) Pedoman Diagnosis dan
Tatalaksana di Indonesia. PDP. Jakarta
Algoritma PPOK Stabil

Sumber : Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2003. Penyakit paru Obstruktif Kronik (PPOK) Pedoman Diagnosis dan
Tatalaksana di Indonesia. PDP. Jakarta
Algoritma PPOK Stabil

Sumber : Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2003. Penyakit paru Obstruktif Kronik (PPOK) Pedoman Diagnosis dan
Tatalaksana di Indonesia. PDP. Jakarta
Monitoring PPOK Stabil

1. Pemantauan efek samping dari pengobatan


2. Pemantauan sesak napas pasien setelah diterapi
3. Pemantauan tanda eksaserbasi
4. Kecukupan dan efek samping penggunaan oksigen
5. Pemantauan waktu dan cara penggunaan obat pasien

Sumber : IGN Paramartha Wijaya Putra., I Dewa Made Artika. 2012. Diagnosa dan Tata Laksana Penyakit Paru
Obstruktif Kronis. Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Bali
Tata Laksana
Farmakologi PPOK
Nadila Putri 2001121
Nurliza Aulya 2001123

Dosen Pengampu :
Apt. Yuanita Purnami, S.Si, M.Sc
Tata laksana Pada Eksaserbasi Akut

kejadian kompleks
dengan peningkatan
inflamasi saluran
pernafasan, menimbukan gejala sesak
peningkatan produksi sebagai gejala khas
mukus dan eksaserbasi. Gejala lain
terperangkapnya udara berupa peningkatan
dalam saluran produksi dan konsistensi
pernafasan Eksaserbasi dapat
sputum, bersamaan
disebabkan infeksi atau
dengan peningkatan
faktor lainnya seperti
batuk dan wheezing
polusi udara,
kelelahan/timbulnya
komplikasi

Lindayani, L. P., Tedjamartono, & Dharma, T. (2017). Praktik Belajar Lapangan Penyakit Paru Obstruktif Kronik
(PPOK). Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan Di Indonesia, 1302006137, 32.
Prinsip tata laksana PPOK pada
eksaserbasi akut adalah mengatasi segera
eksaserbasi yang terjadi dan mencegah
terjadinya gagal nafas. Bila telah terjadi
gagal nafas segera atasi untuk mencegah
kematian.

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.01.07/MENKES/687/2019 TENTANG


PEDOMAN NASIONAL PELAYANAN KEDOKTERAN TATA LAKSANA PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK
Eksaserbasi akut menurut kriteria Anthonisen 1987dibagi
menjadi tiga:
Tipe I ( eksaserbasi berat), memilki 3 gejala di atas. Harus segera
hospitalisasi dan berhubungan dengan gagal nafas akut

Tipe II (eksaserbasi sedang) memiliki 2 gejala di atas. Terapi dengan


SABDs dan antibiotik dan/atau oral kortikosteroid

Tipe III (eksaserbasi ringan) memiliki 1 gejala di atas ditambah infeksi


saluran pernapasan atas lebih dari 5 hari, demam tanpa sebab lain, peningkatan
batuk, peningkatan mengi atau peningkatan frekuensi pernapasan > 20%
baseline, atau frekuensi nadi > 20% baseline. Terapi dengan bronkodilator
kerja pendek
Lindayani, L. P., Tedjamartono, & Dharma, T. (2017). Praktik Belajar Lapangan Penyakit Paru Obstruktif Kronik
(PPOK). Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan Di Indonesia, 1302006137, 32.
Tata laksana eksaserbasi dibagi menjadi:

1) Eksaserbasi ringan : meningkatkan pemakaian bronkodilator


(dapat dilakukan di rumah atau poliklinik)
2) Eksaserbasi sedang : menambahkan antibiotik atau
kortikosteroid sistemik atau keduanya (dapat dilakukan di
puskesmas, poliklinik atau praktek dokter)
3) Eksaserbasi berat : perawatan di rumah sakit

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.01.07/MENKES/687/2019 TENTANG


PEDOMAN NASIONAL PELAYANAN KEDOKTERAN TATA LAKSANA PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK
Penanganan eksaserbasi akut
Penyebab eksaserbasi akut ringan dapat dilakukan di rumah oleh
pasien dengan cara : menambahkan
PRIMER dosis bronkodilator/ dengan mengubah
infeksi trakeobronkial (biasanya karena bentuk bronkodilator yang digunakan
dari bentuk inhaler, oral menjadi bentuk
virus) nebulizer; menggunakan oksigen bila
aktivitas dan selama tidur; menambahkan
mukolitik; dan menambahkan
SEKUNDER
ekspektoran.
pneumonia, gagal jantung kanan, atau kiri, atau aritmia,
Bila dalam 2 hari tidak ada
emboli paru, pneumotoraks spontan, penggunaan oksigen
perbaikan pasien harus segera dibawa ke
yang tidak tepat, penggunaan obat-obatan (obat
dokter. Penatalaksanaan eksaserbasi akut
penenang, diuretik) yang tidak tepat, penyakit metabolic
sedang dan berat dilakukan di rumah
(DM, gangguan elektrolit), nutrisi buruk, lingkungan
sakit, dapat dilakukan secara rawat jalan
memburuk/polusi udara, aspirasi berulang, stadium akhir
atau rawat inap dan dilakukan di
penyakit respirasi (kelelahan otot respirasi).
poliklinik rawat jalan, unit gawat darurat,
ruang rawat, atau ruang ICU
Lindayani, L. P., Tedjamartono, & Dharma, T. (2017). Praktik Belajar
Lapangan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK). Pedoman Diagnosis
& Penatalaksanaan Di Indonesia, 1302006137, 32.
Dr Arimbi, Sp. P. 2014. Ilmu Penyakit Dalam. FK UWK Surabaya
Dr Arimbi, Sp. P. 2014. Ilmu Penyakit Dalam. FK UWK Surabaya
TERAPI FARMAKOLOGI
1. Bronkodilator Beta2-agonist kerja pendek dengan / tanpa antikolinergik kerja pendek merupakan
terapi bronkodilator utama pada pasien PPOK dengan eksaserbasi. Pasien yang
tidak mendapatkan nebul secara berlanjut dapat menggunakan MDI inhaler 1
semprot setiap 1 jam untuk 2-3 dosis dan setiap 2-4 jam berdasarkan respon pasien.

2. Glukokortikoid Sistemik glukokortikoid pada pasien PPOK dapat menurunkan waktu eksaserbasi &
memperbaiki fungsi paru, memperbaiki 25 oksigenasi, risiko kejadian berulang,
kegagalan terapi dan lamanya dirawat di rumah sakit.

3. Antibiotik Pemilihan antibiotik berdasarkan resistensi bakteri lokal, biasanya dimulai dengan
terapi empiris aminopenicillin dengan asam clavulanic, macrolide atau tetracycline.
Pada pasien dengan eksaserbasi yang berulang, keterbatasan aliran udara, dan/atau
eksaserbasi yang membutuhkan ventilasi mekanik, hasil kultur yang menunjukkan
bakteri gram negatif, dapat menunjukkan gejala resisten terhadap antibiotik tersebut.
Pemberian secara oral atau intravena, tergantung kemampuan pasien, namun lebih
disarankan diberikan secara oral.
4. Terapi berdasarkan kondisi pasien seperti kebutuhan keseimbangan cairan, diuretik, antikoagulan
pendukung apabila terdapat indikasi atau penyakit komorbid diikuti dengan edukasi berhenti merokok.

5. Terapi harus dititrasi pada pasien dengan hipoksemia dengan saturasi target 88-92%. Ketika
oksigen memulai terapi oksigen, analisa gas darah harus dilakukan untuk mengetahui oksigenasi
tanpa retensi karbodioksida dan/atau 26 asidosis yang memburuk. Pemberian oksigen
dengan masker venturi menunjukkan hasil yang akurat dibandingkan dengan nasal prongs.

6. Terapi Pemberian terapi ventilasi dapat secara noninvasive (nasal atau facial mask) atau invasive
ventilasi (oro-tracheal tube atau tracheostomy), Ventilasi mekanik noninvasive diberikan pada pasien
gagal nafas akut yang sudah hospitalisasi dan mengalami PPOK eksaserbasi. Ventilasi
mekanik invasive diberikan dengan indikasi kegagalan terapi ventilasi mekanik noninvasive
sebagai terapi pertama pada gagal nafas akut, PPOK eksaserbasi.

Lindayani, L. P., Tedjamartono, & Dharma, T. (2017). Praktik Belajar Lapangan Penyakit Paru Obstruktif Kronik
(PPOK). Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan Di Indonesia, 1302006137, 32.
Monitoring selama eksaserbasi

 Monitor balans cairan elektrolit, terutama pada pasien yang


mendapatkan diuretik dan antikoagulan
 Tata laksana komorbid yang tepat
 Pemberian terapi nutrisi bila diperlukan
 Cara pengeluaran sputum yang adekuat
 Gagal jantung atau aritmia
 Edukasi untuk berhenti meroko
 Pertimbangan tromboprofilaksis, karena pasien yang dirawat akibat
PPOK eksaserbasi memiliki risiko tinggi terjadinya deep vein
thrombosis dan emboli paru.
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.01.07/MENKES/687/2019 TENTANG
PEDOMAN NASIONAL PELAYANAN KEDOKTERAN TATA LAKSANA PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK
F A R M A K O T E R A P I S A L U R A N N A F A S D A N K O N D I S I
K H U S U S
“ P R O F I L G O L O N G A N I O B A T P P O K ”
S A B A ( S h o r t A c t i n g B e t a A g o n i s t ) d a n L A B A
( L o n g A c t i n g B e t a A g o n i s t )

S1-5C
Revy Iriani (2001125)
Sajidatulfa (2001126)

Dosen Pengampu:

Apt. Yuanita Purnami, S.Si., M.Sc


SABA
(Short Acting Beta Agonist)
Kriteria Fenoterol Salbutamol Terbutalin Levalbuterol

Rumus kimia C17H21NO4 C13H21NO3 C12H19NO3 C13H21NO3


Struktur kimia

Onset Beberapa menit (inhalasi) ≤5 menit (inhalasi); 5,4-8,2 menit (inhalasi); 5 menit (inhalasi); 30-45 mnt (oral); 6-15 5,5-10,2 menit (inhalasi); 10-17 menit
≤30 menit (oral). menit (SC). (nebulisasi)
Durasi 3-5 jam inhalasi: 3-6 jam. Inhalasi oral: Kira-kira 2-6 6 jam (inhalation); 8 jam (oral). Inhalasi : 3-4 jam (hingga 6 jam pada
jam. Oral: 6-8 jam (pelepasan segera); beberapa pasien); nebulisasi: 5- 6 jam
hingga 12 jam (extended-release). (hingga 8 jam pada beberapa pasien)
T1/2 6,5 jam Inhalasi oral: 3,8-5 jam. 16-20 jam 3,3-4 jam
Oral: 5-6 jam (rilis segera); 9,3 jam (rilis
diperpanjang).
IV: 4-6 jam.
Volume Distribusi 140±70L 156 +/- 38 L 1L/kg Tidak ditemukan data

Ikatan Protein 35-40% 10% 25% Tidak ditemukan data


Plasma
Metabolisme Mengalami metabolisme lintas Dimetabolisme di hati menjadi konjugat Mengalami metabolisme lintas pertama yang enzim utama yaitu SULT1A3
pertama yang ekstensif melalui sulfat yang tidak aktif ekstensif melalui sulfat dan beberapa (sulfotransferase)
konjugasi sulfat konjugasi glukoronida di hati dan dinding
usus.
Ekskresi Melalui urin dan empedu (terutama Terutama melalui urin (80-100% [oral 60% urin tidak berubah, hingga 3% feses Urine 80-100%, Feses 20%
sebagai konjugat sulfat tidak aktif). inhalasi]; 76% selama 3 hari, [60% sebagai melalui empedu; sisa dalam urin sebagai
metabolit; oral]) feses (<20% [oral inhalasi]; konjugasi (dengan admin parenteral)
4% [oral]).
Medscape, 2016. Drug Interaction Checker-Drug and disease
Pusat Informasi Obat Nasional (Pionas), Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Republik Indonesia, 2015. Informatorium Obat Nasional Indonesia (IONI), BPOM RI.
MIMS.2022.Find Drugs
C.H, Gleiter, 1990. Fenoterol: Pharmacology and Clinical Use. Neva press. Branford
Morgan DJ, Paull JD, Richmond BH, Wilson-Evered E, Ziccone SP, 1986. Pharmacokinetics of intravenous and oral salbutamol and its sulphate conjugate. Br J Clin Pharmaco. Australia
Kriteria Fenoterol Salbutamol Terbutalin Levalbuterol

Indikasi Penyakit paru obstruktif kronis Penyakit paru obstruktif kronis Penyakit paru obstruktif kronis Penyakit paru obstruktif kronis

Kontraindikasi Hipertropik obstruktif,


cardiomiopati, takiaritmia
IV (dalam pengobatan persalinan prematur):
Penyakit jantung iskemik yang sudah ada
Parenteral: Tokolisis berkepanjangan
(melebihi 48-72 jam) atau pemeliharaan, Hipersensitivitas 
sebelumnya atau faktor risiko, usia kehamilan terutama pada rawat jalan atau pengaturan
<22 minggu, kondisi di mana perpanjangan rumah. PO: Tokolisis akut atau pemeliharaan
kehamilan berbahaya, kematian janin
intrauterin, malformasi kromosom kongenital
atau mematikan yang diketahui, hipertensi
pulmonal . Formulasi non-IV tidak
diindikasikan untuk digunakan pada
persalinan prematur tanpa komplikasi atau
ancaman aborsi.

Interaksi obat • Peningkatan efek dengan β- • Peningkatan risiko hipokalemia dengan • Peningkatan risiko perdarahan dan Propanolol
adrenergik, antikolinergik, kortikosteroid, diuretik (misalnya loop, gangguan irama ventrikel serius dengan
MAOI, TCA, dan turunan tiazid) dan xantina (misalnya teofilin). anestesi halogenasi.
xanthine (misalnya teofilin). • Peningkatan efek vaskular dengan MAOI, • Dapat mengurangi efek obat anti-
• Penurunan serius pada antidepresan trisiklik (TCA). diabetes.
bronkodilatasi dengan β- • Dapat menyebabkan bronkospasme parah • Peningkatan risiko hipokalemia dengan
blocker. bila digunakan dengan β-blocker agen penipisan K (misalnya diuretik).
• Dapat meningkatkan (misalnya propranolol).
• Bersamaan dengan β-agonis dan
kerentanan terhadap efek • Dapat menurunkan konsentrasi serum
kortikosteroid dapat menyebabkan edema
KV dengan halotan, digoksin.
paru.
enfluran, dan trikloroetilena. • Dapat menghambat sebagian atau
seluruhnya efek β-blocker non-selektif.

Medscape, 2016. Drug Interaction Checker-Drug and disease


Pusat Informasi Obat Nasional (Pionas), Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Republik Indonesia, 2015.Informatorium Obat Nasional Indonesia (IONI), BPOM RI.
MIMS.2022.Find Drugs
Efek Hipokalemia, Reaksi hipersensitivitas (misalnya urtikaria, angioedema, Takikardia, gugup, tremor, jantung Mual, ruam kulit, sakit perut, toksisitas akut
Samping hipersensitivitas, gugup, ruam, bronkospasme, edema orofaringeal), hipokalemia berdebar, pusing, sakit kepala, mual,
agitasi, sakit kepala, pusing, (dosis tinggi). muntah, gelisah, gelisah, lesu, mengantuk,
tremor, jantung berdebar, lemas, muka memerah, berkeringat, rasa
iskemia miokard, takikardia, tidak nyaman di dada, kram otot, tinitus.
aritmia, mual, muntah, Jarang, kejang, vaskulitis hipersensitivitas,
hiperhidrosis, reaksi kulit peningkatan enzim hati.
(misalnya urtikaria, ruam,
pruritus), mialgia, kelemahan
otot, kejang otot,
bronkospasme paradoks ,
batuk, iritasi tenggorokan,
peningkatan sistolik dan
penurunan TD diastolik.
Dosis & • Profilaksis asma akibat Oral: 4 mg (lansia dan pasien yang sensitif dosis awal 2 Oral: 2,5 mg 3 kali sehari selama 1-2 Dewasa :
Aturan olahraga, Obstruksi jalan mg) 3-4 kali sehari, dosis tunggal, maksimal 8 mg. anak minggu, kemudian dinaikkan menjadi 5 Bronkospasme
Pakai napas reversibel di bawah 2 tahun 200 mcg/kg bb 4 kali sehari, 2- 6 tahun mg 3 kali sehari. Larutan nebulizer: 0,63 mg 3 kali sehari dengan
Dewasa: Sebagai penghirup 1-2 mg 3-4 kali sehari, 6-12 tahun 2 mg; Anak: 75 mcg/kg bb 3 kali sehari, 7-15 interval 6-8 jam; dapat meningkatkan dosis menjadi 1,25
dosis terukur (100 mcg/dosis): Injeksi subkutan atau intramuskular: 500 mcg diulang tahun 2,5 mg 2-3 kali sehari; mg 3 kali sehari dengan pemantauan ketat untuk efek
1-2 inhalasi sesuai kebutuhan. tiap 4 jam bila perlu; Injeksi subkutan, intramuskular, atau samping
Maks: 8 inhalasi setiap hari. Infus intravena lambat: 250 mcg, diulang bila perlu. injeksi intravena lambat: 250-500 mcg Aerosol: 90 mcg (2 kali inhalasi dosis terukur) setiap 4-
Sebagai larutan (50 Infus intravena: awal 5 mcg/menit, lalu disesuaikan sampai 4 kali sehari, Anak 2-15 tahun 10 6 jam; 1 aktuasi q4hr mungkin cukup; tidak melebihi 2
mcg/tetes): 0,5 mL (10 tetes dengan respons dan denyut jantung, lazimnya antara 3-20 mcg/kg bb sampai maksimal 300 mcg; aktuasi q4hr
atau 500 mcg) hingga 4 kali mcg/menit, atau lebih bila perlu; Infus intravena: dalam larutan yang Anak-anak:
sehari. Inhalasi aerosol: 100-200 mcg (1-2 hirupan). Untuk mengandung 3-5 mcg/mL, 1,5-5 Larutan nebuliser
• Bronkospasme akut gejala yang persisten 3-4 kali sehari, anak 100 mcg (1 mcg/menit selama 8-10 jam. <6 tahun: Tidak diindikasikan; uji klinis dengan inhalasi
Dewasa: 2,5-5 mg tiga kali hirupan) dapat dinaikkan menjadi 200 mcg (2 hirupan) Dosis untuk anak lebih kecil: levalbuterol pada kelompok usia ini gagal memenuhi
sehari. Maks: 15 mg setiap bila perlu. Profilaksis untuk bronkospasme akibat latihan Inhalasi aerosol: Dewasa dan Anak 250- titik akhir efikasi primer
hari. fisik, 200 mcg (2 hirupan), anak 100 mcg (1 hirupan); 500 mcg (1-2 hirupan), untuk gejala ≥6 hingga <12 tahun: 0,31 mg setiap 8 jam; tidak
Inhalasi nebuliser: untuk bronkospasme kronis yang persisten sampai 3-4 kali sehari; melebihi 0,63 mg setiap 8 jam PRN
tidak memberikan respons terhadap terapi konvensional Inhalasi serbuk: 500 mcg (1 inhalasi); >12 tahun: 0,63 mg 3 kali sehari dengan interval 6-8
dan untuk asma akut yang berat: Dewasa dan Anak di untuk gejala persisten hingga 4 kali sehari. jam; dapat meningkatkan dosis menjadi 1,25 mg 3 kali
atas 18 bulan 2,5 mg, diberikan sampai 4 kali sehari, atau Inhalasi nebuliser: 5-10 mg 2-4 kali sehari dengan pemantauan ketat untuk efek samping
5 kali bila perlu, tetapi perlu segera dipantau hasilnya, sehari, dosis tambahan mungkin Aerosol
karena mungkin diperlukan alternatif terapi lain. diperlukan untuk asma akut yang berat. <4 tahun: Keamanan dan kemanjuran tidak ditetapkan
Kemanfaatan terapi ini untuk anak kurang dari 18 bulan Anak di bawah 3 tahun 2 mg, 3-6 tahun 3 ≥4 tahun: 90 mcg (2 aktuasi inhaler dosis terukur) setiap
masih diragukan. mg, 6-8 tahun 4 mg, lebih dari 8 tahun 5 4-6 jam PRN; pada beberapa pasien, 1 inhalasi (45 mg
mg, 2-4 kali sehari. basa bebas levalbuterol) setiap 4 jam mungkin cukup
Medscape, 2016. Drug Interaction Checker-Drug and disease
Pusat Informasi Obat Nasional (Pionas), Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI, 2015.Informatorium Obat Nasional Indonesia (IONI), BPOM RI.
MIMS.2022.Find Drugs.
Kriteria Fenoterol Salbutamol Terbutalin Levalbuterol

Keamanan untuk Kategori Kehamilan: B Kategori Kehamilan: C Kategori Kehamilan: C Kategori Kehamilan: C
ibu hamil & Laktasi: Didistribusikan ke
menyusui dalam ASI, tetapi dalam jumlah
yang umumnya dianggap tidak
cukup untuk mempengaruhi
bayi menyusu

Parameter Pantau kadar K serum Pantau aliran puncak FEV1, Pantau fungsi kardiorespirasi, Gejala asma; FEV1, aliran
Monitoring dan/atau tes fungsi paru serum K dan kadar glukosa; puncak, dan/atau tes fungsi
lainnya; tekanan darah, detak tanda/gejala edema paru (bila paru lainnya; detak jantung,
jantung, stimulasi SSP; digunakan pada persalinan tekanan darah, stimulasi SSP;
glukosa serum, K dan prematur). gas darah arteri (jika kondisi
kreatinin; gejala asma; gas memungkinkan); kalium serum,
darah arteri atau kapiler jika glukosa serum (pada pasien
diperlukan; laktat, dan EKG tertentu)
(IV).
Stabilitas Simpan dibawah suhu 30 Simpan dibawah suhu 30 Simpan di tempat sejuk dan Simpan pada suhu kamar 20-
derajat celcius, tidak boleh derajat celcius, terlimdung dari kering (15-25 derajat celcius) 25oC (68-77oC) lindungi dari
dipaparkan pada suhu tinggi suhu dingin dan sinar matahari pembekuan dan sinar matahari
dan jangan dibuka dengan langsung. langsung
paksa.
Medscape, 2016. Drug Interaction Checker-Drug and disease
Pusat Informasi Obat Nasional (Pionas), Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Republik Indonesia, 2015.
Informatorium Obat Nasional Indonesia (IONI), BPOM RI.
MIMS.2022.Find Drugs
USA American Pharmacists Association, 2015. Drug Information Handbook 23 th ed. Lexicomp. United State
Kriteria Fenoterol Salbutamol Terbutalin Levalbuterol

Bentuk & Solution, imhalasi Kaplet, injeksi, infus, Kaplet, Syrup, Turbuhaler Inhalasi, nebulasi solition
Sediaan, Contoh inhalasi,rotahaler, nebuliser Tablet, Injeksi
produk di
pasaran

Penyesuaian Tidak di temukan data Penyesuaian dosis pada gangguan ginjal : Penyesuaian dosis pada gangguan ginjal : Penyesuaian dosis pada gangguan
dosis pada pasien gunakan dengan hati-hati pada pasien dengan tidak ada penyesuaian dosis yang diberikan ginjal : tidak dievaluasi
gangguan gangguan ginjal. tidak diperlukan pada label produsen Penyesuaian dosis pada gangguan
ginjal/hati penyesuaian dosis (termasuk pasien yang Penyesuaian dosis pada gangguan hati : hati : Hati-hati saat memberikan larutan
menjalani hemodialisis, dialisis peritoneal, tidak ada penyesuaian dosis yang diberikan inhalasi dosis tinggi
atau CRRT. pada label produsen
Penyesuaian dosis pada gangguan hati :
tidak ada penyesuaian dosis yang diberikan
pada label produsen

Medscape, 2016. Drug Interaction Checker-Drug and disease


Pusat Informasi Obat Nasional (Pionas), Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Republik Indonesia, 2015. Informatorium Obat Nasional Indonesia (IONI), BPOM RI.
MIMS.2022.Find Drugs
USA American Pharmacists Association, 2015. Drug Information Handbook 23 th ed. Lexicomp. United State
LABA
(Long Acting Beta Agonist)
Kriteria Formoterol Salmeterol Arfomoterol Indacaterol Olodaterol

Rumus kimia C19H24N204 C25H37N04 C19H24N2O4 C24H28N2O3


Struktur kimia

Onset 3 min 2 jam 7-20 menit 5 menit 5 menit

Durasi 12 jam 12 jam 12 jam 24 jam 24 jam

T1/2 10 jam 5,5 jam 26 jam 40-56 jam 7,5 jam

Volume 4,2 L/kg 2-3 L/kg Tidak ditemukan data 2,557 L 1,11 L
Distribusi
Ikatan Protein 61-64% 96% 52-65% 95%
Plasma
Metabolisme CYP2D6, CYP2C19, Dimetabolisme secara luas melalui Uridin isozim Dimetabolisme di hati oleh Dimetabolisme melalui
CYP2C9,CYP2A6 hidroksilasi menjadi α-hidroksi- diphosphoglucuronosyltransferas CYP3A4, CYP2D6 dan CYP1A1 glukuronidasi langsung oleh
salmeterol oleh isoenzim CYP3A4. e (UGT) mengkatalisis menjadi indacaterol UGT2B7, UGT1A1, UGT1A7,
glukuronidasi arformoterol di terhidroksilasi dan oleh UGT1A1 dan UGT1A9 dan melalui O-
vitro. Dua isozim sitokrom P450 menjadi O-glukuronida fenolik demetilasi terutama oleh
(CYP2D6 dan yang kedua CYP2C9 dan CYP2C8;
CYP2C19) mengkatalisasi dimetabolisme lebih lanjut
O-demetilasi melalui konjugasi.

Ekskresi Urine 66%, feses 33% Feses (60%); urine (25%) Urine (67%); feses (22%) feses (54% tidak berubah, 23% Urine 5-7%
metabolit terhidroksilasi), urin
Medscape, 2016. Drug Interaction Checker-Drug and disease (<2%)
Pusat Informasi Obat Nasional (Pionas), Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Republik Indonesia, 2015. Informatorium Obat Nasional Indonesia (IONI), BPOM RI.
MIMS.2022.Find Drugs
C.H, Gleiter, 1990. Fenoterol: Pharmacology and Clinical Use. Neva press. Branford
Morgan DJ, Paull JD, Richmond BH, Wilson-Evered E, Ziccone SP, 1986. Pharmacokinetics of intravenous and oral salbutamol and its sulphate conjugate. Br J Clin Pharmaco. Australia
Kriteria Formoterol Salmeterol Arfomoterol Indacaterol Olodaterol

Indikasi Penyakit paru obstruktif kronis Penyakit paru obstruktif Penyakit paru obstruktif Penyakit paru obstruktif kronis Penyakit paru obstruktif kronis
kronis kronis

Kontraindikasi Pengobatan status asmatikus, Monoterapi dalam pengobatan Hipersensitif terhadap Hipersensitif , Sebagai monoterapi dalam Monoterapi dalam pengobatan
episode asma akut lainnya atau asma. Pengobatan status arformoterol atau pengobatan asma. Penggunaan bersamaan asma. Sebagai pengobatan utama
COPD. Monoterapi dalam asmatikus, episode asma akut formoterol, atau bahan apa dengan agonis ß2-adrenergik kerja panjang asma, episode akut bronkospasme,
pengobatan asma. lainnya atau COPD. pun Pengobatan asma tanpa lainnya dan PPOK yang memburuk secara
obat pengontrol asma akut.
jangka panjang, seperti
kortikosteroid inhalasi

Interaksi obat Peningkatan risiko aritmia Peningkatan risiko efek CV Obat Adrenergik, Turunan Efek simpatis dapat diperkuat dengan agen Peningkatan risiko efek CV yang
ventrikel dengan obat yang dengan penghambat CYP3A4 Xanthine, Steroid, Atau simpatomimetik. Peningkatan efek merugikan dengan anestesi
memperpanjang interval QT yang kuat (misalnya Diuretik hipokalemia dari turunan metilxantin, hidrokarbon terhalogenasi.
(misalnya quinidine, ketoconazole, ritonavir). Pengobatan bersamaan steroid atau diuretik hemat kalium (diuretik Peningkatan risiko aritmia ventrikel
disopyramide, procainamide, Mengurangi efek bronkodilator dengan methylxanthine loop atau tiazid). Peningkatan risiko dengan obat yang memperpanjang
fenotiazin, antihistamin, dengan β-blocker. Peningkatan (aminophylline, interval QTc yang berkepanjangan dengan interval QT (misalnya MAOI,
eritromisin). Peningkatan efek risiko hipokalemia dengan theophylline), steroid, atau MAOI, TCA, atau agen lain yang diketahui TCA). Efek antagonis dengan β-
samping dengan obat diuretik non K-sparing. MAOI diuretik dapat memperpanjang interval QTc. Efek blocker. Peningkatan risiko
simpatomimetik lainnya. dan TCA dapat mempotensiasi mempotensiasi efek antagonis dengan penghambat ß- hipokalemia dengan turunan
Peningkatan efek CV dengan efek salmeterol pada sistem hipokalemik dari agonis adrenergik. Peningkatan konsentrasi serum xanthine, kortikosteroid, atau
MAOI, makrolida, atau TCA. vaskular. adrenergik, Diuretik Hemat dengan inhibitor CYP3A4 dan P- diuretik hemat non-K. Peningkatan
Peningkatan risiko hipokalemia Kalium, Inhibitor MAO, glikoprotein (misalnya ketokonazol, konsentrasi plasma dengan
dengan turunan xantin, steroid, Antidepresan Trisiklik, eritromisin, verapamil, ritonavir). inhibitor enzim CYP (misalnya
atau diuretik hemat K. Obat Pemanjang QTc, Beta- ketoconazole).
Peningkatan risiko aritmia Blocker
dengan anestesi bersamaan
dengan hidrokarbon
terhalogenasi. Peningkatan efek
bronkodilatasi dengan obat
antikolinergik. Efek antagonis
dengan β-blocker.

Medscape, 2016. Drug Interaction Checker-Drug and disease


Pusat Informasi Obat Nasional (Pionas), Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Republik Indonesia, 2015.Informatorium Obat Nasional Indonesia (IONI), BPOM RI.
MIMS.2022.Find Drugs
Kriteria Formoterol Salmeterol Arfomoterol Indacaterol Olodaterol

Efek Infeksi saluran pernapasan Batuk, sakit kepala, nyeri Gugup, pusing, gemetar (tremor), Reaksi hipersensitivitas (misalnya Hipersensitivitas (misalnya
Samping atas, nyeri punggung, muskuloskeletal, iritasi tenggorokan, sakit kepala, mual, mulut kering, pembengkakan lidah, bibir dan angioedema), peningkatan glukosa
faringitis, nyeri dada, infeksi pernapasan virus atau sulit tidur dapat terjadi. wajah, ruam, urtikaria, kesulitan serum, penurunan serum K,
sinusitis, demam, kram kaki, bernapas atau menelan), stimulasi/eksitasi SSP, stimulasi
kram otot, gelisah, pruritus, hipokalemia, hiperglikemia, onset aktivitas tiroid; Efek CV (misalnya
peningkatan sputum, mulut baru atau eksaserbasi diabetes peningkatan denyut nadi, dan
kering.. mellitus, peningkatan denyut nadi tekanan darah, perubahan EKG),
atau tekanan darah, perubahan hipokalemia, hiperglikemia.
EKG (misalnya pendataran T
gelombang, pemanjangan interval
QT, depresi segmen ST).

Dosis & Dewasa: Dewasa: Sebagai aerosol dosis Solution Inhalasi adalah Dewasa: Pemeliharaan: Sebagai Dewasa: Sebagai penghirup
Aturan inhalasi: 12 mcg bid melalui terukur atau inhaler bubuk kering: satu botol dosis unit 15 mcg tutup inhalasi: 1 tutup (150 mcg) aerosol dosis terukur (2,5
Pakai perangkat inhaler. 50 mcg bid diberikan dua kali sehari (pagi dan sekali sehari melalui alat mcg/aktuasi): 2 inhalasi sekali
dry powder inhaler dosis sore) dengan nebulisasi. penghirup, pada waktu yang sama sehari.
terukur: 12 mcg 1-2 kali Dosis harian total lebih besar dari setiap hari. Parah: 300 mcg sekali
sehari. 30 mcg (15 mcg dua kali sehari) sehari. Maks: 300 mcg setiap hari.
aerosol dosis terukur: 12 tidak dianjurkan
mcg bid. Dosis tambahan
dapat diberikan sesuai
kebutuhan. Maks: 48
mcg/hari (24 mcg/dosis).
nebulisasi: 20 mcg bid.

Medscape, 2016. Drug Interaction Checker-Drug and disease


Pusat Informasi Obat Nasional (Pionas), Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI, 2015.Informatorium Obat Nasional Indonesia (IONI), BPOM RI.
MIMS.2022.Find Drugs.
Kriteria Formoterol Salmeterol Arfomoterol Indacaterol Olodaterol

Keamanan Kategori C Kategori C Kategori C Kategori C Kategori C


untuk ibu hamil
& menyusui

Parameter Pantau fungsi paru, TD, Pantau fungsi paru, Tidak ditemukan data Pantau volume ekspirasi paksa Pantau fungsi paru termasuk
Monitoring detak jantung, stimulasi TD, detak jantung, pada detik pertama (FEV1), FEV1 dan FVC, tekanan
SSP; glukosa serum dan stimulasi SSP, fungsi kapasitas vital paksa (FVC), tes darah, denyut jantung,
kadar K hati; kadar glukosa dan fungsi paru lainnya; serum K, glukosa serum dan kadar K;
K. glukosa darah, tekanan darah, Stimulasi SSP.
detak jantung. Pantau
perburukan PPOK dan evaluasi
ulang terapi sesuai kebutuhan.

Stabilitas Jangan simpan diatas Simpan pada suhu 2–8°C. Simpan botol sekali pakai dalam Simpan kapsul pada suhu ruang Simpan di tempat sejuk dan
suhu 30 oC. Selalu kamar 20-25oC (68- kantong foil pelindung untuk melindungi dari terkontrol 25 oC; kunjungan terlindungi dari sinar matahari
pasang kembali penutup 77oC) di tempat kering cahaya sampai digunakan. Kantong foil yang diizinkan hingga 15-30oC (59- langsung
inhaler setelah terhindar panas atau belum dibuka dapat disimpan pada suhu 20– 86oF). melindungi dari sinar
digunakan sinar matahari 25°C selama ≤6 minggu. Buang kantong foil matahari langsung dan
langsung yang belum dibuka setelah >6 minggu atau kelembaban
setelah tanggal kedaluwarsa berlabel produsen
(mana saja yang lebih dulu)

Medscape, 2016. Drug Interaction Checker-Drug and disease


Pusat Informasi Obat Nasional (Pionas), Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Republik Indonesia, 2015. Informatorium Obat Nasional Indonesia (IONI),
BPOM RI.
MIMS.2022.Find Drugs
USA American Pharmacists Association, 2015. Drug Information Handbook 23 th ed. Lexicomp. United State
Kriteria Formoterol Salmeterol Arfomoterol Indacaterol Olodaterol

Bentuk & Rapihaler, Diskus Inhalasi solution Breezhaler Inhalasi solution


Sediaan, turbuhaler
Contoh
produk di
pasaran

Penyesuai Penyesuaian dosis pada Penyesuaian dosis Penyesuaian dosis pada Penyesuaian dosis pada Penyesuaian dosis pada
an dosis gangguan ginjal : tidak pada gangguan ginjal gangguan ginjal : tidak gangguan ginjal : tidak gangguan ginjal : tidak
ada penyesuaian dosis
pada yang diberikan pada : tidak ada penyesuaian diperlukan penyesuaian diperlukan penyesuaian dosis ada penyesuaian dosis yang
pasien label produsen dosis yang diberikan dosis penyesuaian dosis pada diberikan pada label
gangguan Penyesuaian dosis pada pada label produsen Penyesuaian dosis pada gangguan hati : produsen
ginjal/hati gangguan hati : tidak Penyesuaian dosis gangguan hati : tidak Gangguan ringan sampai Penyesuaian dosis pada
ada penyesuaian dosis
yang diberikan pada pada gangguan hati : diperlukan penyesuaian sedang : tidak diperlukan gangguan hati : tidak ada
label produsen tidak ada penyesuaian dosis, tetapi gunakan hati- penyesuaian dosis penyesuaian dosis yang
dosis yang diberikan hati, paparan obat sistemik Kerusakan parah : tidak ada diberikan pada label
pada label produsen berkepanjangann penyesuaian dosis yang produsen
diberikan dalam label
produsen

Medscape, 2016. Drug Interaction Checker-Drug and disease


Pusat Informasi Obat Nasional (Pionas), Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Republik Indonesia, 2015. Informatorium Obat Nasional Indonesia (IONI), BPOM RI.
MIMS.2022.Find Drugs
USA American Pharmacists Association, 2015. Drug Information Handbook 23 th ed. Lexicomp. United State
Gol obat II
antimuskarinik
SAMA & LAMA
Yolanda selviana br bangun (2001137)
Zikrinnissa (2001138)

www.traditionalmedicine.com
KRITERIA Ipratropium

Indikasi untuk meredakan dan mencegah gejala karena penyempitan saluran


pernapasan (bronkospasme), seperti mengi atau sesak napas, akibat
penyakit paru obstruktif kronik (PPOK). 

Mekanisme bronkodilator golongan antikolinergik. Obat ini


bekerja melemaskan otot saluran pernapasan. Dengan begitu
saluran pernapasan dapat melebar dan udara dapat mengalir
dengan lebih lancar

Nama obat Atrovent ,combivent,midatro

Bentuk & kekuatan Larutan inhalasi (hirup) dan aerosol (inhaler)


KRITERIA ipratropium

Dosis bentuk aerosol (inhaler)


Dewasa dan anak-anak usia >12 tahun: 20–40 mcg, 3–4
kali sehari
Anak-anak usia 6–12 tahun: 20–40 mcg, 3 kali sehari
Anak-anak usia <6 tahun: 20 mcg, 3 kali sehari
Bentuk larutan inhalasi dengan nebulizer
Dewasa dan anak-anak usia >12 tahun: 250–500 mcg, 3–
4 kali sehari
Anak-anak usia 6–12 tahun: 250 mcg, dosis dapat diulang
hingga maksimal 1.000 mcg atau 1 mg per hari
Anak-anak usia <6 tahun: 125–250 mcg, 4 kali sehari,
hingga maksimal 1.000 mcg atau 1 mg per hari

Durasi penggunaan 3-4 jam


Golongan obat LAMA
KRITERIA Tiotropium Glikopironium bromida

Indikasi Mengontrol dan mencegah gejala terapi pemeliharaan pada obstruksi


mengi, batuk, dan sesak napas, akibat  paru kronik.
asma atau PPOK

Mekanisme bronkodilator golongan antikolinergik. Obat ini bekerja dengan


Obat ini bekerja melemaskan otot menghambat efek asetilkolin di otot
saluran pernapasan. Dengan begitu saluran pernapasan, sehingga
saluran pernapasan dapat melebar dan saluran pernapasan dapat lebih
udara dapat mengalir dengan lebih
lancar
relaks dan melebar.

Nama obat Spiriva, Spiriva Respimat, Spiolto Seebri Breezhaler, Ultibro Breezhaler
Respimat
Bentuk & Inhaler Inhaler
kekuatan
KRITERIA Tiotropium Glikopironium bromida

Dosis Bentuk obat: Inhaler Dosis umum penggunaan glycopyrronium


Dewasa: Dua kali hisapan yang setara dalam bentuk inhaler untuk orang dewasa
dengan 5 mcg per hari. adalah 1 kali hirup per hari atau setara
Tujuan: Mencegah kekambuhan asma dengan 50 mikrogram (mcg)
Bentuk obat: Inhaler glycopyrronium.
Dewasa dan anak-anak usia di atas 6
tahun: Dua kali hisapan yang setara
dengan 2,5 mcg per hari.

Durasi penggunaan >24 jam 1-2 minggu atau lebih

DAFTAR PUSTAKA :
Madscape, Basic Pharmacology and Drug Notes 2023
PIONAS,BPOM
FARMAKOTERAPI SALURAN NAFAS DAN KONDISI
KHUSUS
“PROFIL GOLONGAN OBAT III”
ICS

S1-5C

Selviani Putri(2001129)
Shinta Liana Ruska(2001130)

Dosen Pengampu:
Apt. Yuanita Purnami, S.Si., M.Sc
KRITERIA BUDESONIDE FLUTICASONE

Indikasi Asma, croup, rinitis alergi, atau Asma, Polip hidung, Rinitis alergi,
penyakit Crohn

Mekanisme mengendalikan laju sintesis protein, Kortikosteroid anti-inflamasi poten


menghambat leukosit dengan sifat vasokonstriktor
polimorfonuklear, fibroblas,
mengembalikan permeabilitas
kapiler dan menstabilkan lisosom
pada tingkat sel sehingga dapat
mencegah dan mengendalikan
peradangan.

Nama obat Symbicort, pulmicort, budesma Avamys, flixonase nasal spray,


flixotide inhaler, flixotide nebulles

Bentuk & Inhaler, cairan nebulizer, semprotan Nasal spray, cream, ointment,, dry
kekuatan hidung, kapsul powder
Kriteria BUDESONIDE FLUTICASONE

Dosis Bentuk: Inhaler Dewasa : asma ringan 100mcg


Dewasa: 0,2–0,8 mg per hari, yang 2xsehari, sedang-berat 200-250mcg
dibagi ke dalam 1–2 jadwal 2xsehari
penggunaan. Dosis maksimal 0,8 14-16 tahun : 50-100mcg 2xsehari
mg per hari.
Bentuk: Cairan nebulizer Dry powder
Dewasa: 1–2 mg, 2 kali sehari. 5-12 tahun : 50mcg/hari
Dosis pemeliharaan 0,5–1 mg, 2 kali 12 tahun keatas dosis yang digunakan
sehari. sama seperti dewasa.

Durasi 24 jam 1-2 minggu atau lebih


penggunaan

Medscape, 2016. Drug Interaction Checker-Drug and disease


Pusat Informasi Obat Nasional (Pionas), Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Republik
Indonesia, 2015. Informatorium Obat Nasional Indonesia (IONI), BPOM RI.
KRITERIA BEKLOMETASON DIPROPIONAT MOMETASON FUROAT
MONOHIDRAT

Indikasi Profilaksis asma, terutama jika tidak Rhinitis seasonal dan menahun
sepenuhnya teratasi oleh terutama pada alergi sedang sampai
bronkodilator atau kromoglikat. berat yang menetap pada anak usia
di atas 3 tahun.

Mekanisme Glukokortikoid anti-inflamasi yang Kortikosteroid dengan sifat


kuat; menghambat sel inflamasi dan antiinflamasi yang kuat; memberikan
pelepasan mediator inflamasi. efek pada berbagai sel, termasuk sel
mast dan eosinofil; juga memberikan
efek pada mediator inflamasi

Nama obat Innovair Nasonex

Bentuk & Aerosol inhalasi Nasal spray


kekuatan
Kriteria BUDESONIDE FLUTICASONE

Dosis Aerosol inhalasi Nasal Spray


Dewasa : 200 mcg 2 kali sehari Rhinitis seasonal atau menahun:
atau 100 mcg 3-9 kali sehari inisial priming 6-7 aktuasi (tiap aktuasi 100
(pada kondisi lebih berat dosis mcg mometason furoat suspensi
awal 600-800 mcg per hari). mengandung 50 mcg mometason furoat).
Anak : 50-100 mcg 2-4 kali sehari Profilaksis atau terapi pada: 2 spray (tiap
atau 100-200 mcg 2 kali sehari. nostril mengandung 200 mcg) 1 kali sehari
jika gejala terkontrol.
Anak di atas 12 tahun: 1 spray (tiap nostril
mengandung 100 mcg) satu kali sehari jika
gejala tidak terkontrol ditingkatkan menjadi 2
spray (total 400 mcg).
Anak 3-11 tahun dosis rekomendasi: 50 mcg/
spray dalam tiap nostril 1 kali sehari (total
100 mcg)

Durasi 6 jam 1-3 hari


penggunaan

Medscape, 2016. Drug Interaction Checker-Drug and disease


Pusat Informasi Obat Nasional (Pionas), Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Republik
Indonesia, 2015. Informatorium Obat Nasional Indonesia (IONI), BPOM RI.
FARMAKOTERAPI SALURAN CERNA, PERNAFASAN DAN KONDISI KHUSUS

Combination Therapy (CT) : 2 in 1 device


SABA+SAMA, LABA+LAMA, LABA+ICS

SALSABILA ZAHIRAH ANANDA 2001127


SASKIRA WINDY NOVIANA 2001128

Dosen Pengampu : Apt. Yuanita Purnami, S.Si., M.Sc


Kriteria SABA+SAMA LABA+LAMA LABA+ICS
(Salbutamol+Ipratropium) (Olodaterol +Tiotropium) (Formoterol+ Budesonide)

Indikasi Bronkospasme reversibel yang Penyakit Paru Obstruktif Kronis Asma, Penyakit Paru Obstruktif Kronis
berkaitan dengan penyakit paru (PPOK) (PPOK)
obstruksi dan serangan asma akut
yang membutuhkan terapi lebih
dari bronkodilator tunggal

Mekanisme Kerja Salbutamol: melemaskan otot Tiotropium: Agen antimuskarinik Budesonide: Kortikosteroid antiradang;
polos semua saluran udara, dari kerja panjang, sering disebut memiliki aktivitas glukokortikoid yang
trakea hingga bronkiolus terminal, sebagai antikolinergik; kuat dan aktivitas mineralokortikoid
sebagai antagonis fungsional menghambat reseptor M3 pada yang lemah.
untuk melemaskan jalan napas otot polos, menyebabkan Formoterol: Agonis beta2-adrenergik
terlepas dari spasmogen yang bronkodilatasi selektif kerja panjang dengan onset
terlibat, sehingga melindungi dari Olodaterol: agonis beta2- kerja cepat; bertindak secara lokal
semua tantangan adrenergik kerja panjang (LABA); sebagai bronkodilator; merangsang
bronkokonstriktor. mengaktifkan reseptor beta2- intraseluler adenil siklase, yang
Ipratropium: antagonis asetilkolin adrenergik spesifik pada menghasilkan peningkatan kadar siklik
melalui blokade reseptor kolinergik permukaan sel otot polos, yang adenosin monofosfat, menyebabkan
muskarinik. Memblokir reseptor meningkatkan cAMP intraseluler relaksasi otot polos bronkus dan
kolinergik menurunkan produksi dan relaksasi otot polos penghambatan pelepasan mediator sel
siklik guanosin monofosfat (cGMP) mast.

Nama Obat Combivent Spiolto Respimat Symbicort

Medscape, 2016. Drug Interaction Checker-Drug and disease


Pusat Informasi Obat Nasional (Pionas), Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Republik Indonesia, 2014.Informatorium Obat Nasional Indonesia (IONI), BPOM RI.
Anonim. 2010. MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi, Edisi 9, 2009/2010. Jakarta: Penerbit Asli (MIMS Pharmacy Guide).
Kriteria SABA+SAMA LABA+LAMA LABA+ICS
(Salbutamol+Ipratropium) (Olodaterol+Tiotropium) (Formoterol+Budesonide)

Dosis terapi serangan akut: 1 unit dosis, Dewasa : Tarik napas 2 gerakan Dewasa dan remaja >12 tahun:
pada kasus yang parah, jika PO qDay pada waktu yang 80/4,5 mcg 1-2 hari inhalasi 2kali
serangan tidak dapat diredakan sama. Sekali sehari, bila sehari atau 160/4,5 mcg 1-2 hari
dengan pemberian satu unit dosis, memungkinkan gunakanlah inhalasi 2kali sehari.
mungkin diperlukan dua unit dosis, pada waktu yang sama setiap Anak 6-11 tahun : secara teratur
pada kasus tersebut, pasien harus harinya. setiap kali harus dinilai ulang oleh dokter untuk
segera berkonsultasi dengan dokter menggunakannya, lakukan dua mendapatkan dosis yang optimal
terapi pemeliharaan: satu unit dosis semprot. Tidak boleh diberikan
tiga atau empat kali sehari. pada anak-anak atau remaja
(dibawah usia 18 th)

Durasi penggunaan 4-5 jam atau lebih 24 jam 12 jam atau lebih

Bentuk dan Cairan Inhalasi Cairan Inhalasi Serbuk Inhaler


kekuatan
sediaan

Medscape, 2016. Drug Interaction Checker-Drug and disease


Pusat Informasi Obat Nasional (Pionas), Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Republik Indonesia,
2014.Informatorium Obat Nasional Indonesia (IONI), BPOM RI.
Gol. Obat V : Triple therapy
(LABA + LAMA + ICS)

Disusun oleh :
Kelas S1-5C
Tengku Shella Mardianti (2001133)
Violin Sugesty Syahputri (2001134)
Golongan Indikasi Mekanisme kerja Nama obat Bentuk dan dosis Durasi
Obat kekuatan
sediaan

Triple Diindikasikan Agonis beta-2 berikatan Budesonide / Inhaler tipe 160 mcg/ 12 jam
therapy : untuk perawatan dengan reseptor beta-2 Formoterol / MDI 9 mcg/ 4.8
LABA+ pemeliharaan adrenergik di paru-paru dan glycopyrrolate (Metered mcg per
LAMA+ bronkokonstriksi menyebabkan efek inhaled Dose Inhaler) inhalasi atau
ICS pada pasien bronkodilatasi/relaksasi otot 2 oral
PPOK. saluran pernapasan. inhalasi
Dengan Kortikosteroid bekerja dalam 2 hari
karakteristik dengan cara mengurangi
pasien orang respon inflamasi saluran
bergejala dengan napas terhadap alergen.
riwayat Kortikosteroid inhalasi (ICS)
eksaserbasi yang dosis rendah dan dosis
sering atau parah sedang digunakan untuk
mengontrol asma sedangkan
ICS dosis tinggi digunakan
saat terjadi eksaserbasi asma
atau pada asma yang tidak
terkontrol.
PROFIL GOLONGAN OBAT
VI
ORAL
STEROID SISTEMIK : ORAL - INJEKSI
GLUCOCORTICOIDS
Vivi Gita Nabilla (2001135)
Wekis Raya Amnan (2001136)
Kriteria Prednisolon Deksametason Hidrokotison Betametason
Indikasi Keadaan alergi terutama pada asma Mengobati supresi inflamasi dan Kolitis ulseratif, proctitis, Supresi inflamasi dan gangguan
bronchial, peradangan, asma, rematik, gangguan alergi, Cushing’s proktosigmoditis alergi, mengobati Hyperplasia
supresi inflamasi bagian serta penyakit disease, hyperplasia adrenal adrenal congenital
lain yang perlu pengobatan dengan
glukokortikoid

Mekanisme Kerja Glukokortikosteroid; memunculkan Mekanisme kerja deksametason Glukokortikoid; memunculkan • Glukokortikoid poten dengan
aktivitas mineralokortikoid ringan dan yaitu dengan cara menembus aktivitas mineralokortikoid ringan aktivitas mineralokortikoid
efek antiinflamasi sedang; mengontrol membran sel sehingga akan dan efek antiinflamasi sedang; minimal atau tanpa aktivitas
atau mencegah peradangan dengan terbentuk suatu kompleks mengontrol atau mencegah • Mengontrol atau mencegah
mengontrol laju sintesis protein, steroid-protein reseptor. Di inflamasi dengan mengontrol laju inflamasi dengan mengontrol
menekan migrasi leukosit dalam inti sel, kompleks steroid- sintesis protein, menekan migrasi laju sintesis protein, menekan
polimorfonuklear (PMN) dan fibroblas, protein reseptor ini akan leukosit polimorfonuklear (PMN) migrasi PMN dan fibroblas,
membalikkan permeabilitas kapiler, dan berikatan dengan kromatin DNA dan fibroblas, dan membalikkan membalikkan permeabilitas
menstabilkan lisosom pada tingkat sel dan menstimulasi transkripsi permeabilitas kapiler kapiler, dan menstabilkan
mRNA yang merupakan bagian lisosom pada tingkat seluler
dari proses sintesis protein.
Sebagai anti inflamasi, obat ini
menekan migrasi neutrofil,
mengurangi produksi
prostaglandin (senyawa yang
berfungsi sebagai mediator
inflamasi), dan menyebabkan
dilatasi kapiler. Hal ini akan
mengurangi respon tubuh
terhadap kondisi peradangan

Basic Pharmacology & Drug Notes 2023 Edition


Medscape
Suherman, SK, Ascobat P (2007). Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Jakarta: Gaya Baru.
Kriteria Prednisolon Deksametason Hidrokotison Betametason

Nama Obat Lufred® 5, Prednisolone, Dexamethasone, Genisone 20, Hydrocortisone Betasone-3


Prenson-20, Ampired 10 Dexaharesen®, Indexon®

Bentuk dan Kekuatan Tablet 5 mg, Tablet 10 mg, Ampul 5mg/ml, tablet 0,5 mg Tablet 20 mg dan injeksi Tablet 0,5 mg, sirup, suntik
Sediaan Obat Tablet 20 mg dan tablet 0,75 mg, airup, salep 100mg/ml
mata, tetes mata

Basic Pharmacology & Drug Notes 2023 Edition


Medscape
Pusat Informasi Obat Nasional (Pionas),
Kriteria Prednisolon Deksametason Hidrokotison
Dosis • Dewasa : 40-60mg per • Dosis Dewasa Sebagai anti Tablet
hari ,dibagi dalam 2 dosis atau inflamasi atau imunosupresi : Oral : • Dewasa : untuk mengura
dosis tunggal. Pengobatan 0,5-9 mg/hari dalam dosis, terbagi peradangan atau penyakit ak
selama 5-10 hari maksimal 1,5 mg/hari. Injeksi : 0,4- kekebalan tubuh, d
• Anak-anak : 1-2mg/kg BB per 20 mg/hari diberikan secara IV/IM hidrokortison sebesar 20–30
hari,dibagi dalam beebrapa dalam dosis terbagi. Dosis per hari. Dosis bergantung p
dosis atau dosis disesuaikan dengan beratnya keparahan kondisi dan resp
tunggal,selama 3-10 hari atau penyakit dan respon pasien pasien.
lebih • Dosis anak sebagai anti inflamasi : • Anak-anak : 0,4–0,8 mg/kg b
Oral, IM, IV : 0,08-0,3 mg/Kg badan anak per hari, pembe
BB/hari dalam dosis terbagi setiap obat sebanyak dua
6-12 jam tiga dosis terpisah.
Injeksi
• Dewasa : untuk penyuntikan
jaringan lunak, seperti se
aturan dosis sebesar 100–200
setiap hari. Pemberian dosis ha
bisa berulang hingga tiga k
Untuk kondisi lain, dosis
sebesar 100-500 mg ke dalam
(intramuskular) atau ke da
pembuluh darah melalui in
hingga empat kali sehari.
• Anak-anak : 25–100 mg,
sebanyak empat kali seh
tergantung respons.

Durasi Penggunaan 5-10 hari 10 hari 7 hari

Basic Pharmacology & Drug Notes 2023 Edition


Medscape
Pusat Informasi Obat Nasional (Pionas),
FARMAKOTERAPI SALURAN NAFAS
DAN KONDISI KHUSUS
“GOLONGAN OBAT VII : MUKOLITIK”

NORMA SAKINAH (2001122)


PIA ATIKA (2001124)

Dosen Pengampu :
Apt.Yuanita Purnami,S.Si.,M.Sc
METHYLXANTHINES
KRITERIA AMINOFILIN TEOFILIN

Struktur Kimia

Teofilin melemaskan otot polos saluran Teofilin melemaskan otot polos yang terletak di saluran
pernapasan dan menekan respons saluran udara bronkial dan pembuluh darah paru. Dan juga
udara terhadap rangsangan Dapat mengurangi respons saluran napas terhadap histamin,
meningkatkan konsentrasi jaringan siklik adenosin, metakolin, dan alergen. Teofilin secara
adenin monofosfat (cAMP) dengan kompetitif menghambat fosfodiesterase (PDE) tipe III
menghambat 2 isoenzim fosfodiesterase dan tipe IV, enzim yang bertanggung jawab untuk
Mekanisme (PDE III dan, pada tingkat yang lebih memecah AMP siklik dalam sel otot polos, yang
Aksi rendah, PDE IV), yang pada akhirnya mungkin mengakibatkan bronkodilatasi. Teofilin juga
menginduksi pelepasan epinefrin dari sel berikatan dengan reseptor adenosin A2B dan memblokir
medula adrenal. bronkokonstriksi yang dimediasi adenosin. Dalam
keadaan inflamasi, teofilin mengaktifkan histone
deacetylase untuk mencegah transkripsi gen inflamasi
yang membutuhkan asetilasi histon untuk memulai
transkripsi
Drugbank Online ,Mims indonesia edisi 22 tahun 2021 ,PIONAS,Bpom
METHYLXANTHINES

KRITERIA AMINOFILIN TEOFILIN

C16H24N10O4 C7H8N4O2
Rumus Kimia

Obstruksi saluran napas reversibel, asma akut Untuk pengobatan gejala dan obstruksi aliran
berat udara reversibel yang berhubungan dengan
Indikasi asma kronis dan penyakit paru kronis
lainnya, seperti emfisema dan bronkitis
kronis.
Hipersensitivitas, Penyakit jantung,Gangguan Hipersensitivitas
Kontraindikasi ginjal, Disfungsi hati karena sebab apapun,
Hipo/hipertiroidisme, Epilepsi Penyakit ulkus
peptikum aktif
Tablet, injeksi, sirup Tablet, kaplet, atau kapsul
Bentuk Sediaan

Drugbank Online ,Mims indonesia edisi 22 tahun 2021 ,PIONAS,Bpom


METHYLXANTHINES
KRITERIA AMINOFILIN TEOFILIN
Dosis dan aturan Dewasa: 225–450 mg, 2 kali sehari.Anak usia ≥6 Dewasa: 130-150 mg, jika diperlukan dapat
pakai tahun: 10 mg/kgBB, 2 kali sehari. dinaikkan menjadi 2 kalinya.
Anak: 6-12 tahun: 65-150 mg, kurang dari 1
tahun: 65-75 mg, 3-4 kali sehari sesudah makan.
Interaksi Metabolisme Aminofilin dapat menurun bila Jika mengonsumsi teofilin bersamaan dengan
dikombinasikan dengan theofilin.Aminofilin obat lain adalah: Peningkatan efek samping
dapat mengurangi kadar Vitamin B6 sebagai efek mual, gugup, dan insomnia, jika digunakan
samping. dengan ephedrine
Efek samping Sakit kepala, insomnia, lekas marah, gelisah, Diare, mual, muntah,Diuresis (sementara),
kejang Diare, mual, muntah Diuresis (sementara) Dermatitis eksfoliatif,Tremor otot rangka,
Dermatitis eksfoliatif Tremor otot rangka Takikardia berdebar,Hiperkalsemia (dengan
Takikardia, berdebar Hiperkalsemia (dengan penyakit hipertiroid bersamaan)
penyakit hipertiroid bersamaan) Kesulitan buang
air kecil

Onset 30 Menit 1-2 Jam


Durasi 4-6 Jam 12-24 Jam

Drugbank Online,Mims indonesia edisi 22 tahun 2021 ,PIONAS,Bpom


METHYLXANTHINES
KRITERIA AMINOFILIN TEOFILIN

Volume distribusi Berkisar antara 0,3 hingga 0,7 L/kg. 0,3 hingga 0,7 L/kg

Ikatan protein plasma 60% 40%

T½ 7-9 Jam 8 Jam

Metabolisme Terjadi di hati melalui sistem sitokrom Hati


CYP450.

Ekskresi urin Urin

Monitoring Pasien yang menerima aminofilin  Detak jantung pasien


memerlukan pemantauan efek SSP, laju  Efek SSP (sakit kepala, insomnia, lekas
pernapasan, gas darah arteri, dan konsentrasi marah)
serum teofilin.  Tingkat pernapasan
 Gas darah arteri atau kapiler pasien

Drugbank Online,Mims indonesia edisi 22 tahun 2021 ,PIONAS,Bpom


METHYLXANTHINES
KRITERIA AMINOFILIN TEOFILIN

Contoh dan
Gambar produk

Drugbank Online,Mims indonesia edisi 22 tahun 2021 ,PIONAS,Bpom


Farmakoterapi Saluran Cerna, Saluran Nafas dan Kondisi Khusus

Farmakoterapi PPOK (Penyakit Paru Obstruktif


Kronis) /
CPOD (Chronic Obstructive Pulmonary Disease)

Profil Golongan Obat VII

(METHYLXANTHINES)

N-acetylcysteine (NAC), Erdosteine, Carbocysteine

S1 - 5C
Aisyah Azzahra Faraini
(2001093)
Annisa Siregar (2001094)
Dosen Pengampu : apt. Yuanita Purnami, S.Si, M.Sc.
N-acetylcysteine, erdosteine dan carbocysteine merupakan Golongan Obat Mukolitik (mukokinetik, mukoregulator) dan agen
Antioksidan. Mukolitik adalah obat yang mengencerkan sekret saluran napas dengan jalan memecah benang-benang mukoprotein dan
mukopolisakarida dari sputum. Istilah sputum dan phlegm atau dahak digunakan untuk mendefinisikan mukus yang disekresikan atau
dikeluarkan pada saluran respirasi.

Kriteria Erdosteine Carbocysteine


N-acetylcysteine (NAC)

Nama Obat Asetilsistein : Fluimucil Erdosteine:Erdomed, Erdos, Erdotin Karbosistein : Broncholit, Rhinathiol

Rumus Kimia C5H9NO3S C8H11NO4S2 C5H9NO4S

Derivat asam amino yang terdapat di dalam Prodrug yang mengandung metabolit aktif yaitu
tubuh secara alami, yaitu sistein. komposisi thiol.

Struktur Kimia

Onset 5-10 menit (inhalasi) 1 jam 1-1,7 jam

Durasi Variasi (~1 jam) 12 jam (GOLD 2023) 2 jam (rentang: 1-3 jam).

T1/2 5,6 jam (dewasa), 11 jam (neonatal) 1,46 jam (erdosteine); 1,62 jam (metabolit) ±2 jam

Volume Distribusi 0,47 L/kg - Kira-kira 60-105 L.


Ikatan Protein <10%
80% 64,5%
Plasma (PP)
melalui asetilasi, dekarboksilasi, dan
Metabolisme Hati Hati
sulfoksidasi

Ekskresi Urin (13% sampai 38%) Urin (sebagai metabolit aktif dan sulfat).  Urin
Kriteria Erdosteine Carbocysteine
N-acetylcysteine (NAC)
Terapi hipersekresi mukus kental dan tebal pada Mukolitik pada infeksi saluran napas akut dan Obat batuk berdahak (mukolitik).
Indikasi saluran pernapasan kronik Mengurangi viskositas sputum.

Sebagai terapi tambahan untuk gangguan Gangguan pernapasan yang berhubungan dengan Digunakan dalam pengobatan batuk basah
saluran pernapasan yang berhubungan dengan produksi lendir yang berlebihan Digunakan dalam dan untuk mengobati penyakit pernapasan
lendir kental yang berlebihan. pengobatan batuk basah. Merupakan obat yang jangka panjang seperti PPOK
Digunakan Juga digunakan untuk penanganan berbentuk bakal obat yang mengandung metabolit dan bronkiektasis.
Ketika overdosis acetaminophen, yaitu sebagai aktif yaitu komposisi thiol. Gejala seperti batuk berdahak terus-menerus
antidotum/ penawar kondisi keracunan dan sesak napas
berdasarkan peningkatan persediaan glutathion.

Disamping kerja mukolitiknya, juga berefek Mengatur produksi dan viskositas mukus. Sifat dan penggunaan sama dengan
antioksidan dengan melindungi jaringan paru Erdosteine berbentuk bakal obat yang nantinya asetilsistein.
terhadap kerusakan (lanjutan) pada COPD. akan dipecah oleh enzim adenosine deaminase. Juga dapat memutuskan “jembatan” sulfur
Sifat melindungi dari asetilsistein didasarkan Erdosteine menghambat adhesi bakteri pada sel dari mukopolisakarida di selaput lendir
atas peningkatan persediaan GSH disamping epitel dan membuka ikatan disulfida pada lambung, sehingga mukus menjadi lebih cair.
memperkuat aktivitas antioksidan alamiah lain. mukoprotein dalam bronkiolus sehingga Adalah mukolitik yang berfungsi
Asetil juga dapat “melahap” FR dan mengurangi mengurangi kekentalan lendir dan sputum mengurangi hiperplasia goblet sel (lendir
Mekanisme produksi FR oleh makrofag alveoler akibat asap purulent. yang menjaga lapisan terluar sel agar tidak
Kerja rokok di samping juga mencegah inaktivasi Juga dapat berfungsi sebagai free radical dirusaki oleh enzim pepsin) dalam
oksidatif dari anti-elastase yang melindungi scavenging yang melindungi jaringan paru pengelolaan gangguan pernapasan. Hal ini
alveoli terhadap elastase. Karena itu eltalase dari kerusakan akibat asap rokok. terkait dengan pelepasan (sekresi) lendir
tidak dapat merombak dinding alveoli, sehingga yang berlebihan atau lendir kental abnormal.
timbulnya dan progresi emfisema dihentikan.
Kriteria Erdosteine Carbocysteine
N-acetylcysteine (NAC)
Hipersensitif terhadap acetylcysteine Hipersensitif terhadap erdosteine, pasien Ulkus peptik aktif (asam lambung)
sirosis hati dan kekurangan enzim Anak-anak di bawah 2 tahun.
Kontraindikasi crystathionine sintetase, fenilketonuria
(hanya pada granul), pasien gagal ginjal
(dengan kreatinin klirens <25 mL/min).

Pada penggunaan sistemik : menimbulkan Tidak ditemukan efek terhadap saluran Kadang-kadang iritasi saluran cerna,
reaksi hipersensitivitas seperti urtikaria dan pencernaan dan efek sistemik (PIONAS). ruam (PIONAS).
bronkospasme (jarang terjadi). Psoriasis, mual,
muntah, diare, stomatitis, pusing, tinitus.
Yang paling sering terjadi : mual, dan muntah.
Efek Samping Secara inhalasi, dapat menimbulkan kejang-
kejang bronchi (penderita asma).

Mukolitik diresepkan untuk membantu ekspektorasi dengan mengurangi viskositas sputum. Mukolitik mengurangi eksaserbasi pada
beberapa pasien penyakit paru obstruktif kronis dan batuk produktif kronis. Pengobatan harus dihentikan jika tidak ada manfaat
setelah 4 minggu pemberian. Mukolitik harus diberikan dengan hati-hati pada pasien dengan riwayat ulserasi peptik karena dapat
Peringatan
merusak sawar mukosa lambung.
Kriteria Erdosteine Carbocysteine
N-acetylcysteine (NAC)
 Tablet, kapsul, sirup kering, larutan  Tablet, sirup, kaplet  Kapsul dan Sirup
Broncholit, Rhinathiol, Carboxysteine
Kapsul 200 mg : Fluimucil, Mucylin, Nytex, Kapsul 300 mg : Edopect, Edotin, Erdobat,
Pectocil, Simucil 200 Mucotein, Recustein, Vectrine, Vestein, Vostrin. Sirup :
Sirup 100 mg/5 ml : Nytex Sirup kering 175mg/5 ml, Mucotein, Recustein, Broncholit syrup 60 ml
Vectrine, Vestein, Vostrin. Rhinathiol Adult syr 250 mg/5 mL,
Bentuk &
Merek dagang Fluimucil juga tersedia dalam kemasan botol 100 ml
Sediaan, bentuk tablet effervescent 600 mg, granula Rhinathiol Infant syr 100 mg/5 mL,
Contoh 200mg, sachet pediatri 100 mg, sirup kering kemasan botol 100 ml
produk di 150mg/50 ml dan injeksi ampul 300mg/3ml. Kapsul :
pasaran Rhinathiol cap 375 mg
Juga tersedia dalam bentuk kombinasi seperti
Acetylcysteine 200 mg dengan Paracetamol
500 mg (Dorbigot, Sistenol)

• Dewasa : 3x1 kapsul sehari • (Kapsul) Dewasa : 2-3 x 1 kapsul sehari • Dosis awal 750 mg 3 kali sehari,
• Nebulasi 1 ampul 1-2 kali sehari selama 5- • (Sirup) Anak : kemudian 1,5 g/hari dalam dosis
10 hari (PIONAS). BB 15-19 kg = 2x 175 mg sehari terbagi Anak 2-5 tahun 62,5-125
• Oral : 3-6 dd 200 mg atau 1-2 dd 600mg BB 20-30 kg = 3x 175 mg sehari mg 4 kali sehari; 6-12 tahun 250
Dosis & granulat. Dewasa & anak berat >30 kg=2x350mg sehari mg 3 kali sehari (PIONAS).
Aturan • Anak-anak 2-7 th: 2 dd 200mg
Pakai • Anak <2th : 2 dd 100mg
Antidotum paracetamol :
• Oral 140mg/kg dari larutan 5%, disusul
dengan 70 mg/kg setiap 4 jam

Simpan antara 25 – 30°C Tablet / tutup / suspensi / solusi: Tablet / tutup:


→ Simpan dalam ruangan bersuhu 25 ° C. → Simpan di bawah 25 ° C.
Stabilitas → Jauhkan dari jangkauan anak-anak → Jangan simpan di freezer.
→ Lindungi dari cahaya dan kelembaban
Kriteria Erdosteine Carbocysteine
N-acetylcysteine (NAC)
→ Kapsul: Penggunaan bersamaan dari kapsul NAC → Pemberian kombinasi erdosteine dan amoxicillin → Meningkatkan resiko efek
dengan antitusif dapat menyebabkan stasis mukus pada pasien yang menjalani pengobatan eksaserbasi samping dengan
karena kedua obat ini menekan refleks batuk. Oleh akut bronkitis kronis dapat mengakibatkan Acetohexamide.
sebab itu, kombinasi perlu dilakukan dengan hati-hati. peningkatan konsentrasi antibiotik dalam dahak → Meningkatkan resiko efek
→ Penggunaan HCl tetrasiklin harus diminum secara yang mengarah pada perbaikan gejala klinis yang samping
terpisah dengan selang waktu setidaknya 2 jam. lebih awal dan lebih nyata dibandingkan plasebo. dengan Chlorpropamide
→ Penggunaan bersamaan NAC kapsul dengan → Erdosteine dapat melawan toksisitas pada ginjal
trinitrat gliserol (nitrogliserin) dapat menyebabkan akibat penggunaan acetaminophen.
peningkatan pengaruh vasodilatasi dan peningkatan → Erdosteine merupakan agen alternatif yang dapat
aliran darah. melindungi jaringan pada jantung terhadap efek
Interaksi Obat → Larutan untuk inhalasi: NAC dapat diberikan secara toksisitas yang diakibatkan oleh
bersamaan dengan bronkodilator umum, penggunaan doxorubicin.
vasokonstriktor dan sebagainya. Ketika pengobatan → Makanan yang pedas dapat meningkatkan
lokal dengan NAC dan antibiotik diperlukan, dianjurkan potensi terjadinya efek samping seperti mual, diare,
untuk diberikan secara terpisah karena dapat terjadi nyeri perut, hingga gangguan pencernaan.
inkompabilitas di antara NAC dan antibiotik tertentu.

Kategori B: Studi pada hewan tidak menunjukkan Penggunaan erdosteine pada kehamilan dan ibu Kategori C: Studi pada
resiko pada janin, akan tetapi belum ada studi terkontrol menyusui tidak dianjurkan karena belum tersedia reproduksi hewan menunjukkan
pada ibu hamil, atau studi pada reproduksi hewan yang penelitian lebih lanjut. FDA memberikan erdosteine efek buruk pada janin. Tidak
menunjukkan efek yang merugikan (selain penurunan status sebagai orphan drug. Belum diketahui ada studi memadai dan
Keamanan fertilitas) yang tidak dikonfirmasi pada studi terkontrol kategori obat ini untuk penggunaan pada kehamilan terkendali pada manusia. Obat
untuk Ibu pada ibu hamil trisemester I (dan tidak ada bukti berdasarkan FDA maupun TGA (kategori N). Oleh boleh digunakan jika nilai
Hamil & mengenai resiko pada trimester berikutnya). karena itu, erdosteine tidak disarankan untuk pasien manfaatnya lebih besar dari
Menyusui gangguan saluran napas yang sedang hamil atau risiko terhadap janin.
berencana hamil.
Kriteria Erdosteine Carbocysteine
N-acetylcysteine (NAC)
FLUIMUCIL VECTRINE BRONCHOLIT

Contoh Nama
Dagang di
Indonesia

daftar pustaka :
GOLD Report 2023, Medscape, PIONAS, Basic Pharmacology and Drug Notes 2019, MIMS edisi 2019
Tjay, H.T dan Rahardja, Kirana. 2015. Obat-obat penting, khasiat, penggunaan dan efek-efek sampingnya. Edisi
ke 7. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo, Kompas Gramedia.
Golongan
Obat IX & X
PD-4 Inh. & α1-At
Silvia Yolanda 2001131
Surien Fetri 2001132

Dosen Pengampu :
apt. Yuanita Purnami, S.Si,. M.Sc
KRITERIA Roflumilast α-1 Antitrypsin augmentation therapy

Indikasi Roflumilast (DAXAS) diindikasikan untuk Indikasi augmentasi AAT adalah emfisema
pengobatan pemeliharaan penyakit paru obstruktif
kronik (PPOK) berat (FEV, post-bronkodilator
diperkirakan kurang dari 50%) terkait dengan
bronkitis kronis pada pasien dewasa dengan riwayat
eksaserbasi yang sering sebagai tambahan pada
pengobatan bronkodilator.

Mekanisme Roflumilast N-Oksida (metabolit) dan roflumilast Alfa-1 antitripsin bekerja dengan
kerja (cyclic-3’,5’-adenosine utama) bekerja dengan cara mengontrol enzim neutrofil agar tidak
menghambat aktivitas PDE4 (siklik utama 3’,5’-
menyerang sel-sel sehat. 
adenosin monofosfat  siklik AMP  metabolisme
enzim dalam jaringan paru-paru) menyebabkan
akumulasi siklik AMP intraseluler.

Nama obat Daliresp Aralast


KRITERIA Roflumilast α-1 Antitrypsin augmentation therapy
Dosis Dosis yang dianjurkan adalah 500 mikrogram (satu Dewasa: 60 mg/kg sekali seminggu melalui infus kira-
tablet) roflumilast untuk diminum sekali sehari. kira 0,08 mL/kg/menit. Sesuaikan laju infus
Untuk penggunaan oral. Tablet harus ditelan dengan berdasarkan toleransi pasien.
air dan diminum pada waktu yang sama setiap hari
dengan atau tanpa makanan.

Durasi 1 jam -
penggunaan

Bentuk dan Tablet


kekuatan
sediaan
DAFTAR PUSTAKA

Gold Report 2023


Medscape. Drug Interaction Checker
Pusat Informasi Obat Nasional (Pionas)
Mims Indonesia Edisi 22 Tahun 2021. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer
PROFIL GOLONGAN
OBAT XI
ANTIBIOTIK

• ATHILAH FAZIRA (2001095)


• AULY YATIKA PUTRI (2001096)
PROFIL GOLONGAN OBAT XI (Antibiotik)
Kriteria Azithromycin Erythromycin
Indikasi diindikasikan untuk pengobatan eksaserbasi bakteri akut bronkitis sebagai alternatif untuk pasien yang alergi penisilin untuk
pengobatan enteritis kampilobakter, pneumonia, penyakit
kronis karena Haemophilus influenzae, Moraxella catarrhalis, atau
Legionaire, sifilis, uretritis non gonokokus, prostatitis kronik,
Streptococcus pneumoniae akne vulgaris, dan profilaksis difetri dan pertusis.

Mekanism Mengikat subunit ribosom 50S dari mikroorganisme yang rentan dan memblokir Eritromisin bekerja melalui mekanisme menghambat
e kerja disosiasi peptidyl tRNA dari ribosom, menyebabkan sintesis protein yang pertumbuhan bakteri atau bakterisidal, terutama pada
bergantung pada RNA terhenti; tidak mempengaruhi sintesis asam konsentrasi tinggi untuk kuman-kuman yang sensitif terhadap
nukleat.Berkonsentrasi pada fagosit dan fibroblas, seperti yang ditunjukkan oleh eritromisin.
teknik inkubasi in vitro; studi in vivo menunjukkan bahwa konsentrasi dalam fagosit
dapat berkontribusi pada distribusi obat ke jaringan yang meradang

Bentuk  Tablet dan kapsul salut selaput :250 mg dan 500 mg  Oral (250 dan 500mg)
dan  Oral suspense: 100 mg/5mL dan 200 mg/5mL  injeksi (500mg /10ml {vial})
kekuatan
sediaan  Serbuk Injeksi: 500 mg/vial
 Serbuk infus: 0,5 g
Dosis  Oral:  oral: Dewasa Dan Anak di atas 8 tahun, 250-500 mg tiap 6
Dewasa: jam atau 0,5-1 g tiap 12 jam (lihat keterangan di atas);
500 mg PO x 1 dosis pada Hari 1, diikuti dengan 250 mg PO qDay pada Hari 2-5 pada infeksi berat dapat dinaikkan sampai 4 g/hari. ANAK
Anak-anak: sampai 2 tahun, 125 mg tiap 6 jam; 2-8 tahun 250 mg tiap 6
<6 bulan: Keamanan dan kemanjuran tidak ditetapkan jam. Untuk infeksi berat dosis dapat digandakan.
≥6 bulan: 10 mg/kg PO x 1 dosis pada Hari 1, diikuti 5 mg/kg PO pada Hari 2-5  Infus intravena: infeksi berat pada dewasa dan anak, 50
 Intravena: mg/kg bb/hari secara infus kontinu atau dosis terbagi tiap
500 rng IV sebagai dosis tunggal setidaknya selarna 2 hari. Terapi intravena 6 jam; infeksi ringan 25 mg/kg bb/hari bila pemberian per
sebaiknya diilruti dengan Azithromycin oral dengan dosis 500 mg sehari selama 7 - oral tidak memungkinkan.
lO hari
Sumber : Medscape,MIMS,PIONAS,Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease, Inc.2023
Kriteria Azithromycin Erythromycin
Nama Obat
Azithromycin, azivol, azomax, aztrin, mezatrin, Corsatrocin, Dothrocyn, Duramycin, Erymed, Erysanbe,

zitrax, zitrolik, zithromax, zitrolin, zycin Erythrin 500, Erythromycin, dan Trovilon.

Contoh produk: Contoh produk:

Azithromycin
Erythromycin
kaplet salut
kaplet salut
selaput
selaput

Zithromax
IV

Sumber : Medscape,MIMS,PIONAS,Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease, Inc.2023


FARMAKOTERAP
I
PPOK
Ayu Andira (2001097)
Azila Febrianti (2001098)
TERAPI OKSIGEN
Terapi oksigen (O2) merupakan suatu intervensi medis berupa upaya pengobatan dengan
pemberian oksigen (O2) untuk mencegah atau memerbaiki hipoksia jaringan dan
mempertahankan oksigenasi jaringan agar tetap adekuat dengan cara meningkatkan masukan
oksigen (O2) ke dalam sistem respirasi, meningkatkan daya angkut oksigen (O2) ke dalam
sirkulasi dan meningkatkan pelepasan atau ekstraksi oksigen (O2) ke jaringan.

Terapi oksigen
untuk penggunaaan intermiten
jangka
(short-burst) pada episode
pendek(short-
hipoksemia jangka pendek, misalnya
burst oxygen
asma.
therapy)
OKSIGEN

Pemberian oksigen jangka panjang


Terapi oksigen (minimal 15 jam/hari), dapat
jangka panjang memperpanjang umur pasien dengan
penyakit paru obstruktif kronik.

Pusat Informasi Obat Nasional (Pionas), 2014. Badan Pengawas Obat dan Makanan
(BPOM) Republik Indonesia, Informatorium Obat Nasional Indonesia (IONI)
DOSIS TERAPI OKSIGEN
Indikasi Dosis
PPOK dan kondisi lain yang membutuhkan Sebelum tersedia analisa gas darah,

terapi O2 terkontrol atau dosis rendah: gunakan nasal kanul 1-2L/menit dengan

  target saturasi awal 88-92% untuk pasien

dengan faktor risiko hiperkapnia, tetapi

tanpa riwayat asidosis respiratorik

PPOK, cystic fibrosis, obesitas morbid Ubah target saturasi menjadi 94-98% jika

PaCO2 normal dan cek ulang gas darah

setelah 30-60 menit


Pusat Informasi Obat Nasional (Pionas), 2014. Badan Pengawas Obat dan Makanan
(BPOM) Republik Indonesia, Informatorium Obat Nasional Indonesia (IONI)
TERAPI OKSIGEN
1. Oksigen dalam bentuk gas 2. Oksigen cair

Gas oksigen dapat Oksigen cair lebih


disimpan dalam tangki terkonsentrasi, sehingga
atau tabung portabel lebih banyak oksigen dapat
yang disebut dengan masuk ke dalam tangki meski
sistem gas terkompresi. ukurannya lebih kecil.

kekurangan : harganya mahal,Tabung oksigen ukuran kekurangan : akan menguap jika tidak
nya besar. digunakan pada waktu yang tepat.

Tim FK UDAYANA, 2017. Terapi Oksigen. Fakultas Kedokteran Universitas


Udayana Rsup Sanglah Denpasar
TERAPI OKSIGEN
3. Konsentrator Oksigen

Dibutuhkan ketika saturasi oksigen seseorang di bawah 94


persen
Cara kerja konsentrator oksigen
Oksigen konsentrator ini bekerja dengan memproses
udara bebas di sekitarnya menjadi oksigen murni yang bisa
digunakan pasien. Oksigen yang dihasilkan pun memiliki
kadar kemurnian hingga 93% dan dapat memproduksi 1
hingga 5 liter oksigen per menit.
Kekurangan : pada saat tidak ada listik maka oksigen ini tidak dapat
digunakan
Kelebihan : dapat digunakan dimana saja karna ukuran nya kecil, tidak perlu
diisi ulang
Tim FK UDAYANA, 2017. Terapi Oksigen. Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Rsup Sanglah Denpasar
TERAPI OKSIGEN
4. Terapi oksigen hiperbarik

Pasien akan menghirup oksigen murni di ruangan


atau bilik bertekanan yang biasanya disebut
ruangan hiperbarik. Di ruang hiperbarik, tekanan
udara dinaikkan menjadi 3 atau 4 kali tingkat
tekanan udara normal. Hal ini akan meningkatkan
jumlah oksigen yang dikirim ke jaringan tubuh.

 kekurangan : jika tak dilakukan dengan hati-hati


maka kadar oksigen dalam darah dapat
terlalu tinggi.

Tim FK UDAYANA, 2017. Terapi Oksigen. Fakultas Kedokteran


Universitas Udayana Rsup Sanglah Denpasar
TERAPI
NEBULISASI
Terapi pemberian obat dengan cara menghirup
Terapi larutan obat yang sudah diubah menjadi gas
Nebulisasi yang berbentuk seperti kabut dengan bantuan
alat yang disebut nebulizer 

• Peregangan dari spasme bronchial


• Mengencerkan sekret melancarkan jalur
Tujuan dari
napas
nebulasi
• Melembabkan saluran pernafasan
• Menyalurkan obat langsung ke target organ
yaitu paru- paru, tanpa harus melalui jalur
sistemik terlebih dahulu

Asni Hasain, Dkk. 2002.Terapi Nebulizer Dengan Kontrol Napas Terhadap Frekuensi Napas Dan Saturasi Oksigen
Pasien Dengan Ppok . Caring Nursing Journal Vol.6 No 1 Hal 1-8. STIKES Intan Martapura
TERAPI
NEBULISASI
Nebulizer merupakan alat yang bisa mengganti
obat yang berupa larutan jadi airosol (uap) secara
Nebulizer terus menerus dengan tenaga yang berasal dari
udara yang dipadatkan lewat gelombang ultrasonik

Mengubah obat yang berbentuk larutan menjadi


aerosol sehingga dapat dihirup penderita dengan
Prinsip menggunakan mouthpiece atau masker. Dengan
alat nebulizer dapat dihasilkan partikel aerosol
nebulizer berukuran antara 2-5 µ. Alat nebulizer terdiri
dari beberapa bagian yang terpisah yang terdiri
dari generator aerosol, alat bantu inhalasi (kanul
nasal, masker, mouthpiece) dan cup (tempat obat
cair).
Tim Respirasi FK UNHAS, 2017. Terapi Inhalasi Nebulisasi, Pegangan Mahasiswa,
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Makasar
TERAPI
NEBULISASI • Mampu menampung sejumlah obat dalam dosis besar dan
penggunaan alatnya yang mudah digunakan.
• Pemberian terapi bronchodilator dengan nebulizer adalah
Keuntunga obat dapat bekerja langsung pada saluran pernapasan,
n • Onset kerjanya cepat,
• Dosis obat yang digunakan kecil,
• Serta efek samping minimal karena kandungan atau
konsentrasi obat di dalam darah minimal.

Kekuranga • Alat terapi inhalasi nebulizer harus terus dijaga


n kebersihannya untuk menghindari pertumbuhan mikroba dan
kemungkinan adanya infeksi.
• Alat nebulizer cukup besar sehingga kurang praktis
• memerlukan sumber listrik
• dan relatif mahal

Ikawati, Z. (2007). Farmakoterapi Penyakit Sistem Pernafasan. Yogyakarta: Pustaka Adipura.


Supriyatno, B. (2010). Terapi Kombinasi pada Serangan Asma Akut Anak. Majalah Kedokteran
Indonesia, 60(5), 232.
Jenis-Jenis Alat Nebulasi

1. Jet nebuliser dengan penekan udara 2. Nebulizer ultrasonik (ultrasonic


(compressor nebulizer) nebulizer)
Prinsip Kerja Alat :
• Memberikan tekanan udara dari pipa ke cup Prinsip Kerja Alat :
yang berisi obat cair untuk memecah airan ke Menggunakan gelombang ultrasounik
dalam bentuk partikel-partikel uap kecil yang (vibrator dengan frekuensi tinggi) untuk
dapat dihirup ke dalam saluran napas secara perlahan merubah obat dari bentuk
• Menggunakan jet gas terkompresi (udara atau cair ke bentuk aerosol basah
oksigen) untuk memecah larutan obat menjadi
aerosol.

Tim Respirasi FK UNHAS, 2017. Terapi Inhalasi Nebuilisasi, Pegangan


Mahasiswa, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Makasar
3. Mesh Nebulizer

Deskripsi Alat:

Jenis nebulizer ini memiliki teknologi tinggi dengan menggunakan


micropump dari gelombang getaran ultrasonic untuk
menghasilkan aerosol. Mesh nebulizer merupakan salah satu
rekomendsi alat hirup paling bagus, efisien, tidak berisik, dan
mampu menghasilkan tetesan uap cairan yang sangat halus
dibandingkan jenis nebulizer lainnya. Dengan pemanfaatan
penggunaan batrai dan ukurannya yang praktis menjadikannya
sebagai salah satu pilihan untuk dibawa kemanapun. Untuk
kekurangannya, harga nebulizer ini tergolong mahal dan kurang
dapat mengolah obat dengan konsistensi yang kental.

Tim Respirasi FK UNHAS, 2017. Terapi Inhalasi Nebuilisasi, Pegangan Mahasiswa, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Makasar
Komponen Alat Nebulizer

Ikawati, Z. (2007). Farmakoterapi Penyakit Sistem Pernafasan. Yogyakarta: Pustaka Adipura.


Perbedaan Nebulizer
Jet Nebuliser Nebulizer ultrasonik Mesh Nebulizer

Menggunakan daya listrik Menggunakan daya baterai Menggunakan daya baterai


dan listrik

Harganya paling murah Harganya terjangkau Harganya lebih mahal dari


jenis lainnya

Memiliki suara yang kencang Tidak menghasilkan suara Tidak berisik dan mudah
berisik karena menggunakan dibawa kemana-mana
gelobang ultrasonik
Cara Penggunaan Alat Nebulizer
Selalu cuci tangan sebelum menyiapkan obat untuk penggunaan nebulizer

Membuka tutup tabung obat nebulizer, mengukur dosis obat dengan benar

Memasukkan obat ke dalam tabung nebulizer

Menghubungkan selang dari masker uap atau mouthpiece pada kompresor nebulizer

Mengenakan masker uap atau mouthpiece ke mulut, dikatupkan bibir hingga rapat

Menekan tombol on

Benapaslah dengan perlahan ketika menghirup uap yang keluar dan uap dihirup sampai obat habis

Menekan tombol off

Ikawati, Z. (2007). Farmakoterapi Penyakit Sistem Pernafasan. Yogyakarta: Pustaka Adipura.


Farmakoterapi saluran cerna dan kondisi
khusus
INHALATION DEVICES

Della Yunita Sary. K 2001100


Denisyah fitri yuti 2001101

Kelas : S1-5C

Dosen Pengampu:Apt. Yuanita Purnami,S.Si., M.Sc


Inhalation devices

Inhaler adalah alat yang digunakan untuk mengantarkan obat ke


paru-paru dan saluran udara. Ini terutama digunakan untuk
mengobati atau mencegah penyakit pada saluran udara seperti
asma, penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) atau fibrosis
kistik.
1. Valved holding chambers (VHCs)

Spacer merupakan sebuah alat yang terbuat dari


bahan plastik atau metal dengan sebuah
mouthpiece atau masker di salah satu ujungnya
dan sebuah lubang untuk menghubungkan dengan
inhaler di ujung yang lain. Penggunaan VHC ini
direkomendasikan dengan kortikosteroid inhalasi
untuk meminimalkan efek seperti sariawan dan
suara serak.

Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan


Kementerian Kesehatan RI; 2013.
Berikut ini merupakan langkah – langkah penggunaan
spacer dengan mouthpiece yaitu :
1. Lepaskan penutup inhaler dan kocok inhaler Kelebihan
2. Hubungkan inhaler dengan spacer 1. Penggunaan spacer membantu pasien
3. Hembuskan nafas lebih dahulu sebelum memasangkan untuk menghirup obat dalam jumlah
mouthpiece di antara mulut dan gigi yang tepat.
4. Tekan tombol untuk mengeluarkan obat dari inhaler 2. Menurunkan risiko efek samping
ke spacer dari obat yang dihirup.
5. Tarik nafas dalam secara perlahan melalui mouthpiece
6. Lepaskan spacer dari mulut dan tahan nafas beberapa
saat sebelum menghembuskan nafas keluar.
7. Langkah ke 6 dapat diganti dengan menarik nafas
dalam dan mnghembuskan nafas secara bergantian
sebanyak lima kali dengan mouthpiece masih
terpasang
8. .Untuk dosis obat kedua, tunggu selama 30 detik lalu
lepaskan inhaler dan kocok inhaler lagi sebelum ulangi
langkah ke – 2

Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI; 2013.
Contoh produk valved holding chambers
Rossmax Aerospacer AS-175

Cara Pemakaian:
1. Sebelum digunakan, periksalah secara hati-hati chamber, hilangkan
benda asing yang berada di dalam chamber. Ganti chamber dengan
yang baru bila terdeteksi benda asing yang mengotori chamber.
2. Buka penutup chamber dan alat inhaler. Bila menggunakan masker,
masukkan secara perlahan ke bagian mouth piece dari AS 175.
3. Masukkan alat inhaler ke bagian belakang dari chamber dan goyangkan
kedua alat tersebut secara bersamaan.
4. Letakkan mouth piece ke dalam mulut dan rekatkan bibir pada
pinggiran mouth piece. Apabila menggunakan masker, letakkan masker
pada mulut dan hidung.
5. Bernapaslah secara perlahan. Tekan tombol inhaler pada saat ingin
memulai inhalasi.
6. Lalu ambil napas perlahan dan dalam melalui mulut. Bila memungkinkan,
tahan napas selama 5 detik. Bila menggunakan mouth piece, ambil
napas sebanyak 2 - 3 kali setelah menekan tombol pada inhaler,
sedangkan apabila menggunakan masker, ambil napas sebanyak 5 - 6
kali setelah tombol inhaler di tekan.
Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS).
Badan Penelitian dan Pengembangan Penyimpanan :simpan di tempat sejuk dan kering, terhindar dari paparan
Kesehatan Kementerian Kesehatan RI; sinar matahari langsung
2013.
Spacer rossmax AS 175 berfungsi sebagai wadah /
chamber penghantar obat yang digunakan bersama dengan
MDI (Meter Dose Inhaler) untuk menghantarkan sediaan
obat aerosol ke paru-paru sesuai dengan resep dokter.

Fitur Produk:
- Bentuk portable dan mudah digunakan
- Tidak mengandung latex dan bebas BPA (Bisphenol-A)
- Volume chamber 175 ml
- Hanya untuk satu pengguna
- Dilengkapi masker untuk bayi, anak-anak dan dewasa.

- Ukuran masker yang di rekomendasikan adalah :


1. Masker ukuran kecil untuk bayi umur 0 - 1,5 tahun
(size S)
2. Masker ukuran sedang untuk anak umur 1 - 5 tahun
(size M)
3. Masker ukuran besar ataupun dengan mouth piece
untuk umur dewasa dan anak > 5 tahun (size L)
2. MDI(Metered Doses Inhaler)

Inhaler dosis terukur (MDI) adalah perangkat aerosol genggam yang


menggunakan propelan yang membantu untuk mendorong obat keluar
dari inhaler lalu ke mulut dan paru-paru. Inhaler ini digunakan untuk
mengobati atau mencegah penyakit seperti asma, penyakit paru
obstruktif kronik (PPOK) atau fibrosis kistik.
SECARA UMUM
TERDIRI DARI
1. Obat (Ipratropium br 20
Tabung bertekanan mcg)
MDI 2. Surfaktan(lechitin, dan oleic
Ruang acid.
Corong
3. Propelan
Tutup (ex:chlorofluorocarbons
pelindung (CFC)

Lorensia, Amelia and Suryadinata, Rivan Virlando (2018) Panduan Lengkap


Penggunaan Macam-macam Alat Inhaler Pada Gangguan Pernafasan.  m-
Broters Indonesia, Surabaya. ISBN 978-602-51176-4-0
SUSUNAN ALAT
a) Plastic holder (pegangan plastik)
b) Headspace dan inhaled air entry
merupakan ruang kosong berisi udara yang akan keluar bersama
cairan suspensi dalam bentuk aerosol
c) Obat-Propelan
d) Pressurized canister (kanister bertekanan)
Kanister MDI harus dapat menahan tekanan tinggi yang dihasilkan oleh
propelan, sehingga harus dibuat dari bahan yang inert dan cukup kuat
e) Valve stem
Tangki katup yang berbentuk saluran sebagai jalan keluarnya obat menuju
atomizing nozzle.
f) Atomizing nozzle
Pipa semprot atomik yang merupakan ujung dari valve stem tempat
keluarnya obat berbentuk droplet dalam aerosol
g) Metering Valve
Merupakan sistem yang mengatur keakuratan dosis yang dikeluarkan.
h) Activator body
Badan aktivasi yang memicu mekanisme terbukanya metering valve dan
Lorensia, Amelia and Suryadinata, Rivan
obat
Virlando (2018) Panduan Lengkap
i) Actuator (pipa)
Penggunaan Macam-macam Alat Inhaler
j) Mouthpiece Area Pada Gangguan Pernafasan. m-Broters
pengarah aliran droplet aerosol yang keluar dari atomizing nozzle menuju Indonesia, Surabaya. ISBN 978-602-
rongga mulut untuk pada akhirnya dialirkan ke paru-paru. 51176-4-0
CARA KERJA MDI

Ketika tabung canister (kanister) ditekan,


metering valve satu arah dibuka oleh mekanisme
pemicu dalam tubuh aktivator.

Obat disemprotkan melalui mouthpiece dan


kemudian pasien dapat menghirupnya. Aerosol
terdiri dari droplet-droplet dalam berbagai
diameter.

Ketika obat dihirup, droplet ukuran besar


terdeposisi di mulut, faring, dan laring,
sedangkan droplet dengan ukuran yang lebih
kecil dapat masuk kedalam saluran pernafasan
bawah."

Lorensia, Amelia and Suryadinata, Rivan Virlando (2018) Panduan Lengkap Penggunaan Macam-macam Alat Inhaler Pada Gangguan
Pernafasan. m-Broters Indonesia, Surabaya. ISBN 978-602-51176-4-0
CARA PENYIMPANAN MDI

1.Disimpan dalam wadah asli dan jangan buang etiket / label yang tertera.

2.Disimpan terlindung dari lembab dan cahaya.

3.Simpanlah MDI pada suhu kamar yang sejuk dan kering, dan jangan pada suhu yang
ekstrim (terlalu panas atau terlalu dingin).

4.Jauhkan dari jangkauan anak-anak.

5.Setelah dibuka obat inhaler hanya boleh digunakan selama 30 hari. Bila telah lebih
dari 30 hari, sebaiknya obat di buang meskipun masih belum habis di gunakan.

Lorensia, Amelia and Suryadinata, Rivan Virlando (2018) Panduan Lengkap Penggunaan Macam-macam


Alat Inhaler Pada Gangguan Pernafasan. m-Broters Indonesia, Surabaya. ISBN 978-602-51176-4-0
Cara Pemakaian MDI

1. Lepaskan tutupnya dan pegang


inhaler 1-2 inci didepan mulut lalu
kocok inhaler selama 5 detik
2. Miringkan kepala sedikit ke belakang
dan embuskan napas secara perlahan
selama 3-5 detik.
3. Masukkan inhaler melalui mulut Kelebihan MDI
4. Tekan inhaler secara cepat untuk • Menurunkan risiko terkontaminasi bakteri
melepaskan obat, sembari bernapas • Kemmapuan pengiriman multidosis
perlahan • ukuran kecil, dapat dibawa kemana-mana
5. lepaskan mouth piece dalam mulut
lalu tahan napas untuk 10 detik Kekurangan MDI
hitungan sebelum mengeluarkan • Perlu aktuasi yang benar dan koordinasi
napas perlahan-lahan inhalasi
• Kemungkinanan mudah terbakar propelan
hidrofluoroalkana
Lorensia, Amelia and Suryadinata, Rivan Virlando (2018) Panduan Lengkap Penggunaan Macam-macam Alat Inhaler Pada
Gangguan Pernafasan. m-Broters Indonesia, Surabaya. ISBN 978-602-51176-4-0
Contoh produk MDI

Deskripsi produk Atrovent MDI Inhaler

Bahan aktif :
Ipratropium br 20 mcg

Tujuan :
inhaler dengan dosis terukur untuk mengobati
asma, bronkitis dan emfisema.

Dosis :
dewasa dan usia 12 thn : 4 x sehari 2 semprot

Cara penggunaan:
letakan inhaler di mulut dan ditekan sambil menarik
nafas perlahan, tahan nafas 2 detik & bernafas lagi

Penyimpanan:
Medscape simpan di tempat sejuk dan kering, terhindar dari
paparan sinar matahari langsung
ASTHMA DEVICES

Nama Kelompok :

Destiara adisti (2001103)


Deska Z Elzuela (2001102)

Kelas : S1-5C

Dosen Pengampu :Apt. Yuanita Purnami,S.Si., M.Sc


PENGERTIAN INHALER DEVICES

Inhaler dosis terukur (MDI), inhaler bubuk kering (DPI),


dan nebulizer adalah cara pemberian obat aerosol yang
digunakan untuk mengobati gangguan pernapasan
(misalnya, asma, gangguan paru obstruktif, fibrosis
kistik, hipertensi arteri paru, penyakit paru menular).
[¹Pengatur jarak adalah perangkat eksternal yang
dipasang ke MDI untuk memungkinkan penghantaran
obat yang lebih baik dengan peningkatan koordinasi
aktuasi dan inhalasi.
Dry Powder Inhaler (DPI)

Dry powder inhaler (DPI) merupakan inspiratory flow-driven inhalers. Inhaler jenis ini
tidak mengandung propelan, sehingga mempunyaikelebihan dibandingkan dengan MDI.
Inhaler tipe iniberisi serbuk kering. Pasien cukup melakukan hirupan yang cepat dan
dalam untuk menarik obat dari dalam alat ini.
Zat aktifnya dalam bentuk serbuk kering yang akan tertarik masuk ke paru-paru saat
menarik napas (inspirasi).

Jenis Dry powder Inhaler


1. Diskus
2. Turbuhaler
3. Handihaler
1. Diskus 2. Turbuhaler 3. Handihaler
Dry Powder inhaler
“Turbuhaler”

Langkah menggunakan
1. Putar dan buka tutupnya
2. Posisi inhaler tegak lurus sambildan
mengocok tabung inhaler dan mengocok
tabung inhaler memutar pegangan dan
putarkembali sampai terdengar klik
3. Hirup/bernapas dengan pelan
Dry Powder Inhaler
“Diskus”
Dry Powder Inhaler
“Handihaler ”
SOFT MIST INHALER

Soft mist inhaler (SMI) mengontimasi larutan obat


menggunakan energi mekanis yang dihasilkan oleh
spring. Larutan dipaksa melewati sebuah system
nozzle yang sangat halus Ketika spring dilepaskan .
Hal tersebut akan mengahasilkan sebuah partikel
halus yang bergarak lambat sehingga mengakibatkan
deposisi lebih rendah daripada daerah mulut dan
tenggorokan dan menghasilkan deposisi relatif di
dalam paru (39%).

Health Navigator NZ & Auckland District Health Board,


2018
KEUNTUNGAN DAN KEKURANGAN INHALER DEVICES

KEKURANGAN
 Ukuran dan volume perangkat
yang besar
 Kontaminasi bakteri
KEUNTUNGAN dimungkinkan; perangkat perlu
 Peningkatan pemberian obat dibersihkan secara berkala
 Kompensasi untuk  Biaya elektrostatik dapat
teknik/koordinasi yang buruk mengurangi
dengan MDI
 Mengurangi deposisi
orofaringeal
Susunan derivat

1. Corong (mouthpiece)
2. Lubang udara( air vent)
3. Tombol pelepasan obat ( dose-
release button)
4. Kunci pengaman ( safety catch)
5. Bagian dasar transparan ( clear base)
6. Bagian yang menonjol ( piercing
element)
7. Penutup ( cap)
8. cartridge

Health Navigator NZ & Auckland District Health Board,


2018
Cara penggunaan

1. biarakan penutup teatap tertutup lalu takan kunci pengaman


sambil menarik bagian dasar yang transparan
2. dorong ujung catridge yang kecil kedalam inhaler. latakkan
diatas permukaan yang rata dan keras lalu dorong untuk
memastikan cartridge telah masuk seluruhnya
3. psang kembali dasar transparan hingga terdengar bunyi klik
4. pastikan ihlaer salam kondisi tertutup lalu putar ( setengah
putaran) bagian dasarnya sesuai arah panah pada label
hinggan trdengar bunyi klik
5. buka penutup hingga trbuka seluruhnya
6. arahkan tombol inhaler ke bawah lalu tekan tombol pelepas
obat hingga terlihat kabut. kemudian ulangi lang kah 4-6
sebanyak tiga kali
Health Navigator NZ & Auckland District Health Board,
2018
Contoh spiral respimat

Indikasi. untuk terapi ppok

Interaksi obat obat antikolinergik lainnya


Dosis dan aturan 2 semprotan 1x sehari pada saat waktu yang sama
pakai
Aturan Pakai Dihitup/ inhalasi

Bentuk Obat inhaler

Komposisi per semprot: tiotropium br 2.5 mcg

Kontraindikasi hipersensitivitas terhadap atropin

Efek samping dehidrasi, pusing,insomnia,glaucoma,penglihatan kabur,takikardia

Klasifikasi obat preparate anti asma dan ppok

Golongan obat keras


Contoh nama dagang dan produk SMI
Studi kasus
Dosen pengampu :
apt.Yuanita Purnami,S.si,M.Sc
Oleh :
1.Dhiva anggraini – 2001104
2.Elifia cahyani fahri -2001105
3.Fadiyah yueflen – 2001107
4.Fatwa aulia sari - 2001108

S1-5C
KASUS
studi Kasus: PPOK Tn. B 58 tahun masuk ke rumah sakit dengan keluhan sesak napas yang memberat
sejak 3 minggu yang lalu. Sesak yang dirasakan pasien sangat berat dan tidak dipengaruhi oleh
aktivitas, cuaca dingin, makanan, dan debu. Sesak nafas tidak berkurang jika pasien istirahat. Pasien
juga mengeluhkan batuk kering sejak 3 bulan SMRS, 3 minggu SMRS batuk menjadi berdahak
berwarna kuning kehijauan. Pasien sekali-sekali mengeluhkan nyeri dada yang hilang timbul tetapi
tidak terlalu berat dan tidak menjalar. Demam yang dirasakan pasien naik turun, terjadi penurunan
berat badan 18 kg dalam 3 bulan terakhir. Keringat malam (+), penurunan nafsu makan (+), mual
muntah (+). Pasien mengaku sudah merokok sejak muda, usia 18 tahun, dan bisa menghabiskan +20
batang rokok per hari. Indeks Brinkman 880 (perokok berat). Pasien mengaku tidak punya penyakit
asma dan tidak ada riwayat asma, alergi, DM, atau TBC dalam keluarga. Pekerjaan pasien adalah
petani sawit dan sering terpapar debu dalam pekerjaan kesehariannya.
Hasil pemeriksaan fisik: keadaan umum: tampak sakit sedang, kesadaran komposmentis E4V5M6, TD
110/70, Nadi 90x/menit, RR 32 kali/ menit, suhu 37,5° C, saturasi 02 92%. Pemeriksaan thoraks:
retraksi interkostal (+), bunyi napas vesikuler (+/+), wheezing (-/-), ronki (+/+). Pada perkusi
didapatkan hipersonor di seluruh lapangan paru kiri. Tinggi badan 170 cm, berat 46 kg. Hasil
pemeriksaan penunjang : Pada foto toraks didapatkan kesan PPOK dan Bronkitis. Hasil spirometri:
FEV1 < 55% predicted. Laboratorium darah rutin: Hb 12,0 g/dl, Leukosit: 12.000/uL, Ht 37,6 % Plt
373.000/uL Kimia darah: Ureum 51 mg/dl, Kreatinin : 0,59 mg/dl, AST: 363 /ul, ALT: 329 /ul, GDS:
144 mg/dl, ElektrolitNa+ 143 mmol/L, K+ 4,1 mmol/L, CI 103 mmol/L.
Subjektif
1. Nama : Tn.B
2. Jenis kelamin : laki laki
3. Usia : 58 tahun
4. Keluhan utama : sesak napas yang memberat sejak 3 minggu yang lalu.
Sesak yang dirasakan pasien sangat berat dan tidak dipengaruhi oleh aktivitas,
cuaca dingin, makanan, dan debu. Sesak nafas tidak berkurang jika pasien
istirahat. Pasien juga mengeluhkan batuk kering sejak 3 bulan SMRS, 3 minggu
SMRS batuk menjadi berdahak berwarna kuning kehijauan. Pasien sekali-sekali
mengeluhkan nyeri dada yang hilang timbul tetapi tidak terlalu berat dan tidak
menjalar. Demam yang dirasakan pasien naik turun, terjadi penurunan berat
badan 18 kg dalam 3 bulan terakhir.
5. Riwayat penyakit pasien : -
6. Riwayat penyakit keluarga : -
7. Riwayat pengobatan : -
8. Riwayat alergi :-
Objektif
KEADAAN UMUM
Kesadaran komposmentis E4V5M6

Kesan Sakit tampak sakit sedang

TANDA VITAL
Pemeriksaan Fisik Hasil Pemeriksaan Nilai Normal Keterangan

Tekanan Darah 110/70 mmHg 120/80 mmHg Rendah


Frekuensi Nafas 32 kali/ menit 12-20x/menit Tinggi

Nadi 90x/menit 60-100x/menit Normal

Suhu 37,5° C 36,1 - 37,2 ° C Tinggi

Saturasi O2 92% 90-100% Normal


Pemeriksaan thoraks:
retraksi interkostal (+), bunyi napas vesikuler (+/+),
wheezing (-/-), ronki (+/+). Pada perkusi didapatkan
hipersonor di seluruh lapangan paru kiri. Tinggi badan170
cm, berat 46 kg.

Hasil pemeriksaan penunjang:


Pada foto toraks didapatkan kesan PPOK dan Bronkitis.
Hasil spirometri: FEV1 < 55% predicted.
Laboratorium darah rutin
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Keterangan
Pemeriksaan
Hb Hb 12,0 g/dl 14-18 g/dL Rendah
Ht 37,6 % 38,8-50% Rendah
Leukosit 12.000/uL 3.500-10.500/uL Tinggi

Plt 373.000/uL 150.000- Normal


450.000/uL

Ureum 51 mg/dl 14-39 mg/dl Tinggi


Kreatinin 0,59 mg/dl 0,7-1,3 mg/dl Normal
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Keterangan
Pemeriksaan
AST 363 /ul 8-48/ul Tinggi

ALT 329 /ul 7-55/ul Tinggi


GDS 144 mg/dl <140 mg/dl Prediabetes
Na+ 143 mmol/L 135-145 mmol/L Normal

K+ 4,1 mmol/L 3,5-5,3 mmol/L Normal


CI 103 mmol/L 96-106 mmol/L Normal
Assesment
Tidak Diketahui Obat yang
Diberikan pada Kasus
Plan
TUJUAN TERAPI

1. Mengurangi gejala
a. Menghilangkan gejala eksaserbasi
b. Memperbaiki toleransi latihan
c. Memperbaiki kualitas hidup
2. Mengurangi risiko
a. meminimalisasi dampak negatif dari eksaserbasi
b. Mencegah dan mengobati eksaserbasi
c. Mengurangi kematian

Artikel buku pdpi PPOK


Rencana Terapi

1. O2 nasal 2L/menit
2. Nebul Salbutamol 2,5mg 4xsehari
3. Inj. Methylprednisolon 125mg/12 jam iv
4. N-Asetilsistein oral 200 mg 3 kali sehari Sesudah makan
5. Paracetamol oral 500mg 3 kali sehari Sesudah makan
6. azithromycin oral 500 mg selama 3 kali sehari dalam seminggu
sesudah makan
Rekomendasi Non Farmakologi

1. Menghindari faktor resiko yang dapat menyebabkan


keparahan penyakit (menghindari asap rokok, hindari
polusi udara, hindari infeksi saluran pernapasan
berulang)
2. Mencegah perburukan PPOK dengan berhenti merokok,
gunakan obat-obatan adekuat, mencegah eksaserbasi
berulang
3. Vaksinasi terhadap virus direkomendasikan untuk pasien.
4. Pasien direkomendasikan untuk meningkatkan aktivitas
fisik melalui program latihan yang terstruktur sehingga
dapat meningkatkan kesehatan pasien
5. Terapi Oksigen
6. Menjaga Nutrisi Makanan
Rencana Monitoring

1. Pemantauan efek samping dari pengobatan


2. Pemantauan sesak napas pasien setelah diterapi
3. Pemantauan tanda eksaserbasi
4. Kecukupan dan efek samping penggunaan oksigen
5. Pemantauan waktu dan cara penggunaan obat pasien
Thank You!!

Anda mungkin juga menyukai