”PPOK”
FISCA PATRISIA SYAFITA 2001109
ICA WINANDA ANGGRAINI
Dosen Pengampu :
Apt Yuanita Purnami, S,Si,.M.Sc
SUB TEMA
PREVALE
DEFINISI NSI JENIS
01 PPOK 04
KELAMIN
PREVALE
PREVALE
02 NSI DI 05
NSI USIA
DUNIA
PREVALE
NSI DI
03 INDONESI
A
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK).
Pedoman praktis dan penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta: Perhimpunan
Dokter Paru Indonesia; 2016. p. 1-111.
PPOK
“Penyakit Paru
Obstruksi Kronik”
Penyakit Paru Obstruksi Kronik atau sering
disingkat PPOK merupakan suatu istilah yang sering
digunakan untuk sekelompok penyakit paru-paru yang
berlangsung lama. Penyakit ini menghalangi aliran udara
sehingga menyebabkan penderita mengalami kesulitan
dalam bernafas.
BERDASARKAN DI DUNIA
Asia Pasifik
5.6% 6.3% Hongkong dan Sin-
gapura
Vietnam
Indonesia
6.7% 3.5
%
3.5%
NTT
10% Sulawesi Tengah
Sulawesi Barat
6.7 Bali
%
8%
1.6
2.%
4
Usia 25-34th
%
Usia 35-44th
9.4% Usia 45-54th
3.9% Usia 55-64th
Usia 65-74th
Usia >75th
5.6%
8.6
%
2.663
”PPOK”
Ilham Syahbandi (2001112)
Irana Dewi (2001113)
Kelas S1-5C
Dosen Pengampu :
Apt Yuanita Purnami, S,Si,.M.Sc
ETIOLOGI PPOK
Merokok merupakan penyebab utama
terjadinya Penyakit Paru Obstruktif Kronik
(PPOK). Sejumlah zat iritan yang ada
didalam rokok menstimulasi produksi mukus
berlebih, batuk, merusak fungsi silia,
menyebabkan inflamasi, serta kerusakan
bronkiolus dan dinding alveolus. Beberapa
pasien menderita PPOK tanpa merokok,
respons inflamasi paru diperberat oleh stres
oksidatif dan kelebihan proteinase.
Inflamasi pada saluran nafas pasien PPOK
merupakan suatu respon inflamasi yang
diperkuat terhadap iritasi kronik seperti asap
rokok.
Susanti, P. F. E. (2015). Influence of smoking on chronic obstructive pulmonary disease (COPD). Jurnal Majority, 4(5).
FAKTOR RISIKO PPOK
Asap rokok Polusi Udara Pajanan Zat Genetik Usia & Jenis
ditempat Kelamin
kerja
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.01.07/MENKES/687/2019
FAKTOR RISIKO PPOK
Asma/
Tumbuh Infeksi Bronkitis
Kembang Sosial Hiperaktivi
Paru Kronik
Paru Ekonomi tas
Berulang
Bronkus
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.01.07/MENKES/687/2019
Patofisiologi dan Gejala
PPOK
Irfan Sihombing (2001114)
Muhammad Yudika Chandra (2001119)
Dosen pengampu :
Apt. Yuanita Purnami, S.Si., M.Sc
Mekanisme PPOK
Resti Yudhawati, Yuyus Dwi Prasetiyo : Imunopatogenesis Penyakit ParuObstruktif Kronik. Jurnal
Gejala PPOK
Menurut Ikawati (2016), tanda dan gejala yang biasa dialami pasien PPOK yang mengalami bersihan jalan napas
tidak efektif sebagai berikut :
Batuk kronis selama 3 bulan dalam setahun, terjadi berselang atau setiap hari,
dan seringkali terjadi sepanjang hari.
Produksi sputum secara kronis.
Lelah dan lesu.
Sesak nafas (dispnea) bersifat progresif sepanjang waktu, memburuk jika
berolahraga, dan memburuk jika terkena infeksi pernapasan.
Penurunan toleransi terhadap aktivitas fisik (cepat lelah, terengah-engah).
Ikawati, Z. (2016). Penatalaksanaan Terapi Penyakit Sistem Pernafasan. Yogyakarta: Bursa Ilmu.
Manifestasi Klinis PPOK
Menurut Padila (2012), manifestasi Klinik Penyakit Paru Obstruktif Kronis adalah sebagai berikut:
Batuk yang sangat produktif, purulen, dan mudah memburuk oleh iritan-iritan
inhalan, udara dingin, atau infeksi.
Terperangkapnya udara akibat hilangnya elastisitas paru menyebabkan dada
mengembang.
Dispnea atau sesak napas.
Takipnea adalah pernapasan lebih cepat dari keadaan normal dengan frekuensi
lebih dari 24 kali permenit.
Hipoksia, hipoksia merupakan keadaan kekurangan oksigen di jaringan atau
tidak adekuatnya pemenuhan kebutuhan oksigen seluler akibat defisiensi 12
oksigen yang diinspirasi atau meningkatnya penggunaan oksigen pada tingkat
seluler.
Padila. 2012. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta : Nuha Medika
Farmakoterapi Saluran Cerna,
Saluran Napas & Kondisi Khusus
Diagnosis Skkrining
Sebagai penegakan diagnosis PPOK, batas nilai spirometri adalah pada FEV1 (Forced Expiratory
Volume)/FVC (Forced Vital Capacity) <30%)
Deteksi Dini Penyakit Paru Obstruktif Kronis dengan Metode CaptureTM: Potensi Skrining Rutin di Layanan
Kesehatan Primer Volume 6 No.2 | Mei- September 2018
Pemeriksaan
CAT assessment
CAT merupakan kuesioner berisi 8 pertanyaan yang dapat menilai
aspek kualitas hidup penderita PPOK.
Nilai COPD Assesment Test dan Modified Medical Research Council Dyspneu Scale dengan Derajat Obstruksi
dan Eksaserbasi Penyakit Paru Obstruktif Kronik, J Respir Indo Vol. 35 No. 4 Oktober 2015
Pemeriksaan
Skala sesak Medical Research council (MRC)
Skala MRC telah digunakan sejak tahun 1956, mampu memprediksi risiko
kematian beberapa penyakit dan mempunyai manfaat epidemiologis. Namun
skala ini tidak sensitive terhadap perubahan kecil antar individu.
Terlapau sesak untuk keluar rumah atau sesak saat 4 Sangat berat
berpakaian atau melepas pakaian
Deteksi Dini Penyakit Paru Obstruktif Kronis dengan Metode CaptureTM: Potensi Skrining Rutin di Layanan
Kesehatan Primer Volume 6 No.2 | Mei- September 2018
Pemeriksaan
Skala sesak Medical Research council (MRC)
Skala MRC telah digunakan sejak tahun 1956, mampu memprediksi risiko
kematian beberapa penyakit dan mempunyai manfaat epidemiologis. Namun
skala ini tidak sensitive terhadap perubahan kecil antar individu.
Terlapau sesak untuk keluar rumah atau sesak saat 4 Sangat berat
berpakaian atau melepas pakaian
Deteksi Dini Penyakit Paru Obstruktif Kronis dengan Metode CaptureTM: Potensi Skrining Rutin di Layanan
Kesehatan Primer Volume 6 No.2 | Mei- September 2018
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik menurut Nursalam (2001) adalah melakukan
pemeriksaan fisik pasien untuk menentukan masalah kesehatan pasien.
Pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan menggunakan 4 teknik yaitu
Nursalam. (2001). Proses dan dokumentasi keperawatan: konsep dan praktik. (Edisi 1). Jakarta:
Salemba Medika
TATALAKSANA
NON FARMAKOLOGI PPOK
DOSEN PENGAMPU :
Apt. Yuanita Purnami, S.Si, M.Sc
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.01.07 / MENKES / 687 / 2019
SMOKING CESSATION
PREPARASI / Oleh konselor dengan memberikan
PERSIAPAN motivasi untuk berhenti merokok
Eradeasty. 2021. "Smoking casstion program, salah satu upaya pemerintah untuk menekan angka perokok aktif".
https://ilmu.lpkn.id/2021/02/22/smoking-cessation-program-salah-satu-upaya-pemerintah-untuk-menekan-angka-perokok-aktif/ , diakses pada 21 Desember
2022 pukul 06.20
SMOKING CESSATION
Strategi untuk membantu pasien berhenti merokok dengan 5A :
ASK (TANYAKAN)
• Mengidentifikasi semua perokok pada setiap kunjungan
ADVISE (NASIHATI)
• Dorongan kuat pada semua perokok untuk berhenti merokok
ASSESS (NILAI)
• Keinginan untuk usaha berhenti merokok (misal : dalam 30 hari kedepan)
ASSIST (BIMBING)
• Bantu pasien dengan rencana berhenti merekok, menyediakan konseling
praktis, merekomendasikan penggunaan farmakoterapi
ARRANGE (ATUR)
• Buat jadwal kontak lebih lanjut
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.01.07 / MENKES / 687 / 2019
REHABILITASI PARU
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.01.07 / MENKES / 687 / 2019
REHABILITASI PARU
Tatalaksana rehabilitasi medis pada PPOK :
• LATIHAN KETAHANAN
Latihan utama, yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas aerobic pasien alam aktivitas kehidupan
seharii-hari
• LATIHAN INTERVAL
Latihan ketahanan diberikan dengan metode kontinu maupun interval, di mana keduanya memberikan efek
fisiologis yang sama. Latihan ini bermanfaat meningkatkan toleransi latihan pasien PPOK.
• LATIHAN RESISTENSI
Dapat meningkatkan fungsi otot perifer secara signifikan dan meningkatkan kemampuan fungsional pasien
PPOK. Dilakukan dengan resistensi terukur yang didapat dari uji kekuatan otot.
• STIMULASI ELEKTRIK NEUROMUSCULAR
Resistensi akan ditingkatkan secara bertahap sesuai adaptasi neuromuskular yang dinilai regular secara
individual.
• LATIHAN OTOT PERNAFASAN
Dapat meningkatkan fungsi diafragma, meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot nafas, meningkatkan
kualitas hidup, dan memperingan dispnea. Latihan otot pernafasan bersama dengan latihan fisik lainnya
menigkatkan Tekanan Inspirasi Maksimal (TIMax) dan kapasitas latihan.
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.01.07 / MENKES / 687 / 2019
REHABILITASI PARU
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.01.07 / MENKES / 687 / 2019
EDUKASI
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.01.07 / MENKES / 687 / 2019
EDUKASI
Skala prioritas bahan edukasi :
Berhenti merokok
Penilaian dini eksaserbasi akut
dan pengelolaannya
Penggunaan obat-obatan
Mendeteksi dan menghindari
pencetus aksaserbasi
Pengunaan oksigen
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.01.07 / MENKES / 687 / 2019
VAKSINASI
Influenza dapat menyebabkan masalah
serius untuk pasien PPOK. Oleh karena
Vaksin Flu
itu, WHO dan CDC (USA) menyarankan
agar para penderita PPOK mendapatkan
divaksinasi terhadap flu setiap tahun.
Pola pernafasan
tidak efektif
Fabiana Meijon Fadul, 2019 Konsep Medis Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK)
INTERVENSI DAN PEMBEDAHAN
Pola pernafasan
tidak efektif
Fabiana Meijon Fadul, 2019 Konsep Medis Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK)
TERAPI SUPORTIF PALIATIF
Terapi suportif dan paliatif hanya untuk
mengubah kualitas hidup dengan jalan
memenuhi kebutuhan oksigen (O2). Untuk
memenuhi kebutuhan oksigen (O2) maka
pengobatan suportif dan paliatif sangat
memegang peranan penting, melalui latihan
chest therapy, antara lain: perkusi, vibrasi,
postural drainase, batuk efektif dan nafas
dalam untuk memudahkan mengeluarkan
secret sehingga jalan nafas menjadi lancar
kemudian saturasi oksigen (SaO2)
mengalami peningkatan (Lubis,2005)
HUBUNGAN PENGGUNAAN MASKER SUNGKUP SELAMA NEBULIZER TERHADAP SATURASI PERIFER OKSIGEN
PADA PASIEN PPOK Sastro Putre Gustiawan, Ni Luh Adi Satriani, NLP Inca Buntari AgustiniBRSUD Kab. Tabanan Jl. Pahlawan
No.14, Delod Peken, Kab. Tabanan, Bali 82100
Tata Laksana Farmakologi
Penyakit Paru Obstruktif Kronis
(PPOK) Stabil
Dibuat Oleh:
Mifza Azizah (2001118)
Nadia Ayu Sasnita (2001120)
Penatalaksanaan Farmakologi PPOK Stabil
Sumber : IGN Paramartha Wijaya Putra., I Dewa Made Artika. 2012. Diagnosa dan Tata Laksana Penyakit Paru
Obstruktif Kronis. Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Bali
Penatalaksanaan PPOK Stabil di Rumah
Tujuan penatalaksanaan di rumah:
1. Menjaga PPOK tetap stabil
2. Melaksanakan pengobatan pemeliharaan jangka panjang
3. Mengevaluasi dan mengatasi eksaserbasi dini
4. Mengevaluasi dan mengatasi efek samping pengobatan
5. Menjaga penggunaan ventilasi mekanis
6. Meningkatkan kualitas hidup.
4. Rehabilitasi
• Menyesuaikan aktivitas
• Latihan ekspektorasi atau batuk yang efektif (huff cough)
• Latihan ekstremitas atas dan otot bantu napas
Sumber : IGN Paramartha Wijaya Putra., I Dewa Made Artika. 2012. Diagnosa dan Tata Laksana Penyakit Paru Obstruktif
Kronis. Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Bali
Penatalaksanaan Farmakologi PPOK Stabil
Terapi farmakologis dilakukan untuk mengurangi gejala, mengurangi keparahan
eksaserbasi dan meningkatkan status kesehatan. Setiap pengobatan harus spesifik
terhadap setiap pasien, karena gejala dan keparahan dari keterbatasan aliran udara
dipengaruhi oleh banyak faktor seperti frekuensi keparahan eksaserbasi, adanya gagal
nafas dan status kesehatan secara umum.
Pemberian terapi farmakologis pada PPOK untuk terapi PPOK stabil perlu disesuaikan
dengan keparahan penyakitnya.
1. Bronkodilator adalah obat pilihan pertama untuk menangani gejala PPOK, terapi
inhalasi lebih dipilih dan bronkodilator diresepkan sebagai pencegahan/ mengurangi
gejala yang akan timbul dari PPOK. Bronkodilator inhalasi kerja lama lebih efektif
dalam menangani gejala daripada bronkodilator kerja cepat.
Sumber : IGN Paramartha Wijaya Putra., I Dewa Made Artika. 2012. Diagnosa dan Tata Laksana Penyakit Paru
Obstruktif Kronis. Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Bali
Penatalaksanaan Farmakologi PPOK Stabil
2. Agonis β-2 kerja singkat baik yang dipakai secara reguler maupun saat diperlukan (as
needed) dapat memperbaiki FEV1 dan gejala, walaupun pemakaian pada PPOK tidak
dianjurkan apabila dengan dosis tinggi.
3. Agonis β-2 kerja lama, durasi kerja sekitar 12 jam atau lebih. Saat ini yang tersedia
adalah formoterol dan salmeterol. Obat ini dipakai sebagai ganti agonis β-2 kerja cepat
apabila pemakaiannya memerlukan dosis tinggi atau dipakai dalam jangka waktu lama.
Efek obat ini dapat memperbaiki FEV1 dan volume paru, mengurangi sesak napas,
memperbaiki kualitas hidup dan menurunkan kejadia eksaserbasi, akan tetapi tidak dapat
mempengaruhi mortaliti dan besar penurunan faal paru.
4. Agonis β-2 dengan durasi kerja 24 jam, preparat yang ada adalah indacaterol
5. Kortikosteroid inhalasi dipilih pada pasien ppok dengan FEV1 <60%, dapar mengurangi
gejala, meningkatkan fungsi paru dan kualitas hidup dan menurunkan frekuensi
eksaserbasi
Sumber : IGN Paramartha Wijaya Putra., I Dewa Made Artika. 2012. Diagnosa dan Tata Laksana Penyakit Paru
Obstruktif Kronis. Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Bali
Penatalaksanaan Farmakologi PPOK Stabil
6. Kortikosteroid inhalasi dikombinasikan dengan beta2 agonist kerja lama lebih efektif
daripada salah satu antara kortikosteroid dan bronkodilator dalam peningkatan fungsi
paru dan mengurangi eksaserbasi pada pasien dengan PPOK sedang sampai sangat
berat.
7. Antikolinergik, Penambahan antikolenergik pada pasien yang telah mendapatkan
golongan simpatomimetik akan mendapatkan efek bronkodilator yang lebih besar
Sumber : IGN Paramartha Wijaya Putra., I Dewa Made Artika. 2012. Diagnosa dan Tata Laksana Penyakit Paru
Obstruktif Kronis. Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Bali
Algoritma PPOK Stabil
Sumber : Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2003. Penyakit paru Obstruktif Kronik (PPOK) Pedoman Diagnosis dan
Tatalaksana di Indonesia. PDP. Jakarta
Algoritma PPOK Stabil
Sumber : Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2003. Penyakit paru Obstruktif Kronik (PPOK) Pedoman Diagnosis dan
Tatalaksana di Indonesia. PDP. Jakarta
Algoritma PPOK Stabil
Sumber : Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2003. Penyakit paru Obstruktif Kronik (PPOK) Pedoman Diagnosis dan
Tatalaksana di Indonesia. PDP. Jakarta
Algoritma PPOK Stabil
Sumber : Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2003. Penyakit paru Obstruktif Kronik (PPOK) Pedoman Diagnosis dan
Tatalaksana di Indonesia. PDP. Jakarta
Monitoring PPOK Stabil
Sumber : IGN Paramartha Wijaya Putra., I Dewa Made Artika. 2012. Diagnosa dan Tata Laksana Penyakit Paru
Obstruktif Kronis. Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Bali
Tata Laksana
Farmakologi PPOK
Nadila Putri 2001121
Nurliza Aulya 2001123
Dosen Pengampu :
Apt. Yuanita Purnami, S.Si, M.Sc
Tata laksana Pada Eksaserbasi Akut
kejadian kompleks
dengan peningkatan
inflamasi saluran
pernafasan, menimbukan gejala sesak
peningkatan produksi sebagai gejala khas
mukus dan eksaserbasi. Gejala lain
terperangkapnya udara berupa peningkatan
dalam saluran produksi dan konsistensi
pernafasan Eksaserbasi dapat
sputum, bersamaan
disebabkan infeksi atau
dengan peningkatan
faktor lainnya seperti
batuk dan wheezing
polusi udara,
kelelahan/timbulnya
komplikasi
Lindayani, L. P., Tedjamartono, & Dharma, T. (2017). Praktik Belajar Lapangan Penyakit Paru Obstruktif Kronik
(PPOK). Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan Di Indonesia, 1302006137, 32.
Prinsip tata laksana PPOK pada
eksaserbasi akut adalah mengatasi segera
eksaserbasi yang terjadi dan mencegah
terjadinya gagal nafas. Bila telah terjadi
gagal nafas segera atasi untuk mencegah
kematian.
2. Glukokortikoid Sistemik glukokortikoid pada pasien PPOK dapat menurunkan waktu eksaserbasi &
memperbaiki fungsi paru, memperbaiki 25 oksigenasi, risiko kejadian berulang,
kegagalan terapi dan lamanya dirawat di rumah sakit.
3. Antibiotik Pemilihan antibiotik berdasarkan resistensi bakteri lokal, biasanya dimulai dengan
terapi empiris aminopenicillin dengan asam clavulanic, macrolide atau tetracycline.
Pada pasien dengan eksaserbasi yang berulang, keterbatasan aliran udara, dan/atau
eksaserbasi yang membutuhkan ventilasi mekanik, hasil kultur yang menunjukkan
bakteri gram negatif, dapat menunjukkan gejala resisten terhadap antibiotik tersebut.
Pemberian secara oral atau intravena, tergantung kemampuan pasien, namun lebih
disarankan diberikan secara oral.
4. Terapi berdasarkan kondisi pasien seperti kebutuhan keseimbangan cairan, diuretik, antikoagulan
pendukung apabila terdapat indikasi atau penyakit komorbid diikuti dengan edukasi berhenti merokok.
5. Terapi harus dititrasi pada pasien dengan hipoksemia dengan saturasi target 88-92%. Ketika
oksigen memulai terapi oksigen, analisa gas darah harus dilakukan untuk mengetahui oksigenasi
tanpa retensi karbodioksida dan/atau 26 asidosis yang memburuk. Pemberian oksigen
dengan masker venturi menunjukkan hasil yang akurat dibandingkan dengan nasal prongs.
6. Terapi Pemberian terapi ventilasi dapat secara noninvasive (nasal atau facial mask) atau invasive
ventilasi (oro-tracheal tube atau tracheostomy), Ventilasi mekanik noninvasive diberikan pada pasien
gagal nafas akut yang sudah hospitalisasi dan mengalami PPOK eksaserbasi. Ventilasi
mekanik invasive diberikan dengan indikasi kegagalan terapi ventilasi mekanik noninvasive
sebagai terapi pertama pada gagal nafas akut, PPOK eksaserbasi.
Lindayani, L. P., Tedjamartono, & Dharma, T. (2017). Praktik Belajar Lapangan Penyakit Paru Obstruktif Kronik
(PPOK). Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan Di Indonesia, 1302006137, 32.
Monitoring selama eksaserbasi
S1-5C
Revy Iriani (2001125)
Sajidatulfa (2001126)
Dosen Pengampu:
Onset Beberapa menit (inhalasi) ≤5 menit (inhalasi); 5,4-8,2 menit (inhalasi); 5 menit (inhalasi); 30-45 mnt (oral); 6-15 5,5-10,2 menit (inhalasi); 10-17 menit
≤30 menit (oral). menit (SC). (nebulisasi)
Durasi 3-5 jam inhalasi: 3-6 jam. Inhalasi oral: Kira-kira 2-6 6 jam (inhalation); 8 jam (oral). Inhalasi : 3-4 jam (hingga 6 jam pada
jam. Oral: 6-8 jam (pelepasan segera); beberapa pasien); nebulisasi: 5- 6 jam
hingga 12 jam (extended-release). (hingga 8 jam pada beberapa pasien)
T1/2 6,5 jam Inhalasi oral: 3,8-5 jam. 16-20 jam 3,3-4 jam
Oral: 5-6 jam (rilis segera); 9,3 jam (rilis
diperpanjang).
IV: 4-6 jam.
Volume Distribusi 140±70L 156 +/- 38 L 1L/kg Tidak ditemukan data
Indikasi Penyakit paru obstruktif kronis Penyakit paru obstruktif kronis Penyakit paru obstruktif kronis Penyakit paru obstruktif kronis
Interaksi obat • Peningkatan efek dengan β- • Peningkatan risiko hipokalemia dengan • Peningkatan risiko perdarahan dan Propanolol
adrenergik, antikolinergik, kortikosteroid, diuretik (misalnya loop, gangguan irama ventrikel serius dengan
MAOI, TCA, dan turunan tiazid) dan xantina (misalnya teofilin). anestesi halogenasi.
xanthine (misalnya teofilin). • Peningkatan efek vaskular dengan MAOI, • Dapat mengurangi efek obat anti-
• Penurunan serius pada antidepresan trisiklik (TCA). diabetes.
bronkodilatasi dengan β- • Dapat menyebabkan bronkospasme parah • Peningkatan risiko hipokalemia dengan
blocker. bila digunakan dengan β-blocker agen penipisan K (misalnya diuretik).
• Dapat meningkatkan (misalnya propranolol).
• Bersamaan dengan β-agonis dan
kerentanan terhadap efek • Dapat menurunkan konsentrasi serum
kortikosteroid dapat menyebabkan edema
KV dengan halotan, digoksin.
paru.
enfluran, dan trikloroetilena. • Dapat menghambat sebagian atau
seluruhnya efek β-blocker non-selektif.
Keamanan untuk Kategori Kehamilan: B Kategori Kehamilan: C Kategori Kehamilan: C Kategori Kehamilan: C
ibu hamil & Laktasi: Didistribusikan ke
menyusui dalam ASI, tetapi dalam jumlah
yang umumnya dianggap tidak
cukup untuk mempengaruhi
bayi menyusu
Parameter Pantau kadar K serum Pantau aliran puncak FEV1, Pantau fungsi kardiorespirasi, Gejala asma; FEV1, aliran
Monitoring dan/atau tes fungsi paru serum K dan kadar glukosa; puncak, dan/atau tes fungsi
lainnya; tekanan darah, detak tanda/gejala edema paru (bila paru lainnya; detak jantung,
jantung, stimulasi SSP; digunakan pada persalinan tekanan darah, stimulasi SSP;
glukosa serum, K dan prematur). gas darah arteri (jika kondisi
kreatinin; gejala asma; gas memungkinkan); kalium serum,
darah arteri atau kapiler jika glukosa serum (pada pasien
diperlukan; laktat, dan EKG tertentu)
(IV).
Stabilitas Simpan dibawah suhu 30 Simpan dibawah suhu 30 Simpan di tempat sejuk dan Simpan pada suhu kamar 20-
derajat celcius, tidak boleh derajat celcius, terlimdung dari kering (15-25 derajat celcius) 25oC (68-77oC) lindungi dari
dipaparkan pada suhu tinggi suhu dingin dan sinar matahari pembekuan dan sinar matahari
dan jangan dibuka dengan langsung. langsung
paksa.
Medscape, 2016. Drug Interaction Checker-Drug and disease
Pusat Informasi Obat Nasional (Pionas), Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Republik Indonesia, 2015.
Informatorium Obat Nasional Indonesia (IONI), BPOM RI.
MIMS.2022.Find Drugs
USA American Pharmacists Association, 2015. Drug Information Handbook 23 th ed. Lexicomp. United State
Kriteria Fenoterol Salbutamol Terbutalin Levalbuterol
Bentuk & Solution, imhalasi Kaplet, injeksi, infus, Kaplet, Syrup, Turbuhaler Inhalasi, nebulasi solition
Sediaan, Contoh inhalasi,rotahaler, nebuliser Tablet, Injeksi
produk di
pasaran
Penyesuaian Tidak di temukan data Penyesuaian dosis pada gangguan ginjal : Penyesuaian dosis pada gangguan ginjal : Penyesuaian dosis pada gangguan
dosis pada pasien gunakan dengan hati-hati pada pasien dengan tidak ada penyesuaian dosis yang diberikan ginjal : tidak dievaluasi
gangguan gangguan ginjal. tidak diperlukan pada label produsen Penyesuaian dosis pada gangguan
ginjal/hati penyesuaian dosis (termasuk pasien yang Penyesuaian dosis pada gangguan hati : hati : Hati-hati saat memberikan larutan
menjalani hemodialisis, dialisis peritoneal, tidak ada penyesuaian dosis yang diberikan inhalasi dosis tinggi
atau CRRT. pada label produsen
Penyesuaian dosis pada gangguan hati :
tidak ada penyesuaian dosis yang diberikan
pada label produsen
Volume 4,2 L/kg 2-3 L/kg Tidak ditemukan data 2,557 L 1,11 L
Distribusi
Ikatan Protein 61-64% 96% 52-65% 95%
Plasma
Metabolisme CYP2D6, CYP2C19, Dimetabolisme secara luas melalui Uridin isozim Dimetabolisme di hati oleh Dimetabolisme melalui
CYP2C9,CYP2A6 hidroksilasi menjadi α-hidroksi- diphosphoglucuronosyltransferas CYP3A4, CYP2D6 dan CYP1A1 glukuronidasi langsung oleh
salmeterol oleh isoenzim CYP3A4. e (UGT) mengkatalisis menjadi indacaterol UGT2B7, UGT1A1, UGT1A7,
glukuronidasi arformoterol di terhidroksilasi dan oleh UGT1A1 dan UGT1A9 dan melalui O-
vitro. Dua isozim sitokrom P450 menjadi O-glukuronida fenolik demetilasi terutama oleh
(CYP2D6 dan yang kedua CYP2C9 dan CYP2C8;
CYP2C19) mengkatalisasi dimetabolisme lebih lanjut
O-demetilasi melalui konjugasi.
Ekskresi Urine 66%, feses 33% Feses (60%); urine (25%) Urine (67%); feses (22%) feses (54% tidak berubah, 23% Urine 5-7%
metabolit terhidroksilasi), urin
Medscape, 2016. Drug Interaction Checker-Drug and disease (<2%)
Pusat Informasi Obat Nasional (Pionas), Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Republik Indonesia, 2015. Informatorium Obat Nasional Indonesia (IONI), BPOM RI.
MIMS.2022.Find Drugs
C.H, Gleiter, 1990. Fenoterol: Pharmacology and Clinical Use. Neva press. Branford
Morgan DJ, Paull JD, Richmond BH, Wilson-Evered E, Ziccone SP, 1986. Pharmacokinetics of intravenous and oral salbutamol and its sulphate conjugate. Br J Clin Pharmaco. Australia
Kriteria Formoterol Salmeterol Arfomoterol Indacaterol Olodaterol
Indikasi Penyakit paru obstruktif kronis Penyakit paru obstruktif Penyakit paru obstruktif Penyakit paru obstruktif kronis Penyakit paru obstruktif kronis
kronis kronis
Kontraindikasi Pengobatan status asmatikus, Monoterapi dalam pengobatan Hipersensitif terhadap Hipersensitif , Sebagai monoterapi dalam Monoterapi dalam pengobatan
episode asma akut lainnya atau asma. Pengobatan status arformoterol atau pengobatan asma. Penggunaan bersamaan asma. Sebagai pengobatan utama
COPD. Monoterapi dalam asmatikus, episode asma akut formoterol, atau bahan apa dengan agonis ß2-adrenergik kerja panjang asma, episode akut bronkospasme,
pengobatan asma. lainnya atau COPD. pun Pengobatan asma tanpa lainnya dan PPOK yang memburuk secara
obat pengontrol asma akut.
jangka panjang, seperti
kortikosteroid inhalasi
Interaksi obat Peningkatan risiko aritmia Peningkatan risiko efek CV Obat Adrenergik, Turunan Efek simpatis dapat diperkuat dengan agen Peningkatan risiko efek CV yang
ventrikel dengan obat yang dengan penghambat CYP3A4 Xanthine, Steroid, Atau simpatomimetik. Peningkatan efek merugikan dengan anestesi
memperpanjang interval QT yang kuat (misalnya Diuretik hipokalemia dari turunan metilxantin, hidrokarbon terhalogenasi.
(misalnya quinidine, ketoconazole, ritonavir). Pengobatan bersamaan steroid atau diuretik hemat kalium (diuretik Peningkatan risiko aritmia ventrikel
disopyramide, procainamide, Mengurangi efek bronkodilator dengan methylxanthine loop atau tiazid). Peningkatan risiko dengan obat yang memperpanjang
fenotiazin, antihistamin, dengan β-blocker. Peningkatan (aminophylline, interval QTc yang berkepanjangan dengan interval QT (misalnya MAOI,
eritromisin). Peningkatan efek risiko hipokalemia dengan theophylline), steroid, atau MAOI, TCA, atau agen lain yang diketahui TCA). Efek antagonis dengan β-
samping dengan obat diuretik non K-sparing. MAOI diuretik dapat memperpanjang interval QTc. Efek blocker. Peningkatan risiko
simpatomimetik lainnya. dan TCA dapat mempotensiasi mempotensiasi efek antagonis dengan penghambat ß- hipokalemia dengan turunan
Peningkatan efek CV dengan efek salmeterol pada sistem hipokalemik dari agonis adrenergik. Peningkatan konsentrasi serum xanthine, kortikosteroid, atau
MAOI, makrolida, atau TCA. vaskular. adrenergik, Diuretik Hemat dengan inhibitor CYP3A4 dan P- diuretik hemat non-K. Peningkatan
Peningkatan risiko hipokalemia Kalium, Inhibitor MAO, glikoprotein (misalnya ketokonazol, konsentrasi plasma dengan
dengan turunan xantin, steroid, Antidepresan Trisiklik, eritromisin, verapamil, ritonavir). inhibitor enzim CYP (misalnya
atau diuretik hemat K. Obat Pemanjang QTc, Beta- ketoconazole).
Peningkatan risiko aritmia Blocker
dengan anestesi bersamaan
dengan hidrokarbon
terhalogenasi. Peningkatan efek
bronkodilatasi dengan obat
antikolinergik. Efek antagonis
dengan β-blocker.
Efek Infeksi saluran pernapasan Batuk, sakit kepala, nyeri Gugup, pusing, gemetar (tremor), Reaksi hipersensitivitas (misalnya Hipersensitivitas (misalnya
Samping atas, nyeri punggung, muskuloskeletal, iritasi tenggorokan, sakit kepala, mual, mulut kering, pembengkakan lidah, bibir dan angioedema), peningkatan glukosa
faringitis, nyeri dada, infeksi pernapasan virus atau sulit tidur dapat terjadi. wajah, ruam, urtikaria, kesulitan serum, penurunan serum K,
sinusitis, demam, kram kaki, bernapas atau menelan), stimulasi/eksitasi SSP, stimulasi
kram otot, gelisah, pruritus, hipokalemia, hiperglikemia, onset aktivitas tiroid; Efek CV (misalnya
peningkatan sputum, mulut baru atau eksaserbasi diabetes peningkatan denyut nadi, dan
kering.. mellitus, peningkatan denyut nadi tekanan darah, perubahan EKG),
atau tekanan darah, perubahan hipokalemia, hiperglikemia.
EKG (misalnya pendataran T
gelombang, pemanjangan interval
QT, depresi segmen ST).
Dosis & Dewasa: Dewasa: Sebagai aerosol dosis Solution Inhalasi adalah Dewasa: Pemeliharaan: Sebagai Dewasa: Sebagai penghirup
Aturan inhalasi: 12 mcg bid melalui terukur atau inhaler bubuk kering: satu botol dosis unit 15 mcg tutup inhalasi: 1 tutup (150 mcg) aerosol dosis terukur (2,5
Pakai perangkat inhaler. 50 mcg bid diberikan dua kali sehari (pagi dan sekali sehari melalui alat mcg/aktuasi): 2 inhalasi sekali
dry powder inhaler dosis sore) dengan nebulisasi. penghirup, pada waktu yang sama sehari.
terukur: 12 mcg 1-2 kali Dosis harian total lebih besar dari setiap hari. Parah: 300 mcg sekali
sehari. 30 mcg (15 mcg dua kali sehari) sehari. Maks: 300 mcg setiap hari.
aerosol dosis terukur: 12 tidak dianjurkan
mcg bid. Dosis tambahan
dapat diberikan sesuai
kebutuhan. Maks: 48
mcg/hari (24 mcg/dosis).
nebulisasi: 20 mcg bid.
Parameter Pantau fungsi paru, TD, Pantau fungsi paru, Tidak ditemukan data Pantau volume ekspirasi paksa Pantau fungsi paru termasuk
Monitoring detak jantung, stimulasi TD, detak jantung, pada detik pertama (FEV1), FEV1 dan FVC, tekanan
SSP; glukosa serum dan stimulasi SSP, fungsi kapasitas vital paksa (FVC), tes darah, denyut jantung,
kadar K hati; kadar glukosa dan fungsi paru lainnya; serum K, glukosa serum dan kadar K;
K. glukosa darah, tekanan darah, Stimulasi SSP.
detak jantung. Pantau
perburukan PPOK dan evaluasi
ulang terapi sesuai kebutuhan.
Stabilitas Jangan simpan diatas Simpan pada suhu 2–8°C. Simpan botol sekali pakai dalam Simpan kapsul pada suhu ruang Simpan di tempat sejuk dan
suhu 30 oC. Selalu kamar 20-25oC (68- kantong foil pelindung untuk melindungi dari terkontrol 25 oC; kunjungan terlindungi dari sinar matahari
pasang kembali penutup 77oC) di tempat kering cahaya sampai digunakan. Kantong foil yang diizinkan hingga 15-30oC (59- langsung
inhaler setelah terhindar panas atau belum dibuka dapat disimpan pada suhu 20– 86oF). melindungi dari sinar
digunakan sinar matahari 25°C selama ≤6 minggu. Buang kantong foil matahari langsung dan
langsung yang belum dibuka setelah >6 minggu atau kelembaban
setelah tanggal kedaluwarsa berlabel produsen
(mana saja yang lebih dulu)
Penyesuai Penyesuaian dosis pada Penyesuaian dosis Penyesuaian dosis pada Penyesuaian dosis pada Penyesuaian dosis pada
an dosis gangguan ginjal : tidak pada gangguan ginjal gangguan ginjal : tidak gangguan ginjal : tidak gangguan ginjal : tidak
ada penyesuaian dosis
pada yang diberikan pada : tidak ada penyesuaian diperlukan penyesuaian diperlukan penyesuaian dosis ada penyesuaian dosis yang
pasien label produsen dosis yang diberikan dosis penyesuaian dosis pada diberikan pada label
gangguan Penyesuaian dosis pada pada label produsen Penyesuaian dosis pada gangguan hati : produsen
ginjal/hati gangguan hati : tidak Penyesuaian dosis gangguan hati : tidak Gangguan ringan sampai Penyesuaian dosis pada
ada penyesuaian dosis
yang diberikan pada pada gangguan hati : diperlukan penyesuaian sedang : tidak diperlukan gangguan hati : tidak ada
label produsen tidak ada penyesuaian dosis, tetapi gunakan hati- penyesuaian dosis penyesuaian dosis yang
dosis yang diberikan hati, paparan obat sistemik Kerusakan parah : tidak ada diberikan pada label
pada label produsen berkepanjangann penyesuaian dosis yang produsen
diberikan dalam label
produsen
www.traditionalmedicine.com
KRITERIA Ipratropium
Nama obat Spiriva, Spiriva Respimat, Spiolto Seebri Breezhaler, Ultibro Breezhaler
Respimat
Bentuk & Inhaler Inhaler
kekuatan
KRITERIA Tiotropium Glikopironium bromida
DAFTAR PUSTAKA :
Madscape, Basic Pharmacology and Drug Notes 2023
PIONAS,BPOM
FARMAKOTERAPI SALURAN NAFAS DAN KONDISI
KHUSUS
“PROFIL GOLONGAN OBAT III”
ICS
S1-5C
Selviani Putri(2001129)
Shinta Liana Ruska(2001130)
Dosen Pengampu:
Apt. Yuanita Purnami, S.Si., M.Sc
KRITERIA BUDESONIDE FLUTICASONE
Indikasi Asma, croup, rinitis alergi, atau Asma, Polip hidung, Rinitis alergi,
penyakit Crohn
Bentuk & Inhaler, cairan nebulizer, semprotan Nasal spray, cream, ointment,, dry
kekuatan hidung, kapsul powder
Kriteria BUDESONIDE FLUTICASONE
Indikasi Profilaksis asma, terutama jika tidak Rhinitis seasonal dan menahun
sepenuhnya teratasi oleh terutama pada alergi sedang sampai
bronkodilator atau kromoglikat. berat yang menetap pada anak usia
di atas 3 tahun.
Indikasi Bronkospasme reversibel yang Penyakit Paru Obstruktif Kronis Asma, Penyakit Paru Obstruktif Kronis
berkaitan dengan penyakit paru (PPOK) (PPOK)
obstruksi dan serangan asma akut
yang membutuhkan terapi lebih
dari bronkodilator tunggal
Mekanisme Kerja Salbutamol: melemaskan otot Tiotropium: Agen antimuskarinik Budesonide: Kortikosteroid antiradang;
polos semua saluran udara, dari kerja panjang, sering disebut memiliki aktivitas glukokortikoid yang
trakea hingga bronkiolus terminal, sebagai antikolinergik; kuat dan aktivitas mineralokortikoid
sebagai antagonis fungsional menghambat reseptor M3 pada yang lemah.
untuk melemaskan jalan napas otot polos, menyebabkan Formoterol: Agonis beta2-adrenergik
terlepas dari spasmogen yang bronkodilatasi selektif kerja panjang dengan onset
terlibat, sehingga melindungi dari Olodaterol: agonis beta2- kerja cepat; bertindak secara lokal
semua tantangan adrenergik kerja panjang (LABA); sebagai bronkodilator; merangsang
bronkokonstriktor. mengaktifkan reseptor beta2- intraseluler adenil siklase, yang
Ipratropium: antagonis asetilkolin adrenergik spesifik pada menghasilkan peningkatan kadar siklik
melalui blokade reseptor kolinergik permukaan sel otot polos, yang adenosin monofosfat, menyebabkan
muskarinik. Memblokir reseptor meningkatkan cAMP intraseluler relaksasi otot polos bronkus dan
kolinergik menurunkan produksi dan relaksasi otot polos penghambatan pelepasan mediator sel
siklik guanosin monofosfat (cGMP) mast.
Dosis terapi serangan akut: 1 unit dosis, Dewasa : Tarik napas 2 gerakan Dewasa dan remaja >12 tahun:
pada kasus yang parah, jika PO qDay pada waktu yang 80/4,5 mcg 1-2 hari inhalasi 2kali
serangan tidak dapat diredakan sama. Sekali sehari, bila sehari atau 160/4,5 mcg 1-2 hari
dengan pemberian satu unit dosis, memungkinkan gunakanlah inhalasi 2kali sehari.
mungkin diperlukan dua unit dosis, pada waktu yang sama setiap Anak 6-11 tahun : secara teratur
pada kasus tersebut, pasien harus harinya. setiap kali harus dinilai ulang oleh dokter untuk
segera berkonsultasi dengan dokter menggunakannya, lakukan dua mendapatkan dosis yang optimal
terapi pemeliharaan: satu unit dosis semprot. Tidak boleh diberikan
tiga atau empat kali sehari. pada anak-anak atau remaja
(dibawah usia 18 th)
Durasi penggunaan 4-5 jam atau lebih 24 jam 12 jam atau lebih
Disusun oleh :
Kelas S1-5C
Tengku Shella Mardianti (2001133)
Violin Sugesty Syahputri (2001134)
Golongan Indikasi Mekanisme kerja Nama obat Bentuk dan dosis Durasi
Obat kekuatan
sediaan
Triple Diindikasikan Agonis beta-2 berikatan Budesonide / Inhaler tipe 160 mcg/ 12 jam
therapy : untuk perawatan dengan reseptor beta-2 Formoterol / MDI 9 mcg/ 4.8
LABA+ pemeliharaan adrenergik di paru-paru dan glycopyrrolate (Metered mcg per
LAMA+ bronkokonstriksi menyebabkan efek inhaled Dose Inhaler) inhalasi atau
ICS pada pasien bronkodilatasi/relaksasi otot 2 oral
PPOK. saluran pernapasan. inhalasi
Dengan Kortikosteroid bekerja dalam 2 hari
karakteristik dengan cara mengurangi
pasien orang respon inflamasi saluran
bergejala dengan napas terhadap alergen.
riwayat Kortikosteroid inhalasi (ICS)
eksaserbasi yang dosis rendah dan dosis
sering atau parah sedang digunakan untuk
mengontrol asma sedangkan
ICS dosis tinggi digunakan
saat terjadi eksaserbasi asma
atau pada asma yang tidak
terkontrol.
PROFIL GOLONGAN OBAT
VI
ORAL
STEROID SISTEMIK : ORAL - INJEKSI
GLUCOCORTICOIDS
Vivi Gita Nabilla (2001135)
Wekis Raya Amnan (2001136)
Kriteria Prednisolon Deksametason Hidrokotison Betametason
Indikasi Keadaan alergi terutama pada asma Mengobati supresi inflamasi dan Kolitis ulseratif, proctitis, Supresi inflamasi dan gangguan
bronchial, peradangan, asma, rematik, gangguan alergi, Cushing’s proktosigmoditis alergi, mengobati Hyperplasia
supresi inflamasi bagian serta penyakit disease, hyperplasia adrenal adrenal congenital
lain yang perlu pengobatan dengan
glukokortikoid
Mekanisme Kerja Glukokortikosteroid; memunculkan Mekanisme kerja deksametason Glukokortikoid; memunculkan • Glukokortikoid poten dengan
aktivitas mineralokortikoid ringan dan yaitu dengan cara menembus aktivitas mineralokortikoid ringan aktivitas mineralokortikoid
efek antiinflamasi sedang; mengontrol membran sel sehingga akan dan efek antiinflamasi sedang; minimal atau tanpa aktivitas
atau mencegah peradangan dengan terbentuk suatu kompleks mengontrol atau mencegah • Mengontrol atau mencegah
mengontrol laju sintesis protein, steroid-protein reseptor. Di inflamasi dengan mengontrol laju inflamasi dengan mengontrol
menekan migrasi leukosit dalam inti sel, kompleks steroid- sintesis protein, menekan migrasi laju sintesis protein, menekan
polimorfonuklear (PMN) dan fibroblas, protein reseptor ini akan leukosit polimorfonuklear (PMN) migrasi PMN dan fibroblas,
membalikkan permeabilitas kapiler, dan berikatan dengan kromatin DNA dan fibroblas, dan membalikkan membalikkan permeabilitas
menstabilkan lisosom pada tingkat sel dan menstimulasi transkripsi permeabilitas kapiler kapiler, dan menstabilkan
mRNA yang merupakan bagian lisosom pada tingkat seluler
dari proses sintesis protein.
Sebagai anti inflamasi, obat ini
menekan migrasi neutrofil,
mengurangi produksi
prostaglandin (senyawa yang
berfungsi sebagai mediator
inflamasi), dan menyebabkan
dilatasi kapiler. Hal ini akan
mengurangi respon tubuh
terhadap kondisi peradangan
Bentuk dan Kekuatan Tablet 5 mg, Tablet 10 mg, Ampul 5mg/ml, tablet 0,5 mg Tablet 20 mg dan injeksi Tablet 0,5 mg, sirup, suntik
Sediaan Obat Tablet 20 mg dan tablet 0,75 mg, airup, salep 100mg/ml
mata, tetes mata
Dosen Pengampu :
Apt.Yuanita Purnami,S.Si.,M.Sc
METHYLXANTHINES
KRITERIA AMINOFILIN TEOFILIN
Struktur Kimia
Teofilin melemaskan otot polos saluran Teofilin melemaskan otot polos yang terletak di saluran
pernapasan dan menekan respons saluran udara bronkial dan pembuluh darah paru. Dan juga
udara terhadap rangsangan Dapat mengurangi respons saluran napas terhadap histamin,
meningkatkan konsentrasi jaringan siklik adenosin, metakolin, dan alergen. Teofilin secara
adenin monofosfat (cAMP) dengan kompetitif menghambat fosfodiesterase (PDE) tipe III
menghambat 2 isoenzim fosfodiesterase dan tipe IV, enzim yang bertanggung jawab untuk
Mekanisme (PDE III dan, pada tingkat yang lebih memecah AMP siklik dalam sel otot polos, yang
Aksi rendah, PDE IV), yang pada akhirnya mungkin mengakibatkan bronkodilatasi. Teofilin juga
menginduksi pelepasan epinefrin dari sel berikatan dengan reseptor adenosin A2B dan memblokir
medula adrenal. bronkokonstriksi yang dimediasi adenosin. Dalam
keadaan inflamasi, teofilin mengaktifkan histone
deacetylase untuk mencegah transkripsi gen inflamasi
yang membutuhkan asetilasi histon untuk memulai
transkripsi
Drugbank Online ,Mims indonesia edisi 22 tahun 2021 ,PIONAS,Bpom
METHYLXANTHINES
C16H24N10O4 C7H8N4O2
Rumus Kimia
Obstruksi saluran napas reversibel, asma akut Untuk pengobatan gejala dan obstruksi aliran
berat udara reversibel yang berhubungan dengan
Indikasi asma kronis dan penyakit paru kronis
lainnya, seperti emfisema dan bronkitis
kronis.
Hipersensitivitas, Penyakit jantung,Gangguan Hipersensitivitas
Kontraindikasi ginjal, Disfungsi hati karena sebab apapun,
Hipo/hipertiroidisme, Epilepsi Penyakit ulkus
peptikum aktif
Tablet, injeksi, sirup Tablet, kaplet, atau kapsul
Bentuk Sediaan
Volume distribusi Berkisar antara 0,3 hingga 0,7 L/kg. 0,3 hingga 0,7 L/kg
Contoh dan
Gambar produk
(METHYLXANTHINES)
S1 - 5C
Aisyah Azzahra Faraini
(2001093)
Annisa Siregar (2001094)
Dosen Pengampu : apt. Yuanita Purnami, S.Si, M.Sc.
N-acetylcysteine, erdosteine dan carbocysteine merupakan Golongan Obat Mukolitik (mukokinetik, mukoregulator) dan agen
Antioksidan. Mukolitik adalah obat yang mengencerkan sekret saluran napas dengan jalan memecah benang-benang mukoprotein dan
mukopolisakarida dari sputum. Istilah sputum dan phlegm atau dahak digunakan untuk mendefinisikan mukus yang disekresikan atau
dikeluarkan pada saluran respirasi.
Nama Obat Asetilsistein : Fluimucil Erdosteine:Erdomed, Erdos, Erdotin Karbosistein : Broncholit, Rhinathiol
Derivat asam amino yang terdapat di dalam Prodrug yang mengandung metabolit aktif yaitu
tubuh secara alami, yaitu sistein. komposisi thiol.
Struktur Kimia
Durasi Variasi (~1 jam) 12 jam (GOLD 2023) 2 jam (rentang: 1-3 jam).
T1/2 5,6 jam (dewasa), 11 jam (neonatal) 1,46 jam (erdosteine); 1,62 jam (metabolit) ±2 jam
Ekskresi Urin (13% sampai 38%) Urin (sebagai metabolit aktif dan sulfat). Urin
Kriteria Erdosteine Carbocysteine
N-acetylcysteine (NAC)
Terapi hipersekresi mukus kental dan tebal pada Mukolitik pada infeksi saluran napas akut dan Obat batuk berdahak (mukolitik).
Indikasi saluran pernapasan kronik Mengurangi viskositas sputum.
Sebagai terapi tambahan untuk gangguan Gangguan pernapasan yang berhubungan dengan Digunakan dalam pengobatan batuk basah
saluran pernapasan yang berhubungan dengan produksi lendir yang berlebihan Digunakan dalam dan untuk mengobati penyakit pernapasan
lendir kental yang berlebihan. pengobatan batuk basah. Merupakan obat yang jangka panjang seperti PPOK
Digunakan Juga digunakan untuk penanganan berbentuk bakal obat yang mengandung metabolit dan bronkiektasis.
Ketika overdosis acetaminophen, yaitu sebagai aktif yaitu komposisi thiol. Gejala seperti batuk berdahak terus-menerus
antidotum/ penawar kondisi keracunan dan sesak napas
berdasarkan peningkatan persediaan glutathion.
Disamping kerja mukolitiknya, juga berefek Mengatur produksi dan viskositas mukus. Sifat dan penggunaan sama dengan
antioksidan dengan melindungi jaringan paru Erdosteine berbentuk bakal obat yang nantinya asetilsistein.
terhadap kerusakan (lanjutan) pada COPD. akan dipecah oleh enzim adenosine deaminase. Juga dapat memutuskan “jembatan” sulfur
Sifat melindungi dari asetilsistein didasarkan Erdosteine menghambat adhesi bakteri pada sel dari mukopolisakarida di selaput lendir
atas peningkatan persediaan GSH disamping epitel dan membuka ikatan disulfida pada lambung, sehingga mukus menjadi lebih cair.
memperkuat aktivitas antioksidan alamiah lain. mukoprotein dalam bronkiolus sehingga Adalah mukolitik yang berfungsi
Asetil juga dapat “melahap” FR dan mengurangi mengurangi kekentalan lendir dan sputum mengurangi hiperplasia goblet sel (lendir
Mekanisme produksi FR oleh makrofag alveoler akibat asap purulent. yang menjaga lapisan terluar sel agar tidak
Kerja rokok di samping juga mencegah inaktivasi Juga dapat berfungsi sebagai free radical dirusaki oleh enzim pepsin) dalam
oksidatif dari anti-elastase yang melindungi scavenging yang melindungi jaringan paru pengelolaan gangguan pernapasan. Hal ini
alveoli terhadap elastase. Karena itu eltalase dari kerusakan akibat asap rokok. terkait dengan pelepasan (sekresi) lendir
tidak dapat merombak dinding alveoli, sehingga yang berlebihan atau lendir kental abnormal.
timbulnya dan progresi emfisema dihentikan.
Kriteria Erdosteine Carbocysteine
N-acetylcysteine (NAC)
Hipersensitif terhadap acetylcysteine Hipersensitif terhadap erdosteine, pasien Ulkus peptik aktif (asam lambung)
sirosis hati dan kekurangan enzim Anak-anak di bawah 2 tahun.
Kontraindikasi crystathionine sintetase, fenilketonuria
(hanya pada granul), pasien gagal ginjal
(dengan kreatinin klirens <25 mL/min).
Pada penggunaan sistemik : menimbulkan Tidak ditemukan efek terhadap saluran Kadang-kadang iritasi saluran cerna,
reaksi hipersensitivitas seperti urtikaria dan pencernaan dan efek sistemik (PIONAS). ruam (PIONAS).
bronkospasme (jarang terjadi). Psoriasis, mual,
muntah, diare, stomatitis, pusing, tinitus.
Yang paling sering terjadi : mual, dan muntah.
Efek Samping Secara inhalasi, dapat menimbulkan kejang-
kejang bronchi (penderita asma).
Mukolitik diresepkan untuk membantu ekspektorasi dengan mengurangi viskositas sputum. Mukolitik mengurangi eksaserbasi pada
beberapa pasien penyakit paru obstruktif kronis dan batuk produktif kronis. Pengobatan harus dihentikan jika tidak ada manfaat
setelah 4 minggu pemberian. Mukolitik harus diberikan dengan hati-hati pada pasien dengan riwayat ulserasi peptik karena dapat
Peringatan
merusak sawar mukosa lambung.
Kriteria Erdosteine Carbocysteine
N-acetylcysteine (NAC)
Tablet, kapsul, sirup kering, larutan Tablet, sirup, kaplet Kapsul dan Sirup
Broncholit, Rhinathiol, Carboxysteine
Kapsul 200 mg : Fluimucil, Mucylin, Nytex, Kapsul 300 mg : Edopect, Edotin, Erdobat,
Pectocil, Simucil 200 Mucotein, Recustein, Vectrine, Vestein, Vostrin. Sirup :
Sirup 100 mg/5 ml : Nytex Sirup kering 175mg/5 ml, Mucotein, Recustein, Broncholit syrup 60 ml
Vectrine, Vestein, Vostrin. Rhinathiol Adult syr 250 mg/5 mL,
Bentuk &
Merek dagang Fluimucil juga tersedia dalam kemasan botol 100 ml
Sediaan, bentuk tablet effervescent 600 mg, granula Rhinathiol Infant syr 100 mg/5 mL,
Contoh 200mg, sachet pediatri 100 mg, sirup kering kemasan botol 100 ml
produk di 150mg/50 ml dan injeksi ampul 300mg/3ml. Kapsul :
pasaran Rhinathiol cap 375 mg
Juga tersedia dalam bentuk kombinasi seperti
Acetylcysteine 200 mg dengan Paracetamol
500 mg (Dorbigot, Sistenol)
• Dewasa : 3x1 kapsul sehari • (Kapsul) Dewasa : 2-3 x 1 kapsul sehari • Dosis awal 750 mg 3 kali sehari,
• Nebulasi 1 ampul 1-2 kali sehari selama 5- • (Sirup) Anak : kemudian 1,5 g/hari dalam dosis
10 hari (PIONAS). BB 15-19 kg = 2x 175 mg sehari terbagi Anak 2-5 tahun 62,5-125
• Oral : 3-6 dd 200 mg atau 1-2 dd 600mg BB 20-30 kg = 3x 175 mg sehari mg 4 kali sehari; 6-12 tahun 250
Dosis & granulat. Dewasa & anak berat >30 kg=2x350mg sehari mg 3 kali sehari (PIONAS).
Aturan • Anak-anak 2-7 th: 2 dd 200mg
Pakai • Anak <2th : 2 dd 100mg
Antidotum paracetamol :
• Oral 140mg/kg dari larutan 5%, disusul
dengan 70 mg/kg setiap 4 jam
Kategori B: Studi pada hewan tidak menunjukkan Penggunaan erdosteine pada kehamilan dan ibu Kategori C: Studi pada
resiko pada janin, akan tetapi belum ada studi terkontrol menyusui tidak dianjurkan karena belum tersedia reproduksi hewan menunjukkan
pada ibu hamil, atau studi pada reproduksi hewan yang penelitian lebih lanjut. FDA memberikan erdosteine efek buruk pada janin. Tidak
menunjukkan efek yang merugikan (selain penurunan status sebagai orphan drug. Belum diketahui ada studi memadai dan
Keamanan fertilitas) yang tidak dikonfirmasi pada studi terkontrol kategori obat ini untuk penggunaan pada kehamilan terkendali pada manusia. Obat
untuk Ibu pada ibu hamil trisemester I (dan tidak ada bukti berdasarkan FDA maupun TGA (kategori N). Oleh boleh digunakan jika nilai
Hamil & mengenai resiko pada trimester berikutnya). karena itu, erdosteine tidak disarankan untuk pasien manfaatnya lebih besar dari
Menyusui gangguan saluran napas yang sedang hamil atau risiko terhadap janin.
berencana hamil.
Kriteria Erdosteine Carbocysteine
N-acetylcysteine (NAC)
FLUIMUCIL VECTRINE BRONCHOLIT
Contoh Nama
Dagang di
Indonesia
daftar pustaka :
GOLD Report 2023, Medscape, PIONAS, Basic Pharmacology and Drug Notes 2019, MIMS edisi 2019
Tjay, H.T dan Rahardja, Kirana. 2015. Obat-obat penting, khasiat, penggunaan dan efek-efek sampingnya. Edisi
ke 7. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo, Kompas Gramedia.
Golongan
Obat IX & X
PD-4 Inh. & α1-At
Silvia Yolanda 2001131
Surien Fetri 2001132
Dosen Pengampu :
apt. Yuanita Purnami, S.Si,. M.Sc
KRITERIA Roflumilast α-1 Antitrypsin augmentation therapy
Indikasi Roflumilast (DAXAS) diindikasikan untuk Indikasi augmentasi AAT adalah emfisema
pengobatan pemeliharaan penyakit paru obstruktif
kronik (PPOK) berat (FEV, post-bronkodilator
diperkirakan kurang dari 50%) terkait dengan
bronkitis kronis pada pasien dewasa dengan riwayat
eksaserbasi yang sering sebagai tambahan pada
pengobatan bronkodilator.
Mekanisme Roflumilast N-Oksida (metabolit) dan roflumilast Alfa-1 antitripsin bekerja dengan
kerja (cyclic-3’,5’-adenosine utama) bekerja dengan cara mengontrol enzim neutrofil agar tidak
menghambat aktivitas PDE4 (siklik utama 3’,5’-
menyerang sel-sel sehat.
adenosin monofosfat siklik AMP metabolisme
enzim dalam jaringan paru-paru) menyebabkan
akumulasi siklik AMP intraseluler.
Durasi 1 jam -
penggunaan
Mekanism Mengikat subunit ribosom 50S dari mikroorganisme yang rentan dan memblokir Eritromisin bekerja melalui mekanisme menghambat
e kerja disosiasi peptidyl tRNA dari ribosom, menyebabkan sintesis protein yang pertumbuhan bakteri atau bakterisidal, terutama pada
bergantung pada RNA terhenti; tidak mempengaruhi sintesis asam konsentrasi tinggi untuk kuman-kuman yang sensitif terhadap
nukleat.Berkonsentrasi pada fagosit dan fibroblas, seperti yang ditunjukkan oleh eritromisin.
teknik inkubasi in vitro; studi in vivo menunjukkan bahwa konsentrasi dalam fagosit
dapat berkontribusi pada distribusi obat ke jaringan yang meradang
Bentuk Tablet dan kapsul salut selaput :250 mg dan 500 mg Oral (250 dan 500mg)
dan Oral suspense: 100 mg/5mL dan 200 mg/5mL injeksi (500mg /10ml {vial})
kekuatan
sediaan Serbuk Injeksi: 500 mg/vial
Serbuk infus: 0,5 g
Dosis Oral: oral: Dewasa Dan Anak di atas 8 tahun, 250-500 mg tiap 6
Dewasa: jam atau 0,5-1 g tiap 12 jam (lihat keterangan di atas);
500 mg PO x 1 dosis pada Hari 1, diikuti dengan 250 mg PO qDay pada Hari 2-5 pada infeksi berat dapat dinaikkan sampai 4 g/hari. ANAK
Anak-anak: sampai 2 tahun, 125 mg tiap 6 jam; 2-8 tahun 250 mg tiap 6
<6 bulan: Keamanan dan kemanjuran tidak ditetapkan jam. Untuk infeksi berat dosis dapat digandakan.
≥6 bulan: 10 mg/kg PO x 1 dosis pada Hari 1, diikuti 5 mg/kg PO pada Hari 2-5 Infus intravena: infeksi berat pada dewasa dan anak, 50
Intravena: mg/kg bb/hari secara infus kontinu atau dosis terbagi tiap
500 rng IV sebagai dosis tunggal setidaknya selarna 2 hari. Terapi intravena 6 jam; infeksi ringan 25 mg/kg bb/hari bila pemberian per
sebaiknya diilruti dengan Azithromycin oral dengan dosis 500 mg sehari selama 7 - oral tidak memungkinkan.
lO hari
Sumber : Medscape,MIMS,PIONAS,Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease, Inc.2023
Kriteria Azithromycin Erythromycin
Nama Obat
Azithromycin, azivol, azomax, aztrin, mezatrin, Corsatrocin, Dothrocyn, Duramycin, Erymed, Erysanbe,
zitrax, zitrolik, zithromax, zitrolin, zycin Erythrin 500, Erythromycin, dan Trovilon.
Azithromycin
Erythromycin
kaplet salut
kaplet salut
selaput
selaput
Zithromax
IV
Terapi oksigen
untuk penggunaaan intermiten
jangka
(short-burst) pada episode
pendek(short-
hipoksemia jangka pendek, misalnya
burst oxygen
asma.
therapy)
OKSIGEN
Pusat Informasi Obat Nasional (Pionas), 2014. Badan Pengawas Obat dan Makanan
(BPOM) Republik Indonesia, Informatorium Obat Nasional Indonesia (IONI)
DOSIS TERAPI OKSIGEN
Indikasi Dosis
PPOK dan kondisi lain yang membutuhkan Sebelum tersedia analisa gas darah,
terapi O2 terkontrol atau dosis rendah: gunakan nasal kanul 1-2L/menit dengan
kekurangan : harganya mahal,Tabung oksigen ukuran kekurangan : akan menguap jika tidak
nya besar. digunakan pada waktu yang tepat.
Asni Hasain, Dkk. 2002.Terapi Nebulizer Dengan Kontrol Napas Terhadap Frekuensi Napas Dan Saturasi Oksigen
Pasien Dengan Ppok . Caring Nursing Journal Vol.6 No 1 Hal 1-8. STIKES Intan Martapura
TERAPI
NEBULISASI
Nebulizer merupakan alat yang bisa mengganti
obat yang berupa larutan jadi airosol (uap) secara
Nebulizer terus menerus dengan tenaga yang berasal dari
udara yang dipadatkan lewat gelombang ultrasonik
Deskripsi Alat:
Tim Respirasi FK UNHAS, 2017. Terapi Inhalasi Nebuilisasi, Pegangan Mahasiswa, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Makasar
Komponen Alat Nebulizer
Memiliki suara yang kencang Tidak menghasilkan suara Tidak berisik dan mudah
berisik karena menggunakan dibawa kemana-mana
gelobang ultrasonik
Cara Penggunaan Alat Nebulizer
Selalu cuci tangan sebelum menyiapkan obat untuk penggunaan nebulizer
Membuka tutup tabung obat nebulizer, mengukur dosis obat dengan benar
Menghubungkan selang dari masker uap atau mouthpiece pada kompresor nebulizer
Mengenakan masker uap atau mouthpiece ke mulut, dikatupkan bibir hingga rapat
Menekan tombol on
Benapaslah dengan perlahan ketika menghirup uap yang keluar dan uap dihirup sampai obat habis
Kelas : S1-5C
Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI; 2013.
Contoh produk valved holding chambers
Rossmax Aerospacer AS-175
Cara Pemakaian:
1. Sebelum digunakan, periksalah secara hati-hati chamber, hilangkan
benda asing yang berada di dalam chamber. Ganti chamber dengan
yang baru bila terdeteksi benda asing yang mengotori chamber.
2. Buka penutup chamber dan alat inhaler. Bila menggunakan masker,
masukkan secara perlahan ke bagian mouth piece dari AS 175.
3. Masukkan alat inhaler ke bagian belakang dari chamber dan goyangkan
kedua alat tersebut secara bersamaan.
4. Letakkan mouth piece ke dalam mulut dan rekatkan bibir pada
pinggiran mouth piece. Apabila menggunakan masker, letakkan masker
pada mulut dan hidung.
5. Bernapaslah secara perlahan. Tekan tombol inhaler pada saat ingin
memulai inhalasi.
6. Lalu ambil napas perlahan dan dalam melalui mulut. Bila memungkinkan,
tahan napas selama 5 detik. Bila menggunakan mouth piece, ambil
napas sebanyak 2 - 3 kali setelah menekan tombol pada inhaler,
sedangkan apabila menggunakan masker, ambil napas sebanyak 5 - 6
kali setelah tombol inhaler di tekan.
Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS).
Badan Penelitian dan Pengembangan Penyimpanan :simpan di tempat sejuk dan kering, terhindar dari paparan
Kesehatan Kementerian Kesehatan RI; sinar matahari langsung
2013.
Spacer rossmax AS 175 berfungsi sebagai wadah /
chamber penghantar obat yang digunakan bersama dengan
MDI (Meter Dose Inhaler) untuk menghantarkan sediaan
obat aerosol ke paru-paru sesuai dengan resep dokter.
Fitur Produk:
- Bentuk portable dan mudah digunakan
- Tidak mengandung latex dan bebas BPA (Bisphenol-A)
- Volume chamber 175 ml
- Hanya untuk satu pengguna
- Dilengkapi masker untuk bayi, anak-anak dan dewasa.
Lorensia, Amelia and Suryadinata, Rivan Virlando (2018) Panduan Lengkap Penggunaan Macam-macam Alat Inhaler Pada Gangguan
Pernafasan. m-Broters Indonesia, Surabaya. ISBN 978-602-51176-4-0
CARA PENYIMPANAN MDI
1.Disimpan dalam wadah asli dan jangan buang etiket / label yang tertera.
3.Simpanlah MDI pada suhu kamar yang sejuk dan kering, dan jangan pada suhu yang
ekstrim (terlalu panas atau terlalu dingin).
5.Setelah dibuka obat inhaler hanya boleh digunakan selama 30 hari. Bila telah lebih
dari 30 hari, sebaiknya obat di buang meskipun masih belum habis di gunakan.
Bahan aktif :
Ipratropium br 20 mcg
Tujuan :
inhaler dengan dosis terukur untuk mengobati
asma, bronkitis dan emfisema.
Dosis :
dewasa dan usia 12 thn : 4 x sehari 2 semprot
Cara penggunaan:
letakan inhaler di mulut dan ditekan sambil menarik
nafas perlahan, tahan nafas 2 detik & bernafas lagi
Penyimpanan:
Medscape simpan di tempat sejuk dan kering, terhindar dari
paparan sinar matahari langsung
ASTHMA DEVICES
Nama Kelompok :
Kelas : S1-5C
Dry powder inhaler (DPI) merupakan inspiratory flow-driven inhalers. Inhaler jenis ini
tidak mengandung propelan, sehingga mempunyaikelebihan dibandingkan dengan MDI.
Inhaler tipe iniberisi serbuk kering. Pasien cukup melakukan hirupan yang cepat dan
dalam untuk menarik obat dari dalam alat ini.
Zat aktifnya dalam bentuk serbuk kering yang akan tertarik masuk ke paru-paru saat
menarik napas (inspirasi).
Langkah menggunakan
1. Putar dan buka tutupnya
2. Posisi inhaler tegak lurus sambildan
mengocok tabung inhaler dan mengocok
tabung inhaler memutar pegangan dan
putarkembali sampai terdengar klik
3. Hirup/bernapas dengan pelan
Dry Powder Inhaler
“Diskus”
Dry Powder Inhaler
“Handihaler ”
SOFT MIST INHALER
KEKURANGAN
Ukuran dan volume perangkat
yang besar
Kontaminasi bakteri
KEUNTUNGAN dimungkinkan; perangkat perlu
Peningkatan pemberian obat dibersihkan secara berkala
Kompensasi untuk Biaya elektrostatik dapat
teknik/koordinasi yang buruk mengurangi
dengan MDI
Mengurangi deposisi
orofaringeal
Susunan derivat
1. Corong (mouthpiece)
2. Lubang udara( air vent)
3. Tombol pelepasan obat ( dose-
release button)
4. Kunci pengaman ( safety catch)
5. Bagian dasar transparan ( clear base)
6. Bagian yang menonjol ( piercing
element)
7. Penutup ( cap)
8. cartridge
S1-5C
KASUS
studi Kasus: PPOK Tn. B 58 tahun masuk ke rumah sakit dengan keluhan sesak napas yang memberat
sejak 3 minggu yang lalu. Sesak yang dirasakan pasien sangat berat dan tidak dipengaruhi oleh
aktivitas, cuaca dingin, makanan, dan debu. Sesak nafas tidak berkurang jika pasien istirahat. Pasien
juga mengeluhkan batuk kering sejak 3 bulan SMRS, 3 minggu SMRS batuk menjadi berdahak
berwarna kuning kehijauan. Pasien sekali-sekali mengeluhkan nyeri dada yang hilang timbul tetapi
tidak terlalu berat dan tidak menjalar. Demam yang dirasakan pasien naik turun, terjadi penurunan
berat badan 18 kg dalam 3 bulan terakhir. Keringat malam (+), penurunan nafsu makan (+), mual
muntah (+). Pasien mengaku sudah merokok sejak muda, usia 18 tahun, dan bisa menghabiskan +20
batang rokok per hari. Indeks Brinkman 880 (perokok berat). Pasien mengaku tidak punya penyakit
asma dan tidak ada riwayat asma, alergi, DM, atau TBC dalam keluarga. Pekerjaan pasien adalah
petani sawit dan sering terpapar debu dalam pekerjaan kesehariannya.
Hasil pemeriksaan fisik: keadaan umum: tampak sakit sedang, kesadaran komposmentis E4V5M6, TD
110/70, Nadi 90x/menit, RR 32 kali/ menit, suhu 37,5° C, saturasi 02 92%. Pemeriksaan thoraks:
retraksi interkostal (+), bunyi napas vesikuler (+/+), wheezing (-/-), ronki (+/+). Pada perkusi
didapatkan hipersonor di seluruh lapangan paru kiri. Tinggi badan 170 cm, berat 46 kg. Hasil
pemeriksaan penunjang : Pada foto toraks didapatkan kesan PPOK dan Bronkitis. Hasil spirometri:
FEV1 < 55% predicted. Laboratorium darah rutin: Hb 12,0 g/dl, Leukosit: 12.000/uL, Ht 37,6 % Plt
373.000/uL Kimia darah: Ureum 51 mg/dl, Kreatinin : 0,59 mg/dl, AST: 363 /ul, ALT: 329 /ul, GDS:
144 mg/dl, ElektrolitNa+ 143 mmol/L, K+ 4,1 mmol/L, CI 103 mmol/L.
Subjektif
1. Nama : Tn.B
2. Jenis kelamin : laki laki
3. Usia : 58 tahun
4. Keluhan utama : sesak napas yang memberat sejak 3 minggu yang lalu.
Sesak yang dirasakan pasien sangat berat dan tidak dipengaruhi oleh aktivitas,
cuaca dingin, makanan, dan debu. Sesak nafas tidak berkurang jika pasien
istirahat. Pasien juga mengeluhkan batuk kering sejak 3 bulan SMRS, 3 minggu
SMRS batuk menjadi berdahak berwarna kuning kehijauan. Pasien sekali-sekali
mengeluhkan nyeri dada yang hilang timbul tetapi tidak terlalu berat dan tidak
menjalar. Demam yang dirasakan pasien naik turun, terjadi penurunan berat
badan 18 kg dalam 3 bulan terakhir.
5. Riwayat penyakit pasien : -
6. Riwayat penyakit keluarga : -
7. Riwayat pengobatan : -
8. Riwayat alergi :-
Objektif
KEADAAN UMUM
Kesadaran komposmentis E4V5M6
TANDA VITAL
Pemeriksaan Fisik Hasil Pemeriksaan Nilai Normal Keterangan
1. Mengurangi gejala
a. Menghilangkan gejala eksaserbasi
b. Memperbaiki toleransi latihan
c. Memperbaiki kualitas hidup
2. Mengurangi risiko
a. meminimalisasi dampak negatif dari eksaserbasi
b. Mencegah dan mengobati eksaserbasi
c. Mengurangi kematian
1. O2 nasal 2L/menit
2. Nebul Salbutamol 2,5mg 4xsehari
3. Inj. Methylprednisolon 125mg/12 jam iv
4. N-Asetilsistein oral 200 mg 3 kali sehari Sesudah makan
5. Paracetamol oral 500mg 3 kali sehari Sesudah makan
6. azithromycin oral 500 mg selama 3 kali sehari dalam seminggu
sesudah makan
Rekomendasi Non Farmakologi