Anda di halaman 1dari 41

(P3G)

PENGKAJIAN PARIPURNA
PASIEN GERIATRI

Pelatihan Pelayanan Kesehatan


Lanjut Usia dan Geriatri
untuk Petugas Puskesmas

Kemenkes RI – Pelatihan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia dan Geriatri


TUJUAN
Peserta mampu
1. Menjelaskan pengertian dan karakteristik pasien geriatri

2. Pengertian, tujuan dan manfaat P3G

3. Prinsip P3G
a. Spektrum model hubungan kerja antar disiplin
b. Telaah cost effectiveness P3G

4. Pengkajian multidimensi pada P3G di Puskesmas dan di rumah


a. Status fisik
b. Status fungsional
c. Status mental dan kognitif
d. Status nutrisi
e. Status sosial pasien geriatri

Kemenkes RI – Pelatihan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia dan Geriatri


PENGERTIAN DAN KARAKTERISTIK
PASIEN GERIATRI

• Pasien geriatri adalah orang tua yang berusia


60 tahun ke atas yang memiliki memiliki lebih
dari satu penyakit pada saat yang sama akibat
gangguan fungsi jasmani, rohani, dan atau
kondisi sosial yang bermasalah.
Pasien
Geriatr Multipatologi
Gejala dan tanda yang
i tidak khas
daya cadangan faali
• Karakteristik
menurun
Gangguan Status
fungsional
Gangguan status nutrisi

Kemenkes RI – Pelatihan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia dan Geriatri


PENGKAJIAN PARIPURNA PASIEN GERIATRI (P3G)

Pengertian
Suatu proses diagnostic interdisiplin, untuk
menentukan masalah dan kapabilitas medis,
kemampuan fungsional, psikososial dan
lingkungan bagi pasien lanjut usia

Tujuan

P3G untuk merencanakan penanganan yang


komprehensif serta tindak lanjut jangka panjang

Manfaat
Mendapatkan keterpaduan dalam tatalaksana
geriatri sehingga tatalaksana menjadi efektif dan
efisien (penghematan biaya pengobatan).

Kemenkes RI – Pelatihan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia dan Geriatri


P3G Pada Pelayanan Puskesmas

Pengkajian Paripurna Pasien Geriatri


Menapis dan mengelompokan warga lanjut
usia (status fungsionalnya)

Pengelompokan:
1. Lanjut Usia sehat dan mandiri
2. Lanjut Usia sehat dengan ketergantungan ringan
3. Lanjut Usia sehat dengan ketergantungan sedang
4. Lanjut Usia dengan ketergantungan berat/ total
5. Lanjut Usia pasca-rawat (dua minggu pertama)
6. Lanjut Usia yang memerlukan asuhan nutrisi
7. Lanjut Usia yang memerlukan pendampingan (memiliki masalah
psiko-kognitif)

Kemenkes RI – Pelatihan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia dan Geriatri


P3G Pada Pelayanan Puskesmas

Ruang Kegiatan Lanjut Usia


– Tujuan:
• mempertahankan derajat status fungsional pasien
agar tetap pada taraf yang paling optimal.
– Aktivitas:
• rehabilitasi medik,
• latihan jasmani,
• program nutrisi,
• KIE (komunikasi-Informasi-Edukasi),
• aktivitas psiko-sosial.

Kemenkes RI – Pelatihan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia dan Geriatri


P3G Pada Pelayanan Puskesmas

Program Asuhan Rumah (Home Care)


– Tujuan:
• Memberikan pelayanan pada lanjut usia
ketergantungan berat/ total
• Tapi tak ada indikasi rawat inap
• Kesulitan secara teknis untuk ke Puskesmas
– Aktivitas
• Kunjungan awal untuk pengkajian masalah
• Rekomendasi pengelolaan

Kemenkes RI – Pelatihan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia dan Geriatri


PENGKAJIAN MULTIDIMENSI PADA P3G
DI PUSKESMAS DAN DI RUMAH
STATUS FISIK
 Pemeriksaan tanda vital

STATUS FUNGSIONAL
 Penilaian aktivitas hidup sehari – hari ( activity daliy living )

STATUS MENTAL DAN KOGNITIF


Status kognitif dapat dinilai dengan clock drawing test, abbreviated mental
test atau yang lebih rinci dengan mini mental state examination dan status
afektif dapat dinilai dengan geriatric depression scale

STATUS NUTRISI
 Kegiatan penapisan nutrisi menggunakan formulir MNA bermanfaat untuk
mendeteksi adanya risiko malnutrisi atau adanya malnutrisi pada pasien lansia

STATUS SOSIAL PASIEN GERIATRI


 Penilaian aspek sosial (keluarga, lingkungan fisik, masyarakat sekitar),
ekonomi dan aspek hukum yang dapat terkait dengan pasien lanjut usia
Kemenkes RI – Pelatihan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia dan Geriatri
1. STATUS FISIK
• Pemeriksaan tanda vital sangat dianjurkan untuk betul-
betul memperhatikan derajat penurunan atau perubahan
kesadaran (bila ada).
• Pemeriksaan tekanan darah dan frekuensi denyut
jantung harus dilakukan pada posisi berbaring dan
duduk serta berdiri (bila memungkinkan
• Pemeriksaan jasmani seyogyanya dilakukan menurut
sistematika sistem

Kemenkes RI – Pelatihan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia dan Geriatri


2. STATUS FUNGSIONAL
• U menilai derajat kemandirian lanjut usia
• Penilaian dilakukan dengan menggunakan
instrumen
Instrumen aktivitas hidup sehari – hari /activity
daliy living(ADL) dengan Instrumen Indeks
Barthel Modifikasi
Instrumental Activities of Daily Living (IADL)
Lawton
Instrumen Penilaian Risiko Jatuh pada Pasien
Lanjut Usia

Kemenkes RI – Pelatihan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia dan Geriatri


3. STATUS MENTAL & KOGNITIF
• U menilai adanya penurunan fungsi
kognitif dan depresi.
• Dapat dinilai dengan :
Minic Cog dan clock drawing test,
Abbreviatedmental test (AMT) atau
Mini Mental State Examination (MMSE)

Kemenkes RI – Pelatihan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia dan Geriatri


• Status afektif dapat dinilai dengan : -
Geriatric Depression Scale(GDS)
• Seluruh instrumen ini bertujuan sebagai
penyaring dan deteksi dini dari adanya
gangguan pada status mental dan kognitif
pasien lanjut usia.

Kemenkes RI – Pelatihan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia dan Geriatri


Status Kognitif dan Emosional - 3
MMSE
• Alat bantu penapisan gangguan kognitif
• Sensitif (87%) dan spesifik (90%)
• Nilai prediktif positif 93% & prediksi negatif 95%
(Gallo & Wittink, 2006)
• Mutlak dilakukan pada semua pasien geriatri

GDS
• Alat bantu penapisan gangguan depresi / penyesuaian
• Terdiri atas 15/30 pertanyaan
• Telah diuji kesahihan dan keandalannya

Kemenkes RI – Pelatihan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia dan Geriatri


4. STATUS NUTRISI
• menggunakan formulir ;
Instrumen Mini Nutritional Assessment(MNA)
Instrumen ini bermanfaat untuk mendeteksi
adanya risiko malnutrisi atau adanya
malnutrisi pada pasien lanjut usia.

Kemenkes RI – Pelatihan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia dan Geriatri


5. STATUS SOSIAL EKONOMI
• Meliputi keluarga, lingkungan fisik,
masyarakat sekitar, ekonomi dan aspek
hukum yang dapat terkait dengan pasien
lanjut usia.
• Status sosial yang baik menunjukkan status
fungsional dan status kognitif yang masih
baik.
• Dengan mengenali lingkungan sosial
sekitarnya akan mengetahui potensi yang
dapat membantu meningkatkan kualitas
hidup lanjut usia.
Kemenkes RI – Pelatihan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia dan Geriatri
DAFTAR INSTRUMEN
1. Penilaian Activity of Daily Living (ADL) dengan Instrumen
Indeks Barthel Modifikasi
2. Instrumental Activities of Daily Living (IADL) Lawton
3. Penilaian Risiko Jatuh Pasien Lanjut Usia
4. Geriatric Depression Scale (GDS)
5. Pemeriksaan Mini Cog dan Clock Drawing Test
6. Evaluasi Status Mental Mini / Mini Mental State
Examination (MMSE)
7. Abbreviated Mental Test (AMT)
8. Mini Nutritional Assessment (MNA)

Kemenkes RI – Pelatihan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia dan Geriatri


RINGKASAN HASIL PEMERIKSAAN PASIEN
NO PEMERIKSAAN HASIL

1 Activity of Daily Living (ADL) dengan Instrumen Indeks Barthel Modifikasi

2 Instrumental Activities of Daily Living (IADL) Lawton

3 Risiko Jatuh Pasien Lanjut Usia

4 Geriatric Depression Scale (GDS)

5 Mini Cog dan Clock Drawing Test

6 Mini Mental State Examination (MMSE)

7 Abbreviated Mental Test (AMT)

8 Mini Nutritional Assessment (MNA)

Kemenkes RI – Pelatihan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia dan Geriatri


PENILAIAN ACTIVITY OF DAILY LIVING (ADL) DENGAN
INSTRUMEN INDEKS BARTHEL MODIFIKASI

• Kuesioner ini digunakan untuk menilai


Tingkat kemandirian dalam aktivitas
kehidupan sehari-hari (AKS)/ Activity of
Daily Living (ADL) dan dapat digunakan
untuk melihat kemajuan pasien penyakit
kronis sebelum dan setelah terapi, serta
untuk menentukan berapa besar bantuan
perawatan yang dibutuhkan pasien.

Kemenkes RI – Pelatihan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia dan Geriatri


Kemenkes RI – Pelatihan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia dan Geriatri
Modifikasi Barthel Index

Skor Barthel Index (Nilai AKS/ADL):


20 : Mandiri
12 – 19 : Ketergantungan ringan
9 – 11 : Ketergantungan sedang
5–8 : Ketergantungan berat
0-4 : Ketergantungan total

Kemenkes RI – Pelatihan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia dan Geriatri


PENILAIAN TINGKAT KEMANDIRIAN DENGAN INSTRUMENTAL
ACTIVITIES OF DAILY LIVING(IADL) LAWTON

• IADL adalah instrument yang tepat untuk


menilai kemampuan hidup
mandiri seseorang pada saat ini (dimana
kemampuan yang dinilai lebih kompleks
dibanding kegiatan sehari-hari.
• Pemeriksa menanyakan 8 kegiatan sehari-
hari yang tercantum di kuesioner dengan
tulisan di bold dan melingkari skor angka
sesuai jawaban yang disampaikan pasien

Kemenkes RI – Pelatihan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia dan Geriatri


Skoring

IADL Dikerjakan oleh orang lain 0

Perlu bantuan sepanjang waktu 1

Perlu bantuan sesekali 2

Independen/mandiri 3-8

Kemenkes RI – Pelatihan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia dan Geriatri


PENILAIAN RISIKO JATUH PASIEN
LANJUT USIA
• Jika pada pasien dijumpai gejala/kriteria
tersebut, maka pasien mendapat skor
sesuai dengan skala yang tercantum.
• Jika tidak, maka pasien mendapat nilai 0.
• Selanjutnya seluruh skor dijumlah dan
diklasifikasikan tingkat risikonya yaitu :
• Risiko rendah bila skor 1-3  Lakukan
intervensi risiko rendah
• Risiko tinggi bila skor ≥ 4  Lakukan
intervensi risiko tinggi
Kemenkes RI – Pelatihan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia dan Geriatri
Penilaian Risiko Jatuh Pasien Usia Lanjut (18 Januari 2016)

No Risiko Skala Skor


1 Gangguan gaya berjalan (diseret, menghentak, berayun) 4 4
2 Pusing/pingsan pada posisi tegak 3 0
3 Kebingungan setiap saat (mengalami demensia) 3 0
4 Nocturia/inkontinen 3 0
5 Kebingungan intermiten (mengalami delirium/ACS) 2 0
6 Kelemahan umum 2 2
7 Obat berisiko tinggi (diuretik, narkotik, sedatif, antipsikotik, 2 2
laxatif, vasodilator, antiaritmia, antihipertensi, NSAID,
obat hipoglikemik, antidepresan, neuroleptik)
8 Riwayat jatuh dalam 12 bulan terakhir 2 0
9 Osteoporosis 1 0
10 Gangguan pendengaran dan atau penglihatan 1 1
11 Usia 70 tahun ke atas 1 0
Total 9
Keterangan: skor 1-3 = risiko rendah; skor >4 = risiko tinggi

Kemenkes RI – Pelatihan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia dan Geriatri


Pasien dengan risiko jatuh tinggi harus
diberikan program pencegahan jatuh

1. Identifikasi dengan pemberian gelang/pita kuning risiko


jatuh saat berada di fasilitas kesehatan umum.
2. Edukasi mencegah jatuhnya pada pasien dan keluarga.
3. Pasien dengan risiko jatuh tinggi harus dirujuk ke dokter
terlatih tentang geriatric untuk tata laksana lebih lanjut.
4. Tatalaksana yang dapat diberikan adalah : mengatasi
factor risiko yang ditemukan

Kemenkes RI – Pelatihan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia dan Geriatri


PENILAIAN DEPRESI PASIEN LANJUT USIA DENGAN
INSTRUMEN GERIATRIC DEPRESSION SCALE (GDS)
Panduan pengisian instrumen GDS
1. Jelaskan pada pasien bahwa pemeriksa akan
menanyakan keadaan perasaannya dalam dua
minggu terakhir, tidak ada jawaban benar salah,
jawablah ya atau tidak sesuai dengan perasaan
yang paling tepat akhir-akhir ini.
2. Bacakan pertanyaan nomor 1 – 15 sesuai dengan
kalimat yang tertulis, tunggu jawaban pasien. Jika
jawaban kurang jelas, tegaskan lagi apakah pasien
ingin menjawab ya atau tidak. Beri tanda (lingkari)
jawaban pasien tersebut.

Kemenkes RI – Pelatihan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia dan Geriatri


3. Setelah semua pertanyaan dijawab,
hitunglah jumlah jawaban yang bercetak
tebal.
4. Setiap jawaban (ya/tidak) yang bercetak
tebal diberi nilai satu (1).
5. Jumlah skor diantara 0-5 menunjukkan
kemungkinan besar tidak ada gangguan
depresi
6. Jumlah skor diantara 5-9 menunjukkan
kemungkinan besar ada gangguan
depresi. f. Jumlah skor 10 atau lebih
menunjukkan ada gangguan depresi
Kemenkes RI – Pelatihan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia dan Geriatri
Geriatric Depression Scale
1. Apakah anda sebenarnya puas dengan kehidupan Ya TIDAK
anda ?
2. Apakah anda telah meninggalkan banyak kegiatan YA Tidak
dan minat atau kesenangan anda ?

3. Apakah anda merasa kehidupan anda kosong ? YA Tidak

4. Apakah anda sering merasa bosan ? YA Tidak

5. Apakah anda mempunyai semangat yang baik Ya TIDAK


setiap saat ?
6. Apakah anda takut bahwa sesuatu yang buruk YA Tidak
akan terjadi pada anda ?
7. Apakah anda merasa bahagia untuk sebagian Ya TIDAK
besar hidup anda ?
8. Apakah anda sering merasa tidak berdaya ? YA Tidak

9. Apakah anda lebih senang tinggal di rumah YA Tidak


daripada pergi ke luar dan mengerjakan sesuatu
hal yang baru ?

Kemenkes RI – Pelatihan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia dan Geriatri


Geriatric Depression Scale
10. Apakah anda merasa mempunyai banyak YA Tidak
masalah dengan daya ingat anda dibandingkan
kebanyakan orang ?
11. Apakah anda pikir bahwa hidup anda sekarang ini Ya TIDAK
menyenangkan ?

12. Apakah anda merasa tidak berharga seperti YA Tidak


perasaan anda saat ini ?
13. Apakah anda merasa penuh semangat Ya TIDAK
14. Apakah anda merasa bahwa keadaan anda tidak YA Tidak
ada harapan ?
15. Apakah anda pikir bahwa orang lain lebih baik YA Tidak
keadaannya dari anda ?

- Setiap jawaban bercetak tebal mempunyai nilai 1


- Skor antara 5-9 menunjukkan kemungkinan besar depresi
- Skor 10 atau lebih menunjukkan depresi
Kemenkes RI – Pelatihan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia dan Geriatri
Pemeriksaan daya ingat dan daya pikir, dapat
dilakukan dengan beberapa cara antara lain
1. Mini Cog: kemampuan untuk mengingat
kembali nama tiga benda segera setelah
disebutkan dan sesudah beberapa saat
(kira-kira 3 menit)
2. Pemeriksaan tes menggambar jam atau
clock drawing test(CDT)
3. Pemeriksaan tes AMT
4. Pemeriksaan MMSE

Catatan: Apabila situasi tidak memungkinkan maka dapat dipilih salah satu
instrumen di atas
Kemenkes RI – Pelatihan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia dan Geriatri
AMT (Abbreviated Mental Test, Uji Mental Singkat)
No. Pertanyaan Jawaban Skor
1. Umur .......... tahun Benar/Salah
2. Waktu / jam sekarang .......... .......... Benar/Salah
3. Alamat tempat tinggal .......... Benar/Salah
4. Tahun sekarang .......... Benar/Salah
5. Saat ini berada di mana .......... Benar/Salah
6. Mengenali orang lain di ruangan Benar/Salah
7. Tahun kemerdekaan RI .......... Benar/Salah
8. Nama Presiden RI .......... Benar/Salah
9. Tahun kelahiran anak terakhir pasien Benar/Salah
10. Menghitung terbalik (20 s/d 1) .......... Benar/Salah
Skor AMT (beri skor 1 untuk tiap jawaban benar): Total:
0-3: Gangguan ingatan berat
4-7: Gangguan ingatan sedang
8-10: Normal

Perasaan hati (afeksi) Baik/Sedih/Cemas

Kemenkes RI – Pelatihan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia dan Geriatri


PENILAIAN DENGANMINI MENTAL
STATE EXAMINATION (MMSE)
Pertanyaan meliputi :
 Orientasi
 Registrasi
 Atensi dan Kalkulasi
 Mengingat
 Bahasa

Kemenkes RI – Pelatihan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia dan Geriatri


Kemenkes RI – Pelatihan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia dan Geriatri
Interpretasi : Dalam melakukan interpretasi hasil penilaian MMSE
maka perlu mempertimbangkan tingkat pendidikan dan
kesadaran pasien.
• Secara umum (sederhana)
pengelompokkan fungsi kognitif global
dengan instrumen MMSE dapat
dikelompokkan sebagai berikut
• Skor 0-10 : fungsi kognitif global buruk
• Skor 11-20: fungsi kognitif global sedang
• Skor 21 – 30: fungsi kognitif global masih
relatif baik

Kemenkes RI – Pelatihan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia dan Geriatri


PENILAIAN RISIKO MALNUTRISI PASIEN LANJUT USIA
DENGAN MINI NUTRITIONAL ASSESSMENT (MNA)
• Mini Nutritional Assessment (MNA)
merupakan salah satu instrumen untuk
mendeteksi adanya risiko malnutrisi atau
adanya malnutrisi pada kelompok lanjut
usia.
• Cara pelaksanaan : Pemeriksaan dengan
Instrumen MNA terdiri dari dua tahap,
yaitu tahap pertama (penapisan/skrining),
dan tahap kedua (penilaian).

Kemenkes RI – Pelatihan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia dan Geriatri


Cara pelaksanaan MNA :
• Apabila skor pada tahap pertama <11
akan dilanjutkan ke tahap kedua.
• diklasifikasikan :
 Malnutrisi apabila jumlah total skor <17
 berisiko malnutrisi apabila total skor antara
17–23,5.

Kemenkes RI – Pelatihan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia dan Geriatri


TERIMA KASIH

Kemenkes RI – Pelatihan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia dan Geriatri


KASUS 1
Tn. S (68), mengalami nyeri pada persendian kaki sejak 15 tahun yang lalu.
Anak perempuan yang tinggal bersamanya mengatakan bahwa nyeri
dirasakan bapaknya semakin berat sejak 3 tahun belakangan sehingga Tn
S jdi malas mengikuti kegiatan diluar rmh. Biasanya Tn. S berjalan dengan
menggunakan tongkat tetapi sejak nyeri makin berat saat berjalan, Tn. S
menolak untuk berjalan menggunakan walker yang dihadiahkan anaknya.
Tn. S lebih suka duduk menonton TV berjam-jam dan baru kembali ke
kamarnya untuk beristirahat dengan berjalan secara merambat. Anak Tn. S
merasa khawatir bapaknya terjatuh. Ketika perawat datang, terlihat pispot &
alat bantu berjalan walker yang masih terbungkus plastik tersimpan rapi di
sudut kamar Tn. S . Saat ditanya perawat apa yang menyebabkan Tn. S
tidak menggunakan alat bantu jalan tersebut, klien mengatakan takut
karena tidak tahu cara menggunakannya. Hasil kajian: lantai rumah keramik
tanpa ulir, nyeri bila berjalan dengan skala nyeri 5 tetapi klien menyatakan
masih dapat berjalan pelan-pelan, berdiri dibantu. Hasil pemeriksaan tanda-
tanda vital: TD 150/90 mmHg, Pernafasan 28x/menit, Nadi: 88x/menit,
suhu: 36,8°C.

Kemenkes RI – Pelatihan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia dan Geriatri


KASUS 2
Ny. M, 74 tahun, tinggal dengan anak laki-lakinya. Sudah sejak 2 tahun ini Ny.
M menggunakan kursi roda untuk beraktifitas sejak terkena serangan
stroke. Lengan dan kaki sebelah kiri lemah dan sulit digerakkan. Sejak
suaminya meninggal dunia setahun yang lalu, ia diasuh oleh anak laki-
lakinya Tn. Y. Tn. Y bekerja kantoran berangkat jam 6 pagi dan kembali ke
rumah jam 5 sore, sehingga ny M merasa sangat kesepian dn sia2 dirumah.
Selama anaknya di kantor, Ny. M didampingi oleh pembantu yang tidak
menetap di rumah tersebut. Dari pengakuan Ny. M selama jam 06.00 –
17.00 hanya berada di tempat tidur saja. Seluruh kebutuhannya diberikan
pembantu di tempat tidur. Alasannya karena Ny. M mengetahui kalau
pembantu tidak bisa membantunya untuk berpindah dari tempat tidur ke
kursi roda sehingga khawatir jatuh. Ny. M juga khawatir kalau pembantunya
tidak mampu menyanggah tubuhnya yang gemuk saat ingin duduk di
tempat tidur. Hasil pengkajian: BB 85 kg dan TB 154 cm (data terakhir saat
pulang dari rumah sakit), TD 160/100 mmHg, P: 28x/menit, Nadi: 80x/menit,
Suhu: 37°C, lengan dan kaki bagian kiri tidak dapat digerakkan.

Kemenkes RI – Pelatihan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia dan Geriatri


KASUS 3
Ny. A, 71 tahun, tinggal bersama suami dan 3 orang anaknya yang
sudah berkeluarga serta 2 orang cucu yang sudah sekolah di
tingkat dasar. Ketiga anak Ny. A dan pasangannya bekerja dari pagi
sampai malam dan pulang ke rumah dalam kondisi lelah. Dalam
kesehariannya Ny. A membersihkan rumah dan memasak untuk
semua anggota keluarganya dibantu oleh suaminya. Sejak 3 tahun
belakangan ini Ny. A merasa hidupnya hampa, ingin cepat
meninggalkan dunia, sulit tidur dan merasa tidak punya harapan
untuk hidup lebih baik sejak terkena serangan stroke. Hasil
pemeriksaan TD 170/100 mmHg, Nadi 70 x/menit, Pernafasan 20x
per menit dan suhu 36,5° C.

Kemenkes RI – Pelatihan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia dan Geriatri


RINGKASAN HASIL PEMERIKSAAN PASIEN
NO PEMERIKSAAN HASIL

1 Activity of Daily Living (ADL) dengan Instrumen Indeks Barthel Modifikasi

2 Instrumental Activities of Daily Living (IADL) Lawton

3 Risiko Jatuh Pasien Lanjut Usia

4 Geriatric Depression Scale (GDS)

5 Mini Cog dan Clock Drawing Test

6 Mini Mental State Examination (MMSE)

7 Abbreviated Mental Test (AMT)

8 Mini Nutritional Assessment (MNA)

Kemenkes RI – Pelatihan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia dan Geriatri

Anda mungkin juga menyukai